Anda di halaman 1dari 11

Terawan Agus Putranto

5 Agustus 1964 - Sekarang

PROFIL TOKOH
Nama lengkap : Terawan Agus Putranto

Profesi : tentara

Tempat / Tgl Lahir : Yogyakarta, 5 Agustus 1964

Karya / Prestasi : Bintang Mahaputra Naraya, 2013


Hendropriyono Strategic Consulting (HSC), 2015
Penemu Terapi Cuci Otak dan Penerapan Program DSA
Terbanyak, Rekor MURI, 2017
Penerima Bidang Kedokteran, Penghargaan Achmad Bakrie
(PAB) XV, 2017

Lulus dari Fakultas Kedokteran UGM, Terawan Agus Putranto langsung mengabdi sebagai dokter TNI
Angkatan Darat. Ia menghabiskan kariernya di dunia medis dengan menemukan metode baru, terapi
cuci otak, untuk pengobatan stroke.

Nama Mayjen TNI Dr.dr.Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI mulai dikenal setelah mempraktikkan metode
cuci otak untuk menyembuhkan penderita stroke. Kegigihannya sebagai dokter tak kenal lelah. Di tengah
kesibukannya sebagai dokter, ia juga menempuh pendidikan hingga doktor dengan melahirkan karya ilmiah
yang luar biasa.

Keinginannya menjadi dokter memang cita-citanya saat kecil. Pria kelahiran, Yogyakarta, 5 Agustus 1964 ini
setelah lulus sekolah menengah atas, ia melanjutkan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM),
Yogyakarta. Ia berhasil lulus sebagai dokter pada 1990 saat usianya menginjak 26 tahun.

Lulus sebagai dokter, ia mengabdikan dirinya ke di intansi militer Angkatan Darat.Ia kemudian ditugaskan ke
beberapa daerah, di antaranya Bali, Lombok, dan Jakarta.

Untuk memperdalam ilmu kedokterannya, ia mengambil Spesialis Radiologi di Universitas Airlangga (Unair),
Surabaya. Ia merasa bahwa ilmu Radiologi di Indonesia belum banyak berkembang, sehingga ia pun terketuk
hatinya untuk memperdalam radiologi intervensi. Terawan lulus pada usia 40 tahun.

Pentingnya ilmu yang dimilikinya tentu untuk membantu pasien agar lebih cepat sembuh dari penyakitnya. Tak
cukup di sana, Terawan lagi-lagi untuk menunjang pelayanan dan menambah keilmuannya, ia menempuh
program doktor di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar dan lulus pada 2013.

Dalam pergumulannya dengan dunia medis, Terawan terbilang cerdas. Ia menemukan metode baru untuk
penderita stroke. Metode yang biasa disebut brain flushing itu juga tertuang dalam disertasinya bertajuk “Efek
Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi
Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".

Disertasi tersebut ia sertakan dalam studi doktoratnya di Universitas Hassanuddin. Tentu saja, metode ini
mengundang pro dan kontra di kalangan praktisi dan akademisi kedokteran. Namun, Terawan Agus Putranto
mampu membuktikannya.

Dalam pengalamannya, pasien bisa sembuh dari stroke selang 4-5 jam pasca operasi. Metode pengobatan
tersebut bahkan telah diterapkan di Jerman dengan nama paten ‘Terawan Theory’.

Kualitas sosok Terawan makin sempurna setelah diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Soebroto pada 2015. Ia tak hanya bergelut untuk ego pribadinya sebagai dokter, tapi ia juga
mampu mengelola rumah sakit secara profesional.

Atas pengabdiannya, Terawan mendapatkan sejumlah penghargaan. Di antaranya penghargaan Hendropriyono


Strategic Consulting (HSC) dan dua rekor MURI sekaligus sebagai penemu terapi cuci otak dan penerapan
program Digital Substraction Angiogram (DSA) terbanyak.
Terawan membuktikan kepada dunia medis, meski menjadi dokter militer, ia tetap bisa memberikan penemuan
metode baru dan pelayanan cepat kepada pasien stroke agar cepat sembuh. (AC/DN)

KELUARGA
Istri : Ester Dahlia
Anak : Abraham Apriliawan

PENDIDIKAN
S1, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (UGM), 1990
S2, Spesialis Radiologi. Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, 2004
S3, Doktor Fakultas Kedokteran, Universitas Hassanuddin (Unhas), Makassar, 2013

KARIER
dokter, 1990
Tim Dokter Kepresidenan, 2009
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia
Ketua World International Committee of Military Medicine
Ketua ASEAN Association of Radiology
Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, 2015-sekarang
Angggota, Akademi Ilmu Pengetahuan Yogyakarta (AIPYo), 2016

IDN Times/Teatrika Putri

Cerita Prabowo Jadi Pasien Dokter Terawan


Hingga Bisa Pidato 3 Jam
Prabowo minta IDI cari solusi terbaik untuk dokter Terawan

Published by Teatrika Handiko Putri 5 April 2018

Jakarta, IDN Times - Kasus Mayjen TNI Terawan Agus Putranto atau dokter Terawan yang diberhentikan
sementara oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI),
Selasa 23 Maret lalu, menyita perhatian publik.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pun ikut mengomentari. Dia mengatakan dokter Terawan
adalah salah satu putra bangsa berbakat, karena itu IDI sebaiknya mencari titik terbaik permasalahan tersebut.

