Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum ke 5 Hari,tanggal : Senin , 5 Maret 2018

Kesehatan hewan laboratorium Dosen Praktikum : drh Henny Endah Anggraeni


dan satwa aquatik Msc
Asisten : Saut Raza L S, Amd
Nadya A P, Amd

PENGENDALIAN KESEHATAN DALAM PEMELIHARAAN


HEWAN LABORATORIUM

Kelompok 2
1. Ardika Laksamana J3P116009 1.
2. Fiqri Arahman J3P116 020 2.
3. Isfahdi Kanha S J3P116034 3.
4. Sitra Lionita A J3P116060 4.
5. Zayyin Thoyyibatul M. J3P116073 5.

PROGRAM KEAHLIAN PARAMEDIK VETERINER


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu kedokteran yang semakin berkembang di masa sekarang, menjadikan


pemanfaatan hewan sebagai obyek percobaan juga terus berkembang. Hewan yang
digunakan sebagai obyek percobaan disebut hewan coba. Merupakan hewan yang
sengaja dikembang biakkan dan digunakan untuk uji coba dan penelitian di
Laboratorium. Beberapa contoh hewan yang biasa digunakan sebagai hewan coba
antara lain adalah tikus putih dan mencit putih. Merupakan hewan yang sering
digunakan pada penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan.
Kondisi kandang yang tidak sesuai dengan yang seharusnya akan berdampak
tidak baik terhadap mencit dan tikus. Kondisi buruknya adalah hewan yang
dipersiapkan untuk penelitian bisa mati. Bedding merupakan alas bawah dari kandang
hewan ini yang dapat terbuat dari berbagai bahan sehingga membuat hewan nyaman.

1.2. Tujuan
Pratikum bertujuan untuk mengetahui monitoring kesehatan dan sanitasi
kandang hewan laboratorium.

2. METODELOGI

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 maret 2018 dan yang
bertempat di Klinik Hewan Program Diploma, Institut Pertanian Bogor.

2.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu spons, sikat, sikat gigi, kanebo,
kape, skop, plastik(Trash Bag), glove, masker, termometer digital, dan timbangan.
Sedangkan, bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air panas, desinfektan(Th
4) dan bedding.
2.3 Prosedur Kerja

A. Pengamatan Kesehatan Hewan Lab

Pada pengamatan kesehatan hewan lab hal yang pertama harus dilakukan
adalah dengan cara mengamati tingkah laku hewan seperti aktifitas grooming, nafsu
makan, tingkat agresif, dan respon terhadap handling. Pengamatan dilakukan dengan
metode observasi, palpasi dan metode recording. Pada pengamatan tingkah laku
aktifitas grooming di amati tingkah laku hewan seperti menggigiti jarinya atau tidak,
pada pengamatan nafsu makan di amati frekuensi hewan tersebut dalam memakan
pakan yang tersedia, pada pengamatan tingkat keagresifan di amati pergerakan hewan
tersebut di dalam kandang apakah agresif atau tidak dan pada pengamatan respon
pada handling dilakukan dengan cara menghandling hewan tersebut apakah pada saat
di handling hewan tersebut dapat tenang atau tidak.

Pada pengamatan fisiologis dilakukan pengukuran suhu menggunakan


termometer digital dengan cara termometer dimasukan ke anus hewan tersebut,
ditunggu sampai termometer berbunyi dan dicatat hasil suhu yang diperoleh.
Kemudian hewan ditimbang berat badannya menggunakan timbangan digital untuk
mengetahui peningkatan berat badan hewan tersebut.
B. Sanitasi dan Desinfeksi:

Alat dan bahan disiapkan, air dimasak hingga mendidih, hewan mencit dan
tikus dipindahkan ke kandang sementara, bedding lama dibuang pada trash bag,
peralatan pakan dan minum dicuci menggunakan deterjen, Setelah itu kandang
dibersihkan dengan menggunakan kape dan sekop untuk membersihkan kerak-kerak
yang menempel (kotoran-kotoran sisa pakan, urine dan feces) dibagian sudut-sudut
kandang lalu kandang dibilas dengan air bersih kemudian disikat. Selanjutnya,
kandang diberi desinfektan Th 4 0,2% sebanyak 2ml dan diratakan hingga seluruh
bagian dari kandang terkena desinfektan lalu dibilas dengan air bersih mengalir dan
dibilas kembali dengan air panas 82,2°C. Kandang dikeringkan dengan menggunakan
kanebo hingga kering, Lalu kandang yang sudah kering diisi bedding baru dengan
ketebalan 1,5 cm dan tempat pakan dan minum diisi, hewan tikus dan mencit
ditempatkan kembali dari kandang sementara ke kandang yang sudah bersih dan
peralatan pakan dan minum ditempat kembali ke tempat semula.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Pengamatan Kesehatan Hewan Lab

