Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PEDIKULOSIS

Nama Anggota :

1. Elva Budhy C 1611016


2. Ika Tyas A S 1611021
3. Wiwit S 1611032
4. Zulfa Alkarimah 1611033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR
2017/2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pediculosis adalah infestasi kutu pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh
Pediculus humanus capitis. Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia, prevalensi di
negara yang sedang berkembang tampaknya lebih tinggi dari pada di negara maju.
Hal ini disebabkan P.h. capitis bukanlah penyakit yang wajib dilaporkan sedangkan
masyarakat menganggapnya hanya sekedar gangguan sehingga tidak berobat ke dokter.
Sebenarnya P.h. capitis perlu mendapat perhatian karena penyakit ini sering menyerang
anak-anak. Rasa gatal yang hebat, mengganggu ketenangan tidur dan mengganggu
konsentrasi belajar sehingga prestasi anak menurun. Penyakit ini dapat menimbulkan
komplikasi yaitu infeksi sekunder oleh bakteri sehingga anak sering kena demam
(Hadidjaja & Margono, 2011).
Infestasi P.h. capitis lebih sering ditemui pada orang dengan model rambut yang panjang
dan lebat, terlebih pada anak yang gemar menjalin rambutnya. Kebersihan pribadi
memegang peranan penting pada penderita pediculosis karena keadaan lembab padakulit
kepala sangat mempengaruhi terjadinya infestasi P.h. capitis.

B. Tujuan
a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi pedikulosis
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari pedikulosis
c. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinis pedikulosis
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi pedikulosis
e. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pedikulosis
f. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pedikulosis
C. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari pedikulosis ?
2. Bagaimana pengkajian dari pedikulosis ?
3. Bagaimana diagnosa dari pedikulosis ?
4. Bagaimanakah merencanakan tindakan keperawatan dari pedikulosis ?
5. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan pedikulosis ?
6. Bagaimanakah melakukan tindakan keperawatan dari pedikulosis ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Pedikulosis adalah penyakit infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan dengan
pediculus (tergolong family pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakit ini juga
menyerang binatang. (Adhi Djuanda, 1998)
Pedikulosis adalah infeksi kulit / rambut pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat
pediculus humarus. (Arif Mansjoer, 2000).
Pedikulosis adalah penyakit kulit menular akibat infeksi pedikulus (tuma) , sejenis kutu yang
hidup dari darah manusia, pada rambut kepala dan kemaluan atau baju. Kutu tersebut akan
member keluhan gatal akibat gigitanya. Kutu hampir tak dapat dilihat, merupakan serangga
tak bersayap yang mudah menular dari orang ke orang melalui koontak badan dank arena
pemakaian bersama baju atau barang lainya.
B. Klasifikasi
a. Pedikulus capitis
Imfestasi kutu yang menyerang rambut di kepala
b. Pediculus carporis
Infestasi kutu pediculus humanus carporis pada badan
c. Pedikulosis pubis
Infestasi oleh phthirus pubis yang menyerang daerah genital

C. Etiologi
a. Pedikulosis capitis
Etiologi dari Pedikulosis capitis adalah pediculus humanus var. capitis. Kutu ini
mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan merah jika telah menghisap
darah.
b. Pedikulosis carpotis
Etiologi dari Pedikulosis carporis adalah Pedialus humarus var. Carporis Pediculus
humarus var.carporis mempunyai 2 jenis kelamin, yakni jantan dan betina berukuran
panjang 1,2 – 4,2 mm dan lebar kira – kira ½ panjangnya, sedangkan yang jantan lebih
kecil

2
c. .Pedikulosis Pubis
Etiologi dari Pedikulosis Pubis adalah Phthirus pubis. Kutu ini juga mempunyai 2 jenis
kelamin, yang betina lebih besar daripada yang jantan. Panjangnya sama dengan lebarnya
yaitu 1 -2 mm.
Penyakit pedikulus disebabkan oleh parasit Pedikulus yang biasa kita kenal dengan kutu.
Kutu hampir tidak dapat dilihat, merupakan serangga tak bersayap yang mudah menular
dari orang keorang melalui kontak badan dan karena pemakaian bersama baju dan barang
lainnya. Ada beberapa kutu yang menyebabkan pedikulosis, seperti kutu kepala juga kutu
badan.
Kutu kepala sangat mirip dengan kutu badan, meskipun sebenarnya merupakan spesies
yang berlainan. Kutu kemaluan memilikai badan yang lebih lebar dan lebih pendek
dibandingkan kutu kepala dan kutu badan.

