Anda di halaman 1dari 19

TUGAS RUTIN PROFESI KEPENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Sani Susanti S.Pd, M.Pd.

TEKNIK SUPERVISI PENDIDIKAN

Disusun oleh :

Nama : Saskia Nur Santika

NIM : 4161121022

Kelas : Reguler-B

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga,
penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah profesi kependidikan ini yang berjudul
“Teknik Supervisi Pendidikan”. Penulis berterimkasih kepada Ibu dosen yang bersangkutan
telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
ini dengan baik.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini.
Namun, penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
untuk memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih, semoga tugas ini dapat bermanfaat dan bisa
menambah wawasan bagi pembaca.

Medan, April 2017

Penulis

Saskia Nur Santika

4161121022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1

1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

2.1 Pengertian dan Bagian dari Teknik Supervisi Pendidikan ................................ 3

2.2 Teknik Supervisi Pendidikan Bersifat Kelompok ............................................. 4

2.3 Teknik Supervisi Pendidikan Bersifat Individual ............................................. 7

2.4 Pendekatan dan Teknik Supervisi Pendidikan .................................................. 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 15

3.2 Saran .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Bila kita berbicara mengenai pendidikan maka tak akan ada hentinya karena
Pendidikan itu adalah sesuatu yang urgen dan tak mengenal usia, apalagi dimasa sekarang
dimana orang berlomba-lomba mengembangkan kariernya demi kebahagiaan dimasa
depan. Pendidikan adalah salah satu unsur paling penting dalam kehidupan manusia yang
merupakan proses pembentukan pribadi dan karakter manusia. Pendidikan formal adalah
salah satu fokus, manusia diberikan dasar-dasar pengetahuan sebagai dasar-dasar
pengetahuan sebagai pegangan dalam menjalani hidup,dimana dalam hal ini menjadi
suatu jenjang yang memang sudah selayaknya dilalui dalam proses kehidupan manusia.
Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau
supervise dan supervisor bertanggung jawab dalam munculnya suatu yang efektif dan
efisien dalam program tersebut. Supervisi menurut Purwanto (1987) ialah suatu aktivitas
pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam
melakukan pekerjaan secara efektif. Sedangkan Teknik supervisi Pendidikan adalah
alat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang
pada akhirnya dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan
kondisi. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui
dan memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam
teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan cara
langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi.
Dalam usaha meningkatkan program sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat
menggunakan berbagai teknik atau metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat
tercapai. Teknik supervisi pendidikan berarti suatu cara atau jalan yang digunakan
supervisor pendidikan dalam memberikan pelayanan atau bantuan kepada para guru.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dan pembagian dari teknik supervisi pendidikan.
2. Mengetahui teknik supervisi pendidikan bersifat kelompok.

1
3. Mengetahui teknik supervisi pendidikan bersifat individu.
4. Mengtahui pendekatan dan teknik supervisi pendidikan.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan bagi penulis dan calon guru serta pembaca mengenai teknik
supervisi pendidikan.
2. Memahami berbagai pendekatan dan teknik dari supervisi pendidikan.
3. Mengetahai pelaksanaan teknik supervisi pendidikan di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Pembagian dari Teknik Supervisi Pendidikan.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Teknik” secara etimologi adalah : 1.
Pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil. 2.
Cara sistematis dalam mengerjakan sesuatu. Dalam usaha meningkatkan program
sekolah, kepala sekolah sebagai supervisor dapat menggunakan berbagai teknik atau
metode supervisi pendidikan. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan
tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat tercapai.
Teknik Supervisi Pendidikan merupakan alat yang digunakan oleh supervisor
untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan
perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam
pelaksanaan supervisi pendidikan, sebagai supervisor harus mengetahui dan
memahami serta melaksanakan teknik – teknik dalam supervisi. Berbagai macam
teknik dapat digunakan oleh supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi
belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara perorangan ataupun dengan
cara langsung bertatap muka dan cara tak langsung bertatap muka atau melalui media
komunikasi.
Menurut Sahertian dan Mataheru (1985) membedakan teknik-teknik supervisi
pengajaran menjadi (1) teknik kelompok; dan (2) teknik perorangan. Teknik mata
pelajaran yang sama atau berbeda. Teknik yang dapat diterapkan antara lain (1) rapat
para guru; (2) workshop; (3) seminar; (4) kepemimpinan; (5) konseling kelompok; (6)
bulletin board; (7) melaksanakan karya wisata; (8) questionare; (9) penataran atau
penyegaran.
Teknik perorangan dipergunakan apabila masalah khusus yang dihadapi seorang
guru meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Teknik yang dapat digunakan (1)
orientasi guru baru; (2) kunjungan kelas; (3) individual conference atau pertemuan
pribadi antara supervisor dengan guru bersangkutan; (4) kunjungan rumah; (5)
intervisitation atau saling mengunjungi. Caranya, dapat dibedakan menjadi teknik
langsung dan tak langsung. Teknik langsung yaitu antara supervisor dengan guru yang
dibimbing berkomunikasi secara langsung, misalnya (1) menyelenggarakan rapat
guru; (2) menyelenggarakan workshop; (3) mengunjungi kelas; dan (4) mengadakan

