Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PENGENALAN GUGUS FUNGSI
Dosen Pengampu
Mara’ttus Solihah, M.Sc.

Disusun Oleh:

Nama Mahasiswa : DANANG PRIYADI

NIM : 2008076046

Kelas : Pendidikan Kimia 2B

Hari, Tanggal : Selasa, 1 Juni 2021

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2021
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

1. JUDUL
“LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR MATERI PENGENALAN GUGUS
FUNGSI”
2. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikan mampu mengidentifikasi gugus fungsi suatu senyawa melalui reaksi kimia
3. DASAR TEORI
Kimia organik adalah ilmu yang mempelajari tentang senyawa yang terdiri dari
sebagian gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen, nitrogen / beberapa unsur tertentu.
Pada mulanya kimia organik hanya melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk
hidup. ( Petrucci,1985)
Gugus fungsi merupakan kedudukan kereaktifan kimia suatu molekul. Satu
kelompok senyawa kimia yang memiliki gugus fungsi yang sama, akan menunjukkan
gejala reaksi kimia yang sama. Berdasarkan gejala reaksi tersebut, maka dapat dilakukan
pengelompokan senyawa berdasarkan gugus fungsinya:
GUGUS FUNGSI GOLONGAN SENYAWA
Nama Struktur Rumus Umum Nama Golongan
Ikatan rangkap C=C R2C = CR2 Alkena
Ikatan rangkap 3 C Ξ C RC Ξ CR Alkuna
Gugus hidroksil -OH R-OH Alkanol/alkohol
Gugus alkoksil -OR R-OR Alkoksi alkana/eter

Gugus aldehid -CHO R-CHO Alkanal/aldehid

Gugus karbonil -C=O R2-C=O Alkanon/keton


Gugus karboksil -COOH R-COOH Asam alkanoat/asam
karboksilat
Gugus ester -COOR R-COOR Alkil alkanoat/ester
Gugus halo -X R-X Haloalkana/alkil
Gugus amino -NH2 R-NH2 Halida Amina
Senyawa-senyawa organik bisa saja memiliki rumus molekul yang sama, tetapi
kereaktifannya berbeda. Perbedaan sifat itu disebabkan karena struktur, gugus, serta
penataan atom dalam ruang yang berbeda. Gejala tersebut disebut isomeri. Misalnya,
alkohol dengan eter, dapat dibedakan melalui reaksi dengan logam Na, aldehid dan keton
dapat dibedakan dengan reagen Fehling dan Tollens.
Berikut merupakan golongan senyawa dan cara identifikasinya, antara lain:
1. Alkohol dan Identifikasinya
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

Penggolongan alkohol menurut letak gugus hidroksilnya (-OH)

1.    Alkohol Primer : gugus –OH terletak pada atom C primer (atom C yang
mengikat hanya 1 atom C lainnya).

Contoh : 

CH3–CH2–CH2–CH2–OH

(1 butanol)

2.    Alkohol Sekunder : gugus –OH terletak pada atom C sekunder.

Contoh :

3.    Alkohol Tersier :  gugus –OH terletak pada atom C tersier.

Contoh : 

(Petrucci,1985)

Sifat-sifat Alkohol
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

a. Sifat Fisika Alkohol

Berupa cairan jernih. Berbau khas. Mendidih ditemperatur tinggi. Sangat


larut dalam air karena ada ikatan hidrogen antara gugus –OH dan molekul H2O.

(Keenan,1980)

b. Sifat Kimia Alkohol

Mengalami dehidrasi (reaksi yang melibatkan hilangnya H dan OH dalam


membentuk H2O ) untuk membentuk alkena / eter. Oksidasi terkendali untuk
menghasilkan aldehida dan keton.