1. Prabowo pernah menjadi pasien dokter Terawan


IDN Times/Teatrika Putri

Prabowo mengaku dirinya pernah menjadi pasien dokter Terawan. Ia pernah tiga kali menjalani terapi
dengan Terawan karena penyakit vertigo.

“Saya ini sudah tiga kali diterapi oleh dokter Terawan. Saya merasa prihatin,” ungkap Prabowo di Hotel Sultan,
Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (5/4).

Bahkan, Prabowo mengaku, ingin terapi untuk keempat kalinya kepada dokter Terawan. “Saya sendiri contoh
nya lah, saya sudah tahu, saya pengen keempat kali lagi,” kata dia.

Baca juga: Pilpres 2019: Gerindra Bentuk Sentra Pandu, Siap Kawal Prabowo

2. Prabowo kuat pidato tiga jam berkat dokter Terawan


IDN Times/Teatrika Putri
Prabowo pun bercerita, dulunya pernah menderita vertigo. Lalu, ia dianjurkan dokter Terawan untuk mengikuti
terapinya. Hasilnya, kesehatan Prabowo membaik, bahkan ia bisa kuat pidato tiga jam.

EDITORS' PICKS

 Puisinya Dianggap Menodai Islam, Siapakah Sukmawati Soekarnoputri?


 Mantan Napi Korupsi Tak Bisa Nyaleg, Mendagri: Bagus!
 Ini 5 Alasan Ahok Ceraikan Veronica Tan Versi Keluarga Basuki

“Alhamdulillah, sekarang saya bisa tiga jam pidato. Kalau dikasih kopi bisa lima jam pidato,” ungkap dia.

“Tapi kalau gak ada wartawan lebih lama lagi pidatonya. Kalau sekarang pidato ada kalian saya harus hati-hati
bicaranya, harus sopan,” lanjut Prabowo, bernada gurau.

3. Prabowo menilai dokter Terawan putra bangsa yang luar biasa


IDN Times/Teatrika Putri

Prabowo menilai dokter Terawan adalah sosok putra bangsa yang luar biasa. Seharusnya Indonesia bangga
memiliki sosok seperti Terawan.

“Harusnya kita bangga, banyak orang luar negeri datang ke sini, kita punya sesuatu terobosan di bidang
kedokteran, teknologi yang dirintis oleh seorang putra bangsa,” kata dia.

4. IDI harus mencari solusi yang terbaik


IDN Times/Teatrika Putri

Kabar pemberhentian sementara dokter Terawan oleh IDI, mengejutkan Prabowo. Menurut dia, dokter Terawan
sudah menyelamatkan banyak nyawa ketika sedang bertugas sebagai seorang dokter. Ia pun mengimbau agar
Terawan tidak diberhentikan.

“Saya mohon lah, tolong, saya Prabowo Subianto pernah dibantu oleh dokter Terawan dan timnya, sehingga
saya sekarang fit dan bisa lima jam pidato. Tolong Pak Terawan itu aset bangsa itu. Di mana-mana orang
belajar dari Beliau,” ucap Prabowo.

“Kaget saya. Tapi saya bukan ahli, tapi saya harap ke IDI, tolong lah cari titik terbaik,” Prabowo
menambahkan.

Dituduh Mencederai Sumpah Dokter, Faktanya dr


Terawan Sukses Menyembuhkan Puluhan Ribu
Pasien Stroke
POSBELITUNG-- Kepala RSPAD Gatot Subroto Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto membantah
dirinya pernah mengiklankan diri dan mengangkat terapi " cuci otak" dengan Digital Substracion Angiography
(DSA).

"Saya sebagai seorang TNI tidak pernah mau mengiklankan diri, tetapi kalau saya menerangkan secara medis,
itu kewajiban saya karena menyangkut kejujuran ilmiah," ujar Terawan saat konferensi pers di RSPAD Gatot
Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (4/4/2018).

Dia meminta pihak manapun memperlihatkan dirinya mengiklankan diri dengan terapi "cuci otak".

"Lah saya tidak tahu iklan yang mana karena tidak boleh, harus ditunjukkan di mana saya beriklan. Mohon izin
ditunjukkan iklannya seperti apa. Bahaya menuduh sesuatu mengiklankan," ujarnya.

Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhar meyakini Terawan tidak pernah mengiklankan diri.
Dia mengatakan, beriklan membutuhkan biaya dan biaya tersebut berasal dari Kementerian Keuangan.

"Jadi soal iklan, seluruh biaya dan sebagainya diputuskan Kementerian Keuangan, tidak membuat tarif sendiri
tidak ada. Saya kira terlalu jauh mengatakan diiklankan," ujar Abdul.

Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prijo
Sidipratomo mengatakan, pemberhentian sementara dilakukan karena Terawan dianggap melakukan
pelanggaran kode etik kedokteran.