3
conference. Sedangkan tidak langsung misalnya melalui (1) bulletin board; (2)
questionaire; dan (3) membaca terpimpin.
Kemudian Pidarta (1986) mengemukakan ada 11 buah teknik supervisi pengajaran
yang dapat dilakukan, yaitu (1) observasi kelas; (2) kunjungan kelas; (3) pertemuan
formal; (4) pertemuan informal; (5) rapat guru; (6) supervisi yang telah direncanakan;
(7) supervisi klinis; (8) teknik supervisi teman sebaya; (9) teknik memakai pendapat
siswa; (10) teknik mengunjungi sekolah yang lain; dan (11) teknik melalui pertemuan
pendidikan.
2.2 Teknik Supervisi Pendidikan Bersifat Kelompok.
Teknik-teknik supervisi yang bersifat kelompok yang diintrodusir oleh
Pangaribuan (2005) dari berbagai pendapat ahli antara lain dengan cara melakukan (1)
pertemuan orientasi; (2) rapat guru latih; (3) studi kelompok antara guru latih; (4)
diskusi sebagai proses kelompok; (5) tukar menukar pengalaman; (6) lokakarya; (7)
diskusi panel; (8) seminar; (9) simposium; (10) demonstrasi mengajar; (11)
perpustakaan jabatan; (12) buletin supervisi; (13) membaca langsung; (14) mengikuti
kursus; (15) kegiatan-kegiatan organisasi dalam jabatan; (16) laboratorium kurikulum;
dan (17) perjalanan sekolah (field trips). Teknik kelompok ini dapat digunakan pada
saat supervisor menghadapi banyak guru ysng menghadapi masalah yang sama.
a. Pertemuan Orientasi
Pertemuan orientasi adalah pertemuan supervisor dengan supervised (terutama
guru latih baru) yang bertujuan menghantar supervisee tersebut memasuki suasana
kerja yang baru. Pada pertemuan orientasi, supervisisor memberikan penjelasan hal-
hal penting yang perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas
profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pengajaran. Setelah supervisor
memberikan penjelasan yang penting, selanjutnya supervisor meminta masukan dari
supervisee mengenai apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki layanan
belajar. Dengan adanya pertemuan orientasi tersebut supervisee, secara dini,
diupayakan terhindar dari berbagai masalah yang mungkin dihadapi dalam
melaksanakan tugas-tugasnya nanti.
Pada pertemuan orientasi, supervisor diharapkan dapat menyampaikan atau
menguraikan kepada para supervisee hal-hal sebagai berikut (1) sistem kerja yang
berlaku di sekolah; (2) proses dan mekanisme administrasi dan organisasi di sekolah;
(3) resiko-resiko yang dapat timbul jika suatu prosedur kerja atau sistem kerja tidak
dilaksanakan sebagai mana mestinya; (4) peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan

4
supervisee dalam mengembangkan diri sendiri; (5) hak dan kewajiban supervisee
selama melaksanakan pekerjaannya; dan (6) hal lain yang dianggap dapat efisien
tanpa banyak mengalami masalah atau hambatan-hambatan yang berarti. Pertemuan
orientasi ini dapat dimanfaatkan oleh supervisor untuk mengajak para supervisee
membuat perencanaan program supervisi yang akan dilaksanakan di sekolah.
b. Rapat Guru
Rapat guru latih akan menghasilkan guru yang baik, jika direncanakan dengan
baik, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan ditindaklanjuti sesuai dengan
kesepakatan yang dicapai dalam rapat.
Pada saat rapat guru latih berlangsung, pimpinan rapat (supervisor) diharapkan
memiliki kemampuan yang tinggi dalam (1) menciptakan situasi yang baik dengan
sikap ramah-tamah, menjadi pendengar yang baik terhadap pendapat-pendapat atau
saran-saran dari peserta; (2) menguasai ruang lingkup masalah/materi yang
dibicarakan dalam rapat dan menghadapkan masalah-masalah yang sudah
direncanakan kepada para peserta untuk dan dicari alternatif pemecahannya; (3)
menumbuhkembangkan motivasi pada diri para peserta untuk berpartisipasi secara
aktif selama rapat berlangsung, dan berusaha membantu mereka, terutama yang
kurang berpengalaman, dalam mengemukakan ide-ide atau pendapat pada rapat; (4)
mengatur arah pembicaraan selama rapat berlangsung, penyimpangan dari ruang
lingkup masalah yang dibahas dapat dihindari; (5) memberikan penjelasan tambahan
dan/atau interpretasi objektif tentang pendapat dan/atau usul anggota rapat yang
dirasakan kurang jelas sehingga dapat dimengerti dan diterima oleh seluruh anggota
rapat; (6) mencari titik-titik persamaan dan menetralisir perbedaan pendapat yang
menonjol di kalangan peserta rapat dan mengarahkannya kepada kesepakatan
pendapat; dan (7) menutup atau mengakhiri suatu rapat dalam suasana yang yang
dapat memuaskan dan merumuskan tindaklanjut yang jelas. Dengan perencanaan dan
pelaksanaan rapat sedemikian rupa diharapkan tujuan rapat, sebagai teknik supervisi
pendidikan, bagi guru latih dapat tercapai secara maksimal.
Melalui teknik rapat guru latih ini sangat diharapkan guru latih dan/atau
personalia pendidikan lainnya baik secara individu maupun secara bersama-sama
dapat menemukan dan menyadari kebutuhan-kebutuhan mereka, menganalis masalah
yang mereka hadapi dan berusaha untuk mengembangkan diri dan jabatan mereka
secara maksimal.

5
c. Studi Kelompok Antar Guru
Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan yang dilakukan sejumlah guru
yang memiliki keahlian dibidang studi tertentu, seperti Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, Bahasa Inggris, dan sebagainya. Topik-topik yang dibahas dalam
pertemuan tersebut, telah dirumuskan sebelumnya, baik oleh guru latih, atau
supervisor, atau guru latih bersama-sama supervisor.
Setelah penyajian materi dilakukan, maka supervisor dan guru mengkaji bersama
dengan memberi kesempatan kepada setiap guru latih mengemukakan pendapatnya.
Semua aktivitas tersebut perlu diketahui dan dikendalikan oleh supervisor agar
kegiatan tidak berubah menjadi ngobrol hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
materi. Kehadiran supervisor dapat mendorong perolehan hasil yang maksimal.
Kehadiran supervisor sangat diharapkan sebagai inspirator untuk memperbaiki
pengajaran. Dengan demikian studi kelompok antar guru penting dilakukan untuk
meningkatkan kualitas penguasaan materi pelajaran dan kualitas dalam memberi
layanan belajar.
d. Diskusi sebagai Pertukaran Pikiran atau Pendapat
Diskusi adalah pertukuran pikiran atau pendapat melalui suatu proses percakapan
antara dua atau lebih individu tentang suatu masalah untuk mencari alternatif
pemecahannya. Penggunaan teknik diskusi dimaksudkan agar seluruh anggota diskusi
mau dan mampu melibatkan diri dalam proses diskusi dari awal sampai akhir diskusi.
Supervisor harus memiliki keterampilan dalam membuat setiap anggota menjadi
bagian dari proses diskusi, dan fungsinya sebagai pemimpin (dan sekaligus sebagai
anggota diskusi). Sebagai seorang pemimpin diskusi, supervisor harus mampu
menerapkan kepemimpinan secara sukarela selama diskusi berlangsung.
Supervisor sebagai pemimpin diskusi harus mampu berperan sebagai leader atau
chairman, recorder, observer dan analyser, dan evaluator. Faktor kepemimpinan yang
dilakukan supervisor merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya suatu diskusi.
Oleh karena itu, supervisor (sebagai pemimpin diskusi) harus memiliki keterampilan
diskusi.
e. Workshop (Lokakarya)
Workshop pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok
yang terjadi dari sejumlah petugas pendidikan yang sedang memecahkan suatu
masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok maupun bersifat
perseorangan.

