Anda di halaman 1dari 7

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STASIUN GEOFISIKA YOGYAKARTA


Jln. Wates Km.8, Jitengan, Balecatur, Gamping, Sleman, D.I. Yogyakarta, 55294
BMKG Telepon : (0274) 6498383 Fax : (0274) 6498381, Email : stageof.yoyga@bmkg.go.id

Kode Kegiatan: LAPORAN MENGIKUTI KEGIATAN E-LEARNING


OGD 25012018 Online Group Discussion

A. Pendahuluan
Laporan ini dibuat sebagai laporan atas kegiatan berikut:
Nama kegiatan : Online Group Discussion
Hari, tanggal kegiatan : Kamis, 25 Januari 2018
Topik : Tinjauan Fenomena Supermoon dan Gerhana 31 Januari
2018
Agenda : 1. Tinjauan Fenomena Supermoon dan Gerhana Bulan 31
Januari 2018 dari sudut pandang Astronomi
2. Peringatan dini banjir pesisir (rob) dan kaitannya
dengan Supermoon
Presenter : 1. Rukman Nugraha, M.Si
2. Bayu Edo Pratama, M.Si

B. Resume kegiatan
Resume Topik Tinjauan Fenomena Supermoon dan Gerhana Bulan 31 Januari
2018 dari sudut pandang Astronomi oleh Rukman Nugraha, M.Si

