Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS

KIMIA ORGANIK
“Preparasi dan Identifikasi Sabun ”

Nama : Zafella Kathya Galstaun


NPM : 1106066473
Tanggal : Kamis, 20 Maret 2014
Kelompok :2
Rekan Kerja : Arya Aditya Purbadi
Asisten Lab. : Kak Ilham F.

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA

2014
A. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan sabun secara
sederhana dan cara mengidentifikasinya. Tujuan lainnya yaitu untuk mengetahui
reaksi kimia dalam pembuatan sabun.

B. Latar Belakang

Sabun adalah garam natrium atau kalium asam lemak rantai pajang. Asam lemak
biasanya memiliki atom karbon 12 sampai 18. Sumber asam lemak di antaranya dari
lemak hewani atau nabati yang merupakan ester asam karboksilat. Senyawa ini
memiliki massa molekular yang tinggi dan mengandung alkohol dan gliserol.
Sabun padat biasanya terdiri dari garam natrium asam lemak, dimana sabun air
terdiri dari garam kalium asam lemak sabun seperti Na-stearat yang terdiri dari ujung
non-polar (rantai hidrokarbon asam lemak) dan ujung polar (ion karboksilat).
C. Alat dan Bahan
Alat: Bahan:
1. Beaker glass 1. Minyak sayur
2. Corong 2. Etanol
3. Erlenmeyer 3. NaOH 25%
4. Gelas ukur 4. NaCl jenuh
5. Pengaduk 5. Aduades
6. Kertas saring 6. Es batu
7. Kertas pH
8. Bak es
9. Penyaring Buchner
D. Prosedur Kerja dan Data Pengamatan

Berikut adalah prosedur kerja untuk preparasi dan identifikasi sabun :

Cara Kerja Data Pengamatan

1. Memasukkan 11.5 ml minyak sayur Minyak sayur berwarna kuning.


ke dalam Erlenmeyer 250 ml. Etanol berupa cairan bening.
2. Menambahkan 10 ml etanol dan 10 NaOH berupa cairan bening.
ml NaOH 25% ke dalam Erlenmeyer Setelah ketiganya dicampurkan cairan
tersebut. menjadi putih keruh dan ada kuning
minyak.
3. Memasukkan Erlenmeyer tadi ke Kuning agak coklat
dalam beaker glass yang berisi air
yang telah dipanaskan sebelumnya.
4. Mengaduk campuran dalam Pemanasan membuat kuning minyak
Erlenmeyer sambil dilakukan hilang dan campuran berwarna putih
pemanasan selama 20 menit. susu.
5. Mendinginkan Erlenmeyer beserta
komponen dalam bak es.

6. Menambahkan 75 ml NaCl jenuh ke


dalam campuran.
7. Menyaring endapan dengan
penyaring Buchner dan mencuci
endapan putih dengan air dingin.

8. Melakukan penimbangan

Berat kertas saring = 0.43 gram


Diperoleh berat murni = 13.10 gram
9. Dilakukan pula uji pH untuk
mengetahui kebasaan sabun.

pH sabun yang terukur oleh pH meter


adalah 13.
E. Pengolahan Data
Massa minyak = 𝑣 × 𝜌 Vol. NaOH = 10 ml
𝑔
= 11.5 𝑚𝑙 × 0.92 𝑚𝑙 𝜌 NaOH = 2.13 g/ml

= 10.58 𝑔𝑟𝑎𝑚 Mr NaOH = 40 g/mol


𝑉
Mr minyak = 890 g/mol Mol NaOH = 𝜌 × 𝑀𝑟
V minyak = 11.5 ml 𝑔 10 𝑚𝑙
= 2.13 ×
10.58 𝑔 𝑚𝑙 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙
Mol minyak = 𝑔
890
𝑚𝑜𝑙 = 0.5325 𝑚𝑜𝑙
= 0.01189 𝑚𝑜𝑙

Mr Na-stearat = 306 g/mol

Awal : 0.01189 mol 0.5325 mol - -


Reaksi : 0.01189 mol 0.03567 mol 0.01189 mol 0.03567 mol
Sisa : - 0.49683 mol 0.01189 mol 0.03567 mol

Massa Na-stearat teoritis = 0.03567 mol × 306 g/mol


= 10.915 gram

Massa Na-stearat percobaan = 13.10 gram

massa percobaan−massa teoritis


 % Kesalahan Relatif = | | x 100%
massa teoritis
13.10 g−10.915 g
=| | x 100% = 20.02%
10.915 g
massa percobaan
 % yields =| | x 100%
massa teoritis
13.10 g
= |10.915 g| x 100% = 120.02%

