Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan manusia baik dari segi fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian
itu sangat terbatas. Terbatasnya kemampuan manusia dalam melakukan pekerjaan
mengharuskan manusia untuk membagi pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab.
Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggungjawab, maka terbentuklah
suatu kerjasama dan keterikatan formil dalam suatu organisasi. Pengembangan
olahraga prestasi memerlukan keterlibatan semua pihak, mulai dari atlet, pelatih,
organisasi olahraga, Pemerintah Daerah serta unsur-unsur lainnya. Organisasi
olahraga memegang posisi strategis dalam mengembangkan prestasi olahraga
melalui program kerja yang disusun dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
selama periode tertentu. Peran organisasi olahraga atau Pengurus organisasi olahraga
sangat penting, karena program kerja yang disusun akan mempengaruhi prestasi yang
dicapai oleh atlet dan pelatih. Untuk meraih prestasi tertinggi tidak hanya atlet dan
pelatih saja yang berperan, akan tetapi peran pengurus cabang olahraga karena dalam
meraih prestasi tidak begitu saja diperoleh, tetapi dengan rencana yang tersusun,
terarah dan berkesinambungan, gizi yang baik, sarana dan prasarana latihan yang
memadai didukung IPTEK Olahraga yang mumpuni, semua itu dipersiapkan oleh
pengurus cabang olahraga dalam suatu rangkaian yaitu program kerja cabang
olahraga.
Salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah organisasi olahraga prestasi adalah
dengan melihat seberapa tinggi prestasi olahragawan yang dihasilkan oleh organisasi
tersebut. Dengan kata lain organisasi olahraga prestasi yang manajerialnya baik dapat
diharapkan akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Sebuah organisasi olahraga
dengan manajerial yang baik apabila dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen
dengan baik. Adapun fungsi-fungsi manajemen tersebut antara lain: perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan di atas, penulis merumuskan masalah


sebagai berikut:
1. Apa definisi manajemen?
2. Apa saja fungsi-fungsi manajemen?
3. Apa yang dimaksud dengan organisasi?
4. Apa itu manajemen olahaga?
5. Bagaimana permasalahan Manajerial Pengcab PSSI Kabupaten Pidie?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi manajemen.
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen.
3. Untuk mengetahui definisi organisasi.
4. Untuk mengetahui manajemen olahaga.
5. Untuk mengetahui permasalahan Manajerial Pengcab PSSI Kabupaten
Pidie.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Manajemen
Manajemen adalah proses bekerjasama dengan individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Lebih lanjut dijelaskan manajemen adalah suatu
proses yang terdiri atas tindakan-tindakan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya (Hasibuan, 2005: 3). Dasar manajemen
agar sempurna menurut Terry harus memperhatikan People, Ideas, Resources, and
Objectives (PIRO).
Sedang menurut Hasibuan (2005: 3) manajemen adalah ilmu dan seni
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen pada organisasi olahraga adalah suatu
tindakan yang dilakukan oleh pimpinan yang berhubungan dengan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengontrolan, dan penganggaran untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan.

B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Banyak pendapat para ahli tentang fungsi-fungsi manajemen sebagai tindakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Fungsi-fungsi manajemen menurut para ahli berbeda
tetapi hampir sama. Hal tersebut disebabkan latar belakang dan pendekatan yang
dilakukan tidak sama. Beberapa ahli manajemen mengemukakan berbagai pendapat
yang hampir sama tentang fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut: Menurut
Siagian (Hasibuan, 2005: 17) menyebutkan ada 5 fungsi manajemen yaitu: Planning,
Organizing, Motivating, Controlling, dan Evaluating. Henry Fayol (Hasibuan, 2005:
17) juga menyebutkan 5 fungsi manajemen yang sedikit berbeda yaitu: Planning,
Organizing, Commanding, Coordinating, dan Controlling. Millet (Harsuki, 2012: 78-
79) juga menyatakan ada 5 fungsi manajemen yaitu: perencanaan, pengorganisasian,
pengadaan staf, pemberian bimbingan, dan pengawasan. Terry (Harsuki, 2012: 79)