3
D. Patofisiologi
P. Humarus var. capitis dan p. Humarus var.carporis adalah penyebab dari Infeksi kulit
parasitik pedikulosis. P. Humarus var.capitis dan P. Humarus var.carporis berkembang biak
sesuai dengan siklus hidup tuma yaitu telur, larva, nimpa dan akhirnya tumbuh dewasa. Pada saat
bertelur (nits) mereka akan berada disepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut
manusia dan cara penularan mereka adalah melalui kontak langsung dan tidak langsung. Pada
masa siklus nimpa, mereka akan turun ke dasar rambut kemudian berkembang biak menjadi
dewasa dan mengeluarkan sekret yang dimasukkan ke dalam kulit sewaktu menghisap darah,
mengakibatkan timbulnya rasa gatal yang hebat dan adanya rasa panas dikulit kepala. Akibat
garukan tersebut maka akan timbul kelainan kulit lainnya seperti erosi, ekskotiasi dan infeksi
sekunder. Hal tersebut dapat menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya Pioderma ( infeksi
kulit yang terbebtuk pus ) dan terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Pedikulosis Pubis disebabkan oleh phthirus pubis yang dalam siklus hidupnya mengalami
morfologi yaitu telur, larva, nimpa dan tumbuh menjadi kutu dewasa. Kutu tersebut masuk
melalui kulit / folikel rambut dan menghisap darah dengan mengeluarkan saliva yang dapat
mengubah bilirubin menjadi biliverdin. Hal tersebut menimbulkan makula pada tubuh, paha,
ketiak yang berwarna coklat kemerahan disebut juga makula scrulae sehingga mengakibatkan
rasa gatal yang hebat. Timbullah lesi yang diakibatkan dari garukan dan adanya bercak hitam
yang twerdapat pada celana dalam akibat krusta. Pada akhirnya mengakibatkan infeksi sekunder
dengan pembesaran KGB regional.

4
PATHWAY

Agen

Transmitter

Kontak langsung Kontak tidak langsung

Host

Menyerang kulit badan dan pubis

Menggigit dan menghisap darah

Mengeluarkan Liur dan eksreta melekat pada kulit pubis

Gangguan
GangguanRasa
RasaNyaman Gatal Ganguan Pola Tidur
Gangguan Pola Tidur
Nyaman
Bercak-bercak kemerahan

dan keabuan pada kulit badan dan pubis

Kurang
Krang Pengetahuan
Pengetahuan

Gangguan
Gangguan Body
Body Image
Image

Terejadi Kerusakan Integritas Kulit


Terjadi Kerusakan Integritas
Kulit
5
E. Manifestasi Klinis
a. Rasa gatal yang hebat terutama daerah oksiput, temporal dan pubis.
b. Rasa panas di sekitar kulit kepala
c. Pruritis
d. Eritema, iritasi dan infeksi sekunder akibat garukan.
e. Kulit kering dan bersisik dengan daerah-daerah yang berpigmen serta berwarna gelap.
f. Ditemukan kutu atau telur kutu.
g. Rambut akan bergumpal, berbau busuk akibat banyaknya pus dan krusta.
h. Pembesaran kelenjar getah bening regional.
i. Adanya kelainan di kulit berupa garis-garis bekas garukan dan bintik-bintik kemerahan
yang kecil dan khas.

F. Penatalaksanaan
a. Pedikulosis Capitis
 Pengobatan yang dianggap terbaik ialah malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk lasio atau
spray
Cara pemakaian : malam sebelum tidur cuci rambut dengan shampo
kemudian oleskan losio malathion dan tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya cuci
rambut dengan shampo lalu disisir dengan serit. Pengobatan dapat diulang lagi seminggu
kemudian jika masih terdapat kutu atau telur kutu.

