Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Belajar merupakan hak dan kewajiban setiap orang. Belajar juga terjadi
sepanjang kehidupanseseorang atau disebut sebagai belajar sepanjang hayat. Oleh
karena itu, belajar menjadi hak dankewajiban bagi semua usia. Yang menjadi
masalah adalah proses dan perilaku belajar antara orangdewasa dan anak-anak
atau remaja tidak sama. Masing-masing membutuhkan pemahaman
danpenanganan yang berbeda.
Belajar bagi anak-anak bersifat untuk mengumpulkan pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya.Hal ini mengingat, usia anak-anak masih berada pada masa
perkembangan. Pada masa inipengetahuan berfungsi untuk mendukung ke arah
kematangan. Sementara belajar bagi orangdewasa lebih bersifat motivasional.
Belajar lebih ditekankan pada untuk apa mereka belajar. Ketikaseseorang dewasa,
ketergantungan pada orang lain sudah mulai berkurang. Mereka merasa
sudahdapat mengambil keputusan sendiri.
Orang dewasa sebagai peserta didik sangat berbeda dengan anak usia
dinidan anak remaja. Proses pembelajaran Orang dewasa adalah unik
karenapembelajaran akan berlangsung jika dia terlibat langsung, idenya dihargai,
danmateri ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya
sertasesuatu yang baru bagi dirinya.
Karena keunikannya maka para instruktur/pelatih harus
mempunyaiwawasan yang cukup tentang konsep pembelajaran orang dewasa.
Jika tidakakan dikhawatirakan pembelajaran berlangsung tidak baik bahkan gagal.
Atasdasar itulah tulisan ini dimuat dengan harapan memberikan konstribusi
terhadappembelajaran orang dewasa.

1
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar pendidikan orang dewasa?
2. Bagaimana karakteristik orang dewasa?
3. Bagaimana perbedaan antara pedagogi dan andragogi?
4. Bagaimana teori dan sumber belajar orang dewasa?
5. Apakah faktor yang memengaruhi belajar orang dewasa?
6. Apa saja jenis pendidikan orang dewasa yang ada di masyarakat?

1.3.Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar pendidikan orang dewasa.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan karakteristik orang
dewasa.
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan perbedaan antara
pedagogi dan andragogi.
4. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan teori dan sumber
belajar orang dewasa.
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui, menyebutkan, serta menjelaskan faktor
yang memengaruhi belajar orang dewasa.
6. Agar mahasiswa mampu mengetahui, menyebutkan, serta menjelaskan jenis
pendidikan orang dewasa yang ada di masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Konsep Dasar Pendidikan Orang Dewasa
Sebelum membahas pengertian pendidikan orang dewasa, perlu kiranya
dijelaskan istilah pendidikan dan orang dewasa. Pendidikan diartikan usaha sadar
untuk meyiapkan peserta didik melalui egitan bimbingan, pengajaran, dan/atau
latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUSPN No. 2 Tahun 1989
pasal 1 ayat 1).
Usaha sadar dimaksudkan dengan adanya kegiatan perencanaan yang
sistematis, penyelenggaraan yang terkoordinir, dan berjalan sesuai dengan
perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam pengertian lain bahwa penyelengaraan pendidikan orang dewasa
tidak bersifat asal-asalan, dan tidak jelas arah yang akan dicapainya, tetapi justru
diselenggarakan dengan mempertimbangkan kondisi tujuan yang akan dicapai,
karakteristik bahan belajar, karakteristik orang dewasa, serta sarana penunjang
penyelenggaraan kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat dicapai secara tepat.
Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak. Menurut Knowles,
orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi
sosial, dan psikologis. Dari segi biologis, seseorang dikatakan telah dewasa
apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial seseorang disebut
dewasa apabila ia mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya
diperankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa
apabila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang
diambil.
Dengan demikian orang dewasa diartikan orang yang telah memiliki
kematangan fungsi-fungsi biologis, sosial, dan psikologis dalam segi-segi
pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan.
Ditinjau dari segi umur, bahawa yang disebut dewasa itu dimulai sejak
menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah) atau sejak seseorang

3
menikah (meskipun belum berusia 21 tahun). Menurut Hurlock, bahwa dewasa
ditujukan pada usia 21 tahun untuk awa masa dewasa, dan sering pula dihitung
sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual atau sejak
masa pubertas.
Lebih lanjut Havighust membagi masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu
masa dewasa awal 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan 30 – 55 tahun, dan
masa dewasa akhir 55 tahun lebih.
1. Dari pengertian-pengertian di atas, pendidikan orang dewasa dapat
diartikan sebagai pendidikan yang ditujukan untuk peserta didik yang
telah dewasa atau berumur 21 tahun ke atas, atau telah menikah dan
memiliki kematangan, dan untuk memenuhi tuntutan tertentu dalam
kehidupannya.
2. Menurut ahli Behaviorisme, pendidikan orang dewasa diartikan
perubahan tingkah laku orang dewasa yang diakibatkan oleh situasi
pendidikan tertentu.
3. Ahli Humanisme mempunyai pandangan bahwa pendidikan orang
dewasa ditujukan kepada usaha untuk membimbing dan mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada diri orang dewasa.
4. Menurut UNESCO (1976) pendidikan orang dewasa merupakan
seluruh proses pendidikan yang terorganisir di luar sekolah dengan
berbagai bahan belajar, tingkatan, dan metode, baik bersifat resmi
maupun tidak, meliputi upaya kelanjutan atau perbaikan pendidikan
yang diperoleh dari sekolah, akademik, universitas, atau magang.
Pendidikan tersebut diperuntukan bagi orang-orang dewasa dalam
lingkungan masyarakatnya, agar mereka dapat mengembangkan
kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi
teknik dan profesi yang telah dimilikinya, memperoleh cara-cara baru,
serta mengubah sikap dan perilakunya. Tujuannya ialah agar orang
dewasa mengembangkan pribadi secara optimal dan berpartisipasi

4
secara seimbangn dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya yang
terus berkembang.
2.2.Karakteristik Orang Dewasa
2.2.1.Berdasarkan Usia
Dewasa adalah setiap orang yang menginjak usia 21 tahun (meskipun
belum menikah) atau semenjak orang menikah (meskipun belum berusia 21
tahun).
2.2.2.Berdasarkan Kejiwaan (Psikologis)
Dewasa ditunjukkan dengan adanya kematangan dalam:
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atauego.
2. Memiliki Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang
efisien.
3. Dapat mengendalikan perasaan pribadi.
4. Memiliki pandangan yang obyektif dalam setiap keputusan yang
diambilnya.
5. Siap menerima kritik atau saran untuk peningkatan dirinya.
6. Bertanggungjawab atas segala usaha yang dilakukannya.
7. Dapat menyesuaikan secara realitas dalam situasi-situasi baru.
2.2.3.Berdasarkan Pengakuan Tuntutan Tugas
1. Adanya kewajiban melaksanakan tugas tertentu dalam kehidupan.
2. Adanya peran tertentu sesuai dengan statusnya dalam masyarakat.
2.2.4.Berdasarkan Tugas Perkembangan
Di bagi 3 tahapan kedewasaan (Havigurst), yaitu:
1. Early Adulthood (18-30 tahun), (Tugas-tugas membina keluarga).
2. Middle age (35-60 tahun) (Tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai
warga Negara dan anggota masyarakat).
3. Late Maturity (65 tahun keatas) (Penyesuaian diri dengan menurunnya
fisik dan pendapatan).

5
2.3.Perbedaan Pedogogi dan Andragogi
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini
merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran.Pedagogi juga
kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar.
Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi,
lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan
guru. Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates.
Kata "pedagogi" berasal dari bahasa Yunani Kuno παιδαγωγέω
(paidagōgeō; dari παίς país:anak dan άγω ági: membimbing; secara literal berarti
"membimbing anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός biasanya diterapkan
pada budak yang mengawasi pendidikan anak tuannya. Termasuk di dalamnya
mengantarnya ke sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον),
mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat musiknya).
Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu pendidikan yang sekarang
digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Malcolm Knowles mengungkapkan istilah lain yang mirip dengan
pedagogi yaitu andragogi, yang merujuk pada ilmu dan seni mendidik orang
dewasa.
1. Dilihat dari sisi siswa atau pemelajar
Dalam pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru
mengasumsikan dirinya bahwa ia bertanggung jawab penuh terhadap
apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Gurulah
yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam andragogi, siswa
adalah mandiri (dialah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa
dan bagaimana). Jadi, dialah yang bertanggung jawab atas belajarnya
sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan

6
evaluasi, siswa penting sekali diberikan peluang yang cukup besar
untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment).
2. Dilihat dari sisi peran pengalaman siswa atau pemelajar
Dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa
mengikuti aktifitas belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami
sesuatu, kecuali sebagai peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi,
pemelajar mengalami sesuatu secara leluasa. Pengalaman menjadi
sumber utama mengidnetifikasi penguasaan dirinya akan sesuatu. Satu
sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.
3. Dilihat dari sisi orientasi terhadap belajar
Dalam pedagogi, dalam pedagogi pembelajaran dianggap sebagai
proses perolehan suatu pengetahuan (mata ajar) yang telah ditentukan
sebelumnya. Materi ajar telah diourutkan secara sistematis dan logis
sesuai dengan topik-topik mata ajar. Sedangkan dalam andragogi
sebaliknya. Pemelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai
suatu pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah
tertentu yang dapat membuat ia sendiri puas. Pelajaran harus relevan
dengan kebutuhan tugas nyata pemelajar itu sendiri. Mata ajar
didasarkan atas situasi pekerjaan atau kebutuhan real pemelajar, bukan
berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah ditentukan.
4. Dilihat dari sisi motivasi belajar
Dalam pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh
atau dipaksa atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu
pendidikan tertentu. dalam andragogi, motivasi lebih bersifat internal,
datang dari diri sendiri sebagai wujud dari aktualisasi diri,
penghargaan diri dan lain-lain
Menurut Malcom Knowles (1984), dalam bukunya, “Self-directed
Learning”, Andragogi memang merupakan teori orang dewasa. Oleh karena itu,
orang dewasa harus diajar dengan pendekatan andragogi seperti dijelaskan di atas.

7
2.4.Teori dan Sumber Belajar Orang Dewasa
Ditemukannya istilah andragogi dimulai dari tahun 1833, oleh Alexander
Kapp, Kapp menjelaskan andragogi dengan menggunakan istilah Pendidikan
Orang Dewasa terutama dalam menjelaskan teori pendidikan yang dilahirkan ahli
filsafat Plato. Secara runtut berikut ini dijelaskan sejarah perkembangan
penggunaan istilah andragogi dari tahun ke tahun sebagai teori pendidikan baru di
samping teori pedagogi:
1. Pada abad 18 sekitar tahun 1833, Alexander Kapp menggunakan
istilah Pendidikan Orang Dewasa untuk menjelaskan teori pendidikan
yang dikembangkan dan dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti Plato.
Kemudian Gernan Enchevort membuat studi tentang asal mula
penggunaan istilah andragogi.
2. Pada abad 19 tepatnya tahun 1919, Adam Smith memberikan sebuah
argumentasi tentang pendidikan untuk orang dewasa “pendidikan juga
tidak hanya untuk anak-anak, tetapi pendidikan juga untuk orang
dewasa”.
3. Tahun 1921, Eugar Rosenstock menyatakan bahwa pendidikan orang
dewasa menggunakan guru khusus, metode khusus dan filsafat khusus.
Edward Lindeman menerbitkan buku “Meaning Of Adult Education”
yang pada intinya berisi tentang: 1) Pendekatan Pendidikan orang
dewasa dimulai dari situasi, 2) Sumber utama pendidikan orang
dewasa adalah pengalaman si belajar ia juga menyatakan ada empat
asumsi pendidikan orangdewasa, yaitu:
a. Orang dewasa termotivasi belajar oleh kebutuhan pengakuan.
b. Orientasi orang dewasa belajar adalah berpusat pada kehidupan.
c. Pengalaman adalah sumber belajar.
d. Pendidikan orang dewasa memperhatikan perbedaan bentuk,
waktu, tempat dan lingkungan.

8
4. Pada tahun 1929, Lawrence P. jacks menulis dalam journal Adult of
education, bahwa pendapatan dan kehidupan adalah dua hal yang tidak
terpisahkan dalam kehidupan. Ia mengistilahkan pendidikan orang
dewasa (POD) dengan Continuing School dan berbasis pada
pendapatan dan kehidupan.
5. Tahun 1930, Arceak AB mengenalkan istilah pendidikan sepanjang
hayat atau pendidikan seumur hidup dalam rangka pendidikan untuk
manusia. Pada tahun itu Robert D. Leigh menyimpulkan dari hasil
studinya dalam journal Adult Education bahwa belajar orang dewasa
sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga
pengetahuan baru harus berdasar pengalaman hidup sehari-hari.
6. Pada tahun 1931, Lyman Buson menyusun buku “Adult Education”
yang membahas secara terperinci tentang tujuan pendidikan orang
dewasa sebagai sebuah bentuk sosial untuk mencapai kesamaan tujuan
program pada semua institusi pendidikan orang dewasa.
7. Tahun 1938, Alan Rogers menulis dalam journal Adult Education
bahwa salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan
penggunaan metode baru sebagai prosedur atau langkah pada
pembelajarannya.
8. Sekitar tahun 1939, Rat Herton menulis dalam journal Adult
Education bahwa pada High School, dalam belajar orang dewasa
mempunyai beberapa pengetahuan atau kecakapan sehingga proses
belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan orang yang belajar
tersebut. Pemikiran tersebut sejalan dengan pendapat Ben H.
Cherrington yang ditulis dalam journal Adult Education, bahwa pada
pendidikan orang dewasa yang demokratis, orang belajar
menggunakan metode belajar aktif mandiri dan bebas memilih belajar
dan hasil belajar. Anggapan tersebut dipertegas lagi oleh Wandell
Thoman dalam journal Adult Education, bahwa pendidikan orang

9
dewasa berbeda dengan sekolah di dalam keindividualan dan tanggung
jawab sosial.
9. Dimulai pada tahun 1950, Malcolm Knowles menyusun “Informal
Adult Education” yang menyatakan bahwa inti Pendidikan orang
dewasa berbeda dengan Pendidikan tradisional. Rogers menyatakan
bahwa pendidikan juga dihubungkan dengan perubahan tingkah laku,
dimana hal ini sesuai dengan pembelajaran orang dewasa.
10. Tahun 1954, Kurt Lewin menyatakan bahwa belajar terjadi sebagai
akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh
perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga
adanya motivasi internal serta belajar yang efektif dilakukan melalui
kelompok.
11. Tahun 1961, April O. Houle menyatakan bahwa orang-orang dewasa
tertarik pada continuing education dan alasan orang-orang dewasa
belajar adalah: 1) the goal – oriented learners, 2) the activity – oriented
learners, 3) the learning– oriented learners.
12. Tahun 1961, Maslow menyatakan dalam pendidikan orang dewasa,
peserta belajar harus mencapai aktualisasi diri. Carl Rogers
menyatakan dalam pendidikan orang dewasa, peserta belajar harus
dapat menunjukan fungsinya.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat
dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan
dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas,
walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki
perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka boleh
berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu
sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang
dewasa dalam mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat

10
pelatihan. Sifat keterbukaan untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk
mendengarkan gagasan, akan berdampak baik bagi kesehatan psikologis, dan
psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk akibat yang
membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan
terbaik hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga
berbagai alternatif kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar
secara khas dan unik. Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan
yang terkendali harus diakui sebagai hak pribadi yang khas sehingga keputusan
yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi orang lain. Kebersamaan
dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan sangat
membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran
tanpa adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar
belakang pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau
masing-masing individu dapat memberi warna yang berbeda pada setiap
keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan
suatu fasilitas yang mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil
beda, dapat berlaku dengan sikap baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang
mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru mengandung resiko terjadinya
kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri merupakan bagian yang
wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok
belajar itu. Bagi orang dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan
kelemahan dirinya. Dengan demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh
seluruh anggota kelompok dirasakannya berharga untuk bahan renungan, di mana
renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang lain yang persepsinya bisa
saja memiliki perbedaan.

11
Setiap individu orang dewasa, makin bertambah usianya, akan semakin
sukar baginya belajar (karena semua aspek kemampuan fisiknya semakin
menurun). Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, kemampuan
berkonsentrasi, dan lain-lain semuanya memperlihatkan penurunannya sesuai
pertambahan usianya pula. Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan
perkembangan berarti tidak diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi
hidup saja. Kemajuan yang seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari
melalui pendidikan.
2.5.Faktor Memengaruhi Belajar Orang Dewasa
Ada beberapa faktor fisik dan psikis yang mempengaruhi proses belajar
pada orang dewasa. Faktor- faktor tersebut adalah:
1. Faktor-faktor Fisik
1) Faktor penglihatandan pendengaran
Seiring dengan bertambahnya usia, ketajaman penglihatan dan
pendengaran mulai berkurang. Oleh karena itu sebaiknya peserta
pembelajaran tidak terlalu banyak. Jumlah peserta diusahakan antara 15-
25 orang, sehingga memungkinkan penataan kursi lebih dekat dengan
sumber belajar. Media pembelajaran ditempatkan sedemikian rupa
sehingga semua peserta dapat melihat dan mendengarnyadengan jelas.
2) Faktor artikulasi
Bertambahnya usia juga memungkinkan struktur alat ucap sudah
mengalami perubahan, seperti gigi tanggal, perubahan organ pita suara,
bibir menurun dan sebagainya yang mempengaruhi pelafalan seseorang.
Pelafalan ini tentu saja mempengaruhi makna bahasa. Instruktur sebaiknya
dapat memahami hal ini dan mengupayakan pelafalan dengan tepat.
3) Faktor ketahanan tubuh dan penyakit
Selain faktor-faktor fisik di atas, fungsi organ pun mulai berkurang,
bahkan muncul beberapa penyakit. Hal ini tentu sajamengurangi
ketahanan fisik maupun psikis. Dengan demikian, hal yang perlu

12
dipertimbangkan adalah untuk tidak menjadwalkan proses belajar sampai
larut malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makan
yang bergizi.
2. Faktor-faktor Psikis
1) Harapan masa depan
Adanya harapan di masa depan dapat mempengaruhi semangat belajar.
Semangat belajar akan muncul apabila materi yang dipelajari berkaitan
dengan pengembangan karier di masa depan.
2) Latar belakang sosial
Lingkungan sosial peserta yang merupakan masyarakat belajar akan
mempengaruhi belajar peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai
peluang berharga yang dapat meningkatkan kepercayaan diri serta
statusnya di lingkungan sosialnya.
3) Keluarga
Latar belakang merupakan faktor yang dominan. Keluarga yang harmonis
dan mendukung minat belajar akan memberikan dorongan besar untuk
belajar. Keluarga dengan banyak anak dan dengan sedikit anak juga akan
mempengaruhi sikap belajar.
4) Daya ingat
Daya ingat untuk orang yang sudah beranjak dewasa akan semakin
berkurang. Orang dewasa lebih mudah memahami sesuatu tetapi mudah
melupakan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran resume dan
pengulangan materi sangat membantu.
2.6.Jenis Pendidikan Orang Dewasa yang Ada di Masyarakat
1. Pendidikan Berkelanjutan (Continuing Education), yang mempelajari
pengetahuan dan keterampilan lanjutan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan belajar pada diri orang dewasa. Pendidikan berkelanjutan ini
ditujukan pada kegiatan untuk meperbaiki dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan, dan keterampilan serta profesi, sehingga dapat dijadikan fasilitas

13
dalam peningkatan diri dan produktivitas kerja. Misalnya Pelatihan-pelatihan,
Penataran, dan Lokakarya.
2. Pendidikan Perbaikan (Corrective Education), adalah kesempatan belajar
yang disajikan bagi orang dewasa yang mulai memasuki usia tua dengan
tujuan agar mereka dapat mengisi kekurangan pendidikannya yang tidak
sempat diperoleh pada usia muda. Misalnya : Kursus-kursus pengetahuan
dasar termasuk pemberantasan tuna aksara, latihan berorganisasi, dan
keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan usaha.
3. Pendidikan Populer (Popular Education), adalah kesempatan belajar yang
disediakan bagi orang dewasa dan orang tua dengan tujan agar mereka dapat
mengenal perubahan dan variasi dalam kehhidupan sehari-hari. Misalnya
pergaulan dengan orang lain, rekreasi, dan pendidikan yang berkaitan dengan
kepuasan hidup.
4. Pendidikan Kader, adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan pada
umumnya oleh lembaga, organisasi atau perkumpulan yang giat dibidang
politik, ekonomi, kepemudaan, kesehatan, dll. Tujuannya untuk membina dan
meningkatkan kemampuan kelompok tertentu yaitu kader, demi kepentingan,
misi lembaga yang bersangkutan di masyarakat.
5. Pendidikan Kehidupan Keluarga (Family Life Education), suatu cabang
pendidikan orang dewasa yang kegiatannya berkaitan secara khusus dengan
nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan kegiatan kehidupan keluarga. Tujuannya ialah
memperluas dan memperkaya pengalaman anggota keluarga untuk
berpartisipasi dengan terampil dalam kehidupan keluarga sebagai satu
kesatuan kelompok. Misalnya : Hubungan dalam keluarga; pemeliharaan
anak; kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat; dan pendidikan seksual.

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai pendidikan yang
ditujukan untuk peserta didik yang telah dewasa atau berumur 21 tahun ke atas,
atau telah menikah dan memiliki kematangan, dan untuk memenuhi tuntutan
tertentu dalam kehidupannya.
Adapun karakteristik orang dewasa yaitu:
1. Berdasarkan usia.
2. Berdasarkan kejiwaan (psikologis).
3. Berdasarkan pengakuan tuntutan tugas.
4. Berdasarkan tugas perkembangan.
Adapun perbedaan pedagogi dan andragogi yaitu:
1. Dilihat dari sisi siswa atau pemelajar
2. Dilihat dari sisi pengalaman siswa atau pemelajar
3. Dilihat dari sisi orientasi terhadap belajar
4. Dilihat dari sisi motivasi belajar
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat
dan pendirian yang berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan
dapat mengemukakan isi hati dan isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas,
walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang dewasa mestinya memiliki
perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun, mereka
boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh
sesuatu sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).

15
Adapun jenis pendidikan orang dewasa di masyarakat:
1. Pendidikan Berkelanjutan (Continuing Education),
2. Pendidikan Perbaikan (Corrective Education),
3. Pendidikan Populer (Popular Education),
4. Pendidikan Kader,
5. Pendidikan Kehidupan Keluarga (Family Life Education),

16
Daftar Pustaka

Najamuddin. Konsep Pembelajaran Orang Dewasa.


Sumber: http://sumut.kemenag.go.id/
Rosita. Pemahaman Perilaku Dan Strategi Pembelajaran Bagi Orang Dewasa.
Sumber:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Microsoft%20Word%20-
%28C%29%202011%20PEMBELAJARAN%20ORANG%20%20DEWAS
A.pdf
Media Pendidikan Indonesia. Sumber: http://www.m-edukasi.web.id/2013/09/jenis-
pendidikan-orang-dewasa.html
Konsep dasar pendidikan orang dewasa. Sumber:
http://staff.uny.ac.id/system/files/penelitian/Sungkono,%20M.Pd./HAND
OUT%20ANDRAGOGI.doc.
Karakteristik orang dewasa. Sumber:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196108141986031-
BABANG_ROBANDI/LANDASAN_ANDRAGOGIS.pdf.
http://12104mafp.blogspot.co.id/2013/02/perbedaan-pedagogi-dan-andragogi.html
Vera. (2013). Teori Belajar Orang Dewasa. [Online]. Sumber: http://rara-
rememberme.blogspot.com/2013/04/aplikasi-teori-belajar-orang-
dewasa.html. Diakses 02 September 2014

17
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Pendidikan
dan Latihan” yang telah diberikan oleh Dosen Mata Kuliah kepada penulis dengan
baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai tugas dari mata kuliah yang
dimaksud.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah atas


bimbingan dan arahannya guna terselesainya tugas ini. Tak lupa juga ucapan
terimakasih kepada teman-teman dan semua pihak atas bantuan dan partisipasinya
sehingga tugas ini dapat terselesaikan sebagaimana diharapkan.

Harapan penulis kiranya tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
sekalian. Namun dengan semua itu, penulis juga sadar bahwa apa yang dibuat ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca maupun
semua pihak yang bersifat membangun sangat diharapkan guna perbaikan tugas ini
kedepan.

Makassar, Februari 2016

Penulis

i 18
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …………………………………………...…………i

DAFTAR ISI ……………………………………………..………ii

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ……………………………………………..………1

I.2. Rumusan Masalah ……………………………………………..………2

I.3. Tujuan ……………………………………………..………2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1.Konsep Dasar Pendidikan Orang Dewasa …..…………………3


2.2.Karakteristik Orang Dewasa ...……………...........5
2.3.Perbedaan Pedagogi dan Andragogi ..…………………....6
2.4.Teori dan Sumber Belajar Orang Dewasa …….……………….8
2.5.Faktor yang Memengaruhi Belajar Orang Dewasa ……………………12
2.6.Jenis Pendidikan Orang Dewasa yang Ada di Masyarakat ………………….13

BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan ……………...……..………………………….......15

DAFTAR PUSTAKA

iii19
Pendidikan dan Latihan

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

OLEH:

KELOMPOK II

1. NURUL MUCHLISA K111 13 001


2. MATHILDA KONDORURA K111 13 029
3. A. RESTUFA ARDIANTO K111 13 084

DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMUPERILAKU


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

20

Anda mungkin juga menyukai