3
hanya menyebut ada 4 fungsi manajemen yaitu: Planning, Organizing, Actuating,
and Controlling. Dari berbagai pendapat tersebut, pada penelitian ini variabel-
variabel fungsi manajemen yang akan digunakan adalah: POAC (Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling).
Adapun pengertian masing-masing fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah fungsi dari seorang manajer yang berhubungan dengan
memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur dan
program-program dari alternatif-alternatif yang ada (Koontz & O’Donnel dalam
Hasibuan, 2005: 20). Lebih lanjut Hasibuan (2005: 20) menyatakan perencanaan
adalah proses penentuan tujuan dan pedoman-pedoman pelaksanaan, dengan memilih
yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada. Dari berbagai pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa bahwa perencanaan adalah kegiatan perencanaan yang sangat
sederhana sampai perumusan yang lebih rumit. Perencanaan yang sederhana
misalnya penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan.
Perencanaan yang efektif didasarkan pada fakta dan informasi, bukan atas
dasar emosi atau keinginan. Fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang sedang
dihadapi berhubungan erat dengan pengalaman dan pengetahuan seorang manajer.
1) Jenis-jenis perencanaan
a) Perencanaan fisik (physical planning). Perencanaan tersebut meliputi
perencanaan yang sifatnya fisik, seperti perencanaan perencanaan
bangunan, stadion, jalan dan sebagainya.
b) Perencanaan Fungsional (functional planning). Perencanaan ini
berhubungan dengan perecanaan yang sifatnya fungsionil, seperti
perencanaan keuangan, perencanaan pegawai/staf, perencanaan
publikasi/penjualan tiket pertandingan.
c) Perencanaan Komprehensif (comprehensive planning). Perencanaan
ini merupakan gabungan antara perencanaan fisik dan perencanaan
fungsionil.

4
d) Perencanaan kombinasi umum (general combination planning).
Perencanaan ini meliputi perencanaan fisik, fungsional, dan
perencanaan komprehensif yang sekaligus digabungkan.
2) Keuntungan-keuntungan dari perencanaan
Pertanyaan-pertanyaan pokok terhadap Planning dapat disingkat dengan
5W+1H (What, When, Why, Who, Where + How). Adapun keuntungan-
keuntungan dari perencanaan menurut G. R. Terry dalam Anam (2008)
yaitu:
a) Pertama-tama perencanaan menyebabkan bahwa kegiatan-kegiatan
dilakukan secara teratur dan bertujuan (Planning makes for the
utilization of purposeful and orderly activities).
b) Perencanaan meminimalisir tindakan-tindakan yang tidak produktif
(Unproductive promotes the use of a measure of performance).
c) Perencanaan membantu penggunaan suatu alat pengukur hasil kerja
(Planning promotes the use of a measure of performance).
3) Kekurangan atau keterbatasan perencanaan
a) Informasi atau fakta-fakta yang dibutuhkan untuk meramalkan masa
yang akan datang, belum tentu tepat, sehingga manajer tidak akan
dapat secara pasti meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang
akan datang.
b) Biaya yang diperlukan untuk menyusun suatu perencanaan yang
lengkap sangat besar, bahkan dapat melampaui hasil yang akan
dicapai.
c) Secara psikologis orang-orang itu lebih suka memperhatikan masa
sekarang daripada masa yang akan datang, mengingat planning
berhubungan dengan masa yang akan datang.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama
secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai

5
tujuan atau sasaran tertentu (Terry dalam Hasibuan, 2005: 21). Lebih lanjut Hasibuan
(2005: 20) menyatakan pengorganisasian adalah sesuatu proses penentuan,
pengelompokkan dan pengaturan macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada aktivitas ini, menyediakan alat-alat
yang diperlukan, menetapkan wewenang secara relatif didelegasikan kepada setiap
individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Oleh karena itu
pengorganisasian dapat dirumuskan sebagai aktivitas manajemen dalam
pengelompokan orang-orang untuk menetapkan tugas, fungsi, wewenang, serta
tanggungjawab masing-masing yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
1) Prinsip-prinsip organisasi menurut Anam (2008: 76)
a) Principle of Unity of Objective (prinsip kesatuan tujuan). Dalam organisasi
harus ada kesatuan tujuan, organisasi itu akan kacau apabila tidak ada
kesatuan tujuan. Kesatuan tujuan itu harus merata dari atas sampai ke bawah.
b) Prinsiple of efficiency (prinsip efisiensi). Suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya harus dapat menggunakan biaya yang sekecil-kecilnya dengan
pengorbanan yang sedikit-dikitnya.
c) Span of management Prinsiple (Prinsip rentangan manajemen). Seseorang
terbatas di dalam mengurus orang lain, atau memimpin bawahannya. Batas-
batas tersebut tidak tetap bagi setiap orang tegantung kepada kekomplekan
hubungan antara atasan dan bawahan dan kepada kemampuan manajer.
3. Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan adalah keseluruhan usaha, cara teknik, dan metode untuk
mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik
mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif, dan ekonomis
(Siagian, 1992: 128). Pada penggerakan menurut Siagian termasuk fungsi-fungsi
Commanding, Directing, Actuating, dan Motivating. Istilah commanding adalah cara
menggerakkan bawahan dengan perintah komando, sedangkan directing mempunyai
makna pemberian petunjuk atau pengarahan yang harus ditempuh oleh pelaksana
operasional. Adapun motivating, yaitu dorongan berupa pemberian inspirasi dan
semangat agar semuanya dilakukan dengan suka rela dan sadar.

6
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya
1) Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer
yang tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk
mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang
demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-sifat kepemimpinan menurut
Harold Koontz dalam Anam (2008) adalah sebagai berikut:
a) Memiliki kecerdasan orang-orang yang dipimpin;
b) Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh;
c) Memiliki kelancaran dalam berbicara;
d) Matang dalam berpikir dan emosi;
e) Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin;
f) Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.
2) Sikap dan Moral
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan
dan bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai
dengan pola hidupnya. Beberapa sikap manajer yaitu:
a) Sikap feodal (feudal attitude)
Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan
bertindak sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka
terikat oleh aturan-aturan tertentu yang telah teradat dan selalu ingin
penghormatan yang serba lebih.
b) Sikap Kediktatoran (dictatorial attitude).
Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir berperasaan dan
bertindak sebagai diktator yang mempunyai kekuasaan mutlak,
sehingga bawahan, pekerja akan menjadi sasaran daripada
kekuasaannya.

7
3) Tata Hubungan (Communication)
Komunikasi membantu perencanaan manajerial dilaksanakan dengan
efektif, pengorganisasian manajerial dilakukan dengan efektif,
penggerakan manajerial diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan
dengan efektif. Dalam melakukan komunikasi dalam manajemen ada
beberapa macam antara lain:
a) Komunikasi intern yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi
itu sendiri baik antara atasan dengan atasan atau bawahan dengan
bawahan atau antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya.
b) Komunikasi ekstern yaitu komunikasi yang dilakukan keluar
organisasi.
c) Komunikasi horizontal yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern
maupun ekstern antar jabatan yang sama.
d) Komunikasi vertikal yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern
organisasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana
formil.
4) Perangsang (Incentive)
Insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang
bertindak.
5) Supervisi (Supervision)
Menurut Anam (2008) supervsi ialah kegiatan pengurusan dalam
tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota
manajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas
supervisor cukup berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-
kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk
menyelesaikan sesuatu pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada
pegawai yang mengalami kesulitan.
6) Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk
melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua:
a) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).

8
b) Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).
4. Controlling (Pengawasan)
Pengawasan berarti mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya
mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu menetapkan tindakan-tindakan korektif
sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana. Prinsip pengawasan efektif adalah
membantu usaha-usaha kita untuk mengatur pekerjaan yang direncanakan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut berlangsung sesuai rencana.
Siagian (1992: 169) menyatakan bahwa pengawasan merupakan proses pengamatan
dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang
sedang dilakukan sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya.
Apabila fungsi-fungsi fundamental manajemen lainnya (planning,
organizing, dan actuating) dilaksanakan secara sempurna, maka tidak banyak
diperlukan pengawasan. Namun pada kenyataannya hal tersebut jarang sekali terjadi.
Maksud dan Tujuan Pengawasan sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.
b) Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengusahakan pencegahan agar supaya tidak terulang kembali kesalahan yang
sama atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru.
c) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya sesuai dengan program
(fase/tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau
tidak.
d) Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan prosedur dan
kebijaksanaan yang telah ditentukan.

