Anda di halaman 1dari 6

BAB V

HIPEREMI PULPA

5.1 Definisi
Hiperemi pulpa yang juga dapat disebut pulpitis reversibel adalah sebuah
kondisi dimana terjadi proses inflamasi pada pulpa yang dapat sembuh apabila
etiologi sudah teratasi. AAE

5.2 Klasifikasi pulpitis


Menurut American Association of Endodontsts, terminologi diagnostik yang
dipakai untuk mengklasifikasi pulpa adalah (1) pulpa normal, (2) pulpitis
reversibel, (3) pulpitis ireversibel simtomatik, (4) pulpitis ireversibel asimtomatik,
(5) nekrosis pulpa, (6) pulpa sudah dirawat, dan (7) pulpa sedang dalam
perawatan.AAE

Pulpitis dapat juga diklasifikasikan berdasarkan seberapa luasnya infeksi terjadi


pada pulpa. Pulpitis dapat dibagi menjadi parsial atau total. Pulpitis parsial dan lokal
menunjukkan seberapa banyak bagian dari pulpa yang telah terkena inflamasi dan
tidak memiliki makna klinis yang begitu penting oleh karena keduanya yang
merupakan pulpitis ireversibel.Shafers

Pulpitis juga dapat dibagi menjadi akut dan kronis berdasarkan cepat atau
lambatnya proses inflamasi yang terjadi. Ada juga yang membagikan menjadi
pulpitis terbuka dimana pulpa berkomunikasi dengan rongga mulut, dan tertutup
dimana tidak ada komunikasi tersebut. Shafers

5.3 Etiologi
Kebanyakan, etiologi dari pulpitis adalah karies dental dimana bakteria dan
produk-produknya mengnvasi dentin dan pulpa. Perubahan pada pulpa dapat terjadi
pada karies dental yang sangat awal ditandai dengan demineralisasi yang hanya ada
pada enamel saja.

Inflamasi pulpa oleh karena bakteri juga dapat terjadi dengan tanpa adanya
karies, seperti pada saat gigi mengalami trauma atau pada cracked tooth syndrome
dimana pulpa terekspos pada lingkungan rongga mulut. Pada cracked tooth
syndrome, premolar yang sudah pernah diperbaiki dapat retak oleh karena stress
dari mengunyah. Retak dapat terjadi secara dan tidak terlihat secara klinis. Invasi
bakteri juga dapat terjadi oleh karena bacteremia dan septisemia.

Pulpitis juga dapat terjadi oleh karena iritasi kemis. Hal ini terjadi oleh
karena penetrasi bahan kimia iritatif yang masuk ke dalam pulpa melalui tubulus
dentin, umumnya pada gigi yang telah terkena erosi.

Temperatur ekstrim, terutama panas pada gigi juga dapat menyebabkan pulpitis.
Terjadinya stimulasi dapat menimbulkan nyeri, dan apabila terjadi secara terus
menerus dapat menyebabkan pulpitis.

5.4 Histologi
Hiperemi pulpa dapat dilihat pada mikroskop menunjukkan dilatasi pada vessel
pulpa. Edema dapat terjadi oleh karena kerusakan pada dinding pembulu darah
kapiler. Hal ini menyebabkan ekstravasasi sel darah merah dan diapedesis dari
pembulu darah putih. Thrombosis oleh karena lambatnya jalan darah dan
hemokonsentrasi oleh karena adanya transudat cairan dapat terjadi.
Gambar 5.1: Gambaran histologi hiperemi pulpa. Terlihat ada vasodilatasi namun tidak
ada ekstravasasi dari sel darah merah atau putih. Juga terlihat hiperemi dan edema.

5.5 Gejala Klinis


Awal dari terjadinya pulpitis umumnya adalah pulpitis reversibel fokal yang juga
dahulu disebut hiperemi pulpa. Istilah ini dirubah oleh karena dilatasi vaskuler yang
dapat terjadi oleh karena ekstraksi gigi dan juga pada kondisi patologis iritasi pada
dentin dan pulpa.Shafers

Gigi yang mengalami pulpitis reversibel memiliki nyeri yang dirasakan apabila
mendapatkan stimulus seperti dingin atau manis dan dapat hilang dalam beberapa
detik setelah hilangnya stimulus. Tidak ada perubahan radiografik signifikan pada
daerah periapikal pada gigi dan rasa nyeri tidaklah terus menerus. Setelah
manajemen dari etiologi, gigi memerlukan evaluasi lanjut untuk membuktikan
bahwa “pulpitis reversibel” sudah kembali menjadi normal. Senstivitas dentin
bukanlah suatu proses inflamasi, namun simtom dari kondisi ini dapatlah mirip
dengan pulpitis reversibel.AAE

Tempat terjadinya rasa nyeri pada pulpitis tidak dapat dilihat dengan jelas karena
pulpa tiap gigi tidak direpresentasikan secara jelas pada korteks sensoris. Nyeri
pada pulpa tidak dapat dilokalisasi dengan jelas dan dapat dirasakan pada sisi gigi
manapun, bahkan sampai ke daerah jauh seperti telinga. Nyeri pada pulpa tidak
terjadi oleh karena tekanan pada gigi. Pasien dapat mengunyah tanpa nyeri kecuali
apabila terdapat lubang besar yang menyebabkan pulpa tertekan pada pulpa melalui
dentin yang lunak.Cawson

Pulpitis reversibel juga dapat diberikan stimulasi dengan electric pulp tester.
Gigi yang sakit akan mengalami rasa nyeri dengan stimulasi elektrik yang lebih
rendah dibandingkan gigi sebelahnya yang tidak normal.Shafers

5.6 Diagnosis
Anamnesa, pemeriksaan fisik, dan radiografi dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosa pada kasus hiperemi pulpa. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan oleh seorang dokter untuk mendiagnosa penyakit pada pulpa adalah:

1. Inspeksi dan palpasi pada daerah gigi yang terlihat ada karies dan
periodontium sekitarnya untuk melihat tanda-tanda inflamasi dan nyeri.
2. Radiografi untuk melihat:
a. Daerah periradikuler dan furcation
b. Kanal pulpa
c. Ruang periodontal
d. Gigi tetap yang sedang berkembang.
3. Sejarah anamnesis untuk nyeri tanpa stimulasi
4. Nyeri dari perkusi
5. Nyeri dari mengunyah
6. Mobilitas gigi
7. Palpasi daerah sekitar
8. Perdarahan yang dapat ada oleh karena eksposur pulpa.
Tabel 5.1: Faktor diagnostic untuk status pulpa
Faktor diagnostik Status pulpa
Pulpitis reversibel Pulpitis ireversibel Pulpal nekrosis
Mobilitas tidak ya ya
meningkat
Nyeri pada perkusi tidak ya sering
Sensitivitas ya ya jarang
meningkat
Perubahan tidak sering ya
radiologis
Berdarah pada pulp tidak sering tidak
stumps
Nyeri pada gigi terkadang pada ya serng
stimulasi
Sinus tidak tidak mungkin
Bengkak tidak mungkin mungkin

5.7 Tatalaksana
Hiperemi pulpa dapat sembuh apabila etiologi sudah teratasi. Etiologi tersering
pada hiperemi pulpa adalah karies. Apabila karies tersebut belum sampai
menembus pulpa, restorasi dapat langsung dilakukan tanpa pengobatan saraf.

Setelah pengobatan, pasien perlu melakukan kontrol kembali kepada dokter


sehingga dapat diketahui penyakit yang dideritanya adalah pulpitis reversibel dan
penyakit telah tuntas diselesaikan.
5.8 Bibliografi

1. American Association of Endodontics. Endodontic Diagnosis.


http://www.aae.org/uploadedfiles/publications_and_research/newsletters/endodon
tics_colleagues_for_excellence_newsletter/endodonticdiagnosisfall2013.pdf
(accessed 3 March 2015).

2. R Rajendran, B Sivapathasundharam. Shafer's textbook of oral pathology,


7th ed. India: Elsevier; 2012.

3. Cawson RA, EW Odell. Cawson's essentials of oral pathology and oral


medicine, 8th ed. England: Elsevier; 2008.

4. G Mohammad, F Jerin, S Jebin. Pupal diagnosis of primary teeth: guidelines


for clinical practice. Bangladesh Journal of Dental Research and Education 2012;
2(2): 65-67.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj
a&uact=8&ved=0CB0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.banglajol.info%2Find
ex.php%2Fbjdre%2Farticle%2Fdownload%2F16248%2F11507&ei=rN71VIT5H
cOouwT-
1IHADQ&usg=AFQjCNGKD8BVvNXu4dJEfVLnDuVJ4cwsrQ&bvm=bv.8726
9000,d.c2E (accessed 3 March, 2015).

Anda mungkin juga menyukai