Prijo menyebut, ada pasal Kode Etik Kedokteran Indonesia (Kodeki) yang dilanggar.

Dari 21 pasal yang yang tercantum dalam Kodeki, Terawan disebut mengabaikan dua pasal yakni pasal empat
dan enam.

Pada pasal empat tertulis, “Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri”.

Terawan tidak menaati itu, dan kata Prijo, Terawan mengiklankan diri. Padahal, ini adalah aktivitas yang
bertolak belakang dengan pasal empat serta mencederai sumpah dokter.

Artikel ini telah tayang di posbelitung.co dengan judul Dituduh Mencederai Sumpah Dokter, Faktanya dr
Terawan Sukses Menyembuhkan Puluhan Ribu Pasien Stroke,
http://belitung.tribunnews.com/2018/04/05/dituduh-menciderai-sumpah-dokter-faktanya-dr-terawan-sukses-
menyembuhkan-puluhan-ribu-pasien-stroke.

Editor: khamelia

dr Terawan: Terapi 'Cuci Otak' Sudah Teruji secara Ilmiah


DR dr Terawan Agus Putranto (Foto: Facebook @Berita Dokter)

Mayjen DR dr Terawan Agus Putranto memberikan penjelasannya soal terapi 'cuci otak' yang ia gunakan untuk
mengobati pasien stroke. Dalam keterangannya di hadapan anggota Komisi I DPR, dr Terawan
mengungkapkan metode 'cuci otak' ini sudah terbukti secara ilmiah.

dr Terawan mengungkapkan, pada 2013 Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI menyarankan agar
metode 'cuci otak' dibuktikan secara ilmiah. Karena itulah, dr Terawan akhirnya mendaftar S3 di Universitas
Hasanudin Makassar.

"Pada 2013, MKEK menyarankan (metode 'cuci otak') diselesaikan dengan riset. Saya (lalu) mendaftar ke
Universitas Hasanudin," ungkap dr Terawan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (4/4).

Sebelum menjalani pendidikan di Universitas Hasanudin, dr Terawan sempat mencoba mendaftar S3 di


Universitas Gajah Mada (UGM) yang memiliki program kerja sama dengan RSPAD Gatot Subroto. Namun, ia
tidak jadi melanjutkan S3-nya di UGM karena proposalnya mengenai metode 'cuci otak' tidak sesuai dengan
topik pembahasan yang ada.

"Karena tidak cocok, saya enggak lanjutkan. (Kemudian) saya majukan sebagai disertasi di Unhas. Saya
selesaikan (selama) 3 tahun, mendapat gelar doktor," ujarnya.

dr Terawan akhirnya mendapatkan gelar doktor pada 4 Agustus 2016. Judul disertasi Kepala RSPAD Gatot
Subroto itu adalah 'Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor
Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis'. Penelitian itu ia lakukan
bersama 5 orang lainnya.

"(5 orang itu) saya (selaku) dokter neurologi, 4 ahli laboratorium ikut riset membahas pengaruh stemselnya,
diuji secara kaidah dan akademis akhirnya kami berenam selesai doktor di bidang Intra Arterial," kata dia.

Hasil disertasinya itu, kata dr Terawan, bahkan sudah dipublikasikan di jurnal internasional. "Syarat harus
terpublikasi di jurnal, kita malah (dipublikasikan) di jurnal internasional. Dari total 6 orang yang ambil, ada 12
jurnal internasional. Impact factor-nya diadopsi oleh orang lain, negara lain, atau peneliti lain," pungkasnya.
Diketahui, IDI memecat dr Terawan karena ada pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan olehnya. dr
Terawan dinilai mengiklankan dirinya serta menjanjikan kesembuhan kepada pasiennya. IDI juga berpendapat
metode 'cuci otak' dr Terawan belum teruji secara ilmiah dan belum disosialisasikan ke dokter lain, termasuk ke
pengurus IDI.

Dokter Terawan Bicara Soal Pemecatannya,


Sejumlah Tokoh Termasuk Try Sutrisno Jadi
Pasiennya
BANGKAPOS.COM - Nama Mayjen TNI dr. Terawan Agus Putranto menjadi bahan perbincangan sejak
beberapa hari terakhir.

Hal ini lantaran terobosan melakukan terapi "cuci otak" sebagai penyembuhan penyakit stroke yang dibuat oleh
Kepala RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto tersebut.

Orang-orang pun berbondong-bondong datang ke RSPAD Gatot Subroto.

Dokter Terawan lalu menyiapkan dua lantai ruangan di rumah sakit tersebut untuk menangani pasien stroke.

Nama ruangannya CVC (Cerebro Vascular Center).

Bagian ini setiap hari bisa menangani sekitar 35 pasien.

Biayanya paling murah sekitar Rp 30 juta per pasien.

Beberapa figur publik bahkan pernah melakukan terapi "cuci otak" dari Dokter Terawan.

Seperti mantan Wapres Try Sutrisno, mantan kepala BIN Hendropriyono, tokoh pers Dahlan Iskan beserta
istrinya, dan tokoh ternama lainnya.

Nah, baru-baru ini, hal lain yang jadi sorotan tentang Dokter Terawan adalah persoalan pemecatan dirinya.

Mayjen TNI Dr. Terawan Agus Putranto Dibela


Pasien
Kesehatan bukan segalanya tetapi tanpa kesehatan semuanya menjadi tidak berarti. Itulah semboyan profesi
kesehatan terkait dengan pentingnya memelihara kesehatan. Harta, tahta, wanita dan permata menjadi tidak
berarti ketika tidak bisa dinikmati karena batang tubuh terserang penyakit. Itulah sebabnya para ahli
kedokteran dari zaman ke zaman berupaya melakukan penelitian guna mencari obat dan tindakan operasi
medis terbaik guna memerangi segala macam jenis penyakit.

Seperti diberitakan kompas.com - - Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dikabarkan menjatuhkan
sanksi atas pelanggaran etik berat yang dilakukan oleh Kepala Rumah Sakit Umum Pusat Angkatan Darat
(RSPAD), Mayjen TNI dr Terawan Agus Putranto. Hal ini dibenarkan oleh Ketua MKEK, dr Prijo Pratomo,
Sp. Rad.

Indonesia sebenarnya sangat tertinggal dibanding negara lain bila ditelisik penemuan baru di bidang
kesehatan berkualitas berujung hadiah nobel. Dokter umum, spesialis dan super spesialis sebenarnya
berkehendak melakuan penelitian namun apa daya waktu dan kesempatan tersebut kurang di fasilitasi
pemerintah berkuasa. Dengan demikian kiprah komunitas kedokteran dan kesehatan Indonesia lebih
terkosentrasi pada hilir kesehatan yaitu pengobatan (therapeutic)
dr. Terawan Agus Putranto satu diantara sedikit sejawat yang melakukan penelitian kedokteran. Tidak
berhenti disana Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) kemudian meng aplikasikan hasil
penelitian dalam upaya mencegah terjadinya resiko stroke pada manusia. Teknik terapi pengobatan Anggota
Aktif TNI AD bintang dua ini dinamakan Digital Substaction Angiogram (DSA)

Referensi ribunenews.comMKEK menjatuhkan sanksi ke dr Terawan berupa non aktif sebagai anggota Ikatan
Dokter Indonesia (IDI) selama 12 bulan. Justru MKEK tidak mempersalahkan teknik terapi pengobatan DSA
yang dijalankan Terawan untuk mengobati stroke, melainkan kode etik yang dilanggar. "Kami tidak
mempersoalkan DSA, tapi sumpah dokter dan kode etik yang dilanggar," ujarnya saat dihubungi Kompas.com
pada Rabu (4/4/2018).

Pada pasal empat tertulis bahwa "Seorang dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat
memuji diri". Terawan tidak menaati itu, dan kata Prijo, Terawan mengiklankan diri. Padahal, ini adalah
aktivitas yang bertolak belakang dengan pasal empat serta mencederai sumpah dokter.

Sementara itu, kesalahan lain dari Terawan adalah berperilaku yang bertentangan dengan pasal enam.
Bunyinya: "Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap
penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat
menimbulkan keresahan masyarakat".

Dibalik itu semua dr. Terawan dibela pasien yang nota bene orang orang terkenal. Pasien pun bukan
sembarang. Sejumlah tokoh nasional pernah menjadi pasiennya. Mereka diantaranya Presiden Keenam
Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Keenam Try Sutrisno, mantan kepala Badan Intelijen
Negara (BIN) Hendro priyono, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan, mantan Menkumham Yusril
Ihza Mahendra dan lainnya.
Di antara yang bereaksi atas pemecatan Terawan adalah sejumlah tokoh nasional yang pernah
mendapat penanganannya. Diantaranya mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie atau
Ical dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. (sindonews.com)

Biarlah IDI dan dr Terawan menjalankan tugas pokok dan fungsi masing masing sembari mencari jalan terbaik
dikaitkan peraturan perundangan dan kode etik kedokteran. Satu hal yang perlu diingat bahwa segala sesuatu
menyangkut pengobatan kepada masyarakat hendaknya selalu berpedoman sikap profesionalisme menginggat
keselamatan jiwa manusia.

Tindakan Kateterisasi Otak Metode DSA


Kamis, 21 Sep 2017 16:00 | editor : Dzikri Abdi Setia

JEMBER- Rumah Sakit Daerah (RSD) Soebandi berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas
Jember (FK Unej) menggelar kuliah umum tentang kateterisasi otak, Selasa (19/9).

Kegiatan di ruang auditorium FK Unej itu digelar untuk menyiapkan diri terhadap layanan kateterisasi otak di
bidang bedah saraf di RSD dr Soebandi Jember.

Kuliah umum itu dipandu oleh dua ahli bedah saraf dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soetomo
Surabaya/Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair). Yaitu dr Asra Al Farizi SpBS (K) FICS dan
dr Nur Setiawan MD SpBS. Dengan dihadiri kurang lebih 105 peserta mahasiswa FK Unej dan ahli bedah saraf
RSD Soebandi.

Keduanya banyak mengulas masalah stroke, sebagai salah satu kelainan saraf otak. Yang menurut mereka
menjadi pembunuh nomor satu di Indonesia. Namun ironisnya, kebanyakan penanganan kasus stroke kerap
mengalami keterlambatan.

Keterlambatan penanganan itu salah satunya disebabkan oleh kurang masifnya promosi preventif terhadap
gejala keluhan stroke. Sehingga, saat dibawa ke rumah sakit biasanya sudah dalam kondisi parah. Padahal,
menurut mereka, semakin lama penderita stroke tidak segera ditangani, maka kerusakan otak yang dialami akan
semakin besar. “Gongnya pada 2015 kemarin, kasusnya cukup tinggi,” ujar Asra.

Di Jember pun kasus keterlambatan penanganan stroke ternyata juga kerap terjadi. Salah seorang ahli bedah
saraf RSD Soebandi yang menjadi peserta pada kuliah umum itu dr Andre Kusuma SpBS menuturkan,
sejumlah penderita stoke yang dirujuk ke RSD Soebandi sedikit sekali yang mendapatkan screening di awal.

Lantas, terkait dengan penanganan stroke, metode kateterisasi otak dengan menggunakan Digital Subtraction
Angiography (DSA) menjadi salah satu terobosan baru, DSA adalah teknik yang dilakukan untuk menggambar
pembuluh darah dengan menyemprotkan zat kontras (iodine) agar bisa dideteksi oleh alat X-ray melalui film.

Sedangkan DSA otak berfungsi melihat kelainan pembuluh otak, seperti penyempitan, sumbatan, aneurisma
pada arteri dan vena. Setelah kuliah umum di FK Unej, dua ahli bedah saraf RSD dr Soetomo Surabaya ganti
presentasi di ruang lobi direksi RSD dr Soebandi Jember.

Keduanya memberikan pendampingan kepada para dokter RSD dr Soebandi Jember untuk penanganan stroke
metode kateterisasi otak dengan menggunakan DSA. Rencananya hari ini akan dilakukan operasi penanganan
pasien stroke menggunakan DSA.

Hebat…, Cuci Otak atau “Brain Wash” Tidak Lagi


Harus ke Jakarta, Bisa Dilakukan di RSD dr
Soebandi Jember.

JEMBER KREASINDONEWS.COM – Cuci otak atau “Brain wash” kini tidak perlu jauh jauh lagi pergi ke
rumah sakit (RS) di Jakarta. “Kita bisa melakukannya di RSD dr Soebandi Jember, ujar dr Andre Kusuma
SpBS, Spesialis Bedah Syaraf RSD dr Soebandi Jember.

Terlebih lagi, kata dr Andre, RSD dr Soebandi sudah memiliki alat canggih berstandar Internasional. Dr Andre
Termasuk dokter spesialis satu-satunya dokter ahli cuci otak atau Brain Wash yang dimiliki RSD dr Soebandi.
Untuk diketahui, RSD dr Soebandi terus berbenah diri agar bisa memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat lebih baik lagi. Salah satunya terus menambah alat canggih agar layanan kesehatan bisa dilayani
langsung di rumah sakit milik daerah ini.

Setelah sebelumnya di bawah kepemimpinan Bupati Jember dr Hj Faida MMR dan Wakil Bupati Jember Drs
KH Muqit Arief, RSD dr Soebandi menambah alat terbaru, yaitu mikroskop Pantero 900, kini ada lagi alat
terbaru yang dimiliki RSD dr Soebandi. Alat canggih tersebut adalah CT Scan 128 slices, MRI, dancath Lab.

“Alat kesehatan ini terlengkap dan tercanggih. RSD dr Soebandi Jember kini sudah lengkap dengan tersedianya
CT Scan 128 slices, MRI, dan cath lab,” ujar dr Andre Kusuma SpBS, Spesialis Bedah Syaraf RSD dr Soebandi
Jember.

Dijelaskan, alat canggih tersebut merupakan sarana diagnosa terlengkap dan tercanggih dalam menangani kasus
pembuluh darah otak, jantung dan organ lainnya. “Dan menjadi satu kesatuan pelayanan yang paripurna,”
paparnya.

Masih menurut dr Andre, dengan keberadaan alat canggih tersebut, semakin menguatkan kesiapan RSD dr
Soebandi sebagai rumah sakit rujukan regional dan bahkan sudah bertaraf standard internasional.

Sebelumnya, dr Andre juga sempat mengenalkan alat kesehatan terbaru, yaknimikroskop Pantero 900.

“Alat tersebut merupakan alat tercanggih dalam membantu operasi bedah saraf seperti dimiliki beberapa rumah
sakit swasta terkenal di Indonesia,” ujar dr Andre Kusuma SpBS, Spesialis Bedah Syaraf RSD dr Soebandi
Jember.

Dijelaskan, alat tersebut hasilnya sangat teliti dan jelas dalam menunjang operasi tumor otak dan kelainan
pembuluh darah di otak.

“Jadi kenapa harus jauh-jauh di Surabaya bila di Jember sudah bisa dan siap memberi pelayanan paripurna,”
tegasnya. Apalagi, RSD dr Soebandi Jember merupakan satu-satunya rumah sakit yang memiliki alat tersebut
di Jawa Timur bagian timur.

“Operasi tumor dengan mikroskop Pantero 900, tercanggih yang ada di RSD dr Soebandi Jember sekelas rumah
sakit di swasta di Indonesia,” ungkapnya.(ksn)

Membersihkan Gorong-Gorong Buntu di Otak


Posted by Administrator ⋅ 18 Februari 2013 ⋅ 239 Komentar

Senin, 18 Februari 2013


Manufacturing Hope 65

Sambil mengambil pisau bedah, Dokter Terawan mulai menyanyikan lagu kesukaannya, Di Doa Ibuku.
Suaranya pelan, tapi sudah memenuhi ruang operasi itu.

Saya berbaring di depannya, di sebuah ruang operasi di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat pagi lalu.
Peralatan operasi sudah disiapkan dengan rapi. Para perawat juga sudah berada di posisi masing-masing.

Sebenarnya saya tidak dalam keadaan sakit. Juga tidak punya keluhan apa pun. Hanya, saya memang sudah
lama ingin melakukan ini: cuci otak. Sejak masih jadi direktur utama Perusahaan Listrik Negara dulu.
Keinginan itu tertunda terus oleh kesibukan yang padat, terutama setelah menjadi menteri BUMN. Bahkan,
keinginan untuk coba-coba melakukan stem cell pun tertunda sampai sekarang.

Mencoba merasakan cuci otak ini bisa dianggap penting, bisa juga tidak. Saya ingin mencobanya karena ini
merupakan metode baru untuk membersihkan saluran-saluran darah di otak. Agar terhindar dari bahaya stroke
atau perdarahan di otak. Dua bencana itu biasanya datang tiba-tiba. Kadang tanpa gejala apa-apa. Dan bisa
menimpa siapa saja.

Saya tahu, metode cuci otak Dokter Terawan ini masih kontroversial. Pendapat kalangan dokter masih terbelah.
Masih banyak dokter yang belum bisa menerimanya sebagai bagian dari medical treatment.
Pengobatan model Dokter Terawan, ahli radiologi yang berumur 48 tahun, yang berpartner dengan Dokter
Tugas, ahli saraf yang berumur 49 tahun, ini masih terus dipersoalkan. Dia masih sering “diadili” di rapat-rapat
profesi kedokteran.

Saya terus mengikuti perkembangan pro-kontra itu. Termasuk ingin tahu sendiri secara langsung seperti apa
cuci otak itu. Dengan cara menjalaninya. Kesempatan itu pernah datang, tapi beberapa kali tertunda. Sebab, ada
pasien yang lebih mendesak untuk ditangani. Sebagai orang sehat, saya harus mengalah.

Kamis malam lalu kesempatan itu datang lagi. Seusai sidang kabinet di istana, saya langsung masuk RSPAD
Gatot Subroto. Berbagai pemeriksaan awal dilakukan malam itu: periksa darah, jantung, paru-paru, dan MRI.
Dan yang juga penting dilakukan Dokter Tugas adalah ini: pemetaan saraf otak.

Beberapa tes dilakukan. Untuk mengetahui kondisi saraf maupun fungsi otak.

Keesokan harinya, pagi-pagi, saya sudah bisa menjalani cuci otak di ruang operasi. Saya sudah tahu apa yang
akan terjadi karena dua minggu sebelumnya istri saya sudah lebih dulu menjalaninya. Saat itu saya
menyaksikan dari layar komputer.

Cuci otak ini dimulai dengan irisan pisau di pangkal paha. Saat mengambil pisau, seperti biasa, adalah saat
dimulainya Dokter Terawan menyanyikan lagu kesukaannya, Di Doa Ibuku.

Perhatian saya pun terbelah: mendengarkan lagu itu atau siap-siap merasakan torehan pisau ke pangkal paha
yang tidak dibius. Tiba-tiba Dokter Terawan mengeraskan suaranya yang memang merdu. Saya pun kian
memperhatikan lagu itu.

Saat puncak perhatian saya ke lagu itulah, rupanya Dokter Terawan menorehkan pisaunya. Tipuan itu berhasil
membuat rasa sakit hanya melintas sekilas.

Dan Dokter Terawan terus menyanyi:

Di waktu masih kecil


Gembira dan senang
Tiada duka kukenang
Di sore hari nan sepi
Ibuku berlutut
Sujud berdoa
Kudengar namaku disebut
Di doa ibuku

Sebuah lagu yang isinya kurang lebih saya alami sendiri saat saya masih kecil, sebelum ibu saya meninggal saat
saya berumur 10 tahun. Otomatis perhatian saya ke lagu itu. Itulah cara Dokter Terawan membius pasiennya.

Saya jadi teringat saat memasuki ruang operasi menjelang ganti hati enam tahun lalu di RS Tianjin, Tiongkok.
Ruang operasi dibuat ingar-bingar oleh lagu rock yang lagi top-topnya saat itu di sana: Mei Fei Se Wu, yang
berarti bulu mata menari-nari. Sebelum lagu berbahasa Mandarin itu berakhir, saya sudah tidak ingat apa-apa
lagi: Saya dimatikan selama 13 jam.

Demikian juga Dokter Terawan. Sambil terus menyanyikan Di Doa Ibuku, dia mulai memasukkan kateter dari
luka di pangkal paha itu. Lalu mendorongnya menuju otak. Kateter pun terlihat memasuki otak kanan.
“Sebentar lagi akan ada rasa seperti mint,” ujar Terawan.

Benar. Di otak dan mulut saya terasa pyar yang lembut disertai rasa Mentos yang ringan.

Itulah rasa yang ditimbulkan oleh cairan pembasuh yang disemprotkan ke saluran darah di otak. “Rasa itu
muncul karena sensasi saja,” katanya.

Hampir setiap dua detik terasa lagi sensasi yang sama. Berarti Dokter Terawan menyemprotkan lagi cairan
pembasuh lewat lubang di dalam kateter itu. Saya mulai menghitung berapa pyar yang akan saya rasakan.
Kateter itu terus menjelajah bagian-bagian otak sebelah kanan. Pyar, pyar, pyar. Lembut. Mint. Ternyata
sampai 16 kali.

Begitu dokter mengatakan pembersihan otak kanan sudah selesai, saya melirik jam. Kira-kira delapan menit.
Kateter lantas ditarik. Ganti diarahkan ke otak kiri. Rasa pyar-mint yang sama terjadi lagi. Saya tidak
menghitung. Perhatian saya beralih ke pertanyaan yang akan saya ajukan seusai cuci otak nanti: Mengapa
dimulainya dari otak kanan?

Usai mengerjakan semua itu, Terawan menjawab. “Karena terjadi penyumbatan di otak kiri Bapak,” katanya.

Hah? Penyumbatan? Di otak kiri? Mengapa selama ini tidak terasa? Mengapa tidak ada gejala apa-apa?
Mengapa saya seperti orang sehat 100 persen?

Dokter Terawan, kolonel TNI-AD yang lulusan Universitas Gadjah Mada Jogjakarta dengan spesialisasi
radiologi dari Universitas Airlangga Surabaya itu, lantas menunjuk ke layar komputer. “Lihat sebelum dan
sesudahnya,” ujar Terawan.

Sebelum diadakan pencucian, satu cabang saluran darah ke otak kiri tidak tampak di layar. “Mestinya bentuk
saluran darah itu seperti lambang Mercy. Tapi, ini tinggal seperti lambang Lexus,” katanya.

Setiap orang ternyata memiliki lambang Mercy di otaknya. “Nah, setelah yang buntu itu dijebol, lambang
Mercy-nya sudah kembali,” katanya sambil menunjuk layar sebelahnya. Jelas sekali bedanya.

Karena saluran yang buntu itu, beban gorong-gorong di otak kanan terlalu berat. “Lama-lama bisa terjadi
pembengkakan dan pecah,” katanya. “Lalu terjadilah perdarahan di otak,” tambahnya.

Alhamdulillah. Puji Tuhan. Saya pun langsung teringat Pak Sumaryanto Widayatin, deputi menteri BUMN
bidang infrastruktur dan logistik yang hebat itu. Yang juga ketua alumni ITB itu. Yang idenya banyak itu. Yang
terobosan birokrasinya tajam itu. Sudah hampir setahun terbaring tanpa bisa bicara dan hanya sedikit bisa
menggerakkan anggota badan.

Saluran darah ke otaknya pecah justru di tengah tidurnya menjelang dini hari. Saya sungguh menyesal tidak
menyarankannya ke Terawan sebelum itu. Penyesalan panjang yang tidak berguna. Kini, setelah perawatan
yang panjang oleh istrinya yang hebat, Pak Sum memang terlihat kian segar dan pikirannya tetap hidup
bergairah, tapi masih perlu banyak waktu untuk bisa bicara.

Setelah cuci otak ini berhasil membersihkan gorong-gorong yang buntu, saya kembali ke kamar. Kaki tidak
boleh bergerak selama tiga jam. Tapi, sore itu saya sudah bisa terbang ke Surabaya. Untuk merayakan Imlek
bersama masyarakat Tionghoa dan besoknya mengadakan khataman Alquran bersama para hufadz di rumah
saya.

Tiap hari Dokter Terawan sibuk dengan antrean yang panjang. Ada yang karena sakit, ada juga yang karena
ingin tetap sehat.

Bagi yang cito, akan langsung ditangani. Tapi, bagi yang sehat, antrenya sudah mencapai tiga bulan. Sebab,
hanya sekitar 15 orang yang bisa ditangani setiap hari. Lebih dari itu, bisa-bisa Terawan sendiri yang akan
mengalami perdarahan di otaknya.

Belum diterimanya metode itu oleh dunia kedokteran di seluruh dunia membuat gerak Terawan terbatas.
Misalnya tidak bisa secara terbuka mengajarkan ilmunya itu ke dokter-dokter lain agar antrean tidak terlalu
panjang. Sampai hari ini, baru dialah satu-satunya di dunia yang bisa melakukan cara itu.

Kalau profesi dokter tidak segera bisa menerima metode itu, jangan-jangan Persatuan Insinyur Indonesia yang
akan segera mengakuinya. Anggap saja Terawan ahli membersihkan gorong-gorong yang buntu. Hanya,
gorong-gorong itu letaknya tidak di Bundaran HI. (*)

Metode Cuci Otak Benarkah Bisa Atasi Stroke?


Liputan6.com, Jakarta Metode cuci otak melalui prosedur Digital Subtraction Angiography (DSA) yang
dilakukan oleh dokter Terawan Agus Putranto, Sp.Rad diduga melanggar kode etik kedokteran. Padahal, terapi
ini kabarnya dapat digunakan untuk mengatasi penyakit stroke.

Mengutip dari laman resmi RS Gading Pluit, Selasa (3/4/2018), prosedur DSA dilakukan dengan memasukkan
kateter khusus ke dalam pembuluh darah yang mengaliri organ sasaran. DSA otak yang awalnya dilakukan
dengan tujuan diagnostik, berkembang menjadi terapi, yang dikenal dengan istilah brain spa atau cuci otak.
Terkait hal tersebut, Ahli Neurologi dari RS Gading Pluit, dr. Andreas Harry, Sp.S(K) mengungkapkan DSA
merupakan prosedur yang bisa digunakan untuk tujuan diagnostik dan terapi.

"DSA itu bisa untuk diagnostik seperti pembuluh darah melembung, dan terapi pada kemoterapi," ujar Andreas,
saat diwawancarai Health Liputan6.com, ditulis Rabu (4/4/2018).

Menanggapi soal kasus cuci otak yang menimpa dokter Terawan, Andreas mengatakan antikoagulan bernama
heparin yang disemprotkan menggunakan alat DSA hanya dapat digunakan untuk mencegah terjadinya stroke
dan serangan jantung.

"Jadi bukan mengobati. Dan juga cuci otak menggunakan DSA dengan semprotan heparin itu enggak bisa
digunakan untuk semua penyakit," kata Andreas menegaskan.

Salah kaprah 'cuci otak'


Terkait dengan metode 'cuci otak', Andreas mengakui banyak orang yang salah kaprah. Menurutnya, heparin,
yang selama ini dianggap sebagai penghancur gumpalan darah, ternyata hanya memiliki fungsi pencegahan.

"Jadi apanya yang mau dicuci? Kalau penghancur gumpalan itu namanya trombolitik, jadi jangan salah
kaprah," ujar Andreas.

Penyemprotan heparin dengan menggunakan metode DSA ternyata memiliki efek samping mengerikan, walau
jarang terjadi, yaitu perdarahan di otak. Oleh sebab itu, Andreas mengimbau untuk berhati-hati dalam
penggunaan obat tersebut dan pastikan berkonsultasi secara matang dengan dokter terlebih dahulu.

Ini Cara Dokter Terawan Sembuhkan Stroke


dengan Terapi Cuci Otak
Fokus, Jakarta - Kepala RSPAD Gatot Subroto Dokter Terawan Agus Putranto mengaku belum menerima
surat apapun dari pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) perihal rekomendasi pemecatan sementara
dirinya.

Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Kamis (5/4/2018), sebelumnya bahwa Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran (MKEK) telah menjatuhkan vonis terhadap dokter terawan karena telah melanggar Pasal 4 yakni
perbuatan yang bersifat memuji diri, dan Pasal 6 tentang dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan, atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji
kebenarannya.

"Sudah saya disertasikan di Universitas Hasanuddin bersama lima orang lain berarti enam orang menjadi
sebuah penelitian riset yang cukup baik. Sehingga menghasilkan 12 jurnal Internasional dan menghasilkan
enam orang doktor," terang Kepala RSPAD Gatot Soebroto, Dr Terawan Agus.

Metode terapi penyembuhan stroke yang disebut terapi cuci otak Dokter Terawan, yaitu memasukan alat kateter
ke pembuluh darah melalui pangkal paha menuju otak. Melalui alat tersebut dimasukan obat heparin yang
berfungsi untuk hancurkan plak atau sumbatan. Efek lain obat ini adalah antipembekuan pembuluh darah.

MKEK menilai Dokter Terawan telah melakukan pelanggaran etik serius seperti mengiklankan diri atau
memuji diri. Karena itu, hasil rapat PB IDI dan MKEK memutuskan untuk memecat sementara Dokter Terawan
dari keanggotaan IDI.

"Sebagai seorang dokter itu yang pasti kita tidak boleh mengiklankan dan memuji diri sendiri dan itu bagian
dari rambu-rambu," ujar Ketua MKEK, Prijo Sidipratomo.

Keputusan MKEK menimbulkan gelombang pembelaan Dokter Terawan dari sejumah tokoh diantaranya
adalah Aburizal Bakrie. Bahkan dalam media sosialnya, Aburizal Bakrie mengaku sebagai orang yang
mersakan manfaat metode cuci otak.

Anda mungkin juga menyukai