Anda di halaman 1dari 25

Genesa Bauksit

Laterit merupakan bahan yang berupa konkresi berwarna kemerahan, bersifat porous,
menutupi hampir sebagian besar darah tropis dan sub tropis. Bauksit laterit terbentuk dibawah
kondisi pelapukan, yaitu dengan melalui proses dekomposisi dan pelarutan unsur-unsur yang
terkandung dalam batuan.
Oksigen berfungsi Untuk mengoksidasi pada proses pelapukan,dan CO2 yang terlarut
dalam air dan asam yang merupakan pelarut yang kuat, sehingga unsur-unsur yang lebih mudah
bergerak seperti silika akan terlarutkan dan terbawa ke bawah, dan unsur-unsur yang tidak
mudah bergerak seperti Al dan Fe akan tertinggal, sehingga komponen silika dengan kadar
tinggi akan terdapat di lembah, komponen besi pada lereng bukit yang tinggi, komponen titan
pada lereng yang jauh dari muka air rawa, sedangkan komponen alumina pada lereng dan
puncak bukit. Biasanya laterit bauksit bertekstur oolitik atau pisolitik.
Proses pembentukan laterit bauksit memerlukan beberapa syarat antara lain : Harus
beriklim tropis atau subtropik. Musim hujan sebagai masa pembentukan Al203 dan Fe2O3. Pada
waktu hujan yang banyak berpengaruh adalah asam humus, CO2 dan pH dapat merusak
keasaman air. Pada musim kemarau yaitu masa penghancuran silikat- silikat dan umumnya
terangkut dalam bentuk gel. Air yang kaya material organik atau bersifat asam akan membawa
silika dan oksida besi dalam bentuk larutan, disamping itu silika pada umumnya mudah larut
dalam air hujan .
Batuan asal harus kaya alumina dengan perbandingan tertentu terhadap Fe oksida
(Al2O3 : Fe203 = 3 : 1) dan silika bila dalam jumlah besar harus dalam ukuran sub mikroskopis
dan tersebar. Batuan tersebut berada diatas muka air tanah.
Daerah tersebut harus stabil dan landai sehingga proses pengikisan sudah tidak berjalan
secara aktif. Keadaan demikian merupakan suatu peneplain dengan bukit-bukit yang
perbedaannya tidak mencolok serta mempunyai pola aliran dendritik dalam stadium tua .
Karena apabila terdapat lereng terjal yang terjadi adalah proses pengikisan karena air akan
bergerak secara cepat.
Air tanah lambat dan dalam waktu yang lama, sehingga bahan-bahan hasil pelindian
akan terangkut tanpa terjadi pengikisan.
berdasarkan genesa laterit bauksit terdapat dalam empat jenis asal batuan yang berbeda
:
 Bauksit pada batuan klastik yang kasar
Jenis ini berasal dari batuan beku yang telah terubah menjadi metamorf di daerah yang
beriklim tropis dan berumur Kapur atau tersier awal. Permukaan daerahnya telah
menjalani erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk bolder. Tekstur pisolitik dan
bentuknya menyudut dengan kadar bauksit tinggi dalam boehmit dengan posisi
letaknya sesuai dengan kemiringan lereng.
 Bauksit pada terarosa
Merupakan fraksi-fraksi kecil dari pelapukan dolomit dan sebagian besar terdiri atas
mineral diaspor (Al2O3H2O). Jenis ini mempunyai ikatan monohidrat, karena itulah
endapan jenis terarosa mempunyai kadar alumina yang tinggi dibandingkandengan
endapan jenis laterit.
 Bauksit pada batuan sedimen klastik
Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai berstadium tua atau pada delta. Karena
transportasi material maka keberadaannya berubah dari tempat yang tinggi sampai ke
laut. Sedimen klastik berada di atas ketinggian dasar melapuk mengandung perlapisan
gravel pasir, lempung kaolinit dan lignit membentuk delta corong.
 Bauksit pada batuan fosfat
Al-fosfat berwarna abu-abu, putih kehijauan dan bersifat porous yang terisi oleh
berbagai macam material. Lapisan bawahnya rnengandung lempung yang sebanding
antara monmorilonit dan antalpugit. Beberapa lapisan dalam bentuk Ca-fosfat,
berstruktur oolitik dan dijumpai pula pseudo-oolitik fluoroapatit. Di bagian lapisan ini
mengandung Al-fosfat, dengan mineral krandalit [Ca Al3H(OH)6/(PO4)2) sangat
dominan dibandingkan dengan augilit [Al2(OH3)/(PO4)].
Berdasarkan letaknya, deposit bauksit dibagi menjadi :
 Deposit bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan yang menengah sampai hampir mendatar pada
batuan nefelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya!ebihdari5% dan batasan yang
umum adalah sampai 25% pada nefelin syenit bagian bawah bertekstur granites. Zona
di atasnya menunjukkan vermicular, pisolitik struktur konkresi lainnya. Di bawah zona
konkresi adalah zona pelindian dengan dasar fragmen lempung kaolinitik. Walaupun
dasar zona pelindian ini melengkung, tidak sampai menghilangkan tekstur granites.
Kaolin nefelin syenit dipisahkan dengan bauksit bertekstur granites oleh kaolinit yang
kompak dan kasar.
 Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh nefelin syenit. Deposit ini terletak di bawah lempung dan termasuk
swamp bauksit dengan tekstur pisolitik dan oolitik masih terlihat jelas serta berada di
daerah lembah. Di bagian atas deposit, kaolinit terus berkembang dapat memotong
secara mendatar atau menggantikan matriks yang tebal dari tekstur pisolitik. Di
beberapa tempat lapisan lignit yang mendatangkan lempung dapat pula memotong
badan bijih bauksit sehingga bauksit tersebut menjadi alas lapisan lignit ini.
 Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Pada daerah perlapisan, dapat berupa perlapisan silang siur dan dipisahkan dengan
gravel bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan dari
tipe bauksit koluvial.
 Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit bolder dengan konglomerat kasar, terutama
konglomerat dari lempung karbonat dan pasir.