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup
oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu
garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena
terhalangi oleh bumi. pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat
terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan
oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum
cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna
gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Gerhana Bulan dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Gerhana bulan penumbra adalah Seluruh permukaan bulan berada pada zona
bayangan penumbra yang dihasilkan bumi saat menghalangi sinar matahari.
2. Gerhana bulan sebagian adalah Tidak semua permukaan bulan tertutup bayangan
dari penampang bumi. Masih terlihat bulan di langit meski sebagian besar menjadi
gelap karena sebagian permukaan bulan berada pada zona bayangan umbra dan
sebagian lagi penumbra.
3. Gerhana bulan total terjadi saat bayangan dari permukaan bumi tepat menutup
sempurna permukaan bulan sehingga sama sekali tidak ada cahaya matahari yang
dipantulkan ke bumi. Gerhana bulan total akan membuat bulan nampak menghilang
perlahan dan akhirnya menjadi hitam sempurna.
Skema orbit bulan ada dua musim gerhana bulan dalam setahun terpisah hampir
6 bulan, yaitu :
1. Gerhana Bulan di sekitar titik tanjak naik (Ascending Node)
yaitu gerhana bulan yang terjadi di sekitar titik tanjak naik atau dimana bulan
bergerak munuju eklips belahan bumi bagian utara
2. Gerhana Bulan di sekitar tititk tanjak turun (Descending Node)
yaitu gerhana bulan yang terjadi di sekitar titik tanjak turun atau dimana bulan
bergerak munuju eklips belahan bumi bagian selatan.
Dengan menggunakan pengetahuan mengenai Siklus Saros, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap 54 tahun sekali akan terjadi gerhana matahari di lokasi
geografis yang kurang lebih sama. Karena lamanya satu siklus Saros tidak sama
dengan jumlah hari penuh (ada ekstra 8 jam), satu2nyaperbedaan karakteristik dua
gerhana yang terpisah sejauh satu siklus saros adalah lokasinya bergeser 8 jami ke
barat yaitu sekitar 120 derajat ke barat. Setelah tiga siklus Saros barulah pergeserannya
360 derajat dan kembali ke lokasi geografis semula. Siklus saros gerhana bulan dan
matahari yang berlangsung di arah langit yang hampir sama, berulang setiap 223 kali
lunasi bulan atau (223 x 29.53 hari) = 6585.19 hari atau (6585.19/365.2422 tahun); kira
– kira 18 tahun 11 hari. Jadi tanggal berlangsungnya gerhana bergeser sekitar 11 hari
lebih lambat dari tanggal gerhana pada seri saros yang sama sebelumnya. Siklus
gerhana ini dinamakan dengan siklus Saros. Siklus Saros = 233*Siklus Sinodis =
239*Siklus Anomalistik = 242*Siklus Drakonik = 6.585,32 hari ~18 tahun 11 hari 8 jam.
Siklus Saros tidak dapat digunakan untuk mengetahui detail prediksi waktu gerhana dan
berfungsi untuk mengelompokkan gerhana dengan karakteristik yang sama. Terdapat 5
siklus untuk gerhana yaitu :
 Siklus Sideris dengan periode 27,321661 hari dan mengelilingi bumi satu kali (tepat
3600)
 Siklus Sinodis dengan periode 29,530588 yaitu siklus dari bulan baru ke bulan baru
berikutnya
 Siklus Tropis dengan periode 27,321582 yaitu siklus yang dinyatakan pada satu titik
di langit yang dianggap tetap (misal: Vernal Equinox)
 Siklus Anomalistik dengan periode 27,554550 hari yaitu siklus dari perige ke apoge
ke perige berikutnya
 Siklus Drakonik dengan periode 27,212221 hari yaitu siklus yang dinyatakan dari
titik tanjak naik ke titik tanjak turun ke titik tanjak naik berikutnya
Untuk memprediksi waktu dan lokasi kejadian gerhana secara presisi dapat digunakan
elemen – elemen bessel.
Hasil perhitungan, gerhana bulan total tanggal 31 januari 2018 di Indonesia memiliki
durasi totalitas yang terlama dalam abad ini. Gerhana bulan total 13 Januari 2018 di
Indonesia terdapat beberapa fase-fase yaitu : P1 adalah gerhana mulai, U1 adalah
Gerhana sebagaian mulai, U2 adalah gerhana total mulai, Puncak adalah puncak
gerhana, U3 Gerhana total berakhir dan U4 adalah gerhana sebagian berakhir. Dapat
diketahui bahwa durasi gerhana dari fase gerhana mulai (P1) ke gerhana berakhir (P4)
adalah 5 jam 20,2 menit. Adapun durasi dari fase gerhana sebagian mulai (U1) hingga
gerhana sebagian berakhir (U4) berlangsung selama 3 jam 23,4 menit. Sementara itu
durasi totalitas, yaitu dari fase gerhana total mulai (U2) hingga gerhana total berakhir
(U3), berlangsung selama 1 jam 16,8 menit. Durasi Totalitas GBT 31 Januari 2018
adalah salah satu yang terlama dalam abad ini (1 jam 16 menit). Kejadian gerhana bulan
total tanggal 31 januari 2018 bersamaan dengan fase purnama perige, sehingga
gerhana bulan total memiliki penampakan yang besar. Gerhana bulan dan purnama
perige tahun 2001 – 2050 sebanyak 113 gerhana bulan dan terdapat 9 gerhana bulan
total perige.

Resume Peringatan dini banjir pesisir (rob) dan kaitannya dengan Supermoon
oleh Bayu Edo Pratama, M.Si

Peta indeks kerentanan kawasan pesisir yang dikeluarkan oleh KKP, indeks kerentanan
kawasan pesisir di Indonesia bervariasi dari sangat rendah hingga sangat tinggi. Dilihat
dari Peta daerah yang cukup tinggi di perairan utara jawa bagian barat dan perairan
timur laut Lampung bervariasi dari moderat sampai tinggi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi indeks tersebut antara lain ketinggian muka air laut (sea level rise),
kekuatan pasang surut (tidal forcing),La Nina, dan gelombang. Faktor – faktor tersebut
memberikan dampak terjadinya genangan dikawasan pesisir (inundation).
Faktor – faktor tersebut memberikan dampak terjadinya genangan dikawasan pesisir
(inundation) adalah :

a. Ketinggian muka air laut (sea level rise)