F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai sintesis sabun serta
identifikasinya. Sabun merupakan salah satu produk yang sangat komersial baik dari
segi penggunaan sehari-hari maupun dari segi ekonomis. Sabun dihasilkan dari reaksi
saponifikasi atau penyabunan yaitu hidrolisis asam lemak oleh adanya suatu basa.
Hasil sampingan dari reaksi saponifikasi adalah gliserol. Berikut ini merupakan
mekanisme reaksinya secara umum :

Keterangan :
1. Adisi nukelofil OH- terhadap atom C gugus karbonil ester menghasilkan
intermediet.
2. Mengeluarkan ion alkoksi menghasilkan asam karboksilat.
3. Ion alkoksida menarik proton dari asam karboksilat menjadi ion karboksilat.
4. Protonasi ion karboksilat oleh asam mineral menghasilkan asam karboksilat.

Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipid. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipid adalah daya larutnya
dalam pelarut organik. Oleh karena itu dalam percobaan ini dilakukan penambahan
etanol pada minyak sebelum direaksikan oleh basa NaOH. Etanol bersifat semi polar,
sehingga menjadi jembatan terjadinya reaksi antara minyak yang bersifat non polar
dan NaOH yang bersifat polar. Minyak yang digunakan dalam percobaan ini adalah
minyak sayur yang secara umum mengandung senyawa triasil gliserol (trigliserida).
Lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi ruang berwujud cair (fasa
cair). Trigliserida merupakan senyawa hasil kondensasi suatu molekul gliserol dengan
tiga molekul asam lemak. Berikut merupakan reaksi yang terjadi :

Sebelumnya telah sedikit disinggung mengenai reaksi saponifikasi. Saponifikasi


itu sendiri merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak, khususnya trigliserida dengan alkali, sehingga
menghasilkan gliserol dan garam karboksilat. Sabun merupakan garam yang
mempunyai rangkaian karbon yang panjang dan sering disebut pula sebagai Na-
stearat. Berikut merupakan reaksi yang terjadi :

Percobaan ini diawali dengan menambahkan etanol ke dalam minyak sayur,


kemudian dilanjutkan dengan penambahan NaOH. Hasil campuran ini memberikan
warna putih keruh dan ada warna kuning minyak. Minyak sayur dalam percobaan ini
berfungsi sebagai reagen utama dalam pembuatan sabun. Minyak sayur merupakan
senyawa organik yang bersifat non polar. Sementara NaOH yang digunakan sebagai
basa supaya reaksi berlangsung adalah senyawa anorganik yang bersifat polar.
Minyak yang bersifat non polar dan NaOH yang bersifat polar tidak akan menyatu
karena kepolaran yang berbeda, karena itu diperlukan pelarut yang bersifat semi polar
agar dapat melarutkan keduanya. Pelarut yang digunakan ialah etanol. Etanol
merupakan pelarut semipolar dikarenakan memiliki gugus OH- yang bersifat polar,
dan gugus CH3 yang bersifat non polar.
Dengan pelarut ini, NaOH akan terlarut dan dapat bercampur dengan minyak sayur
dalam reaksi saponifikasi. Sebenarnya, penggunaan NaOH dalam percobaan ini dapat
digantikan dengan KOH yang juga adalah basa kuat, dimana nantinya akan terbentuk
sabun K-stearat. Namun, dari tabel periodik dapat diketahui K+ bersifat lebih
elektrofilik dibandingkan Na+ sehingga akan mempengaruhi produk reaksi yang
dihasilkan.
Perlakuan selanjutnya adalah memanaskan campuran tersebut pada suhu
sekitar 80-100oC, supaya menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Pemanasan ini
dilakukan selama 20 menit sambil melakukan pengadukan. Pemanasan ini
menghasilkan endapan putih susu, warna kuning minyak hilang. Setelah itu dilakukan
pendinginan di dalam ice bath dan penambahan NaCl jenuh. Penambahan NaCl jenuh
ini bertujuan untuk memisahkan sabun dan gliserol, sehingga akan membentuk
larutan yang berupa emulsi. Di tahap ini mulai terlihat adanya sabun kasar berwarna
putih agak kekuningan. Kemudian dilakukan penyaringan padatan sabun dengan
penyaring Buchner. Hasil penyaringan ini adalah filtrat yang mengandung gliserol
dan alkohol yang berada pada larutan NaCl yang bening dan sedikit berbusa (reaktan-
reaktan yang tidak habis bereaksi). Sedangkan sabun yang berupa padatan putih akan
mengendap.
Tahap akhir yang dilakukan adalah uji alkali dan uji emulsi. Uji alkali
merupakaan uji kebasaan. Pada percobaan ini, larutan sabun diuji kebasaannya
dengan menggunakan pH indikator universal. Hasil pengukuran menunjukkan
kebasaan sabun yaitu pH 13. pH yang basa ini menunjukkan bahwa sabun telah
berhasil disintesis. Walaupun pH secara teoritisnya ialah 14. Dalam skala industri, uji
alkali ini sangat penting untuk menunjukkan kadar pH pada sabun yang digunakan
sehari-hari. Umunya pH yang baik dan tidak merusak kulit memiliki kebasaan pada
pH sekitar 8-11.
Uji yang kedua merupakan uji emulsi. Uji emulsi berfungsi untuk mengetahui
apakah sabun yang disintesis dapat mengemulsikan minyak dengan air. Namun
percobaan ini tidaklah dilakukan, karena produk yang diperoleh sudah menunjukkan
bahwa sabun berhasil disintesis. Sabun yang terbentuk juga memiliki sifat licin.
Sabun itu sendiri merupakan bahan surfaktan. Bahan ini mampu mengurangi
tegangan permukaan larutan, sehingga dapat mengemulsikan dua larutan yang
memiliki perbedaan kepolaran. Hal ini disebabkan oleh sifat struktur sabun yang
memiliki dua kutub hidrofilik dan hidrofobik. Sifat ini menyebabkan minyak dan air
membentuk emulsi. Contoh lain senyawa yang memiliki sifat surfaktan adalah
deterjen.
Melalui percobaan diperoleh massa endapan sabun seberat 13.10 gram,
dengan %kesalahan relatif sebesar 20.02%, dan %yields sebesar 120.02%. Hal ini
menungkinkan besarnya nilai ketidakmurnian sabun. Adapun dimungkinkan adanya
pengotor yang ikut mengendap bersama sabun sehingga diperoleh berat lebih dari
yang seharusnya. Kesalahan lainnya yang juga mungkin terjadi dalam percobaan
ialah kesalahan sistematis berupa kesalahan dalam pembacaan skala gelas ukur, skala
penimbangan. Kesalahan lain juga dapat berupa kesalahan acak dimana terjadi
fluktuasi acak yang tidak dapat dikendalikan oleh praktikan.

G. Kesimpulan
1. Sabun dapat dihasilkan melalui reaksi hidrolisis dari asam lemak (minyak sayur)
dengan larutan alkali dan larutan basa (NaOH).
2. Sabun memiliki sifat sebagai pengemulsi dan dapat mencampurkan air dengan
minyak
3. Sabun yang dihasilkan bersifat basa dengan pH 13
4. Massa sabun yang diperoleh dari percobaan ini sebesar = 13.10 gram dengan %
kesalahan relatif 20.02%, dan % yields sebesar 120.02%.
H. Daftar Pustaka
Fessenden & Fessenden.1992.Kimia Organik.Jakarta: Erlangga
Hart, Harold, dkk.2003.Kimia Organik.Jakarta: Erlangga
Riswiyanto.2009.Kimia Organik.Jakarta: Erlangga
Tim KBI Organik.2014.Penuntu Sintesis Organik.Depok: Dept.Kimia FMIPA UI
www.jejaringkimia.web.id (diakses pada 26 Maret 2014(
www.sciencelab.com (diakses pada 19 Maret 2014)
Material Safety Data Sheet (MSDS)
NaOH
- Bentuk : cairan bening, tak berbau
- Kelarutan : larut dalam air
- Stabilitas : stabil bergantung pada kondisi penggunaan dan penyimpanan
- Densitas : 2.13 g/cm3
- Titik leleh : 318oC
- Titik didih : 1388oC
- Mr : 40 g/mol
- Bahaya : dapat mengiritasi kulit, dan mata, dan berbahaya bila tertelan.

Etanol
- Product Name: Ethyl Alcohol
- Chemical Formula: (CH3)OH
- Form : liquid, colourless, hygroscopic.
- Stability : avoid heat, sparks, flames. Normally stable.
- Flash Points: 9°C
- Molecular Weight: 92.57 g/mole
- Boiling Point: 78°C
- Melting Point: -117.3°C
- Specific Gravity: 0.79 (Water = 1)
- Vapour density : 1.59 (Air = 1)
- Potential Health Effects : Strong oxidizing agents. Irritant in case of skin contact
(irritant), of eye contact (irritant), of ingestion, of inhalation.

NaCl
- Mr : 58.43 g/mole
- Product Name : Sodium Chloride
- Form : colorless or white, solid, odorless
- Stability : stable. Avoid high temperatures, exposure to moist air or water.
- Boiling point : 2575oF
- Melting point : 1474oF
- Density : 2.165
- Potential Health Effects : may cause eye irritation, skin irritation, gastrointestinal
irritation, nausea, vomiting. And may cause respiratory tract irritation.

Anda mungkin juga menyukai