Anda di halaman 1dari 39

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Analisis Sistem

Analisis sistem (system analysis) sebenarnya merupakan

proses dua langkah yang melibatkan survei atas sistem yang ada

saat ini dan analisis atas kebutuhan pengguna. Setelah melakukan

wawancara dan peninjauan dokumen, tahap selanjutnya yaitu

menggambarkan sistem yang telah ada dalam bentuk bagan alir

dokumen untuk masing-masing kegiatan. Dari hasil penggambaran

tersebut dapat terlihat kelemahan apa saja yang terdapat dalam

sistem yang ada, dan apa yang dibutuhkan untuk pengembangan

sistem dalam upaya memperbaiki sistem yang ada (Firdaus,

2014:48).

2.1.2 Pengendalian Intern

1. Pengertian Pengendalian Intern

Pengendalian intern merupakan kegiatan yang sangat

penting sekali dalam pencapaian tujuan usaha. Demikian pula

dunia usaha mempunyai perhatian yang makin meningkat

terhadap pengendalian intern. Sawyers (2015:58) mendefenisikan

pengendalian suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas dewan

komisaris, manajemen atau pegawai intern adalah lainnya yang

didesain untuk memberikan keyakinan yang wajar tentang

pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:


9

a. Kehandalan pelaporan keuangan

Haryono (2014:252) menyatakan bahwa pengendalian

intern mempunyai pengertian dalam arti sempit maupun

luas.Sistem pengertian dalam arti sempit sama dengan istilah

internal check, yaitu prosedur-prosedur mekanis untuk

memeriksa ketelitian data-data administrasi seperti misalnya

mencocokan penjumlahan horizontal dengan penjumlahan

vertical. Sedangkan dalam arti luas, sistem pengendalian

intern dipandang sebagai social yang mempunyai

makna/wawasan khusus yang berbeda dalam organisasi

perusahaan. Pengertian dari Alvin dan Haryono dapat

disimpulkjan bahwa sistem pengendalian intern adalah

kebijakan yang dibuat manajemen untuk menjaga efektivitas

dan efisiensi operasi perusahaan serta menjaga aset

perusahan melalui kepatuhan terhadap kebijakan yang ada.

Ada lima unsur (komponen) pengendalian yang saling terkait

berikut ini:

1) Lingkungan Pengendalian

Menetapkan corak organisasi, mempengaruhi

kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan

pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen

pengendalian intern, menyediakan disiplin dan Sruktur,

dengan kata lain lingkungan pengendalian menentukan

iklim organisasi dan mempengaruhi kesadaran karyawan

terhadap pengendalian.
10

2) Penaksiran Resiko

Merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis

dan mengelola resiko yang mempengaruhi tujuan

perusahaan.Tahapan yang paling kritis dalam menaksir

resiko adalah mengidentifikasi perubahan kondisi eksternal

dan internal dan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan.

Contoh resiko yang relevan dengan proses pelaporan

keuangan termasuk perubahan dalam lingkungan operasi

organisasi, perubahan personel, perubahan Sistem

Informasi, teknologi baru, perubahan dalam industri, lini

produk yang baru, dan regulasi, hukum atau peraturan

akuntansi yang baru.

3) Aktivitas Pengendalian

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dibangun

untuk membantu memastikan bahwa arahan manajemen

dilaksanakan dengan baik.

Aktivitas pengendalian yang dapat diterapkan oleh

manajemen sangat banyak. Aktivitas pengendalian dapat

berupa pengendalian akuntansi yang dirancang untuk

memberikan jaminan yang masuk akal/ memadai bahwa

tujuan pengendalian tertentu tercapai untuk setiap sistem

aplikasi yang material dalam organisasi:

a) Rencana organisasi mencakup pemisahan tugas untuk

mengurangi peluang seseorang dalam suatu posisi

pekerjaan tertentu untuk melakukan kecurangan atau

kesalahan menjalankan tugas sehari-hari mereka.


11

b) Prosedur mencakup perancangan dan penggunaan

dokumentasi dan catatan yang berguna untuk

memastikan pencatatan transaksi dan kejadian yang

tepat.

c) Akses terhadap aktiva hanya diberikan sesuai dengan

otorisasi manajemen.

d) Cek independen dan peninjauan dilakukan sebagai

wujud akuntabilitas kekayaan perusahaan dan kinerja.

e) Pengendalian proses informasi diterapkan untuk

mengecek kelayakan otorisasi, keakuratan dan

kelengkapan setiap transaksi.

