BAB 1
PENDAHULUAN
pada kehilangan kulit yang luas yang diikuti dengan kontraksi miofibroblas serta
deposisi kolagen. Kontraktur lebih sering terjadi pada parut hipertrofik terutama jika
mengenai daerah persendian. Posisi yang nyaman bagi pasien menrupakan posisi
yang menjurus kearah kontraktur, oleh sebab itu harus dilakukan pembidaian pada
bersangkutan.
luka, kelainan bawaan maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak dijumpai
adalah akibat luka bakar. Data penderita kontraktur pasca luka bakar yang ditangani
di SMF/Departemen Bedah plastik RSUD Dr. Soetomo –FK Unair pada tahun 2007
dan 2008 didapatkan 65 kasus. Penderita dewasa sebanyak 38 kasus (58,5%) dan
anak 27kasus (41,5%). Area yangterkena adalah daerah leher dan wajah
sekitar 27,8% dari jumlah seluruh kontraktur leher. Sebagian besar penanganankasus
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kontraktur adalah pemendekan jaringan secara permanen sehingga
tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka, kelainan bawaan maupun proses
degeneratif. Kontraktur yang sering dijumpai adalah kontraktur akibat luka bakar,
Kontraktur yang disebabkan karena proses terjadinya di kulit, hal tersebut dapat
terjadi karena kehilangan jaringan kulit yang luas misalnya pada luka bakar yang
Kontraktur yang tejadi karena pemendekan otot dan tendon-tendon. Dapat terjadi oleh
keadaan iskemia yang lama, terjadi jaringan ikat dan atropi, misalnya pada penyakit
neuromuskular, luka bakar yang luas, trauma, penyakit degenerasi dan inflamasi.
c. Kontraktur Arthrogen .
3
Kontraktur yang terjadi karena proses didalam sendi-sendi, proses ini bahkan dapat
sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat immobilisasi yang lama
dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan pemendekan kapsul dan ligamen sendi,
anggota tubuh, durasi imobilisasi, otot, jaringan lunak, dan patologis tulang. Individu
dengan luka bakar sering diimobilisasi, baik secara global maupun fokal karena
nyerinya, pembidaian, dan posisinya. Luka bakar dapat meliputi jaringan lunak, otot,
dan tulang. Semua faktor ini berkontribusi terhadap kejadian kontraktur pada luka
bakar. Berbagai hal yang dapat menyebabkan kontraktur adalah sebagai berikut:4
1. Trauma suhu
2. Trauma zat kimia
4
3. Trauma elektrik
4. Post-trauma (Volkmann’s)
5. Idiopatik (Dupuytren’s)
6. Kongenital (camptodactyly)
sebagai berikut:
Paradigma yang sering digunakan adalah “benih dan tanah”. Komponen selular
Evaluasi secara fungsional dan estetika dari
sendi atau jaringan pada sebelum dan sesudah
terapi
5
seperti fibroblast, keratinosit, sel induk, dan sel inflamasi merupakan benih
yaitu kongenital, didapat, atau idiopatik. Proses ini disebabkan oleh aktifnya
miofibroblas (sebuah sel dengan fibroblas dan dengan karakteristik seperti otot polos
yang terdistribusinya granulasi di seluruh jaringan yang ada pada luka). Kontraksi
dari miofibroblas menyebabkan luka menyusut. Miofibroblas ini muncul pada proses
awal penyembuhan luka dan membangkitkan usaha kontraksi untuk menarik tepi luka
berada dalam kulit dan terus menarik luka yang menyebabkan munculnya jaringan
Hal ini juga diikuti dengan deposisi kolagen dan saling berhubungan untuk
anatomi dan jaringan yang dapat menyebabkan perlambatan kesembuhan dari luka
disebabkan akibat luka bakar. Pencegahan luka bakar dibagi menjadi pencegahan
6
insidensi luka bakar melalui cara memasak yang aman, pemadam kebakaran, dan
edukasi tentang zat yang menyebabkan trauma panas di sekolah atau komunitas.
Terdapat dua kunci penting dalam pencegahan kontraktur. Hal pertama adalah
area yang terbakar dibidai pada posisi anatomis dan berlatih maksimal lingkup gerak
sendi tiap persendian. Perkembangan bidai selama lima belas tahun terakhir
dikembangkan.7
sampai beberapa bulan setelah trauma. Posisi ini diaplikasikan terhadap semua pasien
baik yang mendapat terapi cangkok kulit maupun yang tidak. Posisi ini penting
gerak sebagai akibat dari parut jaringan. Pasien diistirahatkan dengan posisi yang
nyaman, posisi ini biasanya adalah posisi fleksi dan juga merupakan posisi
kontraktur. Tanpa dorongan dan bantuan dari orang lain, pasien akan meneruskan
posisi yang menyebabkan kontraktur. Sekali kontraktur mulai terbentuk dapat terjadi
esesnsi untuk memastikan kemungkinan terbaik hasil terapi, selain itu pula untuk
meringankan nyeri.
Pasien harus selalu melakukan kebiasaan posisi pada stadium awal
kontraktur (kecuali ketika program latihan dan aktivitas fungsional lain), dukungan
arah dada, kontur leher menghilang sedangkan posisi yang mencegah terjadinya
kontraktur adalah ekstensi leher, tidak ada bantal di belakang kepala, putar balik
b. Leher belakang
8
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah ekstensi leher dan pererakan
leher yang lain sedangkan posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah duduk
dengan posisi leher fleksi, berbaring dengan menggunakan bantal di belakang kepala.
protraksi ketika luka bakar juga ada di dada sedangkan posisi yang mencegah
terjadinya fraktur adalah berbaring dan duduk lengan abduksi 90 0 ditopang dengan
d. Siku depan
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi siku sedangkan posisi
metacarpalphalangeal (MCP), fleksi interphalangeal (IP), adduksi ibu jari, dan fleksi
pada pergelangan tangan diekstensi 30-40 derajat, fleksi MCP 60-70 derajat, ekstensi
tangan, telapak tangan ditarik ke dalam sedangkan posisi yang mencegah terjadinya
kontraktur adalah ekstensi pergelangan tangan, fleksi minimal MCP, ekstensi dan
tengkurap dengan ekstensi tungkai, batasi duduk dan berbaring posisi menyamping.
11
Jika dengan posisi supine, berbaring dengan posisi ekstensi tungkai, tanpa bantal di
bawah lutut.
yang mencegah terjadinya kontraktur adalah ekstensi tungkai pada saat berbaring dan
duduk.
beda oleh jaringan yang telah menyembuh. Hal ini dapat mengakibatkan mobilitas
yang tidak normal. Posisi yang mencegah terjadinya kontraktur adalah pergelangan
12
kaki diposisikan 90 derajat terhadap telapak kaki dengan menggunakan bantal untuk
mempertahankan posisi. Jika pasien dalam keadaan duduk maka posisi kakinya datar
terjadinya kontraktur adalah secara teratur merubah ekspresi wajah dan peregangan
kontraktur mulut.
2. Bidai
Pembidaian sangat efektif untuk membantu mencegah kontraktur dan
terhadap pasien yang mengalami nyeri hebat, kesulitan penyesuaian atau dengan area
13
luka bakar yang dengan menggunakan posisi pencegahan kontraktur saja tidak cukup.
7,9
suatu latihan peregangan awal yang lebih mudah. Parut tidak hanya berkontraksi
namun juga mengambil rute terdekat, parut sering menimbulkan selaput atau
anyaman diantara jari-jari, leher, lutut, aksilda, dan lain-lain. Bidai membantu
Bidai adalah satu-satunya modalitas terapeutik yang tersedia dan berlaku yang dapat
jaringan.
Bidai dapat dibuat dari berbagai macam bahan. Bahan yang ideal adalah yang
memiliki temperature rendah dan ringan, mudah dibentuk, dan disesuaikan kembali
setiap harinya. Pasien membutuhkan pendamping baik dari tim medis maupun
keluarganya untuk mencapai pergerakan yang penuh terutama untuk anak-anak yang
14
memerlukan perhatian yang lebih dari orang tua. Pasien perlu mengembangkan
beraktivitas secara normal. Aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi sangat penting
parut meskipun mekanisme efeknya belum begitu diketahui. Hal yang dapat
dilakukan adalah:
a. Pemberian moisturiser luka sering kehilangan kelembaban tergantung dari
dalamnya luka dan sejauh kerusakan struktur kulit. Luka tersebut dapat menjadi
sangat kering dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini dapat menimbulkan
retak dan pecahnya parut. Pemijatan dengan moisturizer atau minyak tanpa
parfum pada bagian teratas parut dapat melembutkan sehingga pasien merasa
dalam menggunakan ibu jari atau ujung jari untuk mengurangi kelebihan cairan
luka parut biasa. Pijatan yang dalam dengan pola sedikit memutar dapat
sentuhan pada parut dapat membantu desensitisasi dari luka yang sebelumnya
hipersensitif
15
e. Faktor psikologis dari seseorang yang memiliki kesulitan dan merasa tidak enak
menerima keadaannya.
6. Terapi tekanan
Terapi tekanan adalah modalitas primer dalam penatalaksanaan parut akibat
luka bakar meskipun efektivitas klinis secara sains masih belum terbukti. Pemberian
tekanan pada area luka bakar diduga dapat mengurangi parut dengan mempercepat
maturasi parut dan mendorong reorientasi terbentuknya serta kolagen. Pola parallel
yang bertentangan dengan pola luka yang berputar pada parut. Mekanisme yang
diduga adalah, pemberian tekana dapat menciptakan hipoksia lokal pada jaringan
parut sehingga mereduksi aliran darah yang sebelumnya hipervaskuler pada luka
pembentukan jaringan parut. Sesegera setelah luka menjadi tertutup dan dapat
untuk latihan peregangan, pemijatan, moisturizer, dan mandi di air yang hangat.
Semua hal ini dapat membantu mencegah kontraktur. Pasien harus didorong untuk
menggunakan tangan sebisa mungkin untuk aktivitas dan kebutuhan sehari-hari. Jika
1. Antagonis TGF-β
2. Interferon α, β, γ
3. Bleomycin
4. 5-fluorouracil
5. kortikosteroid
Interaksi yang rumit antara berbagai faktor berpengaruh terhadap penyembuhan
dan menentukan hasil fibrotic atau regeneratif pada luka. Terapi tunggal dalam
melawan parut bekas luka banyak yang tidak berhasil karena rumitnya interaksi
derajat III dan IV memerlukan tindakan operasi sedangkan untuk derajat I dan II tidak
memerlukan tindakan operasi.4 Untuk menentukan terapi dari parut kontraktur maka
klasifikasi tempat terjadinya kontraktur harus dinilai. Bentuk dan kedalaman luka
sebelum atau dalam operasi. Penilaian setelah operasi juga penting untuk
Prosedur operasi tidak boleh dilakukan selama fase aktif penyembuhan dan
vaskularisasinya tidak dilakukan operasi. Biasanya dibutuhkan waktu satu tahun atau
lebih. Luka harus menjadi matur, supel, dan avaskuler sebelum dilakukan operasi.9
1. Pembebasan kontraktur
Pembebasan kontraktur yang tuntas harus dilakukan dengan mencegah
kerusakan berbagai struktur penting seperti arteri, saraf, tendon, dan lain-lain. Insisi
dimulai di pada lintasan ketegangan yang maksimal yaitu daerah yang paling
17
kencang. Titik ini biasanya berlawanan dengan garis persendian. Insisi diperdalam
menggunakan skin grafts. Skin graft yaitu tindakan memindahkan sebagian atau
seluruh tebalnya kulit dari satu tempat ke tempat yang lain supaya hidup di tempat
baru tersebut dan dibutuhkan suplai darah baru (neovaskularisasi) untuk menjamin
digunakan pada situasi yang khusus. Lapisan grafts diusahakan dibuat luas dengan
menggunakan tautan. Teknik yang dapat digunakan adalah Full Thickness Skin Graft
(FTSG) merupakan skin graft yang menyertakan seluruh bagian dari dermis.
Karakteristik kulit normal dapt terjada setelah proses graft selesai karena komponen
dermis dipertahankan selama proses graft. Teknik lain yang dapat digunakan adalah
persendian terutama tangan dan kaki. Teknik yang dapat digunakan adalah Z plasty. Z
plasty adalah tindakan operasi yang bertujuan memperpanjang garis luka sehingga
dapat mencegah kontraktur terutama pada persendian. Tindakan ini dilakukan dengan
cara transposisi flap sehingga didapatkan garis luka yang lebih panjang. Teknik lain
yang dapat digunakan adalah V-Y plasty, V-M plasty, split skin graft (SSG) dan lain
sebagainya.
3. Perawatan postoperatif
18
minggu atau sampai garis tepi flap sembuh. Perawatan postoperatif menggunakan
bidai statis atau dinamis dan juga terapi latihan fisik diperlukan untuk menjaga ruang
perawatan luka postoperative. Pada pasien dengan skin graft bila diyakini tindakan
hemostasis darah resipien telah dilakukan dengan baik dan fiksasi skin graft telah
dilakukan dengan baik, balutan dibuka pada hari ke-5 untuk mengevaluasi take dari
skin graft dan benang fiksasi dicabut. Take dari skin graft maksudnya adalah telah
hidup. Disarankan pada penderita paska tindakan skin graft di ekstremitas tetap
memakai pembalut elastis sampai pematangan graft kurang lebih 3-6 bulan.
Bila diduga akan adanya seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah kulit
sebaiknya dalam waktu 24-48 jam dilakukan pengamatan skin graft, oleh karena bila
terjadi seroma, hematoma atau bekuan darah dibawah skin graft akan mengurangi
kontak graft dengan resipien sehingga akan menghalangi take dari skin graft
sampai merusak graft (terangkat atau tergeser). Seroma, hematoma atau bekuan darah
harus segera dievakuasi dengan melakukan insisi kecil pada skin graft tepat diatas
seroma, hematoma atau bekuan darah tersebut dan selanjutnya dilakukan pembalutan
kembali. Bila evakuasi tersebut dilakukan dalam waktu 24 jam pertama maka graft
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : An PY
Umur : 15 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Keluhan dirasakan sejak bulan Mei 2017. Awalnya pasien terkena luka bakar
akibat tersiram minyak tanah dan terbakar pada bulan febuari 2017. Lalu saat luka
20
sembuh muncul bekas luka yang menebal pada daerah leher, dada dan lengan atas
sebelah kiri. Sejak saat itu pasien susah untuk mengerakan leher ke sebelah kanan
Riwayat operasi kontraktur release sekitar bulan Mei 2017 di RSUD Prof.Dr
W Z Yohanes. Riwayat gangguan pembekuan darah sejak Mei 2017.
Kepala – Leher
Thorax
- Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, scar (+)
- Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapang paru,
- Auskultasi : bunyi paru vesikuler +/+, wheezing -/-, rhonki -/-. BJ I/BJ II murni
reguler. Murmur -/-.
Abdomen
21
Status Lokalis
HCT 36,8%
PT 11,1 detik
2.5 Diagnosis:
2.6 Penatalaksanaan:
DAFTAR PUSTAKA
23
2. Morris. P.J., Wood. W.C. Oxford Textbook of Surgery 2nd Ed. Oxford Press :
2000.
5. Ogawa R & Pribaz JJ. Diagnosis, assessment, and classification of scar contractures.
Color Atlas of Burn Reconstructive Surgery. Springer Heidelberg Dordrecht London
NewYork : 2010.
6. Wong VW & Gurtner GC. Strategies for skin regeneration in burn patients. Color Atlas
of Burn Reconstructive Surgery. Springer Heidelberg Dordrecht London NewYork: 2010.
9. Goel. A., Shrivastava. P. Postburn Scar and Scar Contractures. Indian J Plast
Surg. Vol 43. Pp 63-71. 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3401/1/08E00894.pdf. FK USU.
2008.