Cara Perhitungan Cadangan


Perhitungan cadangan pada daerah penyelidikan menggunakan metode
Geometrik dengan menggunakan metode extended area dengan jarak antar
sumur uji (test pit) antara 50-100 m sebagai batas acuan untuk daerah pengaruh,
karena jarak antar sumur uji pada daerah penyelidikan teratur sehingga
mempermudah dalam penghitungan.
Parameter lain yang digunakan untuk perhitungan cadangan adalah dengan
menggunakan data penyebaran Bauksit, ketebalan, dan jarak antar test pit,
kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
Volume = luas area x tebal lapisan Bauksit
Raw ore = Volume x Specific gravity (SG)
Concentration Factor (CF) = Berat sample seteleh dicuci x 100% Berat
sample sebelum dicuci

Whased ore = (raw ore x CF)


100
Keterangan :
- Grid = jarak antar test pit (±50 m)
- Luas area = luas jarak antar grid
- Tebal = tebal lapisan ore bauksit diukur pada test pit
- SG = berat jenis bauksit (1,6)
- Raw ore = berat sample per luasan daerah sumur uji sebelum dicuci
- Whased ore = berat sample per luasan daerah sumur uji setelah dicuci
- Tebal lapisan bauksit diukur pada masing-masing test pit.
- Concentration factor (CF) merupakan persen berat bauksit bersih tanpa pengotor.
Kemudian dari hasil analisa laboratorium kadar masing-masing unsur dikalikan
denganwashed ore, maka akan didapatkan volume masing-masing unsur. Untuk total
Cadangan adalah : Total = Σ Whased ore.

Contoh Tabel. Jumlah Cadangan Terbukti


LUAS BERAT
CF RSiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 UNWASHED
NO AREA BERSIH
% % % % % ORE (Ton)
M2 MTon
1 47.63 4.65 42.84 7.36 0.49 270,713.64 1,681,440.15 800,837.00
2 51.29 4.47 43.48 6.46 0.53 183,054.81 1,570,360.46 805,477.44
3 47.50 4.50 40.04 5.27 0.41 188,148.83 1,702,440.64 808,707.07
4 47.15 5.00 39.99 3.83 0.34 250,803.63 1,699,766.78 801,518.00
5 44.86 4.47 41.58 6.94 0.41 315,832.03 1,793,102.30 804,322.58
Metode dan tata cara Penambangan
Pemilihan metode Penambangan

Target atau sasaran dari operasi penambangan yang akan dilakukan adalah terciptanya
suatu operasi tambang bauksit yang efisien, teratur, lancar, terjaga keselamatan dan kesehatan
kerjanya. Kegiatan operasi penambangan ini diusahakan dapat meminimalisir dampak negatif
yang ditimbulkan terhadap lingkungan hidup dan memaksimalkan dampak positif berupa
manfaat yang akan didapat dari adanya kegiatan penambangan, baik manfaat untuk perusahaan,
pemerintah, daerah dan masyarakat sekitar tambang.
Untuk dapat mewujudkan sasaran tersebut maka akan diterapkan strategi operasi
penambangan sebagai berikut :

1. Memaksimalkan potensi sumberdaya menjadi cadangan layak tambang, dengan cara


menambang bauksit kadar agak rendah untuk dicampur dengan bauksit kadar tinggi
(blending system), sehingga kualitas produk akhir masih memenuhi spesifikasi
permintaan konsumen.

2. Melakukan penambangan, pengangkutan dan pengolahan sesuai dengan praktek


penambangan yang baik, sesuai dengan kondisi deposit dan kondisi daerah.

3. Menjaga agar cadangan bauksit tidak banyak terbuang, baik pada waktu
penambangan, pengangkutan dan pengolahan, antara lain dengan cara pemilihan
peralatan yang sesuai dengan kondisi deposit, melakukan perencanaan dan
pelaksanaan penambangan secara teratur, terus melakukan kegiatan eksplorasi
tambahan dan selalu melakukan up dating data eksplorasi.

4. Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja, khususnya dalam hal operasi alat
berat pada saat operasi penambangan dan pengangkutan.

5. Meminimalisir gangguan lingkungan yang timbul akibat penambangan, pengolahan


maupun pengangkutan.

6. Mengutamakan penggunaan local content, baik berkaitan dengan jasa, tenaga kerja/
keperluan material penunjang, logistik dan sebagainya.

Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis seperti model geologi Bauksit seperti


yang telah diuraikan dimana mencakup kondisi cadangan Bauksit, kondisi lapisan penutup
(overburden); maupun pertimbangan ekonomis seperti jumlah sumberdaya Bauksit yang cukup
besar, maka pada rencana penambangan Bauksit akan dilakukan secara tambang terbuka
(surface mining) dengan system back filling, yaitu menambang lapisan Bauksit dari singkapan
(permukaan) sampai kedalaman tertentu di sepanjang zone penyebaran Bauksit dimana
pembuangan over burden (OB) nya di lahan bekas tambang. Peralatan yang akan digunakan
seperti back hoe sebagai alat gali-muat, dump truck sebagai alat angkut, bulldozer sebagai alat
garu-dorong. Bauksit hasil penambangan akan diangkut menggunakan dump truck kelokasi
washing plant. Bauksit hasil pengolahan ditimbun di lokasi stockpile setelah diperoleh ukuran
butir sesuai yang direncanakan. Selanjutnya dari stockpile, Bauksit diangkut menggunakan
dump truck menuju Center Point ( Stockpile Intermediet) dan selanjutnya diangkut ke Smelter.
Bagan alir pengangkutan Bauksit dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Diagram Alir Rencana Penambangan Bauksit
Sistem Penambangan

Secara umum beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan sistem


penambangan adalah sebagai berikut :
 Kondisi Endapan,
Endapan bauksit adalah endapan hasil pelapukan dan pengkayaan sekunder, umumnya
mempunyai penyebaran dekat permukaaan tanah, bersifat lunak.
 Kondisi Material Overburden,
Batuan overburden yang menutup endapan bauksit juga bersifat lunak, di beberapa tempat
agak keras karena konsentrasi oksida besi, namun secara umum dapat dilakukan
penggalian dengan metode gali bebas. Berdasarkan faktor-faktor di atas dan pertimbangan
bahwa sebaran endapan bauksit terdapat dekat permukaan tanah, maka seperti pada
umumnya penambangan endapan laterit metode penambangan bauksit yang akan
diterapkan adalah tambang terbuka (open pit mining) sistem back filling (penutupan bekas
bukaan tambang dengan tanah penutup pada penambangan berikutnya).

pemuatan tanah pucuk


land clearing pengerukan
tanah penutup bulldozer
+ 1,35 m
excavator truck tronton
bulldozer diangkut ke WP
deposit bauksit
+ 1,8 m

Metode Penambangan Terbuka

Dalam penambangan tersebut jenjang penambangan akan dibuat 2 m, untuk menyesuaikan


kondisi ketebalan deposit dan sifat kekuatan deposit yang lunak serta dalam rangka
memudahkan manajemen blending, untuk mengantisipasi adanya variasi kualitas bauksit
sesuai kedalaman endapan.
Penambangan akan dilakukan pada beberapa blok tambang kecil, sekitar 1 pit akan dibuka
secara bersamaan dalam rangka mendapatkan target produksi tambang bauksit bersih
800.000 ton per tahun. Penambangan di beberapa pit ini sekaligus dalam rangka
menerapkan prinsip konservasi, yaitu memanfaatkan bauksit berkadar rendah untuk
ditambang dan dicampur dengan bauksit kadar tinggi, sehingga produk bauksit tercuci
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Peralatan yang akan digunakan relatif berkapasitas kecil, ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan dengan kondisi variasi kualitas deposit, tebal deposit yang relatif tipis.
Disamping itu juga dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi sifat fisik/kekuatan
batuan, yang relatif lunak karena berupa tanah pelapukan, sehingga tidak terjadi kejadian
amblasnya peralatan.

Kegiatan Losses Factor

Pembongkaran 0,5 %
Pemuatan 0,5 %
Pengangkutan (PIT- 0,5 %
WP)
Pencucian 1,0 %
Pengangkutan (WP-
0,5 %
Stocpile)
Loading (Stockpile-
0,5 %
Smelter)

Operational Tambang
a. Operasional Tambang
Berdasarkan pertimbangan teknis, keadaan geologi, bentuk dan karakteristik endapan bijih
bauksit serta lapisan tanah pentutup (over burden) dan keselamatan kerja, maka
penambangan dilakukan dengan metode tambang terbuka (surface mining)
Adapun tahapan kegiatan Pertambangan bauksit adalah sebagai berikut:Berdasarkan
pertimbangan teknis, keadaan geologi, bentuk dan karakteristik endapan bijih bauksit serta
lapisan tanah pentutup (over burden) dan keselamatan kerja, maka penambangan
dilakukan dengan metode tambang terbuka dengan sistem open cut mining.
Adapun tahapan kegiatan Pertambangan Bauksit adalah sebagai berikut:
1. Pembersihan lahan tambang
Pembersihan lahan dilakukan dengan pemotongan terhadap pohon-pohon dan
semak serta menimbunnya pada suatu lokasi penyimpanan agar dapat digunakan
kemudian sebagai bahan kompos untuk revegetasi lahan bekas tambang. Tujuan
dilakukannya pembersihan lahan yaitu untuk menyingkap lapisan batuan penutup
(over burden) pada area tambang.
2. Pengupasan tanah pucuk / Top Soil (stripping)
Top soil dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang dikupas dengan bulldozer
lalu dikumpulkan pada area penimbunan top soil. Tebal rata-rata lapisan tanah
pucuk yaitu setebal ± 30 cm. Lokasi timbun tanah pucuk merupakan area bebas
cadangan, tidak jauh dari lokasi tambang dan aman dari gerusan air. Di sekeliling
tanah pucuk dibuat parit dengan tanggul yang dipadatkan dan ditanami tanaman
penutup. Nantinya topsoil tersebut dapat dimanfaatkan kembali untuk menyuburkan
bekas areal tambang yang akan direvegetasi, baik dengan cara ditaburkan atau
ditempatkan dalam lubang tanam.

Lapisan Tanah Penutup

Lapisan Biji Bauksit Soil Stock akan


dikembalikan

Setling Pond

25 m 25 m
Daerah Sedang Ditambang Pemindahan Lapisan Tanah
Penutup

Gambar Konstruksi Lahan Pertambangan Bauksit

3. Pengupasan lapisan tanah penutup (overburden)


Operasi penggalian lapisan penutup berupa over burden, dilakukan dengan
menggunakan back hoe dibantu dengan bulldozer. Bila ditemukan material keras,
terlebih dahulu diberaikan dengan bulldozer, kemudian digali dengan back hoe
.Pemakaian ripper pada bulldozer disesuaikan dengan kebutuhan operasi pemberaian
material. Perhitungan jumlah lapisan tanah penutup ini dapat dilihat pada Tabel
berikut :

Contoh Tabel Jumlah Material Overburden

BERA
BLO LUAS TEBAL T TONASE
NO TAHUN
K AREA(M2) OB JENIS OB
OB
1 1 270,713.64 6.43 1.40 2,435,011.00
2 2 183,054.81 6.15 1.40 1,575,376.00
3 A 3 188,148.83 5.78 1.40 1,522,447.65
4 4 250,803.63 5.99 1.40 2,103,448.58
5 5 315,832.03 5.76 1.40 2,547,346.22

Pengupasan tanah penutup dilakukan pada lereng bukit yang paling rendah dengan
lebar jalur pengupasan disesuaikan dengan lebar bukit, kemiringan lereng dan
banyaknya tanah penutup yang dipindahkan. Kupasan tanah dari jalur pertama
ditumpuk di luar bukit dan diantara kaki tumpukan dengan sisi lahan di atasnya
dibuat parit untuk mengendalikan aliran air permukaan dari atas. Pada tahap
Penambangan kedua dan seterusnya, lapisan tanah penutup ditimbun ke lubang
bekas penggalian bauksit pada lokasi penambangan sebelumnya. Timbunan tanah
penutup dengan sistem back filling ini selanjutnya ditata dengan membentuk teras
dengan ketinggian maksimum 3 m, lebar 7-8 m dan kemiringan < 45o.
Teras buangan lapisan tanah penutup ini dibuat miring (teras balik) 1 – 3 % untuk
meghindari terjadinya pelimpahan air permukaan dari atas. Pada lereng teras akan
ditanami dengan tanaman penutup, sedangkan pada teras dibuat lubang-lubang
tanam dengan jarak sekitar 5 m untuk diisi pupuk dan direvegetasi dengan tanaman
keras seperti karet.
Buangan Lapisan Tanah

Buangan Lapisan
Tanah Penutup
Tanah penutup II

Buangan Lapisan Arah Pendorong


Tanah Penutup I

Arah Penggalian
Bauksit

Lapisan Bauksit

Konglomerat

Rawa

Gambar Pengupasan Tanah Pucuk Dan Lapisan Tanah Penutup

4. Penggalian dan pemuatan bijih bauksit


a. Pembentukan lokasi penggalian bijih
Untuk kondisi lapisan bijih Bauksit yang relatif mendatar lokasi penggalian
dibuat satu jenjang dengan lebar bukaan sekuen penggalian ± 25 m, dengan
pertimbangan mempermudah aktivitas manuver alat angkut (dump truck).
Sedangkan untuk kondisi lapisan bijih Bauksit miring dan atau berada pada
topografi yang relatif ekstrim (tinggi) front kerja (lebar sekuen penggalian akan
dibuat berjenjang bisa dibuat 1 atau 2 jenjang dengan tinggi masing-masing
maksimal 6 m, sesuai dengan kondisi faktor keamanan dan kestabilan lereng
yang terbentuk. Sementara untuk jalan akses akan dibentuk mengikuti arah
kemiringan kaki lereng yang dibuat melingkar (ram road) sampai pada level
aman sehingga akan mempermudah proses mobilisasi peralatan pada aktivitas
pertambangan.

b. Penggalian bauksit
Proses penggalian Bauksit dilakukan dengan alat gali backhoe/excavator yang
berkapasitas 1.9-2 m3. Penggalian bijih Bauksit dilakukan dengan gerak mundur
dan posisi alat berat berada di atas lapisan bijih Bauksit. Alat berat backhoe
selain sebagai alat gali, sekaligus juga sebagai berfungsi sebagai alat muat ke
dump truck. Penggalian harus berlawanan arah dengan stripping agar semua
over burden dapat dengan mudah untuk menimbun lubang bekas penggalian
yang terdapat pada lereng bagian bawahnya
Pemuatan hasil penggallian
Hasil penggalian bijih bauksit dari lokasi/blok tambang selanjutnya langsung
dimuatkan ke kendaraan pengangkutan (dump truck) untuk kemudian dibawa
ke unit instalasi pencucian bijih bauksit (washing plant).
Gambar Skema Operasional Penambangan

Operasi penambangan dilakukan secara paralel, artinya sementara kegiatan


pembersihan lahan terus berlangsung dan setelah luas lahan yang dibersihkan
cukup dan aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan penggalian segera
dimulai dan begitu seterusnya.

5. Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang


Penataan kembali lahan bekas penambangan dengan cara back filling untuk
penimbunan material tanah penutup, dilakukan dalam waktu kurang dari 30 hari
kerja, sebagaimana amanah dari Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun 2014
tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca Tambang Pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral Dan Batubara. Dengan demikian setiap kali selesai
penggalian satu blok area tambang, maka pada saat itu pula bekas area tambang akan
segera dilakukan penataan yang selanjutnya untuk dilakukan upaya reklamasi dan
revegetasi.
Dengan diambilnya :
 Tanah pucuk setebal rata-rata 30 cm;

 Lapisan tanah penutup (over burden) setebal 5.65 m; dan

 Bijih bauksit setebal rata-rata 4.4 m.

Maka akan terjadi penurunan fisiografi lahan bekas tambang sedalam 3 – 6 m.


Setelah Rehabilitasi, maka lapisan tanah yang dikembalikan adalah:
 Lapisan tanah penutup setebal 5,65 m ditambah dengan pengembangan tanah
penutup dengan swell factor 1,2 menjadi 5,65 m + 1,2 m = 6,85 m;

 Tanah pucuk setebal 30 cm dengan asumsi faktor pengembangan tidak


diperhitungkan; dan

 Material dari kolam tailing setebal ± 1 m.


Tanah yang dikembalikan ke lahan bekas tambang mempunyai ketebalan 6,85 m +
30 cm + 1 m = ± 8,5 m.

Dari perhitungan di atas, maka estimasi penurunan permukaan tanah setelah


reklamasi adalah = 10.35 – 8.5 = ± 1,85 m.
Area bekas tambang setelah direhabilitasi kemudian disuburkan dengan pupuk atau
lapisan topsoil yang tersimpan pada area topsoil. Selanjutnya area tersebut dapat
dilakukan upaya reklamasi dan revegetasi dengan jenis tanaman keras seperti
tanaman karet dan/atau tanaman semula dari jenis setempat (endemik).

Bekas Tambang
Soil Stock

Material dari Bekas


Bekas Tambang
Tailing Dikembalikan
ke Bekas Tambang
Soil Stock

Gambar Skema Konstruksi Rehabilitasi Area Bekas Tambang

Peralatan yang akan dipergunakan dapat di rencanakan sebagai berikut :


- Untuk proses back fill akan terintegrasi dengan kegiatan penambangan, dimana
setelah dilakukan penambangan area akan langsung di back fill sesuai tahapan
penutupan lahan (bisa dilakukan oleh pihak kontraktor/pelaku usaha jasa
pertambangan); Untuk penataan lahan berikut pemantauan stabilitas lahan pasca back
fill dan penataan lahan dilakukan. Peralatan yang dipergunakan berupa peralatan yang
dipergunakan untuk pit service, berupa excavator dan sejenisnya

b. Pengangkutan Bijih Bauksit

1. Pengankutan dari front tambang - pencucian


Bijih Bauksit hasil penggalian dari lokasi/blok tambang selanjutnya diangkut
menggunakan dump truck berkapasitas menuju ke lokasi instalasi pencucian (washing
plant) dengan jarak ..... meter. Jika kondisi tidak memungkinkan maka untuk
menampung sementara bijih Bauksit yang telah ditambang (belum dicuci) akan
ditempatkan di area dumping yang nantinya akan berfungsi juga untuk stock yard
sementara..

Pengangkutan ke Smelter

Operasional Pencucian Bijih Bauksit

Bijih Bauksit dari tambang sebelum diangkut ke stockpile intermediet terlebih dahulu
dilakukan pencucian di unit Washing Plant (WP). Proses pencucian bijih Bauksit dimaksudkan
untuk menaikkan kualitasnya dengan cara mencuci dan memisahkan (desliming) bijih Bauksit
tersebut dari unsur lain yang tidak diinginkan seperti kuarsa, lempung dan pengotor lainnya.
Partikel yang halus ini dapat terbebaskan dari yang kasar antara lain dengan pancaran air (water
jet) yang kemudian dibebaskan melalui saringan (screening). Disamping itu sekaligus
melalakukan proses pemecahan (size reduction) dari butiran – butiran lebih dari 3 inchi
menggunakan jaw crusher.
1) Proses Pencucian Bijih Bauksit

Bijih Bauksit dari front penambangan diangkut dengan dump truck dan ditumpahkan ke
hopper grizzly yang mempunyai lubang bukaan berukuran 8’’. Konkresi> 8” dipecah
menggunakan pick hummer agar dapat masuk kedalam hopper. Untuk memperlancar proses
ini digunakan alat-alat manual dan juga dibantu dengan wheel loader atau Backhoe.

Untuk pengaturan pemasukan bijih Bauksit secara manual ke dalam hopper dibantu dengan
semprotan air dan penggaruk. Dasar hopper dibuat dengan kemiringan 30 derajat sehingga
dengan semprotan air tersebut bijih Bauksit yang telah menjadi pulp dapat mengalir ke dalam
tromol rel /rotaring grizzly yang mempunyai lubang bukaan ukuran 33”, dengan kemiringan
5 derajat dan putaran rpm 7. Bagian depan ujung tromol ini terdiri dari drum yang
mempunyai panjang 1 meter yang berfungsi sebagai Scrubber.

Material yang keluar dari drum disemprot dengan air bertekanan tinggi agar konkresi Bauksit
terlepas dari material halus /clay.Oversize dari tromol rel masuk ke dalam jaw crusser yang
mempunyai lubang bukaan 3”. Material yang sudah di crussing tersebut bersama-sama
dengan undersize dari tromol rel selanjutnya masuk ke dalam 2 buah tromol saringan plat
yang mempunyai lubang bukaan ½”, dengan kemiringan 5 derajat dan putaran rpm 10.

Di dalam tromol plat ini bijih Bauksit disemprot dengan air tekanan tinggi dari pipa yang
dipasang secara sentries dengan sumbu tromol. Oversize dari tromol saringan plat yang
berukuran kurang dari 3” dan lebih besar dari ½” merupakan bagian dari produk pencucian
atau bijih Bauksit tercuci yang disalurkan ke transport band (ban berjalan) I yang selanjutnya
masuk ke dalam hopperbin untuk selanjutnya ditumpuk di stockpile dan kemudian diangkut
ke stockpile intermediet(Center Point).

Untuk proses undersize kurang dari ½” akan masuk ke dalam 2 buah tromol saringan kawat
dengan terlebih dahulu melewati 2 buah sieve band yang mempunyai lubang bukaan 2 x 10
milimeter, hal ini untuk mengurangi material yang berukuran kurang dari 2 milimeter,
terutama tanah liat atau clay, kemudian material baru masuk ke tromol saringan kawat yang
mempunyai lubang bukaan berukuran 2 x 10 milimeter dengan kemiringan 5 derajat dan
putaran rpm 17. Selama di dalam tromol saringan kawat disemprot dengan air tekanan tinggi
dari pipa yang dipasang sentries dengan as tromol. Sebagai produk pencucian adalah material
bijih Bauksit dengan ukuran kurang dari ½” tapi lebih besar dari 2 milimeter, yang
selanjutnya masuk ke transport band I bersama-sama dengan produk yang berukuran kurang
dari 3” tapi lebih besar dari ½” di simpan di hopper bin untuk selanjutnya diangkut ke
pelabuhan pemuatan tongkang. Material yang berukuran kurang dari 2 milimeter dibuang
sebagai waste atau tailing.

Tujuan mereduksi ukuran sampai dengan 3” adalah :

 Mengurangi daya korosi batuan/konkresi Bauksit terhadap semua peralatan pencucian


yang dilewati, karena semakin besar ukuran batuan semakin besar daya korosinya.
 Bijih Bauksit yang terlalu besar ukurannya akan menutupi material lain, sehingga proses
pencucian bisa tidak efektif dan memudahkan pengangkutan.

Gambar 2.11.
Gambar 2.13. Washing Plant
Gambar 2.14. Washing Plant ke Pengangkutan
2) Pengolahan Lanjutan (Proses Kalsinasi)
Untuk pengolahan lebih lanjut dilakukan dengan proses dayer dengan prinsip kerja
sebagi berikut :

o Bauksit mengandung beberapa mineral dengan kadar bervariasi, bila mengandung Al2O3
Dominan dinamakan bouksit.
o Dilakukan proses penggilingan sampai ukuran < 35 mesh ( 0,417 )
o Proses melarutkan Al2O3 yang terdapat pada Bauksit dengan larutan soda api pada
konsentrasi dan suhu tentu dengan menggunakan uap sebagi media penghantar panas
dalam tabung baja yang tahan terhadap tekanan yang di timbulkan uap.
o Proses untuk memisahkan larutan Al2O3 dari benda – benda padat yang tidak yang tidak
larut dan disilication product, endapan dari persenyawaan yang terbentuk antara silica
reaktif dengan Na2O dan Al2O3
o Penyaringan larutan Al2O3 dari koloid – koloid dan benda padat lainnya sehingga di
perlukan larutan Al2O3 yang bening.
o Endapan benda padat, sebelum dikumpulkan ke tempat penimbunan terlebih dahulu di
usahakan mengambil larutan – larutan Al2O3 dan caustic soda yang masih terdapat
bersama benda padat tersebut.
o Terhadap larutan Al2O3 bening dilanjutkan dengan proses presitipasi Al2O3 melalui
tangki besar yang di namakan precipitator dan dengan menambahkan seed yang terdiri dari
hidrat Al2O3 yang halus, proses presipitasi di percepat dan membangun, partikel – partikel
Al2O3 yang lebih besar akan tetapi tidak mudah pecah.
o Endapan hidrat Al2O3 yang teerjadi selanjutnya di seleksi, hidrat Al2O3 yang berukuran
besar di ambil sebagai produksi,sedangkan hidrat Al2O3 yang masih halus di kembalikan
kedalam proses presitipasi sebagi seed.
o Hidrat Al2O3 yang berukuran besar, selanjutnya melalui putaran (rotary) dikalsinasi
(dipanggang) sedemikian rupa untuk menggeluarkan kadar air dan molekul air yang terikat
dalam partikel Al2O3.
o Alumina hasil dari kalsinasi adalah hasil akhir dari pabrik alumina yang siap di kapalkan
ke pabrik peleburan untuk di leburkan menjadi logam aluminium.
Bagan alir pengolahan Bauksit menjadi Alumina dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar 2.19. Contoh Bagan Alir Pengolahan Bauksit Menjadi Alumina

Umumnya produksi aluminium berasal dari bauksit. Bauksit secara kimia dimurnikan
menjadi aluminium oksida atau alumina (Al2O3) sebelum direduksi secara kimia elektrolisa
garam lebur menjadi logam aluminium. Karena biaya untuk peleburan menggunakan tenaga
listrik yang tinggi biayanya, smelter biasanya dekat dengan sumber listriknya.

Secara garis besar digambarkan mengenai proses peleburan alumina menjadi aluminium
batangan dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
kokas
Pitch/aspal

Ko kneader

Shaking machine

Baking furnace

Rodding anoda carbon

aluminaWater Reduction cell Criolyte, AlF, CaF


(electrolysis garam Supplylistrik DC
lebur)

Molten transport

Treatment
furnace

Aluminium ingot
casting

Gambar 2.20. Contoh Bagan Alir peleburan Alumina Menjadi Aluminium


Kandungan utama bauksit adalah Al2O3 tapi kandungan SiO2 adalah pengotor yang tidak
diharapkan. Biasanya produsen alumina akan membatasi kandungan maksimum SiO2 karena
dalam proses pembuatan alumina dari bauksit menggunakan NaOH untuk mengikat SiO2
keluar dari larutan, dan keluar sebagai Red mud. Sehingga semakin tinggi kandungan SiO2
dalam bijih bauksit akan semakin besar mengkonsumsi NaOH yang harganya cukup tinggi.

3) Pencampuran Bijih (Blending)


Di stockpile ini mempunyai 3 tempat penumpukan, yaitu bunker, dumping A,
dumping B, dimana masing-masing penumpukan adalah tempat menumpuk bijih Bauksit
dengan kadar yang berbeda, maka dalam pemuatan ke dalam tongkang nantinya akan
disesuaikan kadar yang diminta oleh pihak buyer, sehingga dalam pemuatan harus dilakukan
dengan blending, dalam pencampuran nantinya akan menggunakan perhitungan berdsarkan
kadar sehingga dari ketiga penimbunan nanti diambil dan sesuai dengan permintaan buyer.

Anda mungkin juga menyukai