LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PENGENALAN GUGUS FUNGSI
Dosen Pengampu
Mara’ttus Solihah, M.Sc.
Disusun Oleh:
NIM : 2008076046
PENDIDIKAN KIMIA
SEMARANG
2021
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
1. JUDUL
“LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR MATERI PENGENALAN GUGUS
FUNGSI”
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu mengidentifikasi gugus fungsi suatu senyawa melalui reaksi kimia
3. DASAR TEORI
Kimia organik adalah ilmu yang mempelajari tentang senyawa yang terdiri dari
sebagian gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen, nitrogen / beberapa unsur tertentu.
Pada mulanya kimia organik hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk
hidup. ( Petrucci,1985)
Gugus fungsi merupakan kedudukan kereaktifan kimia suatu molekul. Satu
kelompok senyawa kimia yang memiliki gugus fungsi yang sama, akan menunjukkan
gejala reaksi kimia yang sama. Berdasarkan gejala reaksi tersebut, maka dapat dilakukan
pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsinya:
GUGUS FUNGSI GOLONGAN SENYAWA
Nama Struktur Rumus Umum Nama Golongan
Ikatan rangkap C=C R2C = CR2 Alkena
Ikatan rangkap 3 C Ξ C RC Ξ CR Alkuna
Gugus hidroksil -OH R-OH Alkanol/alkohol
Gugus alkoksil -OR R-OR Alkoksi alkana/eter
1. Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang
mengikat hanya 1 atom C lainnya).
Contoh :
CH3–CH2–CH2–CH2–OH
(1 butanol)
Contoh :
Contoh :
(Petrucci,1985)
Sifat-sifat Alkohol
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
(Keenan,1980)
(Keenan, 1980)
Alkohol atau yang sering disebut juga sebagai etanol adalah istilah untuk
senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon atau
yang terikat pada atom hidrogen maupun atom karbon lain. Rumus kimia alkohol
adalah CnH2n+n (Murjana, 2020).
Berdasarkan struktur kerangka karbonnya, alkohol dibagi menjadi alkohol
primer, sekunder, dan tersier. Keaktifan ketiga jenis alkohol tersebut terhadap suatau
pereaksi sangat berbeda.
H R R
R C OH R C OH R C OH
H H R
alkohol primer alkohol sekunder alkohol tersier
Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul-molekulnya
sehingga titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter
yang bobot molekulnya sebanding. Karena kemampuan membentuk ikatan hidrogen
ini maka kelarutan alkohol dibandingkan alkil halida yang sebanding juga lebih
besar. Alkohol memiliki bagian hidrofob (R-) dan hidrofil (-OH). Bagian
hidrokarbon dari suatu alkohol bersifat hidrofob yakni menolak molekul-molekul
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
air. Makin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutan alkohol
dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofobnya akan dapat
mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidrofil. Peningkatan kelarutan
sebanding dengan bertambahnya jumlah gugus hidroksil dalam senyawa. Semakin
banyak gugus hidroksil maka kelarutannya semakin tinggi. Alkohol dapat dibuat
dengan beberapa reaksi yaitu reaksi substitusi alkil halida dengan ion hidroksida,
reaksi dengan pereaksi Grignard, reduksi gugus karbonil, hidrasi alkena dan
peragian (fermentasi) (Wardiyah, 2016).
a. Bidang Farmasi : sebagai pelarut senyawa organic. Contoh: etanol dan
butanol.
(Petrucci,1992)
Sifat Aldehid
Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik menarik dipol-dipol
antar molekul. (Fessenden,1986)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus karbonil,
tetapi keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus karbonilnya.
Identifikasi keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera.(Fessenden,
1986)
Uji Rothera
(Hart,2003)
Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari senyawa
organik yang terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai dua
kelompok alkil dan satu atom hidrogen yang tersusun menjadi karbon-karbon.
Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH ,
-COH. Titik leburnya juga relatif tinggi. Berbau. Asam-asam yang berbobot
molekul rendah larut dalam air maupun pelarut organik.(Keenan,1980)
Amina adalah senyawa organik yang merupakan turunan dari ammonia dengan
satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H. amina seperti ammonia
bersifat basa karena adanya pasangan electron bebas mH pada ammonia
aromatic. (Petrucci,1992)
Penggolongan amina.
Sifat-sifat Amina
Titik didihnya berada diantara titik didih senyawa tanpa ikatan hydrogen
(alkana/ eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (alkohol) dengan bobot yang
sama. (Fessenden,1986)
Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil. Jika bereaksi dengan asam
mineral membentuk garam ammonium kwartener yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)
Reaksi-reaksi Organik
a. Redoks
Reaksi oksidasi juga dapat dilakukan untuk mengetahui mana alkohol primer,
sekunder, dan tersier.
(Hart,2003)
6. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi :
(Keenan,1980)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
4. CARA KERJA
a. Reaksi senyawa alkohol
( Reaksi oksidasi dengan pereaksi Lucas )
1. Siapkan 3 tabung reaksi, beri label dan isi sesuai tabel di bawah ini:
Tabung Isi
A etanol 1 mL
B isopropil alkohol 1 mL
C t-butil alkohol 1 mL
5. HASIL PENGAMATAN
a. Mengenal jenis-jenis reaksi
a. Reaksi senyawa alkohol
(Reaksi oksidasi dengan pereaksi Reagen Lucas)
7. PEMBAHASAN
selama menunggu 15 menit tadi agar mencegah perubahan yang tidak diinginkan.
Amati perubahan yang terjadi setelah 10 menit pemanasan. Catat hasilnya pada tabel
pengamatan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil pada video praktikum
tersebut kurang jelas dan juga tidak ada catatan waktu yang dibutuhkan dalam reaksi
percobaan uji identifikasi gugus alkohol ini. Namun dari jenis senyawa yang
digunakan kita bias liat bahwa untuk sempel yang pertama yaitu etanol meupakan
jenis alcohol primer yaitu alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C primer
atau atom C yang mengikat satu atom C lainnya (Riswiyanto, 2009). Pada etanol,
setelah reagen lucas dan sampel dicampur, hasil awal sampai akhirnya warna larutan
yang terbentuk tetap bening. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan literatur. Etanol
merupakan salah satu jenis alkohol primer, sehingga tidak akan bereaksi dengan
reagen lucas (Gilbert, 2010). Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji lucas adalah
reaksi antara sampel dengan HCl dan katalis ZnCl2. Namun pada alkohol primer,
energi yang dimiliki atom C primer untuk mengikat gugus OH karena atom C hanya
mengikat satu atom C lain, sehingga sulit untuk disubtitusi. Hal ini yang
menyebabkan alkohol primer tidak akan bereaksi dengan uji lucas (McMurry, 2011).
Reaksinya digambarkan di bawah ini:
H3C-CH2-OH + HCl ( ZnCl2) (Tidak bereaksi).
Pada sampel kedua, video yang ada dalam praktikum kurang jelas terkait
dengan hasil perubahan akhirnya. Namun sesuai dengan literature seharusnya setelah
reagen lucas dan sampel isopropil alcohol (C3H7OH) dicampurkan, larutan awal yang
terbentuk berwarna bening. Setelah didiamkan selama beberapa menit, larutan tetap
berwarna bening. Namun setelah dipanaskan selama kurang lebih 10 menit, ternyata
menghasilkan dua lapisan, satu berwarna bening dan satunya berwarna keruh. Hal ini
yang seharusnya terjadi pada praktikum dalam video tersebut yang sesuai dengan
literatur. Sampel isopropil alkohol meupakan jenis alcohol sekunder. Alkohol
sekunder adalah alkohol yang gugus –OH nya terikat pada atom C sekunder atau atom
yang mengikat dua atom C lainnya (Riswiyanto, 2009). Alkohol sekunder akan
bereaksi dengan reagen lucas secara lambat dan harus dibantu dengan pemanasan,
dimana salah satu contoh dari alkohol sekunder adalah isopropil alkohol (Gilbert,
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
2010). Tetapi dua lapisan yang terbentuk pada isopropil alkohol tidak bertahan lama,
setelah didiamkan sesaat warnanya kembali bening. Berdasarkan literatur, hal ini
dapat terjadi karena pemanasan yang terlalu lama hingga di atas titik didih alkohol
yang 700C. Faktor lain juga dapat terjadi, misalnya karena tidak sengaja terkocok
sewaktu dipindahkan sehingga lapisan keruh larut kembali (Pedersen, 2010).
Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji lucas adalah reaksi antara sampel
dengan HCl dan katalis ZnCl2. Isopropil alkohol dapat bereaksi lambat dengan reagen
lucas dimana harus dibantu dengan pemanasan untuk hasil uji positifnya. Hal ini
terjadi karena gugus OH terikat pada atom C sekunder yang mengikat dua atom C
lainnya sehingga energi ikatannya lebih lemah dan lebih mudah bereaksi dengan
reagen lugas, namun lambat sehingga harus dibantu dengan pemanasan (McMurry,
2011).
Pada sampel ketiga, yaitu sanpel tert-butil yang merupakan jenis alkohol
tersier paling sederhana (CH3)3COH. Sampel tert-butil alkohol setelah dicampurkan
dengan reagen lucas menghasilkan larutan awal yang terbentuk warna yang tidak
bening. Alkohol tersier adalah jenis alcohol yang gugus OH- nya berikatan pada atom
C tersier atau atom C yang berikatan dengan tiga atom C lainnya. Alkohol jenis tersier
ini akan langsung bereaksi dengan reagen lucas sehingga langsung mengalami
perubahan tanpa mengalami pemanasan.
Pada percobaan yang kedua yaitu membendakan antara reaksi gugus aldehid dengan
gugus keton. Percobaan kali ini antara lain :
a) Uji Fehling
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
Pada percobaan ini digunakan larutan formalin dan juga aseton sebgai reagen.
Setelah formalin dan aseton dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebnayak 5 tetes
kemudian ditambahkan reagen Fehling A & B masing-masing 0,5 mL atau dengan
volume yang sama. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna menjadi
biru kehijauan pada tabung reaksi A dan warna biru pada tabung reaksi B yang
menggunakan reagen aseton. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang
stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga dibutuhkan pemanasan agar
Fehling stabil. Larutan A dan B dalam tabung reaksi tersebut setalah dipanaskan
mengalami perubahan warna tabung reaksi A dari biru menjadi biru yang agak
kehijauan, sedangkan untuk tabung reaksi B dari biru menjadi biru yang agak kental
da nada endapannya. (Fessenden, 1987)
Kemudian untuk yang pereaksi Tollens ditambahkan lima tetes larutan aseton
larutannya setelah dicampurkan mengalami perubahan warna dari bening berubah
menjadi hitam setelah dipanasakan.
c) Uji Benedict
Pada uji ini tabung reaksi yang selanjutnya dicampurkan formalin dengan pereaksi
benedict dengan perbandingan jumlah yang sama 1:1 yang kemudian dipanaskan.
Hasilnya tetap warna biru tapi agak kehijauan. Di tabung reaksi II dicampur formalin
dengan penambahan 2 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan, larutan warna biru
bening menjadi abu-abu. Bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi
Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi.
Reaksinya :
(Ridwan, 1989)
Reaksinya adalah :
(Fessenden,1986)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
8. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan menjadi beberapa poin, antara lain :
1. Senyawa berdasarkan gugus fungsinya dikelompokkan menjadi senyawa alkohol
(memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), asam
karboksilat (memiliki gugus karboksil), dan ester.
2. Senyawa organik dibedakan berdasarkan gugus fungsinya yaitu alkohol dengan gugus
fungsi hidroksi (-OH), eter dengan gugus R-O-R’, amina dengan gugus –NH 2, amida
dengan gugus –CONH2, aldehid dengan gugus CHO, keton dengan gugus R-COR’,
dan asam karboksilat dengan gugus karboksil (RCO2H).
3. Senyawa gugus aldehid dan keton dapat dibedakan dengan penambahan pereaksi
tollens, benedict, dan fehling. Kedua larutan gugus senyawa tersebut dapat dibedakan
dengan perubahan warna yang berbeda.
4. Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa
aldehid reaktif dengan pereaksi, tollen, benedict dan fehling. Senyawa alkohol dan
karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Keton bereaksi
dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida, dan amonia sesuai dengan uji rothera.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185
9. LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1 dan II.
Jakarta: Erlangga.
Basset, J. Dkk. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Jakarta. : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.