4) Informasi dan komunikasi

Merupakan informasi yang mengacu pada sistem

akuntansi organisasi, terdiri dari metode dan catatan yang

diciptakan untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis,

mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi

organisasi dan untuk memelihara akuntabilitas aktiva dan

utang yang terkait.

Sistem akuntansi suatu organisasi biasa saja

sederhana, dan biasa juga kompleks. Banyak organisasi

memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproses

sejumlah besar transaksi yang beragam. Sistem informasi

dirancang dan diterapkan tidak hanya menghasilkan buku

besar dan laporan keuangan, tetapi juga untuk

menghasilkan informasi operasional dan informasi guna

mendukung pengendalian manajemen, jadi sistem

akuntansi dan pengendalian operasional berhubungan erat.


12

5) Pengawasan

Pengawasan melibatkan proses yang berkelanjutan

untuk menaksir kualitas penegendalian internal dari waktu

ke waktu serta untuk mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan. Kualitas pengendalian dapat terganggu dengan

berbagai cara, termasuk kurangnya ketaatan, kondisi yang

berubah atau bahkan salah pengertian.

Pengawasan dicapai melalui aktivitas yang terus

menerus, atau evaluasi terpisah atau kombinasi keduanya.

Aktivitas yang terus menerus mencakup aktivitas supervise

manajemen dan tindakan lain yang dapat dilakukan untuk

memastikan bahwa proses pengendalian internal secara

kontinyu berjalan dengan efektif.

b. Efektivitas dan efesiensi operasi

Sanyoto (2015:256) menyatakan bahwa ada beberapa

asumsi dasar yang perlu dipahami mengenai pengendalian

intern bagi suatu entitas organisasi atau perusahaan:

1) Sistem pengendalian intern merupakan Management

Resposibility. Sesungguhnya yang paling berkepentingan

terhadap sistem pengendalian intern suatu entitas

organisasi atau perusahaan adalah manajemen (lebih

tegasnya lagi ialah top management atau direksi), karena

dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top

management dapat mengharapkan kebijakan dipatuhinya,

aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan

penyelanggaraan pencatatan berjalan baik.


13

2) Top Management bertanggung jawab menyusun sistem

pengendalian intern, tentu saja dilaksanakan oleh para

stafnya. Penyusunan team yang akan ditugaskan untk

merancang sistem pengendalian intern, harus dipilih

anggotanya dari para ahli atau kompoten, termasuk yang

berkaitan dengan teknologi informasi (mengingat pada saat

ini sistem lazimnya didesain dengan berbasis teknologi

informasi).

3) Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generik

mendasar dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan

pada umumnya (tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu

perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal

yang bersifat dasar yang berlaku umum).

4) Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable

assurance, artinya tingkat rancangan yang kita desain

adalah yang paling optimal. Sistem pengendalian yang

paling baik ialah bukan yang paling maksimal, apalagi

harus dipertimbangkan keseimbangan cost benefit-nya.

5) Sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasan-

keterbatasan atau constraints, misalnya adalah sebaik-

baiknya kontrol tetapi kalau para pegawai yang

melaksanakannya tidak cakap, atau kolusi, maka tujuan

pengendalian itu mungkin tidak tercapai.

6) Sistem pengendalian intern harus selalu dan harus terus

menerus dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan

perkembangan kondisi dan teknologi.


14

c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Bodnar dan Hopwood (2015:265) menyatakan

pengendalian terhadap penerimaan kas merupakan kebijakan

untuk melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan,

perusahaan harus mengendalikan kas sejak diterima sampai

kas disimpan di bank. Mulyadi (2014:491) Unsur pokok

pengendalian internal dalam penerimaan kas terdiri dari

organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, dan

praktik yang sehat:

1) Sruktur Organisasi

a) Fungsi Akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan

dan fungsi penerimaan kas

b) Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi

akuntansi

2) Sistem Otorisasi dan prosedur pencatatan

a) Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam

bentuk cek atas

b) Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas

dasar daftar piutang yang harus ditagih yang dibuat

oleh fungsi akuntansi

c) Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi

akuntansi harus didasarkan atas surat pemberitahuan

yang berasal dari debitur.