6
Prosedur pelaksanaan workshop yang benar seperti (1) merumuskan tujuan
workshop (hasil yang akan dicapai) yang jelas dan spesifik; (2) merumuskan pokok-
pokok masalah yang akan dibahas secara terperinci; (3) menentukan prosedur
pemecahan masalah dengan cara merumuskan masalah yang akan dibahas,
menentukan tujuan pembahasan, menggunkan metode pembahasan yang menarik dan
menyenangkan; membaca buku yang berkaitan dengan dengan materi yang dibahas,
para peserta mendengar pengarahan dari narasumber; peserta difasilitasi supervisor
mengerjakan tugas-tugas dan merumuskan kesimpulan materi yang dibahas; (4)
menentukan alat dan bahan perlengkapan yang dipakai; (5) merumuskan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi; dan (6) merumuskan rencana tindak lanjut sebagai follow up
kegiatan.
2.3 Teknik Supervisi Pendidikan Bersifat Individual.
Teknik individual menurut Sehartian (1981) adalah teknik yang digunakan pada
pribadi seorang guru latih yang mengalami masalah khusus dan memerlukan
bimbingan tersendiri dari supervisor.
a. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas, yakni suatu kunjungan yang dilakukan supervisor (kepala
sekolah) ke dalam suatu kelas pada saat guru latih sedang mengajar dengan tujuan
untuk membantu guru latih yang bersangkutan menghadapi masalah/kesulitan selama
mengadakan kegiatan pembelajaran. Kunjungan kelas dilakukan dalam upaya
supervisor memperoleh data tentang keadaan sebenarnya mengenai kemampuan dan
keterampilan guru latih mengajar.
Kunjungan kelas dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni (1) kunjungan kelas
tanpa diberitahu (unannounced visitation), di mana supervisor tiba-tiba datang ke
kelas tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sedangkan guru latihnya sedang mengajar;
(2) kunjungan dengan pemberitahuan terlebih dahulu (announced visitation), sebelum
mengadakan kunjungan supervisor memberitahu guru latih bahwa dia akan
mengunjungi kelas pada waktu yang telah ditetapkan; (3) kunjungan atas undangan
guru latih (visit upon invitation), artinya guru latihlah yang mengundang supervisor
untuk mengunjungi kelas pada saat ia mengajar dengan prinsip ingin dibantu dalam
upayanya meningkatkan kualitas diri dalam situasi belajar-mengajar; dan (4) saling
mengunjungi kelas.

7
b. Observasi Kelas
Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas adalah suatu
kegiatan yang dilakukan supervisor untuk mengamati guru latih yang sedang
mengajar disuatu kelas. Selama berada di kelas, supervisor melakukan pengamatan
yang teliti, dengan menggunakan instrumen tertentu, terhadap suasana kelas yang
diciptakan dan dikembangkan oleh guru latih selama jam pelajaran berlangsung
dengan tujuan untuk memperoleh data yang objektif.
c. Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi adalah suatu teknik dalam pemberian layanan kepada guru
latih dengan mengadakan pembicaraan tentang masalah yang dihadapi guru latih.
Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-
masalah khusus yang dihadapi guru. Umumnya materi yang dipercakapkan adalah
hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah ditentukan oleh supervisor.
Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru latih akan kelebihan
dan kekurangannya. Mendorong agar yang sudah baiklebih ditingkatkan dan yang
masih kurang atau yang keliru agar diupayakan untuk memperbaikinya. Teknik
percakapan ini dilakukan dengan menerapkan pendekatan-pendekatan supervisi
seperti teknik directive, non-directive, dan colaborative.
d. Inter Vistasi
Kunjungan antar kelas dalam satu sekolah atau antar sekolah sejenis merupakan
suatu kegiatan yang terutama saling menukar pengalaman sesama guru atau kepala
sekolah tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Manfaatnya
kunjungan antar kelas ini dapat saling membandingkan dan belajar atas keunggulan
dan kelemahan berdasarkan pengalaman masing-masing. Sehingga masing-masing
dapat memperbaiki kualitas guru memberi layanan belajar kepada peserta didiknya.
e. Menilai Diri Sendiri
Guru latih yang menyadari bahwa bahwa kemampuan dan keterampilannya mengajar
harus selalu ditingkatkan. Guru tersebut, akan selalu melakukan teknik dan
pendekatan mengajar dengan baik dan bervariasi. Dalam teknik ini, guru latih sendiri
melakukan penilaian terhadap penampilannya pada saat sedang mengajar dengan
meminta para peserta didiknya mengamati, mengomentari, dan menilai tindakan-
tindakan atau perilaku yang ditampilkannya selama mengajar. Atau dengan cara lain
yang menurut guru latih bersangkutan dapat membantunya mengetahui keadaan

8
sebenarnya dan memperbaiki tentang perlakuannya terhadap kegiatan belajar-
mengajar.
2.4 Pendekatan dan Teknik Supervisi Pendidikan.
Mempelajari berbagai pendekatan dalam supervisi memungkinkan guru untuk
mempunyai wawasan yang lebih luas tentang kegiatan supervisi. Dengan demikian,
pada gilirannya nanti guru dapat berperan serta dalam melakukan pilihan tentang cara
bagaimana supervisor itu akan membantunya. Pendekatan itu antara lain adalah (1)
pendekatan humanistik; (2) pendekatan kompetensi; (3) pendekatan klinis; dan (4)
pendekatan profesional.
a. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik timbul dari keyakinan bahwa guru tidak dapat
diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan
masukan sistem lain yang bersifat kebendaan.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan
pendekatan humanistik tidak mempunyai format yang standar, tetapi bergantung pada
kebutuhan guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan
awal), observasi, analisis, dan interpretasi serta (pembicaraan akhir), maka supervisi
dilakukan sebagai berikut :
1. Pembicaraan awal. Dalam pembicaraan awal, supervisor, memancing apakah
dalam mengajar guru mengalami kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara
informal.
2. Observasi. Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas.
Dalam observasi, supervisor masuk kelas dan duduk di belakang tanpa
mengambil catatan.
3. Analisis dan Interpretasi. Sesudah melakukan observasi, supervisor kembali ke
kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar.
4. Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru
dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir.
5. Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi
berdasarkan judgment supervisor.

9
b. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi, bahwa tujuan supervisi adalah
membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Tugas supervisor adalah
menciptakan lingkungan yang terstruktur itu antara lain meliputi adanya (1) definisi
tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan; (2) penilaian
kemampuan mula guru dengan segala perantinya; (3) program supervisi yang
dilakukan dengan segala rencana terinci tentang pelaksanannya; (4) monitoring
kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau
tidak.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai
berikut :
1. Menetapkan kriteria untuk kerja yang dikehendaki. Tugas serta tanggung jawab
yang diberikan untuk melakukan sesuatu unjuk kerja mengajar tertentu, harus
dispesifikasikan sedemikian rupa, sehingga tugas-tugas tersebut menjadi cukup
rinci dan menjadi lebih jelas bagi guru yang bersangkutan.
2. Menentapkan target untuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan,
supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai. Target ini harus
dinyatakan dalam bentuk tujuan yang dapat diamati dan dapat diukur.
3. Menentukan aktivitas untuk kerja. Pada waktu tujuan untuk kerja disetujui, maka
langkah berikutnya adalah mendiskusikan cara untuk mencapai tujuan itu.
4. Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam montoring ini
supervisor mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi tentang seberapa
jauh pencapaian target yang telah disetujui.
5. Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti menafsirkan
informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai di mana target yang
telah ditetapkan tercapai.
6. Pembicaraan akhir. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang
pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu
guru melihat secara positif hasil penilaian itu.

Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format-format


yang berisi (1) tujuan supervisi; (2) target yang akan dicapai; (3) tugas supervisor dan
guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru; (4) kriteria pencapaian target; (5)
pengumpulan data monitoring, dan (6) evaluasi dan tindak lanjut.

10
Analisis dilakukan secara bersama-sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru,
sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan
supervisi. Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.

c. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa proses belajar guru untuk berkembang
dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru itu.
Pendekatan ini mengombinasikan target yang terstruktur dan perkembangan pribadi.
1. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru
yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu.
Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dan
sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan
karakteristik supervisi klinis, yaitu:
a. Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran.
b. Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran.
c. Berorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah, dan
mengembangkan kebutuhan pribadi.
d. Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.
e. Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian,
dukungan, dan komitmen untuk berkembang.
f. Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan perubahan
metodologi yang terus-menerus.
g. Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara
keadaan real dan ideal.
h. Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan
dengan guru.
i. Memerlukan latihan untuk supervisor.

Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bahkan perbaikan


kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai
keterampilan kepada guru yang meliputi antara lain (a) keterampilan mengamati dan
memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis; (b) keterampilan
menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan

11
yang jelas dan tepat; (c) keterampilan dalam pembaruan kurikulum, pelaksanaan, serta
pencobaannya, dan (d) keterampilan dalam mengajar.

Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam
memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis,
seringkali dipusatkan oada (a) kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan
tugas mengajar; (b) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar
(generic skills), yang meliputi (a) keterampilan dalam menggunakan variasi dalam
mengajar dan menggunakan stimulasi; (b) keterampilan melibatkan siswa dalam
proses belajar; serta (c) keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.

Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis yaitu:

a. Tahap Pembicaraan Pra-Observasi


Tahap ini disebut pula dengan pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini,
supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang
akan diobservasi atau dicatat. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan
supervisor untuk mengidentifikasi keterampilan mana yang memerlukan
perbaikan.
b. Tahap Observasi
Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar yang
dipilih dan disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sementara guru berlatih,
supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di
kelas serta interaksi antara guru dan siswa.
c. Tahap Analisis dan Penentapan Strategi
Supervisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman observasi. Tujuan
tahap ini adalah mengartikan data yang diperoleh dan merencanakan manajemen
pertemuan yang akan diadakan dengan guru.
d. Pembicaraan tentang Hasil
Tujuan pertemuan atau pembicaraan ini adalah untuk memberikan balikan
kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya, memberikan imbalan dan
perasaan puas, mendefinisikan isu dalam mengajar, memberikan bantuan kepada
guru dalam memperbaiki teknik mengajar dan teknik mengembangkan diri
sendiri.

12
e. Analisis Seseudah Pembicaraan (post-conference)
Supervisi merupakan pekerjaan profesional. Oleh karena itu pengalaman
supervisor dalam melaksanakan supervisi harus dapat dimanfaatkan unuk
pertumbuhan jabatannya sendiri. Supervisor harus menilik ulang tentang apa
yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang
ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai supervisor dalam
melakukan observasi.

d. Pendekatan Profesional
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu
adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal yang
menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang sifatnya administratif.
Teknik supervisi profesional, sebagai berikut:
1. Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala
sekolah (dan pengawas).
2. Penggugusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing-masing sekolah
maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan.
3. KKG (Kelompok Kerja Guru), KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), KKPS
(Kelompok Kerja Pengawas Sekolah), dan PKG (Pusat Kegiatan Guru),
dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala
sekolah, dan pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas
pengajaran.

Melalui penggugusan, KKG dan PKG maka langkah-langkah kegiatan pembinaan


sebagai berikut:

1. Tahap Pertemuan. Dalam tahap ini guru mengumpulkan data mengenai kesulitan
pelaksanaan pengajaran dan dicatat sebagai masalah yang akan dibahas dalam
pertemuan sejawat.
2. Tahap Pengajuan Masalah. Dalam tahap ini masing-masing guru peserta diskusi
kelompok KKG mengajukan permasalahan yang sudah dituliskan di rumah atau di
sekolah.
3. Tahap Pembahasan. Satu demi satu masalah yang diajukan oleh guru dibahas
bersama-sama.

13
4. Tahap Implementasi. Setelah mendapat alternatif pemecahan masalah dari
kelompok diskusi sejawat, guru mencoba menerapkan alternatif tersebut di dalam
praktek.
5. Tahap Pengumpulan Balikan. Pengalaman dalam mengimplementasikan alternatif
pemecahan masalah tersebut, dicatat oleh guru dalam buku tersendiri.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknik supervisi pendidikan adalah merupakan alat yang digunakan oleh
supervisor untuk mencapai tujuan supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat
melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Teknik
supervisi pendidikan kelompok terdiri dari pertemuan orientasi, rapat guru, studi
kelompok antar guru, diskusi sebagai pertukaran pikiran atau pendapat, dan workshop
(lokakarya). Teknik supervisi pendidikan individual terdiri dari kunjungan kelas,
observasi kelas, percakapan pribadi, inter vistasi, dan menilai diri sendiri.
3.2 Saran
Saran saya adalah, agar makalah ini digunakan dalam pembelajaran mengenai
teknik supervisi pendidikan dan agar beberapa teknik supervisi pendidikan dapat
diterapkan di sekolah-sekolah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Soecipto dan Raflis Kosasih, 1999, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.

Wau, Yasaratodo, dkk, 2017, Profesi Kependidikan, Medan: Unimed Press

16

Anda mungkin juga menyukai