Perubahan iklim menyebabkanpeningkatan temperatur secara global sehingga
memicu fluktuasi curah hujan yang tinggidan meningkatnya suhu air laut yang
menyebabkan terjadinya pemuaian terhadap volumeair laut sehingga massa air laut
berubah dan meningkat. Latief (2010) Perubahan tinggi muka air laut di Indonesia
bervariasi dari <0.73 - > 0.76 cm/tahun. Kawasan pesisir yang mengalami
perubahan tinggi muka air laut >0.76 cm/tahun berada di pesisir Kalimantan bagian
selatan dan Sulawesi bagian Selatan. Menurut Sofian(2008), pada saat terjadi El
Niño, ketinggian muka level akan terdepresi sebesar 20 cm dibawah normal, dan
pada periode La Niña akan terelevasi sebesar 10 cm sampai 20 cm.

b. Kekuatan pasang surut air laut (tidal forcing)


Pasang surut adalah naik atau turunnya posisi permukaan perairan atau samudera
yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Pasang air laut
menyebabkan perubahan kedalaman air (tidal current). Gaya pembangkit pasang
surut yaitu gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari serta gaya
sentrifugal yang mempertahankan kesetimbangan dinamik dari seluruh sistem yang
ada.

c. Supermoon
Supermoon menggambarkan keadaan bulan penuh ketika bulan berada dalam
posisi terdekatnya dengan bumi. Supermoon dapat meningkatkan tinggi pasang
maksimum 20 – 30% dari posisi Purnama biasa (Sofian, 2008).

d. Gelombang pasang dan geombang badai


Gelombang badai adalah peningkatan muka air laut akibat efek tekanan udara
rendah dan kecepatan angin yang tinggi. Sedangkan gelombang pasang
merupakan kenaikan tinggi muka air laut selama badai berlangsung yang
diakibatkan kombinasi antara gelombang badai dan pasang surut. Contoh kasus
gelombang badai tahun 2016. Pola Isobar menunjukkan adanya Tekanan tinggi
subtropics yang cukup persisten di Lintang Menengah sebelah barat Australia.
Pusat tekanan tinggi Subtropis tersebut (MH - Mascarene High) sudah mulai
terdeteksi dari tanggal 5 Juni 2016 dan terus bergerak ke timur menuju Australia.
Pada tanggal 7 Juni 2016 MH 1029Hpa diprediksi terus menguat hingga tanggal 9
Juni 2016, kondisi ini dapat memicu tingginya kecepatan angin disekitar daerah
tersebut. Dari data aviso NRT (19 May 2016) terlihat adanya anomaly positif tinggi
muka laut di beberapa wilayah perairan Indonesia dengan variasi 10 – 30cm antara
lain: Perairan barat Sumatera , Selat Malaka bagian tengah, Perairan selatan Jawa,
Perairan selatan Bali, Perairan selatan NTB, Perairan utara Jawa Terlihat dari awal
bulan Mei adanya kenaikan trend sea level anomaly di utara Jawa mencapai 15
cm.Anomali positif ini diduga berhubungan dengan fenomena global ENSO.
Sofian(2008), pada saat terjadi El Niño, TML akan terdepresi sebesar 20 cm
dibawah normal, dan pada periode La Niña akan terelevasi sebesar 10cm sampai
20 cm.

Fenomena supermon memiliki dampak yang sering terjadi adalah banjir ROB.Dampak
banjir ROB terjadi pada :
a. aktivitas pelabuhan
b. petambak garam
c. petambak budi daya
d. masyarakat pesisir dan
e. intrusi air laut mempengaruhi ketersedian air tanah berkurang karena kualitas air
tanah menurun dan kerusakan pondasi bangunan.
C. Penutup
Kesimpulan
1. Gerhana bulan dapat terjadi sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup
oleh bayangan bumi, posisi matahari, bumi dan bulan sejajar.
2. Terdapat tiga macam gerhana bulan, yaitu gerhana bulan penumbra, gerhana bulan
sebagian dan gerhana bulan total.
3. Gerhana bulan total tanggal 31 januari 2018 di Indonesia memiliki durasi totalitas yang
terlama dalam abad ini dan terjadi 3 kejadian pada saat bersamaan.
4. Faktor yang mempengaruhi indeks kerentanan pesisir adalah ketinggian muka air laut
(sea level rise), kekuatan pasang surut (tidal forcing),La Nina, dan gelombang. Faktor
– faktor tersebut memberikan dampak terjadinya genangan dikawasan pesisir
(inundation).
5. Fenomena supermon memiliki dampak yang sering terjadi adalah banjir ROB.
Dampak banjir ROB terjadi pada aktivitas pelabuhan, petambak garam, petambak
budi daya, masyarakat pesisir dan intrusi air laut.

