Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM SEDIMENTOLOGI, STRATIGRAFI DAN

GEOLOGI MINYAK BUMI


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAR DIPONEGORO
Laras Cahyani Putri
21100113120050

“LANGKAH PENGERJAAN ANALISIS KUANTITATIF PADA DATA


WIRELINE LOG”

A. Penentuan Jenis Litologi (Analisa Kualitatif)


1. Hal yang harus dilakukan sebelum menentukan litologi yaitu dengan melihat
log gamma ray, dimana penentuan litologi ini membagi menjadi 2 litologi
dimana litologinya adalah shale dan sand.
2. Selanjutnya yaitu, menarik garis sand baseline dan shale baseline. Sand base
line adalah garis dimana nilai kurva gamma ray terletak pada nilai terendah
yang dominan. Shale base line yaitu nilai dominan tertinggi/ batas nilai
tertinggi ang dijadikan parameter batas zona shale atau yang disebut shale
baseline.
3. Tentukan garis tengah antara shale baseline dan shale baseline sebagai batas
untuk penentuan interpretasi batas sand dan shalenya. Log gamma ray yang
berada disebelah kanan menunjukkan shale sedangkan untuk sebelah kiri
menunjukkan sand, beri warna agar mempermudah dalam membedakan
litologinya.
4. Menentukan jenis litologi pada kolom paling kiri, dengan melihat beberapa
parameter selain Gamma ray , LLD (resistivity), dan juga lihat parameter
neutron porosity dan densitynya yang membentuk cross over atau tidak.
B. Tentukan Hidrocarbon Zone (oil and gas) dan Water Zone
1. Penentuan hidrokarbon menggunakan parameter gamma ray yang berupa
sand selanjutnya lihat log densitas dan neutron, dimana pada pencarian zona
hidrokarbon ini mencari antara log densitas dan log neutron yang saling
membentuk cross over (log neutron berada dikanan dari log densitas), tidak
selamanya cross over pada log densitas dan log neutron merupakan zona dari
hidrokarbon, seperti kedua log yang saling berhimpit yang didukung dengan
log resistivitas yang mendukung keberadaan fluida dapat digolongkan
sebagai zona hidrokarbon.
2. Untuk zona oil memiliki separasi antara neutron dan density log yang benar-
benar saling berhimpit bahkan bersilangan.
3. Sedangkan untuk zona yang memiliki separasi dekat namun tidak cross over
diinterpretasikan merupakan zona water
4. Untuk zona yang sudah cross over namun separasinya sangat jauh
diinterpretasikan merupakan zona gas.

C. Menghitung parameter – parameter petrofisika pada setiap zona (water, oil)


I. Perhitungan pada water zone
a. Perhitungan parameter yang dilakukan pertama adalah menghitung
volume shale pada (Vsh) yang menggunakan rumus sebagai berikut :

Penghitungan Vsh dilakuan menggunakan batas sand dan shale base


line dan kemudian GR log yang dibaca pada kedalaman yang dihitung.
b. Perhitungan parameter selanjutnya adalah parameter porositas densitas
yang menggunkan rumus :
Dimana ρb didapat dari pembacaan pada log densitas dan dilakukan
koreksi dengan membaca log density corr. Berikut ini tabel ρma, yaitu
nilai densitas matriks batuan yang nilainya berbeda pada setiap mineral
berdasarkan Harson, 1997 :

Kemudian ρf Densitas fluida rata-rata, gr/cc (1 untuk fresh water dan


1.1 untuk salt water). Nilai ini berdasarkan nilai resistivitas yang dapat
menunjukan air yang ada fresh water atau salt water. Kemudian
mencari nilai porositas densitas pada lempung terdekat, pembacaannya
sama dengan ρ pada snad, hanya saja ρb sh dihitung dizona shale terdekat
yang letaknya tepat dibawah litologi sandnya.

c. Hitunglah nilai Koreksi Porositas Densitas (ΦDc) dimana rumus dari


Koreksi Porositas Densitas (ΦDc) adalah sebagai berikut :

d. Parameter yang selanjutnya dicari adalah Porositas Neutron (ΦN).


pororsitas neutron didapatkan dengan membaca log neutron lalu di
kalikan 100 dan dimasukkan secara langsung, menggunakan persamaan
sebagai berikut :

y = -0.003X2 + 1.1643X + 3.0476


dimana X adalah nilai Porositas Neutron (ΦN) yang dibaca langsung
dari log Neutron kemudian y adalah hasil koreksi yang digunakan
dalam analisis pertofisik selanjtunya. Setelah nilai y diketahui makas
untuk mendapatkan nilai (ΦN) yang sebenarnya yaitu y dibagi 100.