 Pengobatan lain dan cukup efektif ialah krim gameksan 1%.


Cara pemakaian : setelah dioleskan dan didiamkan selama 12 jam, cuci
dan sisir rambut dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat telur,
seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi benzil
benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama.
 Pada keadaan infeksi sekunder berat, sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan
antibiotik sistemik dan topikal, preparat antipruritus, lalu disusul dengan obat di atas
dalam bentuk shampo.

6
Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa
mengandung tuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas, sedikitnya dengan
suhu 54oC atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infeksi silang.
Perabot, permadani dan karpet yang berbulu halus sering dibersihkan dengan alat
vacum cleaner.
Sisir dan sikat rambut juga harus didesinfeksi dengan shampo.
Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan pasien harus
diobati.

b. Pediculosis Corporis
 Dengan menggunakan krim gamekson 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh
dan didiamkan 24 jam, setelah itu mandi, jika belum sembuh diulangi 4 hari
kemudian.
 Pengobatan lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubk malathion 2%.
 Pakaian direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu.
 Jika terdapat infeksi sekunder, obati dengan antibiotik sistemik dan topikal.
c. Pediculosis Pubis
 Harus dicari penyakit menular seksual lain yang mungkin menyertai pedikulosis
pubis sering diderita bersamaan dengan PMS lain, seperti gonorrhea,
trikomoniasis, skabies, kandidosis dan sifilis.
 Pasangan seks atau anggota keluarga harus diperiksa jika perlu diobati.
 Pakaian dalam, handuk dan sprei dicuci dengan air panas dan disetrika, atau
jangan dipakai sedikitnya selama 3 hari.
 Shampo gameksan (Lindare) 1% yang dioleskan selama 4 menit kemudian dicuci.
 Krim permithrin 1 % yang dioleskan selama 10 menit kemudian dicuci.
 Salep mata oklusif pada tepi kelopak mata, 2 kali sehari selama 10 hari.
 Salep mata fisostigmin 0,25%, 4 kali sehari selama 3 hari.
 Sebaiknya rambut kelamin dicukur.
 Setelah 1 minggu dilakukan evaluasi, bila masih ditemukan kutu atau telurnya
pada pangkal rambut, maka therapi harus diulang. Untuk rasa gatal yang menetap

7
karena sensitasi, dapat diberikan anti inflamasi ringan seperti krim hidrokortison
1%, 2 kali sehari.

Pendidikan kesehatan pada klien pedikulosis


 Adanya penyuluhan dan penjelasan bahwa tuma dapat menjangkit setiap orang dan
keadaan ini menyebar dengan cepat dan terapinya harus segera dimulai.
 Anjurkan kepada masyarakat untuk tidak memakai sisir, sikat rambut dan topi yang
sama.
 Perlunya penyuluhan mengenai hygiene perorangan dan cara-cara pencegahan /
mengendalikan infestasi kutu.
 Untuk pasien dan pasangan seksualnya, harus dilakukan pemeriksaan diagnostik
terhadap penyakit menular seksual.