Tanggapan
OGD Gerhana Bulan Total ini memberikan banyak informasi terkait fenomena yang
akan berlangsung pada tanggal 31 Januari 2018, serta membantu kami di daerah
untuk mennginformasikan fenomena tersebut ke masyarakat luas.

Saran dan Rekomendasi


1. Jaringan komunikasi pelaksanaan OGD perlu mendapatkan perhatian agar
pelaksanaan OGD tidak terganggu.
2. Jika dimungkinkan software – software yang digunakan menggunakan software open
source yang dapat dengan mudah diakses.

D. Lampiran
a. Foto Kegiatan OGD di Stasiun Geofisika Yogyakarta
b. Daftar Hadir
Dibuat di Yogyakarta
Mengetahui, Pada tanggal 31 Januari 2018
Kepala Stasiun Geofisika PMG Penyalia

Dr. I Nyoman Sukanta, S.Si, MT Dian Susri Nurhaci


NIP. 197010171994031001 NIP. 198105192006042002

Keterangan:
Mengikuti kegiatan: sendiri / berkelompok*
Fasilitas yang digunakan: PC / Laptop / Ponsel*
Perangkat pendukung: loudspeaker / headset saja / headset dengan mic*
Email account yang digunakan untuk login pada saat sesi sinkronus:
stageof.yogya@bmkg.go.id
Alamat email peserta : nugrohobudiwibowo@gmail.com
No HP yang dapat dihubungi : 08157944917

*coret yang tidak perlu


PETUNJUK PENULISAN LAPORAN KEIKUTSERTAAN OGD

1. Laporan bersifat invidual dan menunjukkan originalitas, sehingga tidak ada dua
laporan yang sama persis.

2. Panjang laporan sekitar 2 – 3 halaman(tidak termasuk lampiran) ditulis pada kertas


A4, berkop BMKG (sesuai UPT tempatpesertabertugas), .

3. Laporan menggunakan margin 2,5 cm pada batas atas, bawah, kiri maupun kanan.

4. Jenis tulisan Arial, ukuran 11, jarak spasi 1 (satu) untuk semua bagian. Format yang
digunakan adalah format *.pdf

5. Kode kegiatan terdiri dari 11 digit:


a. 3 digit pertama adalah "OGD"
b. 8 digit berikutnya adalah tanggal, bulan, tahun tanpa tanda pemisah maupun
spasi.

6. Laporan ditandatangani oleh Peserta serta atasan:


a. Kepala Stasiun untuk peserta dari Stasiun kelas I hingga 4
b. Kepala Bidang untuk peserta dari Balai Besar MKG
c. Kepala Sub Bidang untuk peserta dari BMKG Pusat

7. Untuk satu UPT, lampiran berupa daftar hadir dan foto dari para peserta dapat saja
sama satu dengan lainnya.

8. Laporan dikumpulkan paling lambatsatuminggusebelumpelaksanaan OGD


berikutnya, dengan mengaksesLearning Management System (LMS) BMKG.

Untuk dapat mengakses/masuk ke LMS sebelumnya harus memiliki akun.


AKUN LMS = AKUN SKP

9. Setelah login, anda dapat meng-enroll (mendaftarkan diri) dalam kelas Online
Group Discussion 2016(anda bisa memilihnya melalui menu Home atau
CourseSesi Online OGD 2016.

Anda mungkin juga menyukai