3) Praktik yang Sehat

a) Hasil perhitungan kas direkam dalam berita acara

penghitungan kas dan disetor penuh ke bank dengan

segera
15

b) Para penagih dan kasir harus diasuransikan (fidelity

bond insurance)

c) Kas dalam perjalanan (baik yang ada ditangan bagian

kasir maupun di tangan penagih perusahaan) harus

diasuransikan (Cash-in-safe dan cash-in-transit

Insurance) nama atau dengan pemindahbukuan (Giro

Biyet).

4) Karyawan yang cakap

a) Latar belakang pendidikan yang sesuai dengan jabatan

dan wewenang

b) Jujur dan bertanggung jawab

c) Kompeten dibidangnya

d) Menerima kritik dan segera memperbaiki kesalahan

e) Mampu menjalin komunikasi yang baik dengan atasan,

rekan kerja mapun customer.

Menurut Sawyers (2015:57) Kontrol internal berisi rencana

organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan

pengukuran-pengukuran yang diterapkan diperusahaan untuk

mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan kehandalan data

akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mendorong

ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan.

Defenisi ini mungkin lebih luas daripada pengertian yang kadang-

kadang disebutkan untuk istilah-istilah tersebut.

Jadi, sistem kontrol internal melampaui hal-hal tersebut

yang secara langsung terkait dengan fungsi departemen akuntansi

dan keuangan. The Institute of Internal Auditors (IIA) (Sanyoto,

2015: 247) The attitude and actions of management and the board
16

regarding the significance of control within the organization. The

control environment provides the discipline and structure for the

achievement of the primary objectives of the system of internal

control. The control environment includes the following elements:

integrity and ethical values, management’s philosophy and

operating style, organizational structure, assignment of authority

and responsibility, human resources policies and practices, and

competence of personnel.

Menurut Mulyadi (2014:167) “sistem pengendalian intern

meliputi Sruktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”. Sistem

pengendalian intern pada hakekatnya adalah suatu mekanisme

yang didesain untuk menjaga (preventif), mendeteksi (detectif),

dan memberikan mekanisme pembetulan (correctif) terhadap

potensi terjadinya kesalahan (kekeliruan, kelalaian, error) maupun

penyalahgunaan (kecurangan, fraud). Menurut Sanyoto

(2015:250), pengendalian intern dapat dibedakan dalam berbagai

segi pandang.

a. Preventif controls, yaitu pengendalian intern yang dirancang

dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan terjadi

kesalahan dan penyalahgunaan. Contoh jenis pengendalian ini

ialah desain formulir yang baik, item-nya lengkap, mudah diisi,

serta user training atau pelatihan kepada orang-orang yang

berkaitan dengan input sistem, sehingga mereka tidak

melakukan kesalahan.
17

b. Detection control, adalah pengendalian yang didesain dengan

tujuan agar apabila data direkam atau dikonversi dari media

sumber untuk ditransfer ke sistem komputer dapat dideteksi

bila terjadi kesalahan (maksudnya tidak sesuai dengan kriteria

yang ditetapkan). Contoh jenis pengendalian ini adalah

misalnya jika sesorang mengambil uang di ATM, maka

seharusnya program komputer mendeteksi jika dana tidak

cukup, atau saldo minimum tidak mencukupi, atau melebihi

jumlah maksimal yang diijinkan untuk pengambilan tiap

harinya.

c. Corrective control, ialah pengendalian yang sifatnya jika

terdapat data yang sebenarnya error tetapi tidak terdeteksi

oleh detection control, atau data yang error yang terdeteksi

oleh program validasi, harus ada prosedur yang jelas tentang

bagaimana melakukan pembetulan terhadap data yang salah

dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan kerugian

kalau kesalahan atau penyalahgunaan tersebut sudah benar-

benar terjadi.