  (Keenan, 1980)

Identifikasi Senyawa Alkohol

Alkohol atau yang sering disebut juga sebagai etanol adalah istilah untuk
senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon atau
yang terikat pada atom hidrogen maupun atom karbon lain. Rumus kimia alkohol
adalah CnH2n+n (Murjana, 2020).
Berdasarkan struktur kerangka karbonnya, alkohol dibagi menjadi alkohol
primer, sekunder, dan tersier. Keaktifan ketiga jenis alkohol tersebut terhadap suatau
pereaksi sangat berbeda.
H R R

R C OH R C OH R C OH

H H R
alkohol primer alkohol sekunder alkohol tersier
Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antar molekul-molekulnya
sehingga titik didih alkohol lebih tinggi daripada titik didih alkil halida atau eter
yang bobot molekulnya sebanding. Karena kemampuan membentuk ikatan hidrogen
ini maka kelarutan alkohol dibandingkan alkil halida yang sebanding juga lebih
besar. Alkohol memiliki bagian hidrofob (R-) dan hidrofil (-OH). Bagian
hidrokarbon dari suatu alkohol bersifat hidrofob yakni menolak molekul-molekul
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

air. Makin panjang rantai hidrokarbon maka semakin rendah kelarutan alkohol
dalam air. Bila rantai hidrokarbon cukup panjang, sifat hidrofobnya akan dapat
mengalahkan sifat hidrofil (menyukai air) gugus hidrofil. Peningkatan kelarutan
sebanding dengan bertambahnya jumlah gugus hidroksil dalam senyawa. Semakin
banyak gugus hidroksil maka kelarutannya semakin tinggi. Alkohol dapat dibuat
dengan beberapa reaksi yaitu reaksi substitusi alkil halida dengan ion hidroksida,
reaksi dengan pereaksi Grignard, reduksi gugus karbonil, hidrasi alkena dan
peragian (fermentasi) (Wardiyah, 2016).

Kegunaan Alkohol dalam Kehidupan sehari-hari

a.  Bidang Farmasi : sebagai pelarut senyawa organic. Contoh: etanol dan
butanol.

b.  Bidang Industri : sebagai desinfektan. Missal: etanol dan metanol.

c.  Sebagai bahan bakar, contoh : spirtus ( campuran methanol dan etanol)

        (Petrucci,1992)

2. Aldehid dan Identifikasinya

Aldehid mempunyai sekurangnya 1 atom C yang terikat pada karbon


karbonilnya. Aldehida lazim terdapat dalam system makhluk hidup. Aldehid
berisomer dengan keton. (Fessenden,1986)

Sifat Aldehid

a. Sifat fisika aldehid.

Berbau merangsang. Titik didih lebih rendah daripada alcohol padanannya.


Larut dalam air, sama seperti alkohol.  (Fessanden,1986)

b. Sifat kimia Aldehid

Bersifat polar, oleh karena itu aldehid melakukan tarik menarik dipol-dipol
antar molekul. (Fessenden,1986)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

Identifikasi gugus aldehid alifatik

Untuk menunjukkan adanya aldehid alifatik digunakan pereaksi Schiff.


Apabila pereaksi Schiff yang tidak berwarna bereaksi dengan senyawa kompleks
aldehid akan dihasilkan warna antara merah dan ungu. Reaksi ini tidak berlaku
untuk kelompok aldehida yang berada didalam bentuk hidrat dan juga tidak berlaku
untul aldosa,walaupun aldosa mempunyai radikal formil (–CHO ) seperti aldehid.    
(Ridwan,1989)

Identifikasi gugus aldehid sebagai reduktor

Aldehid sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hamper setiap


reagensia yang mengoksidasi suatu alkohol juga mengoksidasi suatu aldehid. Gugus
aldehid dapat mereduksi pereaksi tollens, benedict, dan fehling. (Fessenden,1986)

3. Keton dan Identifikasinya

Keton mempunyai gugus yang sama dengan aldehid yaitu gugus karbonil,
tetapi keton mempunyai 2 gugus alkil yang terikat pada gugus karbonilnya.
Identifikasi keton,khususnya aseton dapat menggunakan uji Rothera.(Fessenden,
1986)

Uji Rothera

Larutan aseton dicampur dengan natrium nitropusid atau Na2Fe(CN)6NO,


ammonium klorida dan ammonia. Setelah beberapa terbentuk warna violet dan
intensitas warna tergantung kadar aseton yang dianalisis. Aldehida dan keton adalah
keluarga besar dari senyawa organik yang dicirikan oleh adanya gugus karbonil
terhubung dengan dua atom karbon lain.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

(Hart,2003)

Keton dan aldehida adalah keluarga besar atau dua kelas dari senyawa
organik yang terdiri dari kelompok karbonil (<=0). Sebuah keton mempunyai dua
kelompok alkil dan satu atom hidrogen yang tersusun menjadi karbon-karbon.