Tingkah laku Fisiologis


No Identitas Respon
Tanggal Aktivitas Nafsu Tingkat Temper Berat
Kandang hewan terhadap Pulsus
grooming makan agresif atur badan
handling
MJ 1 ++ ++ +++ +++ 35,9°C 40 gr
MJ 2 ++ ++ +++ +++ 37,2°C 40 gr
05
MB 1 ++ +++ +++ +++ PP 50 gr
Maret 2/ P2
MB 2 ++ +++ ++ +++ PP 26 gr
2018
T1 ++ ++ ++ ++ 37,1°C 197 gr
T2 ++ ++ ++ ++ 38,1°C 168 gr

2. Sanitasi Kandang dan Penggantian Bedding

Jumlah
No Jenis Ketebalan
No Tanggal dan Jenis
kandang Bedding Bedding
Hewan
MJ 1 ē Sekam 1,5 cm
5
MJ 2 ē Sekam 1,5 cm
1 Maret K2 / P2
MB 1 ē Sekam 1,5 cm
2018
MB 2 ē Sekam 1,5 cm
5
2 Maret K 1,2/P2 TJ 2 ē Sekam 1,5 cm
2018

Keterangan :

- MJ = Mencit Jantan (tanda : bulat biru)


- MB = Mencit Betina (tanda : bulat merah)
- TJ = Tikus Jantan
- T = Tikus
- +++ = Sangat
- ++ = Cukup
- + = Kurang

Gambar Nama Keterangan


Desinfektan TH4 Desinfektan TH4
dilarutkan sebanyak
2ml/1000 ml air

kandang Kandang dibersihkan


dengan air mengalir dan
disikat. Kandang diberi
desinfektan TH4 0,2%,
bilas dengan air
mengalir lalu bilas lagi
dengan air panas 82,2˚C
Tempat Tempat minum dicuci
minum dengan sabun dan
desinfektan , dibilas
dengan air mengalir
dan dibilas dengan air
panas 82,2˚C
Tempat pakan Tempat pakan dicuci
dengan sabun dan
desinfektan , dibilas
dengan air mengalir
dan dibilas dengan
air panas 82,2˚C
Bedding serutan Bedding dimasukkan
kayu kedalam kandang
yang telah bersih
dengan ketinggian
bedding 1,5 cm
Pembahasan

Mencit merupakan hewan yang hidupnya berkelompok dimana pejantan


sangat dominan. Semua mencit sangat teritorial, dan pejantan serta betinanya
menunjukkan perilaku agonistik, seperti mengejar, menggigit, dan menjepit ketika
diperkenalkan dengan mencit dewasa baru yang belum dikenalnya. Untuk
menurunkan dominasi mencit jantan maka dapat dilakukan kastrasi. Kaki mencit
berfungsi untuk bergerak, berjalan, melompat, dan memanjat. Mencit yang merasa
aman di lingkungannya, berjalan dengan ekor dijulurkan ke belakang, sedangkan jika
tertekan atau takut maka mencit menekankan diri ke lantai kandang dan menyeret
ekornya.

Induk mencit yang sedang bunting akan membangun sarang untuk persiapan
kelahiran. Sarang merupakan komponen yang sangat penting untuk perawatan anak
mencit baru lahir yang belum mampu bergerak sendiri (altricial) dan dengan suhu
tubuh internal yang bervariasi (poikilotherm) sehingga harus dilindungi dari suhu
ekstrem. Mencit mudah menampilkan berbagai perilaku abnormal pada lingkungan
suboptimal, termasuk mengunyah rambut (barbering), stereotype seperti berputar-
putar berulang-ulang atau jungkir balik dan jika melihat hewan lainnya perilaku
agonistik dan menggigit akan meningkat. Mencit juga dapat melukai diri sendiri
(autotony) jika mempunyai luka terbuka atau mengalami nyeri neuropatik kronis dan
kanibalisme di antara sisa mencit yang hidup jika ada hewan yang mati dalam
kandang.