2. Prinsip Dasar Pengendalian Intern

Menurut Sanyoto (2015: 256), ada beberapa asumsi dasar

yang perlu dipahami mengenai pengendalian intern bagi suatu

entitas organisasi atau perusahaan.

a. Sistem pengendalian intern merupakan management

responsibility. Bahwa sesungguhnya yang paling

berkepentingan terhadap sistem pengendalian intern suatu

entitas organisasi atau perusahaan adalah manajemen (lebih

tegasnya lagi ialah top management atau direksi), karena


18

dengan sistem pengendalian intern yang baik itulah top

management dapat mengharapkan kebijakannya dipatuhi,

aktiva atau harta perusahaan dilindungi, dan penyelenggaraan

pencatatan berjalan baik.

b. Top management bertanggung jawab menyususn sistem

pengendalian intern, tentu saja dilaksanakan oleh para

stafnya. Dalam penyusunan team yang akan ditugaskan untuk

merancang sistem pengendalian intern, harus dipilih

anggotanya dari para ahli atau kompeten, termasuk yang

berkaitan dengan teknologi informasi (mengingat pada saat ini

sistem lazimnya didesain dengan berbasis teknologi

informasi).

c. Sistem pengendalian intern seharusnya bersifat generic,

mendasar, dan dapat diterapkan pada tiap perusahaan pada

umumnya (tidak boleh jika hanya berlaku untuk suatu

perusahaan tertentu saja, melainkan harus ada hal-hal yang

brsifat dasar yang berlaku umum).

d. Sifat sistem pengendalian intern adalah reasonable assurance,

artinya tingkat rancangan yang kita desain adalah yang paling

optimal. Sistem pengendalian yang paling baik ialah bukan

yang paling maksimal, apalagi harus dipertimbangkan

keseimbangan cost benefit-nya.

e. Sistem pengendalian intern mempunyai keterbatasan-

keterbatasan atau constraints, misalnya adalah sebaik-baiknya

kontrol tetapi kalau para pegawai yang melaksanakannya tidak

cakap, atau kolusi, maka tujuan pengendalian itu mungkin

tidak tercapai.
19

f. Sistem pengendalian intern harus selalu dan terus menerus

dievaluasi, diperbaiki, disesuaikan dengan perkembangan

kondisi dan teknologi.

Menurut Alvin (2014: 290), terdapat empat konsep dasar

yang mendasari telaah atas Sruktur pengendalian intern dan

penetapan resiko pengendalian, diantaranya tanggung jawab

manajemen, kepastian yang wajar, keterbatasan yang melekat

(inheren) dan metode pengolahan data.

a. Tanggung jawab manajemen

Manajemen dan bukan auditor yang harus menyusun

dan memonitor Sruktur pengendalian internnya. Konsep ini

sesuai dengan ketentuan yang menyatakan bahwa

manajemen, dan bukan auditor yang bertanggungjawab dalam

menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku.

b. Kepastian yang wajar

Perusahaan harus mengusahakan Sruktur pengendalian

intern yang memberikan kepastian yang wajar tetapi bukan

mutlak, bahwa laporan keuangannya telah disajikan dengan

wajar. Sruktur pengendalian intern disusun oleh manajemen

setelah mempertimbangkan baik biaya maupun manfaat

pengendalian tersebut. Sering kali, manajemen enggan untuk

menerapkan sistem yang ideal karena mungkin biayanya

terlalu tinggi sebagai contoh, auditor tidak selayaknya

mengharapkan manajemen dari perusahaan kecil untuk

mempekerjakan beberapa personil tambahan pada bagian

akuntansi bila hanya untuk perbaikan kecil saja pada


20

penyediaan data akuntansi yang lebih terhandalkan.

Adakalanya, jauh lebih murah jika auditor menyelenggarakan

pemeriksaan yang lebih luas dari pada harus mengeluarkan

biaya pengendalian intern yang tinggi.

c. Keterbatasan yang melekat (inheren)

Sruktur pengendalian intern tidak dapat dianggap

sepenuhnya efektif, meskipun telah dirancang dan disusun

dengan sebaik-baiknya meskipun sistem yang ideal telah

dirancang, keberhasilannya tetap bergantung pada kompetensi

dan kehandalan oleh pelaksanan misalkan prosedur

penghitungan pendapatan telah disusun dengan seksama dan

dibutuhkan dua orang karyawan yang harus menghitung

secara terpisah, apabila kedua karyawan yang bertugas tidak

memahami petunjuk-petunjuk yang mereka terima atau

keduanya bekerja ceroboh, penghitungan pendapatan itu pun

cenderung tidak benar, apabila hasil penghitungan itu benar,

manajemen mungkin mengabaikan prosedurnya dan

memerintahkan karyawannya untuk menaikkan jumlah

perhitungan barang-barang yang telah dibuat, untuk

menaikkan laba yang dilaporkan. Sama halnya bila karyawan

yang bersangkutan, mungkin dengan sengaja menaikkan

jumlah perhitungannya untuk menutupi pencurian barang-

barang tersebut oleh salah seorang atau keduanya.