e. Parameter yang selanjutnya dicari adalah Porositas Neutron pada shale


(ΦNsh). Porositas neutron didapatkan di log neuron secara langsung
pada litologi shale terdekat dengan sand yang sedang diukur (tepat
dibawah sand yang diambil sebagai zona) yang kemudian dilakukan
koreksi dimana koreksi tersebut menggunakan persamaan sebagai
berikut :

y = -0.003X2 + 1.1643X + 3.0476

dimana X adalah nilai Porositas Neutron Lempung (ΦN sh) yang dibaca
langsung dari log Neutron kemudian y adalah hasil koreksi yang
digunakan dalam analisis pertofisik selanjtunya. Langkahnya sama
dengan neutron pembacaan log dikalikan 100 lalu dimasukkan
kedalam rumus diatas dan hasil y dibagi 100 untuk mendapatkan nilai
(ΦN) yang sebenarnya.

f. Hitung Koreksi Porositas Neutron (ΦNc) dengan menggunakan rumus


sebagai berikut :

g. Tentukan nilai total porositas dimana nilai ini didapatkan dari jumlah
antara nilai porositas densitas dan nilai porositas Neutron lalu dirata –
ratakan dengan rumus di bawah ini:
Persamaan diatas digunakan karena pada zona hidrokarbon adalah
mengandung minyak bukan gas

h. Hal yang dilakukan berikutnya adalah dengan menghitung porositas


efektif (Φe) dengan merata – ratakan nilai dari porositas koreksi
dengan nilai densitas koreksi.

Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan Resistivitas Air Formasi


(RW) pada zona air yang nantinya akan digunakan sebagai RW pada zona
hidrokarbon. Dalam penentuan RW pada zona hidrokarbon di
menggunakan beberapa metode seperti Invers Archie, Picket Plot methode,
ratio method dan anchor methode

a. Invers Archie
Mennggunakan metode Invers Archie pada perhitungan RW zona
hidrokarbon adalah dengan mengasumsikan nilai RW pada zona
hidrokarbon adalah sama yang berasal dari nilai rata – rata RW pada
zona air pada wire line log. Penentuan RW zona air menggunakan
metode ini adalah menggunakan persamaan sebagai berikut :
Dimana a (Panjang Alur) didapatkan berdasarkan formasi pengeboran
dan m (faktor sementasi) litologinya.

Kemudian setelah menghitung seluruh RW zona air, nilai rata – rata


pada zona air dijadikan RW zona hidrokarbon.

b. Picket Plot
Metode ini adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan
persamaan trend dari persebaran titik yang diperoleh dari porositas
efektif (Φe) dan juga nilai log resistivitas (LL Deep). Penarikan trend
dilakukan dengan pembuatan chart double log dari data porositas
efektif (Φe) dan juga nilai log resistivitas (LL Deep) pada microsoft
excel yang kemudian ditarik trandnya sehingga menghasilkan sebuah
persamaan.
100

10
Axis Title f(x) = 8.09 x^-0.16
R² = 0.02 Power ()

1
0.01 0.1 1

Axis Title

Dilihat dari persamaan diatas didapatkan nilai y = 8.0856x-0.161 dimana


nilai 8.0856 adalah sebagai a (Panjang Alur) x RW (Resistivitas Air
Formasi) dan nilai -0.161 adalah sebagai nilai m (faktor sementasi).

c. Picket Plot anchor


Metode ini adalah metode pengembanga dari metode Picket Plot tetapi
dalam penarikannya menggunakan batuan jangkar atau nilai yang dapat
sebagai patokan arah trend yang seharusnya. Dalam metode Picket Plot
anchor dilakukan dua step.
 Step 1
Pembuatan chart double log dari data porositas efektif (Φe) dan
juga nilai Rxos atau mfsl adalah nilai dari log resistivitas dimana
yang temasuk zona flushed dan pada baris akhir setiap nilai untuk
porositas efektif (Φe) diberikan nilai 1 sedangkang unutk kolom
rxos diberikan nilai Rmf (tf) yang bisa didapatkan dari persamaan
berikut :

Yang mana Tf didapatkan dari persamaan sebagai berikut :

Setelah membuat chart double log dan didapatkan arahnya yang


kemudia persamaan yang didapatkan seperti berikut :
10

1
f(x) = 0.05 x^-1.84
Axis Title
0.1 R² = 0.83
Power ()

0.01
0.01 0.1 1

Axis Title

 Step 2
Step ini tidak berbeda jauh dengan step 1, tetapi dalam pembuatan
chartnya data yang diperlukan adalah porositas efektif (Φe) dan
juga nilai log resistivitas (LL Deep) yang kemudian pembuatan
jangkar pada step ini adalah nilai 1 untuk kolom porositas efektif
(Φe) dan nilai a.Rw yang didapatkan rata – rata porositas efektif
(Φe) yang pangkat m dari persamaan step 1 yang kemudian
dikalikan dengan rata – rata Rt. Yang kemudian hasilnya seperti
berikut :
100

10
f(x) = 1.19 x^-1.49
Axis Title
1 R² = 0.88
0.1 Power ()

0.01
0.1 1

Axis Title

Dimana nilai nilai peramaan yang didapatkan adalah nilai a.RW


yaitu 1.1861 dan juga nilai m yaitu 1.493
d. Ratio
Pada metode ini tidak memerlukan chart untuk mendapatkan nilai
RW,tetapi memerlukan beberapa data seperti rxos (mfsl). Langkah
selanjutnya adalah penghitungan TF yang didapatkan dengan
menggunakan rumus seperti diatas, tetapi pada metode ini
menggunakan seluruh TF yang ada pada zona air, kemudian mencari
nilai Rmf (tf) pada setiap kedalaman pada zona air, cara penghitungan
rmf (tf) sama seperti rmf (tf) di metode picket plot. Kemudian
perhitungan RW pada metode ini menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Hasil dari Rw pada zona air dirata – ratakan untuk mendapatkan nilai
Rw zona hidrokarbon.

i. Perhitungan selanjutnya adalah mencari nilai Saturasi Air (Sw).


Perhitung Sw didapatkan dari persamaan sebagai berikut :

Pada dasarnya perhitungan Sw pada setiap metode adalah sama, tetapi


ada beberapa perbedaan seperti nilai a dan m pada metode ratio dan
invers archie menggunakan ketetapan :

Sedangkan pada metode picket plot dan anchor menggunakan nilai a.Rw
dan m pada persamaan yang telah ditentukan yang kemudian dimasukan
kedalam rumus Sw yang ada.

j. Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan nilai Sh dimana Sh


didapatkan dari persamaan sebagai berikut :

Atau bisa dalam hitungan decimal bukan dalam persen.

k. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai saturasi air sisa SWIR yang
menggunakan persamaan sebagai berikut :

Dalam perhitungan Swir, semua nilai a menggunakan ketentuan


berdasarkan nilai panjang alur tetapi unutk metode picket plot dan
anchor menggunakan nilai faktor sementasi (m) yang didapatkan dari
persamaan yang telah didapatkan berdasarkan trend yang ada.
l. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai permeabilitas (K) pada
wireline log di setiap feet, mencari nilai permeabilitas bisa
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Φ e3 2
K=(250. )
Swir

D. Mengeliminasi untuk mendapatkan Gross Thickness, Net Thickness, dan


Net Pay
1. Gross Thickness
Adalah pengukuran ketebalan reservoir yang ada, hal ini diukur dari
ketebalan pengukuran pada zona hidrokarbon, yang biasanya adalah
ketebalan keseluruhan secara kasar. Jadi jumlah feetnya seluruh feet
yang ada.
2. Net Thickness
Adalah ketebalan pasir yang bersih dari lempung, hal ini dilakukan
dengan cara memberikan batasan (cut off) toleransi keberadaan lempung
pada pasir, cut off yang diberikan adalah Vshale > 70% Sw > 75% yang
mana jika Vshale dan SW melebihi dari yang ditetapkan makan
ketebalan akan dieliminasi sehingga kita hanya akan mendapatkan
reservoir tanpa keberadaan lempung. Maksud dari net thickness ini
clean sand.
3. Net Pay
Adalah ketebalan pasir yang bersih dari lempung yang memiliki nilai
keekonomisan tinggi, hal ini dilakukan dengan cara memberikan batasan
(cut off) toleransi keberadaan lempung pada pasir, cut off yang
diberikan adalah Vshale > 70%, Sw > 75%, Φe < 0.11, K < 100 yang
mana jika Vshale dan SW melebihi dari yang ditetapkan dan nilai Φe ,
permeabilitas kurang dari yang ditetapkan maka ketebalan akan
dieliminasi sehingga kita hanya akan mendapatkan reservoir yang
ekonomis.

Anda mungkin juga menyukai