Mencit adalah binatang nocturnal dan pemakan segala (omnivora), sehingga


makan dan minum atau perkawinan dilakukan pada malam hari. Mencit pada malam
hari Penggunaan dan Penanganan Hewan Coba Rodensia dalam Penelitian 8
photoperiodism dan cenderung mengkonsumsi sebagian besar pakan, meskipun
sebagian kecil makanan juga dimakan sepanjang hari. Pengurangan konsumsi pakan
dan penurunan berat badan terjadi secara signifikan ketika mencit tidak memiliki
akses ke air minum. Mencit tidak dapat muntah namun regurgitasi pasif dapat terjadi
jika perut over distensi. Mencit memilih pakan terkait dengan diet selama menyusui
dan membutuhkan masa transisi ketika diperkenalkan pada pakan baru, dan pakan
yang mengandung sereal atau biji-bijian lebih disukai.

Tikus adalah hewan yang sangat sosial dan di alam liar tinggal di koloni besar
yang terdiri dari 100 atau lebih. Kelompok-kelompok kecil hingga delapan betina
terkait dapat berbagi liang dengan ruang sarang yang terpisah. Struktur koloni sosial
didasarkan pada hirarki yang didominasi oleh pejantan, dengan ukuran tubuh yang
besar. Dalam populasi dengan kepadatan rendah, baik pejantan dan betina adalah
teritorial tetapi dalam lingkungan dengan kepadatan tinggi, jantan mungkin menjadi
despotik (penguasa) dan interaksi didasarkan pada individu dan respon tikus di lokasi
sebenarnya.

Tikus di alam liar, mungkin mempertahankan wilayah dari penyusup, namun


tikus jantan remaja dapat diterima dalam koloni lainnya. Walaupun ada perbedaan
yang jelas dalam ukuran dan perilaku antara strain liar dan mencit domestik perilaku
tikus domestik dari segala usia, perilaku liar dengan cepat akan kembali jika diberi
kesempatan. Tikus mempunyai penciuman yang sangat tajam dan organ vomeronasal
besar untuk mendeteksi feromon yang terlibat dalam seksualitas dan perilaku seksual
lainnya. Beberapa jenis komunikasi ultrasonik juga digunakan antara kelompok
hewan untuk menunjukkan rasa takut, rasa sakit, dan interaksi agonistik (20 kHz),
mendeteksi adanya makanan (40-50 kHz), dan suara umum yang dipancarkan selama
eksplorasi lingkungan (60 kHz).

Semua hewan harus disediakan air segar dan pakan untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup yang optimal. Diet dengan nutrisi yang memadai harus
disediakan untuk tikus. Pakan dan air minum harus disediakan secara ad libitum
kecuali izin khusus telah diperoleh dari Komisi Etik Hewan. Variasi jenis makanan
harus disediakan misalnya, pelet komersial, biji bunga matahari kering, jagung rebus,
sayuran segar. Pakan tikus harus disediakan tidak hanya di tempat pakan, tetapi juga
harus ditaburkan ke bedding lantai kandang untuk menambah minat makan,
mengekspresikan perilaku mencari makan dan menunjukkan postur normal selama
makan. Pola makan nokturnal dari tikus harus diperhitungkan dalam desain penelitian
terutama bila diberikan obat dalam pakan.