G. Komplikasi
a. Pruritus yang hebat
b. Pioderma
c. Dermatitis
d. Pembesaran kelenjar getah bening.

8
BAB III
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
a. Data biografi (nama, umur, pekerjaan, alamat, dll)
b. Riwayat kesehatan lalu
 Riwayat personal hygiene yang buruk
 Sering berganti pakaian secara bersama-sama
 Penyakit menular seksual : sifilis, gonorrhea.
c. Riwayat kesehatan keluarga
 Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama, sehingga penularan
penyakit dapat terjadi.
 Keluarga / pasangan yang menderita PMS
 Hygiene anggota keluarga yang buruk.
d. Riwayat kesehatan sekarang
o Integritas ego
 Gejala : mungkin cemas, ketakutan dan khawatir, menarik diri.
 Tanda : gelisah, pucat, kurang percaya diri
o Nyeri dan kenyamanan
 Tanda : gatal pada daerah temporal, occiput dan pubis
 Rasa panas di kulit kepala, eritema, iritasi dan kulit kering, bersisik,
adanya bekas garukan dan bintik-bintik kemerahan.
 Adanya lesi, krusta akibat garukan.
o Keamanan
 Keadaan pada kulit : adanya lesi, pus dan krusta, pembesaran kelenjar
 getah bening.
 Keadaan pada rambut : rambut bergumpal dan berbau busuk, infeksi
 sekunder akibat garukan, ditemukannya kutu / telur kutu.
o Interaksi sosial
 Tanda : perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perasa-
 an malu, dan minder.

9
o Penyuluhan / pembelajaran
Tanda : - Ketidaktahuan / ketidakadekuatan mengenai penyebab,
proses penyakit dan pengobatan.
- Riwayat PMS seperti gonorrhea, trikomoniasis, scabies, kandidoasis.
- Riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.

B. Diagnosa
a. Gangguan rasa nyaman (gatal)
b. Kerusakan integritas kulit

C. Intervensi

No. Diagnosa NOC NIC


1. Gangguan Rasa Status Kenyamanan Manajemen Pruritus
Nyaman (Gatal) Domain : Kondisi kesehatan Definisi : Pencegahan dan
yang dirasakan
Definisi : Merasa pengobatan terhadap gatal –
Kelas :Kualitas kesehatan dan
kurang senang, lega,
kehidupan. gatal.
dan sempurna dalam
Skala : Dipertahankan pada 2
dimensi fisik, Aktivitas:
ditingkatkan ke 4
psikospirituaal,
lingkungan , dan
Definisi : Keseluruhan rasa  Tentukan penyebab
nyaman dan keamanan individu
social. dari (terjadinya)
secara fisik, psikkospiritual,
social budaya, dan lingkungan. pruritus (misalnya,
Indicator:
dermatitis kontak,
 Kesejahteraan fisik
kelainan sistemik dan
 Kontrol terhadap gejala
obat - obatan)
 Kesejahteraan
 Lakukan pemeriksaan
psikologis fisik untuk
 Lingkungan fisik mengidentifikasi
 Perawatan sesuai (misalnya lesi, bula,
dengan kebutuhan ulserasi dan abrasi)
(NOC HAL.528)  Berikan krim dan

10
lotion yang
mengandung obat,
sesuai dengan
kebutuhan
 Berikan kompres
dingin untuk
meringankan iritasi
 Instruksikan pasien
untuk mempertahankan
potongan kuku dalam
keadaan pendek
(NIC HAL.205)

2. Kerusakan Integritas Perawatan Diri : Kebersihan Perawatan Kulit : Pengobatan


Kulit Domain : Fungsi Kesehatan Topikal
Kelas : Perawatan Diri
Definisi : perubahan / Definisi : Mengaplikasikan zat
Skala : Dipertahankan pada 2
gangguan epidermis
ditingkatkan ke 4 topical atau meningkatkan
dan atau dermis
Definisi : Tindakan seseorang
integritas kulit dan
untuk mempertahankan
kebersihan diri dan menjaga meminimalkan kerusakan
penampilan secara mandiri
kulit.
dengan alat bantu atau tanpa
alat bantu. Aktivitas :
Indikator :
 Jangan menggunakan
 Mencuci tangan
 Mengeramas rambut alas kasur bertekstur
 Menyisir rambut kasar
 Mencukur rambut
 Mempertahankan  Bersihkan dengan
kebersihan tubuh sabun antibakteri,
(NOC HAL.438) dengan tepat
 Sapu kulit dengan
bubuk obat, dengan
tepat
 Jaga alas kasur tetap

11
bersih, kering, dan
bebas kerut
 Berikan bedak kering
pada lipatan kulit
 Berikan antibiotic
topical untuk daerah
yang terkena dengan
tepat
 Berikan anri inflamasi
untuk daerah yang
terken,dengan tepat
 Berikan pembersih
topical pada daerah
yang terkena, dengan
tepat
 Periksa kulit setiap hari
bagi pasien yang
berisiko mengalami
kerusakan kulit
(NIC HAL.372)

12
BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. R
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Status mariental : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Dasar
Pekerjaan : swasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kp. Pasagi serut, Ds. Sindangheula Kec. Pabuaran
No. Medrek : 614168
R. rawat : Dahlia
Dx. Medis : Kutu Badan
Tanggal masuk : 29 Februari 2016
Tanggal pengkajian : 01 Maret 2016

2. Penanggung jawab
Nama : Tn. S
Umur : 30 tahun
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan : pegawai
Hubungan dengan pasien : Kaka Kandung

13
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Klien mengatakan gatal-gatal pada badannya
2. Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk RS dr.Drajat Prawira Negara tanggal 15 september 2015, saat di IGD
klien mengeluh gatal-gatal pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 16
september 2015 jam 10.00 wib, pasien masih mengeluh gatal-gatal tampak luka
kemerah-merahan seperti bekas garukan pada badannya.
a. Metode PQRST (untuk nyeri)
P : gatal disebabkan karena adanya kutu pada badan
Q: klien mengatakan gatalnya seperti bergerayam
R:gatal dirasakan diseluruh badan
S: klien mengatakan gatal yangf dirasa sangfat hebat
T: gatal dirasakan setiap saat
3. Factor yang memperberat atau mengurangi masalah
Faktor yang memperberat gatal ketika klien tidak mandi, faktor yang mengurangi
masalah yaitu dengan mandi air hangat
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat dan belum pernah mengalami
penyakit ini
5. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan gatal-gatal diseluruh badannya seperti menggereyam, dan pasien
tidak mempunyai alergi obat-obatan ataupun makanan.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan di anggota keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
seperti yangb di derita pasien dan tidak ada yang memiliiki penyakit keturunan
seperti DM dan tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TBC.

14
7. Pemeriksaan fisik :
1. Tanda-tanda vital
a. Keadaan umum : pasien terlihat gatal-gatal
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 120/80 mmHg
d. Nadi : 90x/menit
e. Suhu : 36,5 ̊̊̊̊̊̊̊̊ c
f. RR : pernafasan normalnya 16-24x/mnt
2. Antropometri
a. BB: 65 kg
b. TB: 170 cm

1. Pemeriksaan sistematika/persistem
A) Sistem pernafasan
- Inspeksi: bentuk hidung simetris, tidak adanya sekret pada hidung, tidak menggunakan
otot pernapasan tambahan
- Palpasi: tidak adanya nyeri tekan pada area dada
- Auskultasi: tidak terdengar suara tambahan seperti bonkhi
B) Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak terdapat kelenjar getah bening, tidak terdapat
distensi vena jugularis, tidak terdapat clubbing finger.
- Palpasi : CRT<2 detik
- Perkusi : bunyi ICS 1-6 sebelah kiri pekak
- Auskultasi : S1 dan S2 tidak terdapat suara tambahan
C) Sistem pencernaan
- Inspeksi : mukosa bibir ananemis, tidak terdapat stomatitis, turgor kulit abdomen
elastis, bentuk abdomen simetris
- Auskultasi: bunyi bising usus normal 8-12x/menit
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada area abdomen, tidak terdapat asites
- Perkusi: Bunyi perkusi abdomen timpani
D) Sistem persyarafan
Nervus I (olfaktorius) : klien dapat mencium bau-bauan

15
Nervus II (optikus) : klien dapat melihat pada jarak 2m
Nervus III (okula motorius) : klien dapat menggerakan bola mata kesamping
atas
Nervus IV (traklearis) : klien dapat menggerakkan bola mata ke atas dan
kebawah normal
Nervus V (trigeminus) : pada kornea mata mengkibatkan kurang/
hilangnya reflek kedip
Nervus VI (abdusen) : klien dapat menggerakkan bola mata ke samping
Nervus VII (facialis) : klien dapat membedakan rasa manis dan asin
Nervus VIII (akustikus) : pendengaran klien baik saat ditanya oleh
pengkaji
Nervus IX (glosofaringeus) : klien dapat menelan dengan baik
Nervus X (vagus) : klien dapat membuka mulutnya dengan baik
Nervus XI (spinal accesory) : klien lemah mengangkat bahu kanan dan kiri
Nervus XII (hipoglesal) :pergerakan klien lemah dan tidak bebas
E) Sistem penglihatan
Bentuk mata simetris, warna sklera putih, tidak adanya kelainan pada mata,
F) Sistem pendengaran
-inspeksi : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat serumen
-palpasi : tidak adanya nyeri tekan,
-ROM : fungsi pendengaran baik
G) Sistem perkemihan
Tidak adanya nyeri tekan
H) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada Kerusakan fungsi motorik, kekuatan otot tangan dan kaki tidak lemah/ lumpuh
tidak terdapat atropi Jari-jari tangan dan kaki normal.
I) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran getah bening, dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
J) Sistem integumen
Terdapat lesi diseluruh badan dan tampak kemerahan.Terjadi gangguan pada kelenjar
keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering,
menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah, terdapat kelainan berupa

16
hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem (kemerah-merahan), infiltrat (penebalan
kulit), nodul (benjolan)

Pola kebiasaan sehari-hari


No Pola Sebelum sakit Saat sakit
1. Makan dan minum
Frekuensi 3x/hari 3x/hari
Alergi Tidak ada Tidak ada
Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
Alat bantu makan Tidak ada Tidak ada
2. Istirahat dan tidur
Siang 2 jam 2-3 jam
Malam 7 jam 7-8 jam
3. Personal higiene
Mandi
frekuensi 3x/minggu 1x/hari
Oral higiene
frekuaensi 3x/minggu Tidak pernah
Cuci rambut
Frekuensi 1x/minggu Tidak pernah
4. Eliminasi
BAK
Frekuensi 3-5x/hari 3-5x/hari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Penggunaan alat bantu Tidak menggunakan Tidak menggunakan
BAB
Frekuensi 1-2x/hari Tidak tentu
Warna kuning Kuning
Konsistensi lunak Padat
5. Pola aktivitas Terbaring

17
A. Data Psikologis
1. Status emosi
Klien mampu mengontrol emosinya, jika pasien stres, pasien selalu marah-marah
2. Kecemasan klien
Klien mengatakan dengan sakit seperti ini pasien merasa cemas, tingkat kecemasan klien
sedang
3. Konsep diri
a. Citra tubuh : klien menyukai bagian bentuk tubuhnya yaitu hidung
b. Identitas diri : klien merasa tidak puas menjadi dirinya sendiri
c. Peran : peran klien di dalam keluarganya sebgai anak
d. Ideal diri : klien berharap penyakit di deritanya bisa cepat sembuh
e. Harga diri : klien merasa malu karena dia hanya seorang pengangguran
B. Data Sosial
1. Pola komunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan dengn baik
2. Pola interaksi
Pasien berinteraksi dengan keluarga dan perawat dengan baik dan jelas
C. Data Spiritual
Klien mengatakan pada saat sebelum sakit dapat melaksanakan aktivitas ibada tetapi saat
di rumah sakit aktivitas ibadah belum dapat dilakukan karena alasan kondisinya.

B. Diagnosa
No. Data Etiologi Diagnosa Keperawatan
1. Ds : Kurangnya pengetahuan Gangguan Rasa Nyaman
-. Klien mengatakan dan kemampuan financial (Gatal)
gatal-gatal pada
badannya Hygiene yang buruk

Liur dan secret dari kutu


18
Do : masuk kedalam kulit
-. Tampak gelisah
- Keadaan umum : Merangsang respon gatal
pasien terlihat gatal-gatal pada tubuh
- Kesadaran :
compos mentis Timbul rasa gatal
- Tekanan darah
: 120/80 mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36,5 ̊̊̊̊̊̊̊̊ c
- RR : pernafasan
normalnya 16-24x/mnt