Keton : 2 kelompok alkil tersusun kelompok karbonil.

Aldehid : 1 kelompok alkil dan 1 atom hidrogen menyusun kelompok


karbonil.

Keton dan aldehid memiliki kesamaan dalam strukturnya dan mereka


mempunyai sifat. Disini terdapat suatu perbedaan bagaimana partikel didalam
reaksinya terhadap agen-agen oksidasi dan terdapat dalam inti nukleus.
(Wade,1987)     

4. Karboksilat dan Identifikasinya


Turunan hidrokarbon dengan sebuah atom karbon ujung yang mempunyai
ikatan rangkap ke oksigen dan sebuah gugus hidroksil disebut asam karboksilat yang
diturunkan dari hidrokarbon alkana yang mempunyai rumus molekul umum RCO 2H
yang menyatakan bahwa terdapat gugus karboksil .  (Brady,1994)
Sifat Asam karboksilat

a.  Sifat fisika asam karboksilat

Titik didih asam karboksilat relatif lebih tinggi daripada titik didih –OH , 
-COH. Titik leburnya juga relatif tinggi. Berbau. Asam-asam yang berbobot
molekul rendah larut dalam air maupun pelarut organik.(Keenan,1980)

b.  Sifat kimia asam karboksilat


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

Merupakan asam lemah. Lebih asam daripada alkohol/ fenol karena


stabilisasi resonansi anion karboksilatnya.     (Fessenden,1986)

5. Gugus Amina dan Identifikasinya

Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen


trivalent yang terikat pada satu atom atau lebih. Missal: R-NH 2, R2-NH, R3N.  
(Fessenden,1986)

Amina adalah senyawa organik yang merupakan turunan dari ammonia dengan
satu atau lebih gugus organik yang mensubtitusi atom H. amina seperti ammonia
bersifat basa karena adanya pasangan electron bebas mH pada ammonia
aromatic.   (Petrucci,1992)

Penggolongan amina.

Amina digolongkan menjadi 3 menurut banyaknya alkil yang terikat pada


nitrogen.

Sifat-sifat Amina

a. Sifat fisika amina.


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

Titik didihnya berada diantara titik didih senyawa tanpa ikatan hydrogen
(alkana/ eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (alkohol) dengan bobot yang
sama. (Fessenden,1986)

b. Sifat kimia amina

Merupakan basa lemah dan bersifat nukleofil. Jika bereaksi dengan asam
mineral membentuk garam ammonium kwartener yang larut dalam air.
(Fessenden, 1986)

Identifikasi gugus amina aromatik primer.

Untuk senyawa tertentu seperti phthalysulfathiasol atau sacchysulfathiasol,


senyawa harus dihidrolisa terlebih dahulu sehingga didalam senyawanya terdapat
gugus amina aromatic bebas.  (Fessenden, 1997)

Reaksi-reaksi Organik

a. Redoks

Redoks adalah reaksi reduksi-oksidasi yang biasa dipakai pada proses


elektrokimia.

Oksidasi adalah reaksi yang melibatkan kenaikan biloks,pelepasan electron,


pengikatan O2, dan pelepasan H2. Sedangkan reduksi adalah kebalikan oksidasi.
(Chang,2004)

Reaksi oksidasi juga dapat dilakukan untuk mengetahui mana alkohol primer,
sekunder, dan tersier.

Alkohol primer à aldehid à asam karboksilat


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

(Hart,2003)

6. Esterifikasi

Esterifikasi adalah salah satu reaksi untuk mengidentifikasi gugus karboksilat.


Esterifikasi termasuk dalam jenis reaksi kondensasi yaitu penggabungan 2 molekul
dengan melepas molekul kecil lain.

Reaksi esterifikasi :

(Keenan,1980)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

4. ALAT DAN BAHAN

No. Alat & Bahan Keterangan Jumlah

1 Alat tulis Buku panduan, kertas label, 1


pulpen

2 Tabung reaksi Tempat mereaksikan larutan 7


dengan volume yang relative
kecil

3 Rak tabung reaksi Tempat peletakan tabung 1


reaksi

4 Pipet tetes Alat untuk mengambil larutan 16


dalam jumlah kecil

5 Kaki tiga Alat yang digunakan sebagai 1


penyangga untuk proses
pembakaran

6 Penjepit Alat yang dugunakan untuk 1


me jepit tabung reaski saat
proses pembakaran

7 Gelas ukur Alat yang digunaka untuk 1


mengukur suatu larutan
dengan volume yang memiliki
skala besar

8 Pipet volume Alat yang digunakan untuk 1


mengambil suatu larutan
dengan volume skala yang
keicl

9 Bunsen Alat yang digunakan untuk 1


membakar atau sebagai
pemanas

6 Formalin   Dalam fase larutan -

7 Reagen Lucas                         Dalam fase larutan -

8 Etanol 1 mL Dalam fase larutan -

9 Isopropil Alkohol 1 mL Dalam fase larutan -


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

10 t-Butil Alkohol 1 mL Dalam fase larutan -

11 Reagen Fehling A            Dalam fase larutan -

12 Reagen Fehling B Dalam fase larutan -

13 ReagenTollen                          Dalam fase larutan -

14  ReagenBenedict                     Dalam fase larutan -

15 Aseton Dalam fase larutan -

16  Sodium Nitroprussid Dalam fase larutan -

17 Ammonium Klorida Dalam fase larutan -

18 Ammonia Dalam fase larutan -


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

4. CARA KERJA
a. Reaksi senyawa alkohol
( Reaksi oksidasi dengan pereaksi Lucas )
1. Siapkan 3 tabung reaksi, beri label dan isi sesuai tabel di bawah ini:
Tabung Isi
A etanol 1 mL
B isopropil alkohol 1 mL
C t-butil alkohol 1 mL

2. Masukkan ke dalam masing-masing tabung reagen Lucas dalam jumlah yang


sama
3. Panaskan kedua larutan yang berada dalam tabung reaski tersebut dengan
pembakar Bunsen
4. Amati apa yang terjadi dalam tabung reaksi tersebut
b. Reaksi senyawa aldehid dan keton
i. Membedakan aldehid dengan keton
1. Siapkan 2 tabung reaksi A dan B, masing-masing diisi dengan 0,5 mL pereaksi
Fehling (A dan B).
2. Tambahkan 5 tetes formalin pada tabung A dan 5 tetes aseton pada tabung B.
3. Kocok larutan hingga homogen dan kemudian dipanaskan dengan pembakar
Bunsen
4. Amati dan catat perubahan apa yang terjadi dalam tabung reaksi tersebut
5. Ulangilah langkah-langkah diatas dengan pereaksinya adalah Tollens dan
Benedict.
ii. Identifikasi keton
1. Siapkan 2 tabung reaksi, tabung A berisi formalin dan tabung B berisi aseton.
2. Masukkan kee dalam masing-masing tabung kemudian diisi berturut-turut
dengan sodium nitroprussid, ammonium klorida, dan ammonia
3. Diamkan sejenak larutan tersebut, kemudian Amati dan jelaskan yang terjadi.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

5. HASIL PENGAMATAN
a. Mengenal jenis-jenis reaksi
a. Reaksi senyawa alkohol
(Reaksi oksidasi dengan pereaksi Reagen Lucas)

Hasil Setelah Penambahan Waktu Yang


Tabung Isi
Reagen Lucas Dibutuhkan

A Etanol 1 mL Larutan berwarna bening Di video tidak ada


keterangan waktu

B Isopropil alkohol 1 Larutan berwarna bening Di video tidak ada


mL keterangan waktu

C t-butil alkohol 1 mL Larutan berwarna bening Di video tidak ada


keterangan waktu

b. Reaksi senyawa aldehid dan keton

Perlakuan dengan Tabung A (formalin) Tabung B (aseton)


penambahan

i. Membedakan aldehid dengan keton

Pereaksi Fehling Biru kehijauan Biru Tua

Pereaksi Tollens Bening atau perak Hitam

Pereaksi Benedict Biru kehijauan Biru

ii. Identifikasi keton

Sodium Nitroprussid Putih keruh kecoklatan Merah

Ammonium Klorida Putih keruh kecoklatan Merah

Ammonia Putih keruh kecoklatan Merah


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

7. PEMBAHASAN

1. Identifikasi Gugus Alkohol


Pada praktikum yang pertama kali ini adalah bertujuan untuk mengidentifikasi
senyawa gugus alcohol yang menggunakan penambahan reagenn Lucas. Prinsip uji
Lucas adalah mengidentifikasi jenis alkohol dengan menambahkan reagen lucas
dimana akan terjadi reaksi subtitusi gugus OH dengan Cl yang ada pada reagen
sehingga terbentuk alkil klorida yang tidak larut dan mengendap. Gugus OH yang
lepas akan bereaksi dengan H+ yang berasal dari reagen membentuk H2O. Sedangkan
gugus Cl- menggantikan tempat OH membentuk alkil klorida yang tidak larut.
Alkohol primer tidak akan bereaksi, alkohol sekunder bereaksi lambat dan harus
dengan pemanasan, sedangkan alkohol tersier dapat bereaksi dengan cepat tanpa
pemanasan (Solomon, 2009).
Langkah pertama pada praktikum kali ini dalam uji lucas ini adalah
mempersiapkan alat dan bahannya terlebih dahulu. Alat alat yang dibutuhkan di
antaranya pembakar bunsen, kaki tiga, kasa, gelas beker, tabung reaksi sebanyak 3
buah, pipet tetes, pipet ukur atau pipet volume dan penjepit tabung reaksi. Sedangkan
bahan yang diperlukan di antaranya air untuk memanaskan sampel, tiga sampel
berupa tiga sampel senyawa jenis alcohol, yaitu : etanol, isopropyl alkohol, dan t-butil
alkohol serta reagen Lucas yang merupakan campuran HCl dan ZnCl2. ZnCl2
berfungsi sebagai katalis asam lewis, HCl berfungsi melarutkan alkohol dan juga
menyumbangkan Cl- pada pembuatan alkil klorida, serta Cl2 berfungsi sebagai
katalisator dalam reaksi lucas yang membantu pemekatan warna pada reaksi sendiri.
Selanjutnya setelah semua alat dan bahan disiapkan, ambil 3 buah tabung
reaksi dan beri label nama sampel masing masing pada tabung reaksi tersebut. Ambil
masing masing 1 ml atau 20 tetes ketiga sampel tersebut dan masukkan ke dalam 3
tabung reaksi yang sudah disiapkan dengan menggunakan pipet tetes. Tambahkan
reagen lucas dengan menggunakan pipet ukur dengan volume jumlah yang sama.
Kemudian kocok untuk menghomogenkan larutan. Diamkan selama 15 menit dan
amati apakah terbentuk kabut. Jika tidak juga terbentuk kabut, panaskan tabung reaksi
selama 10 menit. Caranya, panaskan air dalam gelas beker hingga mendidih di atas
kaki tiga dengan bunsen di bawahnya. Sebaiknya waktu pemanasan air dilakukan
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

selama menunggu 15 menit tadi agar mencegah perubahan yang tidak diinginkan.
Amati perubahan yang terjadi setelah 10 menit pemanasan. Catat hasilnya pada tabel
pengamatan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil pada video praktikum
tersebut kurang jelas dan juga tidak ada catatan waktu yang dibutuhkan dalam reaksi
percobaan uji identifikasi gugus alkohol ini. Namun dari jenis senyawa yang
digunakan kita bias liat bahwa untuk sempel yang pertama yaitu etanol meupakan
jenis alcohol primer yaitu alkohol yang gugus OH nya terikat pada atom C primer
atau atom C yang mengikat satu atom C lainnya (Riswiyanto, 2009). Pada etanol,
setelah reagen lucas dan sampel dicampur, hasil awal sampai akhirnya warna larutan
yang terbentuk tetap bening. Hasil yang didapat sudah sesuai dengan literatur. Etanol
merupakan salah satu jenis alkohol primer, sehingga tidak akan bereaksi dengan
reagen lucas (Gilbert, 2010). Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji lucas adalah
reaksi antara sampel dengan HCl dan katalis ZnCl2. Namun pada alkohol primer,
energi yang dimiliki atom C primer untuk mengikat gugus OH karena atom C hanya
mengikat satu atom C lain, sehingga sulit untuk disubtitusi. Hal ini yang
menyebabkan alkohol primer tidak akan bereaksi dengan uji lucas (McMurry, 2011).
Reaksinya digambarkan di bawah ini:
H3C-CH2-OH + HCl ( ZnCl2) (Tidak bereaksi).
Pada sampel kedua, video yang ada dalam praktikum kurang jelas terkait
dengan hasil perubahan akhirnya. Namun sesuai dengan literature seharusnya setelah
reagen lucas dan sampel isopropil alcohol (C3H7OH) dicampurkan, larutan awal yang
terbentuk berwarna bening. Setelah didiamkan selama beberapa menit, larutan tetap
berwarna bening. Namun setelah dipanaskan selama kurang lebih 10 menit, ternyata
menghasilkan dua lapisan, satu berwarna bening dan satunya berwarna keruh. Hal ini
yang seharusnya terjadi pada praktikum dalam video tersebut yang sesuai dengan
literatur. Sampel isopropil alkohol meupakan jenis alcohol sekunder. Alkohol
sekunder adalah alkohol yang gugus –OH nya terikat pada atom C sekunder atau atom
yang mengikat dua atom C lainnya (Riswiyanto, 2009). Alkohol sekunder akan
bereaksi dengan reagen lucas secara lambat dan harus dibantu dengan pemanasan,
dimana salah satu contoh dari alkohol sekunder adalah isopropil alkohol (Gilbert,
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

2010). Tetapi dua lapisan yang terbentuk pada isopropil alkohol tidak bertahan lama,
setelah didiamkan sesaat warnanya kembali bening. Berdasarkan literatur, hal ini
dapat terjadi karena pemanasan yang terlalu lama hingga di atas titik didih alkohol
yang 700C. Faktor lain juga dapat terjadi, misalnya karena tidak sengaja terkocok
sewaktu dipindahkan sehingga lapisan keruh larut kembali (Pedersen, 2010).
Mekanisme reaksi yang terjadi pada uji lucas adalah reaksi antara sampel
dengan HCl dan katalis ZnCl2. Isopropil alkohol dapat bereaksi lambat dengan reagen
lucas dimana harus dibantu dengan pemanasan untuk hasil uji positifnya. Hal ini
terjadi karena gugus OH terikat pada atom C sekunder yang mengikat dua atom C
lainnya sehingga energi ikatannya lebih lemah dan lebih mudah bereaksi dengan
reagen lugas, namun lambat sehingga harus dibantu dengan pemanasan (McMurry,
2011).
Pada sampel ketiga, yaitu sanpel tert-butil yang merupakan jenis alkohol
tersier paling sederhana (CH3)3COH. Sampel tert-butil alkohol setelah dicampurkan
dengan reagen lucas menghasilkan larutan awal yang terbentuk warna yang tidak
bening. Alkohol tersier adalah jenis alcohol yang gugus OH- nya berikatan pada atom
C tersier atau atom C yang berikatan dengan tiga atom C lainnya. Alkohol jenis tersier
ini akan langsung bereaksi dengan reagen lucas sehingga langsung mengalami
perubahan tanpa mengalami pemanasan.

2. Membedakan Gugus Aldehid dan Keton

Pada percobaan yang kedua yaitu membendakan antara reaksi gugus aldehid dengan
gugus keton. Percobaan kali ini antara lain :

a) Uji Fehling
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

 Pada percobaan ini digunakan larutan formalin dan juga aseton sebgai reagen.
Setelah formalin dan aseton dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebnayak 5 tetes
kemudian ditambahkan reagen Fehling A & B masing-masing 0,5 mL atau dengan
volume yang sama. Lalu dipanaskan diatas Bunsen, terjadi perubahan warna menjadi
biru kehijauan pada tabung reaksi A dan warna biru pada tabung reaksi B yang
menggunakan reagen aseton. Pemanasan dilakukan karena pereaksi fehling kurang
stabil pada larutan dingin (temperatur rendah) sehingga dibutuhkan pemanasan agar
Fehling stabil. Larutan A dan B dalam tabung reaksi tersebut setalah dipanaskan
mengalami perubahan warna tabung reaksi A dari biru menjadi biru yang agak
kehijauan, sedangkan untuk tabung reaksi B dari biru menjadi biru yang agak kental
da nada endapannya. (Fessenden, 1987)

b)   Uji Tollens

Pereaksi Tollens digunakan untuk membuktikan bahwa aldehid bersifat


reduktor. Reaksi tersebut menunjukan hasil positif jika terbentuk endapan cermin
perak. Formalin 1 mL (5 tetes) di dalam tabung reaksi ditetesi pereaksi Tollens lalu
digojog atau dihomogenkan. Penggojogan berfungsi untuk menimbulkan tumbukan
antar partikel yang dapat mempercepat teerjadinya reaksi antara formalin dengan
Pereaksi Tollens. Kemudian larutan yang telah digojog dipanaskan sampai timbul
gelembung. Angkat tabung reaksi dari pemanas dan amati bagian bawah tabung reaksi
dengan menempelkannya pada kertas putih. (Fessenden, 1986)

Kemudian untuk yang pereaksi Tollens ditambahkan lima tetes larutan aseton
larutannya setelah dicampurkan mengalami perubahan warna dari bening berubah
menjadi hitam setelah dipanasakan.

c) Uji Benedict

Pada uji ini tabung reaksi yang selanjutnya dicampurkan formalin dengan pereaksi
benedict dengan perbandingan jumlah yang sama 1:1 yang kemudian dipanaskan.
Hasilnya tetap warna biru tapi agak kehijauan. Di tabung reaksi II dicampur formalin
dengan penambahan 2 tetes pereaksi benedict dan dipanaskan, larutan warna biru
bening menjadi abu-abu. Bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi
Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi.

Reaksinya :

(Ridwan, 1989)

Sedangkan untuk tabung reaksi pereaksi benedict yang ditambahkan larutan


lima tetes aseton yang mana larutannya berubah dari wana bening berubah menjadi
warna biru tua yang menandakan bahwa larutan tersebut merupakan gugus keton.

3. Identifikasi Senyawa Keton

Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan aseton dengan natrium-


Nitroprussid, ammonium klorida dan ammonia, setelah itu campuran didiamkan dan
beberapa saat kemudian warna larutan berubah dari jernih menjadi jernih kecoklatan.
Larutan didiamkan beberapa saat agar larutan yang bercampur dapat menjadi stabil.
Warna larutan tersebut berubah karena terbentuknya senyawa kompleks. Fungsi
penambahan reagen adalah untuk mengetahui adanya senyawa keton pada sampel yang
ditunjukkan dengan perubahan warna karena adanya senyawa kompleks.

Reaksinya adalah :

(Fessenden,1986)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

8. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan menjadi beberapa poin, antara lain :
1. Senyawa berdasarkan gugus fungsinya dikelompokkan menjadi senyawa alkohol
(memiliki gugus hidroksil), eter, aldehid, keton (memiliki gugus karbonil), asam
karboksilat (memiliki gugus karboksil), dan ester.
2. Senyawa organik dibedakan berdasarkan gugus fungsinya yaitu alkohol dengan gugus
fungsi hidroksi (-OH), eter dengan gugus R-O-R’, amina dengan gugus –NH 2, amida
dengan gugus –CONH2, aldehid dengan gugus CHO, keton dengan gugus R-COR’,
dan asam karboksilat dengan gugus karboksil (RCO2H).
3. Senyawa gugus aldehid dan keton dapat dibedakan dengan penambahan pereaksi
tollens, benedict, dan fehling. Kedua larutan gugus senyawa tersebut dapat dibedakan
dengan perubahan warna yang berbeda.
4. Senyawa dengan gugus fungsi tertentu reaktif terhadap reaksi tertentu. Senyawa
aldehid reaktif dengan pereaksi, tollen, benedict dan fehling. Senyawa alkohol dan
karboksilat bereaksi membentuk ester melalui reaksi esterifikasi. Keton bereaksi
dengan Natrium-nitroprusid, amonium klorida, dan amonia sesuai dengan uji rothera.
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

9. LEMBAR PENGESAHAN

Pekalongan, 7 Juni 2021

Mengetahui,

DOSEN PENGAMPU PRAKTIKAN

Mara’ttus Solihah, M.Sc. Danang Priyadi


NIP. NIM. 2008076046
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Jalan Prof. Dr. Hamka Kampus III Ngaliyan Telepon (024) 76433366 Semarang
50185

10. DAFTAR PUSTAKA

Khopkar. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI press.

Chang, Raymond. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1 dan II.
Jakarta: Erlangga.

Basset, J. Dkk. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Terjemahan A. Hadyana Pudjaatmaka dan L. Setiono. Jakarta. : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Basri, S. (1996). Kamus Kimia. Jakarta: Rineka Cipta

Petrucci, R. (1999). Kimia Dasar. Jakarta :Erlangga

Anda mungkin juga menyukai