Inilah yang disebut persekongkolan (collusion) karena

keterbatasan yang melekat pada Sruktur pengendalian

tersebut dan karena auditor tidak dapat mengharapkan

kepastian yang wajar dari keefektifannya, maka kepercayaan


21

tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada beberapa tingkat

resiko pengendalian, untuk merancang Sruktur pengendalian

intern yang efektif, auditor harus memperoleh bukti audit yang

cukup dalam menguji pengendalian intern selalu ada

kemungkinan bahwa sistem pengendalian tidak dapat melacak

seluruh kesalahan yang material.

d. Metode pengolahan data

Konsep pengendalian intern berlaku sama dengan

sistem manual maupun komputerisasi (EDP). Terdapat

perbedaan besar antara sistem manual yang sederhana bagi

sebuah perusahaan kecil dan sistem EDP yang sangat rumit

untuk perusahaan industri bertaraf internasional meskipun

demikian, tujuan pengendalian intern adalah sama.

3. Tujuan Pengendalian Intern

Tujuan pengendalian intern menurut COSO (Committee of

Sponsoring Organizations) (Sanyoto, 2015: 257).

a. To provide reliable data, included:

1) Completeness: input atau process atau output

2) Accuracy: input atau process atau output

3) Uniqueness

4) Reasonableness

5) Errors are detected

b. To encourage adherence to prescribed accounting policies,

included:

1) Timeliness: captired atau enter atau process

2) Valuation: calculation, summary, etc

3) Classification
22

c. To safeguard assets and records, included:

1) Transaction authorized

2) Distribution of output

3) Validity, no nonvalid data processed

4) Security of data and records

Tujuan pertama dirancangnya pengendalian intern dari segi

pandang manajemen ialah untuk dapat diperolehnya data yang

dapat dipercaya, yaitu jika data lengkap, akurat, unik, reasonable,

dan kesalahan-kesalahan data dideteksi. Tujuan berikutnya

adalah dipatuhinya kebijakan akuntansi, yang akan dicapai jika

data diolah tepat waktu, penilaian, klasifikasi dan pisah batas

waktu terjadinya transaksi akuntansi tepat. Tujuan selanjutnya

ialah pengamanan aset, yaitu dengan adanya otorisasi, distribusi

output, data valid dan diolah serta disimpan secara aman. Tujuan

dirancangnya sistem pengendalian intern dari kaca pandang

terkini dan yang sudah mencakup lingkup yang lebih luas pada

hakekatnya adalah untuk melindungi harta milik perusahaan,

mendorong kecermatan dan kehandalan data dan pelaporan

akuntansi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi usaha, serta

mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah

digariskan dan aturan-aturan yang ada.

a. Pencatatan, pengolahan data dan penyajian informasi yang

dapat dipercaya pimpinan hendaklah memiliki informasi yang

benar atau tepat dalam rangka melaksanakan kegiatannya.

Mengingat bahwa berbagai jenis informasi digunakan untuk

bahan mengambil keputusan sangat penting artinya, karena

itu suatu mekanisme atau sistem yang dapat mendukung


23

penyajian informasi yang akurat sangat diperlukan oleh

pimpinan perusahaan.

b. Mengamankan aktiva perusahaan

Pengamanan atas berbagai harta benda termasuk catatan

pembukuan atau file atau database menjadi semakin penting

dengan adanya komputer. Data atau informasi yang begitu

banyaknya yang disimpan di dalam media komputer seperti

magnetic tape, disket, USB, yang dapat dirusak apabila tidak

diperhatikan pengamanannya.