2. Ds : Liur dan secret kutu masuk Kerusakan Integritas Kulit


-. Pasien masih mengeluh kedalam kulit
gatal-gatal tampak luka
kemerah-merahan seperti Merangsang respon gatal
bekas garukan pada dantimbul rasa gatal
badannya.
Do : Pasien menggaruk daerah
-. terdapat luka bekas tersebut
garukan
-. Kulit tampak memerah Garukan dapat merusak
- Keadaan umum : integritas kulit pasien
pasien terlihat gatal-gatal
- Kesadaran : compos
mentis
- Tekanan darah: 120/80
mmHg
- Nadi : 90x/menit
- Suhu : 36,5 ̊̊̊̊̊̊̊̊ c
- RR : pernafasan
19
normalnya 16-24x/mnt

C. Intervensi
No. NOC NIC
1. Status Kenyamanan
Aktivitas:
Skala : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan
ke 4  Tentukan penyebab dari (terjadinya)
Indicator:
pruritus (misalnya, dermatitis
 Kesejahteraan fisik
kontak, kelainan sistemik dan obat -
 Kontrol terhadap gejala obatan)
 Kesejahteraan psikologis
 Lakukan pemeriksaan fisik untuk
 Lingkungan fisik mengidentifikasi (misalnya lesi,
 Perawatan sesuai dengan kebutuhan bula, ulserasi dan abrasi)
(NOC HAL.528)  Berikan krim dan lotion yang
mengandung obat, sesuai dengan
kebutuhan
 Berikan kompres dingin untuk
meringankan iritasi
 Instruksikan pasien untuk
mempertahankan potongan kuku
dalam keadaan pendek
(NIC HAL.205)
2. Perawatan Diri : Kebersihan Perawatan Kulit : Pengobatan Topikal
Skala : Dipertahankan pada 2 ditingkatkan Aktivitas :
ke 4
 Jangan menggunakan alas kasur
Indikator :
 Mencuci tangan bertekstur kasar
 Mengeramas rambut
 Bersihkan dengan sabun antibakteri,
 Menyisir rambut
 Mencukur rambut dengan tepat
 Mempertahankan kebersihan tubuh  Sapu kulit dengan bubuk obat,
20
dengan tepat
(NOC HAL.438)
 Jaga alas kasur tetap bersih, kering,
dan bebas kerut
 Berikan bedak kering pada lipatan
kulit
 Berikan antibiotic topical untuk
daerah yang terkena dengan tepat
 Berikan anri inflamasi untuk daerah
yang terken,dengan tepat
 Berikan pembersih topical pada
daerah yang terkena, dengan tepat
 Periksa kulit setiap hari bagi pasien
yang berisiko mengalami kerusakan
kulit
(NIC HAL.372)

21
BAB V
KESIMPULAN

Pedikulosis korporis merupakan infestasi pediculus humanus corporis pada badan (kutu
badan). Keadaan ini menghinggapi orang yang jarang mandi atau yang hidup dalam lingkungan
yang rapat serta tidak pernah mengganti bajunya (Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddarth, E/8, Vol.3)
Kutu badan adalah pemakan yang sering mereka meninggalkan tempat tinggalnya dalam
kelim pakaian dan berpindah ke kulit serta manusuk kulit untuk menghisap darah. Daerah kulit
yang terutama terkena adalah bagian yang paling terkena pakaian dalam (leher, badan dan paha).
Kutu badan terutama hidup dalam pelipit pakaian. Gigitan kutu menyebabkan titik-titik
pendarahan yang kecil dan khas. Ekskoriasi yang menyebar luas dapat terlihat sebagai akibat dari
rasa gatal dan perbuatan menggaruk yang intensif, khususnya pada badan serta leher
Badan yang gatal sebaiknya dikompres dengan air hangat agar ridak timbul infeksi.
Sebelum pakaian dicuci direndam air hangat atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu yang
berada dilipatan pakaian. Jika ada infeksi sekunder bisa diberikan antibiotic sistemik atau topikal.

1
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nuratif & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jilid 2
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai