Laporan Resmi
Laporan Resmi
PERCOBAAN VI
REAKSI KIMIA : PENGENALAN GUGUS FUNGSI
Oleh :
Kelompok VI
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Mampu menjelaskan pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsi.
I.2 Mampu menjelaskan periodisitas kereaktifan satu kelompok senyawa
dengan gugus fungsi tertentu.
No. Struktur Gugus Rumus Umum Nama IUPAC / trivial Nama Gugus
1 -OH R-OH Alkanol / alcohol Hidroksil
2 -O- R-O-R’ Alkoksi alkana / Eter
3 O O Alkanal / aldehid Aldehid
C R C
H H
4 O O Alkanon/keton Karbonil
C R C
R'
5 O O Asam alkanoat/ Karboksil
C R C karboksilat
OH OH
6 O O Alkil alkanoat / ester Ester
C R C
O OR'
7 -NH2 R NH2 Amina Amin
(Purba, 1994)
II.2 Aldehid
Aldehid adalah persenyawaan dimana gugus fungsi karboksil diikat oleh
gugus alkil. Aldehid merupakan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur karbon,
hidrogen dan oksigen yang bisa didapatkan dari oksidasi alkohol primer, klorida,
asam glikol/alkena, hidroformilass.
(Hart, 2003)
II.2.1 Sifat Aldehid
- Sifat fisika aldehid.
Berbau merangsang, titik didih lebih rendah daripada alkohol padanannya,
larut dalam air, sama seperti alkohol.
(Fessanden,1986)
(Sumardjo, 1995)
H
b. Uji Benedict
Merupakan uji kimia untuk mendeteksi gula pereduksi dalam larutan yang
dirancang oleh kimiawan Amerika, yaitu S.R. Benedict. Reaksi ini terdiri atas
larutan tembaga sulfat ( CuSO4 ), Natrium karbonat ( Na2SO3 ), dan Natrium
sitrat. Jika benedict dipanaskan bersama larutan alddehid akan terjadi oksidasi
menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang
mengendap pada bagian bawah tabung.
Reaksinya :
H C O
+ Cu2+ + H2O + Na+ H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Sumardjo, 1997)
c. Uji Tollens
Pereaksi tollens dibuat dengan mereaksikan AgNO3 + NH3 berelebih,
sehingga endapan menjadi larut.
AgNO3 + NH4OH Ag2O + H2O + NH4NO3
Ag2O + NH4OH Ag(NH3)2OH + H2O
(Sumardjo, 1995)
Bila senyawa aldehid ditambahkan pada pereaksi tollens dan dipanaskan
maka aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat yang segera
membentuk garam amonia.
Sedangkan pereaksi tollens akan tereduksi sehingga dibebaskan logam
perak yang segera melekat pada dinding tabing reaksi.
(Ridwan, 1989)
II.3 Alkohol
II.3.1 Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksilnya (-OH)
1. Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C
yang mengikat hanya 1 atom C lainnya).
Contoh :
CH3–CH2–CH2–CH2–OH
(1 butanol)
CH3 (2 Butanol)
CH3
(2Metil-2 propanol)
(Petrucci,1985)
II.3.2 Sifat-sifat Alkohol
- Sifat Fisika Alkohol
Berupa cairan jernih, berbau khas, mendidih ditemperatur tinggi, sangat
larut dalam air karena ada ikatan hidrogen antara gugus –OH dan molekul H2O.
(Keenan,1980)
- Sifat Kimia Alkohol
Mengalami dehidrasi (reaksi yang melibatkan hilangnya H dan OH dalam
membentuk H2O ) untuk membentuk alkena/eter, oksidasi terkendali untuk
menghasilkan aldehida dan keton.
(Keenan, 1980)
II.3.3 Identifikasi Senyawa Alkohol
a. Identifikasi Senyawa Alkohol Primer
Alkohol primer menghasilkan aldehida yang dapat dioksidasi lebih
lanjut menjadi asam karboksilat.
(Hart,2003)
b. Identifikasi Senyawa Alkohol lain
Semua senyawa polialkohol misalnya gliserol dapat diidentifikasikan
dengan pembentukan senyawa kompleks / dapat pula dengan pembentukan
alkohol lain.
Contoh: reaksi pembentukan Cu kompleks.
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1992)
II.3.4 Kegunaan Alkohol dalam Kehidupan sehari-hari
a. Bidang Farmasi
sebagai pelarut senyawa organik. Contoh: etanol dan butanol.
b. Bidang Industri
sebagai desinfektan. Misal: etanol dan metanol.
c. Sebagai bahan bakar
contoh : spirtus (campuran methanol dan etanol)
(Petrucci,1992)
II.4 Asam Karboksilat
Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai
ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat
yang diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul
umum RCO2H yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .
(Brady,1994)
II.4.1 Sifat Asam karboksilat
a. Sifat fisika asam karboksilat
Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH ,
-COH, titik leburnya juga relatif tinggi, berbau, asam-asam yang berbobot
molekul rendah larut dalam air maupun pelarut organik.
(Keenan,1980)
b. Sifat kimia asam karboksilat
Merupakan asam lemah, lebih asam dari pada alkohol/fenol karena
stabilisasi resonansi anion karboksilatnya.
(Fessenden,1986)
II.5 Gugus Amina dan Identifikasinya
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen
trivalent yang terikat pada satu atom atau lebih. Misal: R-NH2, R2-NH, R3N.
(Fessenden,1986)
Amina adalah senyawa organik yang merupakan turunan dari ammonia
dengan satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H, amina seperti
ammonia bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada amonia
aromatik.
(Petrucci,1992)
II.5.1 Penggolongan amina.
Amina digolongkan menjadi 3 menurut banyaknya alkil yang terikat pada
nitrogen.
1. Amina primer
H
R N
2. Amina sekunder
H
R N
R'
3. Amina tersier
R''
R N
R'
(Fessenden,1986)
II.5.2 Sifat-sifat Amina
- Sifat fisika amina.
Titik didihnya berada diantara titik didih senyawa tanpa ikatan hidrogen
(alkana/eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (alkohol) dengan bobot yang
sama.
(Fessenden,1986)
- Sifat kimia amina
Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil, jika bereaksi dengan asam
mineral membentuk garam ammonium kuarterner yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)
C C
R R
(Hart,2003)
Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari senyawa
organik yang terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai
dua kelompok alkil dan satu atom hidrogen yang tersusun menjadi karbon-
karbon.
O O O
C C C
R R H H
Karbonil keton aldehid
C 2H 5 OH C 2H 5 C H C 2H 5 C OH
H3C CH CH 3 H3C C CH 3
C 2H 5 C C2 H5
H
(Hart,2003)
II.7.2 Esterifikasi
Esterifikasi adalah salah satu reaksi untuk mengidentifikasi gugus
karboksilat. Esterifikasi termasuk dalam jenis reaksi kondensasi yaitu
penggabungan 2 molekul dengan melepas molekul kecil lain.
Reaksi esterifikasi :
O
O
R C R OH
R C OR' H 2O
OH
(Keenan,1980)
II.7.3 Senyawa Kompleks
Senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk dari penggabungan 2
atau lebih senyawa sederhana yang masing-masingnya dapat berdiri sendiri.
Istilah senyawa koordinasi menentukan pengertian bahwa 2 zat yang lebih
sederhana (misalnya : CuCl2 dan NH3) bergabung menjadi senyawa yang lebih
kompleks.
Reaksi senyawa kompleks :
C3H8O3 + CuSO4 + NaOH (C3H5OCuNa)2 . 3H2O
(Petrucci,1993)
II.8 Analisa Bahan
II.8.1 Formalin
Suatu formaldehida, tidak berwarna, mudah larut dalam air. Larutan
formaldehida 40% dalam air disebut formalin yang digunakan dalam
pengawetan cairan dan jaringan.
(Petrucci, 1992)
2.8.2 Glukosa
Suatu monosakarida dengan rumus C6H12O6 merupakan kristal putih,
berasal manis dan disebut juga D-glukosa / dekstrosa karena bersifat aktif optis.
(Mulyono, 2001)
(Mulyono, 2001)
(Fessenden, 1986)
2.8.5 Fehling A
Fehling A berisi larutan CuSO4, bersifat cair, berwarna biru, titik didih 99,9
ºC, titik lebur -0,1 oC, larut dalam air, dapat menyebabkan iritasi pada mata dan
kulit, tidak mudah terbakar.
(Ensiklopedia umum, 1999)
2.8.6 Fehling B
Fehling B berisi larutan NaOH dan KNa tartrat, tidak berwarna, berbau,
titik didih 103 oC, titik lebur -10 oC.
2.8.7 Gliserol
Alkohol terdehidrasi dengan rumus kimia C3H5(OH)3 cairan seperti sirup
tak berwarna, titik didih 290 ºC dan titik leleh 18 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.9 NaOH
Padatan putih, senyawa basa kuat, titik lebur 318 ºC, titik didih 1390 ºC,
mudah menyerap air dan CO2 di udara.
(Basri, 1996)
2.8.10 Aseton
Keton suku rendah yang merupakan zat cair yang mudah larut dalam air,
berbau menyengat, titik didih 56 ºC mudah menguap dan terbakar.
(Petruci, 1993)
2.8.11 Benedict
Larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium
sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
(Suminar, 1994)
2.8.12 Etanol
Komponen aktif dari bir, anggur dan wisky. Dihasilkan dari peragian
karbohidrat.
(Keenan, 1990)
2.8.13 Anilin
Strukturnya C6H5NH2, Zat cair seperti minyak, tidak berwarna, dapat
terbakar dan dibuat melalui reduksi nitrobenzen.
(Mulyono, 2001)
(Mulyono, 2001)
2.8.16 NH4Cl
Garam basa karena hasil reaksi NH 3 dengan HCl digunakan untuk
pengisi batu baterai dan bahan pupuk.
(Basri, 1996)
2.8.17 CuSO4
Larut dalam air, berwarna putih/kuning, digunakan sebagai cairan
dendehidrasi, bereaksi dengan Zn.
(Mulyono, 2001)
2.8.18 HCl
Asam kuat, tidak berwarna, berbau tajam, titik didih 85 ºC, dan titik leleh
144 ºC.
(Mulyono, 2001)
2.8.19 H2SO4
Mengandung asam 98 % , dapat bercampur dengan air, tidak berwarna.
(Vogel, 1990)
2.8.20 Asetaldehid
Asetaldehid dengan titik didih sekitar temperatur kamar (20 ºC) juga
lebih mudah untuk disimpan atau diangkut dalam bentuk trimer atau titramer
siklik, Asetaldehida juga digunakan sebagai zat antara dalam sintesis asam
asetat, anhidrida asetat, dan senyawa-senyawa lain dalam industri.
(Fessenden, 1986)
2.8.21 NH3
Senyawa gas, tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan
menghasilkan larutan alkali yang mengandung amonium hidroksida. Amonia
disintesanitrogen dan hidrogen dengan menggunakan proses hober. Digunakan
sebagai larutan pendingin. Gas NH3 digunakan sebagaipemula dalam pembuatan
asam nitrat dan senyawa nitrat.
(Basri, 1995)
2.8.22 Aquades
Zat cair tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Titik didih 100 °C
dan titik beku 0 °C. Dapat pula berwujud padat dan gas. Merupakan pelarut yang
baik.
(Basri, 1996)
3.1.2 Bahan
- Formalin
- Glukosa
- Reagen Schiff
- Reagen Tollens
- Reagen Fehling A
- Reagen Fehling B
- Reagen Benedict
- Etanol
- Asam Asetat
- Asam Benzoat
- H2 SO4
- Larutan NaOH
- Aseton
- Gliserol
- HCl
- Natrium-nitrpprusid
- NH4Cl
- Amonia
- Amonium Klorida
- Larutan CuSO4
3.2 Gambar Alat
a. Uji Schiff
Formalin 1ml
Tabung Reaksi
penambahan 1-2 tetes pereaksi Schiff
pengocokan
pengamatan dan pencatatan perubahan
warna
Hasil
Glukosa 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi 1-2 tetes pereaksi Schiff
pengocokan
pengamatan dan pencatatan apa yang
terjadi.
Hasil
b. Uji Tollens
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi
penambahan pereaksi Tollens
pemanasan
pengamatan dan pencatatan perubahan yang
terjadi setelah dingin
Hasil
c. Uji Fehling
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi Fehling A dan B
pemanasan
pengamatan dan pencatatan perubahan warna
Hasil
d. Uji Benedict
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Hasil
Formalin 1 ml
Tabung Reaksi
Tabung reaksi
penambahan 2 tetes Benedict
pemanasan
pengamatan dan pencatatan perubahan warna
Hasil
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi asam asetat 1 ml
penambahan asam sulfat
pemanasan
pengamatan
Hasil
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi asam benzoat 1 ml
penambahan asam sulfat
pemanasan
pengamatan
Hasil
Gliserol 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi larutan CuSO4
Hasil
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi asam asetat
penambahan asam sulfat
pemanasan
pengamatan
Hasil
Etanol 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi asam benzoat
penambahan asam sulfat
pemanasan
pengamatan
Hasil
Aseton 1 ml
Tabung Reaksi
penambahan
Tabung reaksi natrium-nitroprusid
penambahan ammonium klorida dan amonia
pengamatan
Hasil
a) Uji Schiff
- Tabung reaksi I :
Ungu +
1 mL Formalin + 2 tetes pereaksi Schiff
- Tabung reaksi II :
Ungu kemerahan +
1 mL Glukosa + 1 tetes pereaksi Schiff
- Tabung Reaksi II :
Wangi permen
- Tabung reaksi II :
karet tidak +
1 mL Etanol + Asam Benzoat + H2SO4, (pemanasan) menyengat.
b) Identifikasi Alkohol lain Sebelum
ditambahkan
Gliserol CuSO4Gliserol + CuSO4+ NaOH
CuSO4 larutan
C3H8O3 + CuSO4 NaOH [C3H5O3.CuNa]2 + + 3H2O berwarna hijau
kekuningan, setelah
+
ditambahkan
CuSO4 larutan
menjadi biru hijau
kekuningan.
V. PEMBAHASAN
a) Uji Schiff
Suatu pereaksi Schiff yang tidak berwarna direaksikan dengan senyawa
kelompok aldehid,maka akan menghasilkan warna ungu. Pereaksi Schiff tidak
dapat bereaksi dengan kelompok aldehid dalam bentuk hidrat dan aldosa. Pereaksi
Schiff digunakan untuk menunjukan adanya gugus aldehid. Pereaksi ini berasal
dari zat warna Fuschin yang warnanya telah hilang karena penambahan SO 2 dan
H2SO4.
Pada percobaan ini digunakan bahan formalin dan glukosa sebagai bahan
pembanding. Formalin dan glukosa dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
berbeda,kemudian masing-masing ditambahkan 1-2 tetes Pereaksi Schiff.
Perubahan yang terjadi adalah pada tabung yang berisi Formalin warnanya
menjadi ungu dan menunjukan bahwa formalin mengandung gugus aldehid
alifatik, pada glukosa pun demikian terbentuk warna ungu kemerah-merahan
membuktikan bahwa dalam glukosa mengandung gugus aldehid. Perubahan ini
dihasilkan dari formalin yang merupakaan gugus aldehid.
Reaksinya:
O O SO3 H Cl
H C H + H S N C N H
H
O H
H O Cl
H 3C C S C N
OH O
(Keenan, 1986)
b) Uji Tollens
H (Fessenden, 1986)
c) Uji Fehling
Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan :
- Fehling A : terdiri dari larutan CuSO4
- Fehling B : terdiri dari Kalium natrium nitrat dan Natrium hidroksida.
Bila Fehling A dan Fehling B dicampur dengan volume yang sama maka
dihasilkan larutan biru tua.
Pada Percobaan ini digunakan larutan formalin. Setelah formalin dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan reagen Fehling A & Fehling B
masing-masing 1 mL. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna
menjadi orange dan terjadi endapan. Pemanasan dilakukan karena pereaksi
fehling kurang stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga
dibutuhkan pemanasan agar Fehling stabil. Perubahan warna terjadi karena
senyawa aldehid dioksidasi menjadi asam karboksilat dan terbentuk endapan
Cu2O berwarna merah bata.
Reaksinya :
(Fessenden, 1986)
H
d) Uji Benedict
Reaksinya :
H C O
+ Cu2+ + H2O + Na+ H-COONa + Cu2O + 2H+
H
(Ridwan, 1989)
Pada percobaan ini menggunakan bahan uji asam asetat dan asam benzoat
sebagai pembanding, didapatkan hasil bahwa pada tabung pertama yang diisikan
asam asetat menghasilkan bau yang menyengat, sedangkan pada tabung pada
tabung reaksi kedua yang ditambah asam benzoat dan H 2SO4, fungsi dari H2SO4
sebagai katalis yaitu untuk mempercepat reaksi. Setelah itu dipanaskan hasilnya
tidak menimbulkan bau yang menyengat. Pemanasan adalah untuk mempercepat
laju reaksi karena adanya tambahan energi berupa panas sehingga reaksipun
cepat berlangsung.
- Katalis mempercepat laju reaksi ke arah produk maupun ke arah
pereaksi, sehingga menghasilkan rendemen produk lebih cepat (rendemen
produk tidak lebih banyak daripada reaksi yang tanpa katalis)
H2SO4
C2H5OH + CH3COOH H3 C C OC2 H5 + H 2O
(Fessenden,1986)
C2H5OH + C OH C OC2 H5 + H 2O
(Fessenden,1986)
Ligan : Na
(Fessenden,1986)
5.3 Identifikasi Senyawa Keton
Reaksinya adalah :
CH 3
4
C O + Fe (CN)5 NO + OH- (NC)5 Fe N C C CH 2 + H 2O
H
CH 3 O
(Fessenden,1986)
VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
- Sebelum praktikum dimulai, alat dan bahan yang akan digunakan dalam
praktikum dicek terlebih dahulu.
- Pastikan alat dan bahan yang kita dapatkan dalam keadaan bagus.
- Praktikan harus bekerja dengan teliti dan konsentrasi yang tinggi agar
mendapatkan hasil yang memuaskan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Brady, James, 1994, Kimia Universitas-Asas dan Struktur (Edisi ke-5, jilid ke-1),
Erlangga, Jakarta.
Chang, Raymond, 2004, Chemistry, Mc Graw Hill, Inc ( Petrucci,1985).
Fessenden, Ralph J, 1986, Organic Chemistry (Edisi ke-2), Willard Grant Press
Publisher, USA.
Hart, Harold, 2003, Organik Chemistry – a short course, Erlangga, Jakarta.
Keenan and Kleinfelter, Wood, 1980, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.
Petrucci, Ralph H, 1992, General Chemistry, Erlangga, Jakarta.
Purba, Michael, 1994, Kimia II, Erlangga, Jakarta.
Ridwan, S, Drs, 1989, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Sumardjo, Damin, 2005, Petunjuk Praktikum Kimia Dasar, Undip Press,
Semarang.
Wade, L. G. Jr, 1987, Organic Chemistry, PrenticeHall Inc, USA.
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten,
AISYATUL KAMILAH
NIM: J2C007004