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional

Pengawasan dalam suatu organisasi merupakan alat untuk

mencegah penyimpangan tujuan atau rencana organisasi,

mencegah penghamburan usaha, menghindari pemborosan

dalam setiap segi dunia usaha dan mengurangi setiap jenis

penggunaan sumber-sumber yang ada secara tidak efisien.

d. Mendorong pelaksanaan kebijakan dan peraturan yang ada

Pimpinan menyusun kebijakan dan peraturan yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sistem

pengendalian intern berarti memberikan jaminan yang layak

bahwa kesemuanya itu telah dilaksanakan oleh karyawan

perusahaan. Tujuan pengendalian intern harus dipandang

dengan kaitannya dengan orang atau individu yang

menjalankan sistem pengendalian tersebut. Sistem harus

dirancang sedemikian rupa sehingga para pegawai dapat

merasakannya sendiri dan yakin bahwa pengendalian intern

bertujuan mengurangi kesulitan-kesulitan dalam operasi

organisasi, melindungi organisasi, merupakan persyaratan


24

dalam upaya tercapainya tujuan, dan dengan demikian

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah

digariskan. Menurut Sanyoto (2015:259) Suatu pengendalian

intern yang baik dalam perusahaan akan memberikan

keuntungan sangat berarti bagi perusahaan itu sendiri,

karena:

1) Memperkecil kesalahan-kesalahan dalam penyajian data

akuntansi, sehingga akan menghasilkan laporan yang

benar

2) Melindungi atau membatasi kemungkinan terjadinya

kecurangan dan penggelapan-penggelapan

3) Kegiatan organisasi akan dapat dilaksanakan dengan

efisien

4) Mendorong dipatuhinya kebijakan pimpinan

5) Tidak memerlukan detail audit dalam bentuk pengujian

substantif atas bahan bukti atau data perusahaan yang

cukup besar oleh akuntan publik.

Sistem pengendalian intern suatu perusahaan cukup baik

dan auditor cukup puas dalam melakukan test of control, maka

pengujian substantif dapat dilakukan dengan sekecil mungkin

jumlah bukti atau data dari suatu teknik sampling dengan

demikian kegiatan audit tidak memerlukan biaya yang terlalu

besar. Tujuan didesainnya sistem pengendalian intern khusus

(atau tambahan) bagi sistem berbasis komputer adalah untuk

membantu manajemen dalam mencapai pengendalian intern

menyeluruh, termasuk kegiatan manual didalamnya, kegiatan


25

dengan alat mekanis, maupun yang terkait dengan pemrosesan

data berbasis komputer (teknologi informasi).

Polices, practices, and procedures yang embedded dalam

seluruh business process perusahaan, sistem pengendalian

tersebut dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan

personil lain atau karyawan perusahaan atau seluruh anggota

suatu organisasi, dan didesain untuk memberikan keyakinan

memadai tentang pencapaian tujuan-tujuan di atas. Berbagai

jenis transaksi dalam sistem informasi akuntansi, jenis kesalahan

pencatatan dapat terjadi. Sebagai contoh, transaksi pembayaran

gaji atau upah dapat terjadi kesalahan kalau jam kerja yang salah

dibebankan ke dalam kartu pencatat waktu atau pembayaran gaji

bruto didebet ke dalam nomor perkiraan yang salah dalam jurnal

pembayaran gaji. Menurut Sanyoto (2015:262):

a. Transaksi yang dicatat adalah sah (validitas). Suatu sistem

tidak dapat memberikan transaksi-transaksi fiktif dan yang

sebenarnya tidak terjadi dalam jurnal atau catatan akuntansi

lainnya.

b. Transaksi diotoriasikan dengan tepat (otorisasi). Kalau

transaksi yang tidak diotorisasi terjadi, hal ini dapat

mengakibatkan adanya transaksi yang curang, dan juga dapat

mengakibatkan pemborosan atau pengrusakan terhadap

aktiva perusahaan.

c. Setiap transaksi yang terjadi dicatat (kelengkapan). Setiap

prosedur yang dimiliki klien harus memberikan pengendalian

untuk mencegah penghilangan setiap transaksi dari catatan.


26

d. Transaksi dinilai dengan tepat (penilaian). Sistem yang

memadai selalu disertai dengan prosedur untuk menghindari

kesalahan dalam penghitungan dan recording tiap transaksi

pada berbagai langkah-langkah proses pencatatan.

e. Transaksi diklasifikasikan dengan tepat (klasifikasi). Klasifikasi

akun atau perkiraan yang tepat, sesuai dengan kode

perkiraan klien, harus ditetapkan di dalam jurnal kalau laporan

keuangannya dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga

mencakup berbagai kategori seperti divisi dan hasil produk.

f. Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan

waktu). Pencatatan setiap transaksi baik sebelum atau

setelah saat terjadinya, selalu menimbulkan kemungkinan

adanya kelalaian untuk mencatatnya atau pencatatannya

terjadi pada akhir periode maka laporan keuangan akan

mengandung kesalahan.

g. Transaksi dimasukkan dengan tepat ke dalam catatan

tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan

ikhtisar). Dalam beberapa keadaan, masing-masing transaksi

diikhtisarkan (dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan

sebelum dicatat ke dalam jurnal yang bersangkutan. Lalu

jurnal tersebut di-posting (dibukukan) ke dalam buku besar,

dan buku besar tersebut diikhtisarkan lagi dan digunakan

untuk menyusun laporan keuangan.