Berdasarkan hasil yang di dapat, maka dapat diketahui pertambahan bobot


badan mencit menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup baik. Banyak faktor
yang mempengaruhi pertambahan bobot badan dari mencit yaitu salah satunya faktor
makanan dan protein yang terkandung dalam pakan tersebut serta faktor lingkungan
tempat hidup yang sangat baik. Pada mencit diberikan pakan dengan kandungan
protein 20% dan EM 2000 kkal/kg sehingga pertumbuhan dan kualitas susu pada
mencit betina selama periode menyusui sangat bagus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sonjaya (2006), yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan dari mencit
yaitu sekitar 0,09 gr/hari atau 0,63 gr/minggu. Keragaman dalam kuantitas dan
kualitas susu menimbulkan perbedaan tingkat pertumbuhan spesies selama periode
menyusui, pemberian makanan yang cukup menyebabkan tingkat pertumbuhan yang
lebih tinggi serta lingkungan tempat hidup yang baik.
Perkembangan bobot badan sebagian besar disebabkan oleh pakan yang
dikonsumsi adalah pakan dengan kadar protein 20% yang pas bagi mencit selain itu,
kandungan nutrisi yang dibutuhkan mencit ada pada pakan yang dikonsumsinya tiap
hari. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa rata-rata kadar protein
yang baik untuk pencampuran mencit adalah 20-23% protein.
Kandang mencit harus ditangani dan dikelola untuk meminimalkan kerusakan
dan kandang tidak boleh ditumpuk lebih dari 15 kandang. Kandang plastik dan botol
harus dicuci dengan air panas suhu sekitar 60-66 °C dan dengan memakai deterjen
atau bahan lain sesuai dengan rekomendasi dari produsen. Bedding harus disediakan
di kandang mencit dan tersedia dengan kuantitas cukup untuk dapat menutupi seluruh
lantai kandang. Ketinggian bedding yang diperlukan bervariasi, idealnya mencit dapat
menggali atau bersembunyi di bawah bedding. Sebagai panduan, ketinggan bedding
minimal adalah 2 cm. Kelembaban relatif lingkungan di kandang mencit dewasa yang
direkomendasikan berkisar 55% ± 15% (40-70 %), dengan temperatur udara kandang
harus dipertahankan pada suhu 22 0C, dan ventilasi udara 15 ACH (air change per
hour) untuk meminimalkan konsentrasi kadar amonia. Kadar amonia dalam kandang
harus dijaga pada kondisi 25 ppm atau lebih rendah.
Sistem Perkandangan Menempatkan hewan pengerat di laboratorium sesuai
dengan lingkungannya akan mengoptimalkan kesejahteraan hewan dan merupakan
hal penting yang perlu dipertimbangankan. Pengaturan perkandangan yang ideal
harus mempertimbangkan aspek sosial, alat gerak, fisiologis, dan persyaratan perilaku
spesies tertentu. Perkandangan hewan pengerat sering menimbulkan masalah karena
jumlah besar hewan yang harus ditempatkan dengan personil kandang terbatas serta
terbatasnya biaya yang harus dikeluarkan. Beberapa fitur khusus harus
dipertimbangkan ketika mengembangkan kandang yang cocok untuk hewan pengerat,
termasuk lingkungan sosial, ruang, dan konfigurasi kandang dan perbaikan
lingkungan atapun modifikasi lainnya.

Metode identifikasi individu hewan, bahan yang digunakan untuk kandang,


frekuensi sanitasi kandang, dan berbagai aspek lingkungan fisik seperti cahaya, suara,
suhu, dan getaran juga harus diperhatikan untuk memastikan kesejahteraan hewan.
Perkandangan yang tepat dan peternakan hewan rodensia penting bagi kesejahteraan
hewan sehari-hari, karena hewanhewan ini dipertahankan untuk tujuan penelitian.
Perubahan perkandangan meskipun minor mungkin memiliki dampak yang signifikan
pada perilaku hewan, kepribadian, dan tanggapan individu terhadap uji dan timbulnya
stres sepanjang hidup. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa lingkungan sosial dan
fisik prasapih pada tikus sangat mempengaruhi perilaku hewan dan pandangannya
sepanjang hidup melalui pengaruh epigenetik. Hal ini diduga terjadi karena
perubahan dalam pola metilasi DNA yang stabil, organisasi histone, dan ekspresi
neuropeptida yang menghasilkan dan mengubah pola gen transkripsi.

Beberapa perubahan atau sifat ini dapat ditransmisikan kepada keturunannya.


Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi tikus mendapatkan lingkungan
perkandangan yang tepat. Luas lantai kandang untuk sekelompok tikus dengan
jumlah hingga lima ekor tikus dengan berat badan 250-300 gram adalah 1.500 cm2
dan sebaiknya 1.800 cm2. Banyaknya tikus dalam kelompok yang lebih besar harus
dikurangi atau luas lantai kandang ditingkatkan dengan pertimbangan tikus dapat
tumbuh normal dan dapat bermain termasuk interaksi sosial. Ketingian bagian atas
kandang tikus dengan berat 250-300 gram adalah 22 cm dan untuk tikus dengan berat
lebih dari 250-300 gram yang memungkinkan tikus untuk meregang tegak
sepenuhnya. Kandang tikus yang tersedia saat ini memiliki ketinggian maksimum
sekitar 22-24 cm. Kandang tikus harus dibuat dari plastik (misalnya polypropylene,
polycarbonate, polysulphone, poly etherimide) lantai dan dinding bak dengan wire
mesh pada puncaknya kecuali kandang untuk tujuan khusus seperti kandang dengan
filter pada bagian atas kandang atau berventilasi. Suhu ruangan kandang
direkomendasikan berkisar antara 20-26 0C dengan kelembaban udara berkisar 40-70
%.

Sanitasi lingkungan mikro pada kandang dilakukan dengan membersihkan


bak kandang yang kotor dengan menggunakan sekop dan kape yang berfungsi untuk
membantu membersihkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada kandang. Sealain
itu bak kandang ( kandang) dibersihkan dengan menggunakan air dengan cara
disikat menggunakan sikat dan spon yang dapat memabantu menghilangkan
kotoran pada kandang mencit atau tikus. Kandang kemudian dibersihkan dengan
menggunakan desinfektan TH4 yang dilarutkan sebanyak 2ml/1000 ml air kemudian
dibasuh dengan menggunakan air panas 82,2oC. Kandang yang sudah dibersihkan
dapat ditambakan bedding dengan ketinggian permukaaan 1,5 cm.

TH4 merupakan larutan desinfektan yang aman untuk digunakan di dalam


maupun di luar rumah dan sangat ampuh membunuh virus, bakteri, jamur, protozoa
dan alga ( contoh : virus flu burung, bakteri penyebab Anthrax, Bakteri TBC dan lain-
lain). TH4 harus dimpan di tempat khusus, dijauhkan dari jangkauan anak-anak, dan
hindari terkena mata dan kulit, bila terjadi kasus terkena mata atau kulit, cuci dengan
air dan konsulitasikan dengan dokter. Untuk penggunaan semprot, jangan
disemprotkan secara langsung ke hewan.
TH4 sebagai kombinasi 4 quaternary ammonium, glutaraldehyde dan 2 turunan
terpine menjadikan TH4 bekerja sebagai bakterisidal, virusidal dan fungisidal yang
ampuh serta mempunyai efek deodorant yang sangat disukai. Kombinasi yang
sinergis ini mempunyai aktivitas spectrum yang luas. Aktifitas TH4 tidak dipengaruhi
oleh pH dan kesadahan air serta tidak menimbulkan korosif. TH4. Bisa digunakan
dengan cara spraying (penyemprotan), mopping (pengepelan lantai) setelah dilarutkan
dalam air.

Komposisi per liter :


Glutaraldehyde ............................................ 62.50g
Didecyldimethylammonium Chloride ........ 18.75g
Dioctyldimethylammonium Chloride ......... 18.75g
Octyldecyldimethylammonium Chloride ... 37.50g
Alkyldidimethylammonium Chloride ........ 50.00g
Pine Oil ....................................................... 20.00g
Terpine Oil .................................................. 20.00g

Kriteria suatu desinfektan yang ideal adalah bekerja dengan cepat untuk
menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar, berspektrum luas, aktivitasnya
tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperature, kelembaban, tidak toksik
pada hewan dan manusia, tidak bersifat korosif, bersifat biodegradable, memiliki
kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, stabil,
mudah digunakan, dan ekonomis ( Butcher and Ulaeto 2010).

Sanitasi lingkungan mikro dilakukan dengan membersikan area atau ruangan


kandang dan fasilitas pendukung seperti kipas angin, lemari tempat kandang dan
fentilasi udara. Sanitasi ini dilakukan agar bebas dari parasit mikroorganisme
pathogen. Selain dapat meningkatkan kesehatan pada mencit dan tikus.
4. PENUTUP

Simpulan

Simpulan pada praktikum ini adalah hewan laboratorium yang akan


digunakan untuk penelitian harus dilakukan pemeliharaan dengan baik dan stabil.
Sanitasi yang dilakukan secara menyeluruh dan tidak berlebihan. Pergantian bedding
dapat menggunakan bahan yang sesuai dengan kebutuhan dan terjangkau.

DAFTAR PUSTAKA

Farah, A. 2010. Mencit. http://amirafarah.blogspot.com / (Diakses Tanggal 27 April 2010).

http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/booklet/juknis-rodensia-2107/isi

juknis-rodensia-2017.pdf

Martijo. 1992. Kesehatan dan Kemampuan Adaptasi Hewan, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Smith dan Soesanto. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan

Percobaan Di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Sonjaya, H. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin, Makassar

Tillman, A.D. 1998. Ilmu makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University

Press,Yogyakarta

Yuwono, dkk. 2009. Mencit strain CBR Swiss Derived. Pusat Penelitian Penyakit Menular

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai