Kelompok 2
1. Ardika Laksamana J3P116009 1.
2. Fiqri Arahman J3P116 020 2.
3. Isfahdi Kanha S J3P116034 3.
4. Sitra Lionita A J3P116060 4.
5. Zayyin Thoyyibatul M. J3P116073 5.
1.2. Tujuan
Pratikum bertujuan untuk mengetahui monitoring kesehatan dan sanitasi
kandang hewan laboratorium.
2. METODELOGI
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spons, sikat, sikat gigi, kanebo,
kape, skop, plastik(Trash Bag), glove, masker, termometer digital, dan timbangan.
Sedangkan, bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air panas, desinfektan(Th
4) dan bedding.
2.3 Prosedur Kerja
Pada pengamatan kesehatan hewan lab hal yang pertama harus dilakukan
adalah dengan cara mengamati tingkah laku hewan seperti aktifitas grooming, nafsu
makan, tingkat agresif, dan respon terhadap handling. Pengamatan dilakukan dengan
metode observasi, palpasi dan metode recording. Pada pengamatan tingkah laku
aktifitas grooming di amati tingkah laku hewan seperti menggigiti jarinya atau tidak,
pada pengamatan nafsu makan di amati frekuensi hewan tersebut dalam memakan
pakan yang tersedia, pada pengamatan tingkat keagresifan di amati pergerakan hewan
tersebut di dalam kandang apakah agresif atau tidak dan pada pengamatan respon
pada handling dilakukan dengan cara menghandling hewan tersebut apakah pada saat
di handling hewan tersebut dapat tenang atau tidak.
Alat dan bahan disiapkan, air dimasak hingga mendidih, hewan mencit dan
tikus dipindahkan ke kandang sementara, bedding lama dibuang pada trash bag,
peralatan pakan dan minum dicuci menggunakan deterjen, Setelah itu kandang
dibersihkan dengan menggunakan kape dan sekop untuk membersihkan kerak-kerak
yang menempel (kotoran-kotoran sisa pakan, urine dan feces) dibagian sudut-sudut
kandang lalu kandang dibilas dengan air bersih kemudian disikat. Selanjutnya,
kandang diberi desinfektan Th 4 0,2% sebanyak 2ml dan diratakan hingga seluruh
bagian dari kandang terkena desinfektan lalu dibilas dengan air bersih mengalir dan
dibilas kembali dengan air panas 82,2°C. Kandang dikeringkan dengan menggunakan
kanebo hingga kering, Lalu kandang yang sudah kering diisi bedding baru dengan
ketebalan 1,5 cm dan tempat pakan dan minum diisi, hewan tikus dan mencit
ditempatkan kembali dari kandang sementara ke kandang yang sudah bersih dan
peralatan pakan dan minum ditempat kembali ke tempat semula.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Jumlah
No Jenis Ketebalan
No Tanggal dan Jenis
kandang Bedding Bedding
Hewan
MJ 1 ē Sekam 1,5 cm
5
MJ 2 ē Sekam 1,5 cm
1 Maret K2 / P2
MB 1 ē Sekam 1,5 cm
2018
MB 2 ē Sekam 1,5 cm
5
2 Maret K 1,2/P2 TJ 2 ē Sekam 1,5 cm
2018
Keterangan :
Induk mencit yang sedang bunting akan membangun sarang untuk persiapan
kelahiran. Sarang merupakan komponen yang sangat penting untuk perawatan anak
mencit baru lahir yang belum mampu bergerak sendiri (altricial) dan dengan suhu
tubuh internal yang bervariasi (poikilotherm) sehingga harus dilindungi dari suhu
ekstrem. Mencit mudah menampilkan berbagai perilaku abnormal pada lingkungan
suboptimal, termasuk mengunyah rambut (barbering), stereotype seperti berputar-
putar berulang-ulang atau jungkir balik dan jika melihat hewan lainnya perilaku
agonistik dan menggigit akan meningkat. Mencit juga dapat melukai diri sendiri
(autotony) jika mempunyai luka terbuka atau mengalami nyeri neuropatik kronis dan
kanibalisme di antara sisa mencit yang hidup jika ada hewan yang mati dalam
kandang.
Tikus adalah hewan yang sangat sosial dan di alam liar tinggal di koloni besar
yang terdiri dari 100 atau lebih. Kelompok-kelompok kecil hingga delapan betina
terkait dapat berbagi liang dengan ruang sarang yang terpisah. Struktur koloni sosial
didasarkan pada hirarki yang didominasi oleh pejantan, dengan ukuran tubuh yang
besar. Dalam populasi dengan kepadatan rendah, baik pejantan dan betina adalah
teritorial tetapi dalam lingkungan dengan kepadatan tinggi, jantan mungkin menjadi
despotik (penguasa) dan interaksi didasarkan pada individu dan respon tikus di lokasi
sebenarnya.
Semua hewan harus disediakan air segar dan pakan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup yang optimal. Diet dengan nutrisi yang memadai harus
disediakan untuk tikus. Pakan dan air minum harus disediakan secara ad libitum
kecuali izin khusus telah diperoleh dari Komisi Etik Hewan. Variasi jenis makanan
harus disediakan misalnya, pelet komersial, biji bunga matahari kering, jagung rebus,
sayuran segar. Pakan tikus harus disediakan tidak hanya di tempat pakan, tetapi juga
harus ditaburkan ke bedding lantai kandang untuk menambah minat makan,
mengekspresikan perilaku mencari makan dan menunjukkan postur normal selama
makan. Pola makan nokturnal dari tikus harus diperhitungkan dalam desain penelitian
terutama bila diberikan obat dalam pakan.
Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya
tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperature, kelembaban, tidak toksik
pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki
kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil,
mudah digunakan, dan ekonomis ( Butcher and Ulaeto 2010).
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/booklet/juknis-rodensia-2107/isi
juknis-rodensia-2017.pdf
Martijo. 1992. Kesehatan dan Kemampuan Adaptasi Hewan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Sonjaya, H. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar
Tillman, A.D. 1998. Ilmu makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta
Yuwono, dkk. 2009. Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit Menular
Jakarta.