C. Definisi Organisasi
Pengorganisasian merupakan keseluruhan proses pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, tangungjawab-tanggungjawab, dan wewenang
sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai
suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Harsuki,
2012: 103). Pengorganisasian berarti mempersatukan sumber-sumber daya pokok
dengan cara yang teratur dan mengatur orang-orang dalam pola sedemikian rupa,

9
hingga mereka dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas guna mencapai tujuan yang
telah ditentukan (Harsuki, 2012: 105).
Sementara Jones (Harsuki, 2012: 106) memberikan definisi bahwa organisasi
adalah suatu alat yang dipergunakan oleh orang-orang untuk mengkoordinasikan
kegiatannya untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan atau nilai, yaitu untuk
mencapai tujuannya. Lebih lanjut menurut Atmosudiro (Hasibuan, 2005: 26)
organisasi adalah struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja
antara sekelompok pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk
bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi merupak alat atau wadah tempat manajer
melakukan kegiatan-kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.
1. Unsur-unsur organisasi
Organisasi sebagai wahana untuk mencapai tujuan berdasarkan perencanaan
yang telah ditetapkan. Dengan terdapat beberapa unsur yang harus ada di dalamnya.
Unsur-unsur organisasi menurut Hasibuan (2005: 27) sebagai berikut: (1) manusia
(human factor), artinya ada unsur manusia yang bekerjasama, ada pemimpin dan ada
yang dipimpin; (2) tempat kedudukan, artinya mempunyai tempat kedudukannya; (3)
tujuan, artinya ada tujuan yang ingin dicapai; (4) pekerjaan, artinya ada pekerjaan
yang akan dikerjakan serta adanya pembagian kerja; (5) struktur, artinya terdapat
hubungan dan kerjasama antara manusia yang satu dengan yang lainnya; (6)
teknologi, terdapat unusr teknis; dan (7) lingkungan (environment external social
system), artinya terdapat lingkungan yang saling mempengaruhi misalnya ada sistem
kerjasama sosial.
2. Ciri-ciri organisai yang baik
Organisasi yang baik dapat dilihat dari keberhasilan dalam melaksanakan
fungsi-fungsi manajemennya. Adapun yang dimaksud dengan organisasi yang baik
adalah organisasi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdapat tujuan yang jelas.
b. Tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap orang di dalam organisasi.
c. Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam organisasi.
d. Adanya kesatuan arah.

10
e. Adanya kesatuan perintah.
f. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang.
g. Adanya pembagian tugas.
h. Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin.
i. Pola dasar organisasi harus relatif permanen.
j. Adanya jaminan jabatan.
k. Balas jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal dengan jasa yang
diberikan.
l. Penempatan orang harus sesuai dengan keahliannya.
Lebih lanjut Prabukusumo (1994: 4) berpendapat organisasi dikatakan baik
apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Ada kantor sekretariat
Kantor sekretariat sangat penting bagi organisasi karena kantor sekretariat
sebagai: (1) Tempat berkumpul; (2) Mengadakan rapat pertemuan; (3)
Merencanakan aktivitas organisasi; dan (4) Menyimpan arsip/data.
b. Ada papan nama organisasi/baju seragam/kartu anggota
Hal ini berkaitan erat dengan rasa kebanggaan terhadap organisasi yang
diikuti, sehingga rasa kebersamaan antar anggota untuk mengadakan aktivitas
akan lebih tinggi.
c. Kaderisasi atau Pergantian pengurus (antar waktu)
Pergantian pengurus antar waktu sangat dimungkinkan bila salah satu atau
dua pengurus tidak aktif karena alasan: (1) Kesibukan; (2) Pindah kerja; dan
(3) Pindah kota/desa. Pergantian antar waktu mutlak harus dilaksanakan agar
tidak terjadi aktivitas yang tumpang tindih, misalnya: seorang ketua
merangkap sekretaris karena sekretarisnya pindah kota. Jadi jumlah pengurus
yang aktif harus tetap lengkap, agar masing-masing pengurus bisa
menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas dan kewajibannya masing-masing.
Setiap kegiatan harus bergantian kepanitiaannya sehingga masing-masing
pengurus pernah mengalami sebagai “orang pertama” yaitu sebagai ketua
panitia penyelenggara.

11
D. Manajemen Olahraga
Manajemen olahraga adalah suatu kombinasi keterampilan yg berhubungan
dengan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengendalian, penganggaran,
dan evaluasi dalam kontek suatu organisasi yang memiliki produk utama berkaitan
dengan olahraga. (Janet Park,1998:4)
Pengkombinasian tersebut perlu SDM yang terlibat dalam organisasi, bersatu
dalam sebuah sistem bahu membahu bekerja untuk mencapai tujuan
Manajer adalah orang salah satu orang yang utama dalam organisasi olahraga karena
harus mampu merencanakan, mengambil keputusan, melakukan koordinasi serta
memotivasi produktivitas karyawan dan hubungan antar pengurus, memahami dan
mengerti fungsi-fungsi manajemen.

E. Permasalahan Manajerial Pengcab PSSI Kabupaten Pidie


Berdasarkan Pedoman Dasar PSSI Tahun 2004, pengurus klub peserikatan
diubah menjadi Pengurus Cabang PSSI (Pengcab PSSI). Hal tersebut menjadi
tolakan penting dalam sejarah persepakbolaan di Kabupaten Kabupaten Pidie,
pengurus hasil muscab tahun 2005 bukan lagi pengurus klub perserikatan Kabupaten
Pidie, akan tetapi merupakan kepengurusan Pengcab PSSI Kabupaten Pidie (Serambi
Aceh, 2005: 13). Akan tetapi dalam pelaksanaannya kepengurusan Pengcab PSSI
Kabupaten Pidie periode 2005-2010 dapat dikatakan gagal. Hal tersebut dapat dilihat
dari torehan rangkaian prestasi tim sepakbola Kabupaten Pidie pada berbagai ajang
sebagai berikut:
Prestasi Tim Sepakbola Kabupaten Pidie
No. Kejuaraan/Even Tahun
1. Liga Remaja/Piala Pidie/ 2005-2007
2. POPDA tingkat SMA Kabupaten Pidie 2005-2007
3. Kompetisi Divisi Utama PSSI Zona Aceh 2008
4. Piala Ti-Phone/ PSAP Sigli/ 2009

Selain torehan prestasi tim sepakbola Kabupaten Pidie yang mengecewakan


tersebut, kegagalan manajemen juga terlihat dari mandeg-nya kompetisi antar klub

12
anggota di bawah Pengcab PSSI Kabupaten Pidie. Kompetisi antar klub anggota
terakhir kali diadakan pada tahun 2007 dengan Corola Tijueu sebagai juara Liga
Pidie Pengcab PSSI Kabupaten Pidie.
Kenyataan yang terjadi berbanding terbalik dengan Sumber Daya Manusia
pemain atau atlet-atlet sepakbola dari Kabupaten Pidie justru berhasil meraih prestasi
yang membanggakan. Telah ramai pemain dari Kabupaten Pidie yang dapat meraih
prestasi di antaranya adalah Miftahul Hamdi yang ikut serta membela timnas
Indonesia U-19 pada ajang 2014. Selain Miftahul Hamdi, terdapat beberapa pemain
dari Kabupaten Pidie yang menjadi pemain profesional di liga Indonesia, antara lain:
Fakhrur Razi (Semen Padang), Sayuti (Semen Padang), Zakir Sulaiman (Sriwijaya
FC), dan banyak lagi.
Penyebab kegagalan-kegagalan tersebut adalah lemahnya tata kelola atau
manajemen organisasi Pengcab PSSI Kabupaten Pidie. Beberapa kelemahan
manajemen Pengcab PSSI Kabupaten Pidie, antara lain: (1) kantor sekretariat yang
terbilang sangat minim fasilitas; (2) banyak pengurus yang tidak aktif; (3) tidak
adanya kompetisi antar klub anggota; (4) tidak adanya perencanaan program kerja
yang jelas dan terarah; (5) tidak adanya kaderisasi.
Berbagai permasalahan di atas secara lengkap akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kantor sekretariat yang terbilang sangat minim fasilitas
Menurut pedoman dasar PSSI tahun 2004, Pasal 5 tentang syarat-syarat
keanggotaan PSSI, disebutkan bahwa salah satu syarat keanggotaan PSSI adalah
berkedudukan dan berkantor di kabupaten/kota tempat domisilinya. Hal tersebut
menjelaskan bahwa anggota PSSI harus memiliki kantor sekretariat. Menurut
Prabukusumo (1994: 4) kantor sekretariat sangat penting bagi organisasi karena
kantor sekretariat sebagai:
a) Tempat berkumpul;
b) Mengadakan rapat pertemuan;
c) Merencanakan aktivitas organisasi; dan
d) Menyimpan arsip/data.

13
Kenyataan yang terjadi di Pengcab PSSI Kabupaten Pidie adalah mimiliki
fasilitas olahraga yang tidak mencukupi. Guna meningkatkan kinerja dan kemudahan
dalam administrasi maka Pengcab PSSI Kabupaten Pidie harus segera mempunyai
mendatangkan fasilitas-fasilitas yang memadai. Hal ini akan memudahkan untuk
keperluan dalam menjalankan program yang akan disusun pada masa mendatang.
2. Pengurus tidak aktif
Jajaran pengurus Pengcab PSSI Kabupaten Pidie diisi oleh orang-orang
politik dan beberapa mantan pemain sepakbola Kabupaten Pidie. Tetapi
kenyataannya hanya beberapa pengurus saja yang aktif. Solusi dari permasalahan ini
adalah dengan mengganti pengurus yang kiranya sudah tidak dapat aktif lagi
dikarenakan kesibukkan dengan pekerjaan. Pengurus yang baru diharapkan dari
orang-orang yang benar-benar peduli terhadap kemajuan sepakbola Kabupaten Pidie.
3. Tidak ada kompetisi antar klub anggota
Kompetisi antarklub anggota Pengcab PSSI Kabupaten Pidie awalnya
berjalan dengan baik sampai pada tahun 2007. Pada saat itu kompetisi dibagi menjadi
beberapa kompetisi, yaitu: divisi utama, liga Pidie, Piala antar klub Kabupaten Pidie
dan lain-lain. Masing-masing daerah kecamatan memiliki klub kebanggaan, sehingga
pada waktu itu sepakbola bagaikan sebuah hiburan tersendiri bagi warga Kabupaten
Pidie. Akan tetapi sejak tahun 2008 kompetisi sudah tidak digulirkan lagi oleh
pengurus dan tidak ada lagi rapat yang diikuti oleh klub anggota. Alasan yang
diberikan pengurus saat itu sedang fokus untuk membentuk tim sepakbola yang
ditargetkan dapat menembus ajang PON-ROV 2009.
Semenjak kompetisi berhenti, geliat persepakbolaan Kabupaten Pidie
diramaikan dengan turnamen antar kampung (tarkam). Tarkam menjadi hiburan yang
menarik bagi masyarakat pencinta sepakbola, karena sering klub-klub peserta
memakai pemain-pemain profesional yang berlaga di Liga Indonesia antara lain:
Fakhrur Razi (Semen Padang), Sayuti (Semen Padang), Zakir Sulaiman (Sriwijaya
FC). Hal ini menyebabkan ruang bagi pemain muda untuk berkompetisi menjadi
sempit karena setiap klub sudah diisi dengan pemain yang berpengalaman dari
berbagai daerah.

14
Solusi dari permasalahan ini adalah hidupkan lagi kompetisi, baik untuk
senior maupun pemain muda. Mengingat bahwa kompetisi adalah jantungnya
pembinaan, maka pemain muda harus diberi ruang yang lebih banyak dibandingkan
pemain senior.
4. Tidak adanya perencanaan program kerja yang jelas dan terarah
Dalam menentukan target atau tujuan yang akan dicapai, harus disusun
rencana strategis. Rencana strategis tersebut berupa langkah-langkah yang harus
ditempuh untuk mencapai tujuan. Kenyataan yang terjadi di Kabupaten Pidie, tidak
ada perencanaan yang matang. Hal ini ditunjukkan dari pembentukkan tim guna
menghadapi sebuah even diselenggarakan dengan mendadak dengan jarak yang
sangat dekat dengan hari pelaksanaan even. Hal tersebut mengakibatkan persiapan
tim tidak optimal.
Solusi dari permasalahan ini adalah pembuatan program kerja yang
berkelanjutan dari pengurus. Diharapkan pengurus aktif dalam mencari info
pelaksanaan sebuah even, hal tersbut dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mempersiapkan sebuah tim.
5. Tidak adanya kaderisasi
Berdasarkan Pedoman dasar PSSI, disebutkan bahwa Pengurus Cabang
adalah badan/institusi kepemimpinan di tingkat kabupaten/kota dengan masa jabatan
5 (lima) tahun. Pergantian pengurus antar waktu sangat dimungkinkan apabila salah
satu dari pengurus tidak dapat aktif yang dapat memungkinkan terjadinya tumpang
tindih jabatan/peran (Prabukusumo, 1994: 5).
Kenyataan yang terjadi di Kabupaten Pidie pengurus yang duduk di jajaran
kepengurusan Pencab PSSI Kabupaten Pidie diisi oleh orang-orang tertentu saja,
padahal selama kepengurusan selama ini belum mampu menghasilkan prestasi yang
layak dibanggakan oleh warga Kabupaten Pidie.
Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan segera diadakan
musyawarah cabang luar biasa. Hal tersebut untuk mengakomodasi laporan
pertanggungjawaban pengurus lama dan segera membentuk pengurus yang baru.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum manajemen
adalah proses pencapaian tujuan melalui dan bersama orang lain. Agar pencapaian
tujuan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, perlu ada koordinasi dari semua
orang yang ada di dalamnya. Mengenai fungsi-fungsi fundamental manajemen,
tampaknya hampir seluruh ahli sepakat intinya ada empat, yaitu planning,
organizing, actuating dan controlling.
Organisasi olahraga memegang posisi strategis dalam mengembangkan
prestasi olahraga melalui program kerja yang disusun dengan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi selama periode tertentu. Peran organisasi olahraga atau
Pengurus organisasi olahraga sangat penting, karena program kerja yang disusun
akan mempengaruhi prestasi yang dicapai oleh atlet dan pelatih.
Beberapa kelemahan manajemen Pengcab PSSI Kabupaten Pidie, antara lain:
1) Kantor sekretariat yang terbilang sangat minim fasilitas;
2) Banyak pengurus yang tidak aktif;
3) Tidak adanya kompetisi antar klub anggota;
4) Tidak adanya perencanaan program kerja yang jelas dan terarah;
5) Tidak adanya kaderisasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harsuki. (2012). Pengantar Manajemen Olahraga. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

Hasibuan M.S.P. (2005). Organisasi Dan Motivasi (Dasar Peningkatan


Produkstivitas). Jakarta: Bumi Aksara.

Khoirul Anam. (2008). Manajemen: Fungsi, Unsur-Unsur dan Hal yang Berkaitan
Dengannya. Diakses pada tanggal 05 April 2015 dari
http://elhasyimieahmad.multiply.com/journal/item/13?&show_interstitial=1&
u=%2Fjournal%2Fitem

Koontz, Harold. 2008. Manajemen. Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

Parks, Janet B (1998). Contemporary Sport Management Third Edition. USA:


Human Kinetics.

Prabukusumo. (1994). Tujuh Prinsip Dasar Pembinaan Generasi Muda. Yogyakarta.

http://saranaprasarana.blogspot.com/manajemenadministrasi-dan-organisasi.html

https://pustakaolahraga.wordpress.com/manajerial-organisasi-olahraga-study-kasus-
permasalahan-manajemen-pengcab-pssi-kabupaten-pidie/

17

Anda mungkin juga menyukai