4. Keterbatasan Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern yang terbaik adalah bukan

Sruktur pengendalian yang seketat mungkin secara maksimal,

sistem pengendalian intern juga mempunyai keterbatasan-


27

keterbatasan. Kelemahan atau keterbatasan yang melekat pada

sistem pengendalian intern menurut Sanyoto (2015:253)

a. Persekongkolan (kolusi)

Pengendalian intern mengusahakan agar persekongkolan

dapat dihindari sejauh mungkin, misalnya dengan

mengharuskan giliran bertugas, larangan dalam menjalankan

tugas-tugas yang bertentangan oleh mereka yang mempunyai

hubungan kekeluargaan, keharusan mengambil cuti dan

seterusnya. Akan tetapi pengendalian intern tidak dapat

menjamin bahwa persekongkolan tidak terjadi.

b. Perubahan

Sruktur pengendalian intern pada suatu organisasi harus

selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan kondisi dan

teknologi.

c. Kelemahan manusia

Banyak kebobolan terjadi pada sistem pengendalian intern

yang secara teoritis sudah baik. Hal tersebut dapat terjadi

karena lemahnya pelaksanaan yang dilakukan oleh personil

yang bersangkutan. Oleh karena, itu personil yang paham dan

kompeten untuk menjalankannya merupakan salah satu unsur

terpenting dalam pengendalian intern.

d. Azas biaya manfaat

Pengendalian juga harus mempertimbangkan biaya dan

kegunaannya. Biaya untuk mengendalikan hal-hal tertentu

mungkin melebihi kegunaannya, atau manfaat tidak sebanding

dengan biaya yang dikeluarkan (cost-benefit analysis).


28

2.1.3 Pendapatan

Menurut Theodorus M.Tuanakotta dalam buku “Teori

Akuntansi” menyatakan bahwa pada dasarnya ada dua pendekatan

terhadap konsep pendapatan (revenue) yaitu :

1. Pendekatan yang memusatkan perhatian kepada arus masuk

(inflow) daripada assets yang ditimbulkan oleh kegiatan

operasional perusahaan.

2. Memusatkan perhatian kepada pencapaian barang dan jasa oleh

perusahaan dan transfer dari barang dan jasa kepada konsumen

atau produsen lain”.

Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa

konsep pendapatan harus dipusatkan perhatiannya kepada arus

masuk daripada asset yang ditimbulkan, dan harus dipusatkan

kepada pencapaian barang dan jasa oleh perusahaan.

Pengukuran pendapatan menurut PSAK no. 23.3 dibagi

menjadi dua bagian yaitu :

1. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang

diterima atau yang dapat diterima

2. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya

ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli”.

Berdasarkan uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa

pengukuran pendapatan harus diukur dengan nilai wajar yang

diterima, jumlah pendapatan yang diperoleh dari suatu transaksi

ditentukan oleh persetujuan antara kedua belah pihak yaitu

persetujuaan antara perusahaan dan pembeli.


29

2.1.4 Metode Pencatatan Pendapatan

Menurut Mulyadi (2014:56), ada dua metode yang dapat

digunakan untuk mencatat pendapatan yaitu:

1. Metode mutasi pendapatan (Perpetual Inventory Method)

Metode ini cocok untuk digunakan dalam penentuan biaya bahan

baku dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan

dengan metode harga pokok pesanan. Setiap mutasi pendapatan

dicatat dalam kartu pendapatan, baik itu penambahan pendapatan

dari pembelian ataupun berkurangnya pendapatan karena terjadi

penjualan, dengan demikian akun pendapatan akan selalu

menunjukkan nilai pendapatan pada setiap saat. Pencatatan secara

perpetual berguna untuk menyediakan laporan bulanan ataupun

laporan interim, dimana perusahaan dapat langsung menentukan

jumlah dan harga pokok pendapatan yang dimilikinya tanpa harus

menghitung pendapatan fisik terlebih dahulu.

a. Transaksi pembayaran jasa kredit

Kas Rp. 1.000.000.000,-

Sewa angkutan Rp. 1.000.000.000,-

b. Transaksi pembayaran jasa tunai

Sewa Angkutan Rp. 500.000.000,-

Kas Rp. 500.000.000,-

c. Transaksi penjualan kredit

Biaya Sewa Alat Angkutan Rp. 500.000.000,-

Pembayaran Sewa Rp. 500.000.000,-

Harga pokok pendapatan Rp. 500.000.000,-

Pendapatan Alat Angkutan Rp. 500.000.000,-


30

d. Transaksi penjualan tunai

Kas Rp. 500.000.000,-

Penyewaan Alat Angkut Rp. 500.000.000,-

Harga pokok pendapatan Rp. 500.000.000,-

Pendapatan Alat Angkut Rp. 500.000.000,-

2. Metode pendapatan fisik (Physical inventory Method)

Metode ini cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku

dalam perusahaan yang harga pokoknya dikumpulkan dengan

metode harga pokok proses. Perusahaan hanya mencatat

penambahan pendapatan dari pembelian saja, sedangkan

berkurangnya pendapatan karena penjualan tidak dicatat dalam

kartu pendapatan untuk mengetahui harga pokok barang yang dijual,

perusahaan harus menghitung sisa fisik pendapatan di gudang.

a. Transaksi pembelian kredit

Pembeliaan Rp. 500.0000.000,-

Hutang usaha Rp. 500.0000.000,-

b. Transaksi pembelian tunai

Pembeliaan Rp. 1.000.0000.000,-

Kas Rp. 1.000.0000.000,-

c. Transaksi penjualan kredit

Piutang usaha Rp. 250.0000.000,-

Penjualan Rp. 250.0000.000,-

d. Transaksi penjualan tunai

Kas Rp. 500.0000.000,-

Penjualan Rp. 500.0000.000,-

e. Jurnal penyesuaian

Harga pokok pendapatan Rp. 1.000.0000.000


31

Pendapatan Rp. 1.000.0000.000

Sistem akuntansi yang akurat dan catatan yang up to date

merupakan hal yang sangat penting. Penjualan dan pelanggan bisa

hilang jika pesanan mereka tidak sesuai dengan model, kualitas dan

kuantitas yang diinginkan. Perusahaan harus selalu memonitor tingkat

pendapatan secara seksama dan membatasi biaya pembiayaan akibat

penimbunan pendapatan. Perusahaan menggunakan satu dari dua jenis

sistem pencatatan pendapatan yaitu sistem perpetual dan sistem

periodik.

1. Metode Pencatatan Pendapatan Perpetual (Perpetual Inventory

Method)

Menurut Firdaus (2014;160) pengertian metode pendapatan

perpetual adalah sebagai berikut:

”Pencatatan perpetual yaitu pencatatan atas transaksi

pendapatan yang dilaksanakan setiap waktu, baik terhadap

pemasukan maupun terhadap pengeluaran pendapatan.”

Pencatatan pendapatan dilakukan dalam kartu pendapatan

yang menggambarkan pendapatan sebenarnya. Pencatatan atas

transaksi dilakukan secara terus-menerus untuk setiap jenis

pendapatan dan untuk menjamin keakuratan jumlah pendapatan

perhitungan fisik pendapatan biasanya dilakukan setahun sekali.

Pencatatan pendapatan dengan menggunakan metode ini ditujukan

terutama untuk biaya sewa yang bernilai tinggi dan untuk barang

yang mudah dicatat pemasukan dan pengeluarannya digudang.


32

2. Metode Pencatatan Pendapatan Fisik/Periodik (Physical Inventory

Method/Periodic System)

Menurut Kieso (2015;404) pengertian metode pendapatan

fisik yaitu sebagai berikut:

“The quantity of inventory in the hands of determined, as

implied by its name, periodically. All purchase of inventory during

the by debiting the account purchase accounting period are

recorded.”

Penjelasan kutipan diatas adalah:

“Kuantitas pendapatan ditangan ditentukan, seperti yang

tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian

pendapatan selama periode akuntansi dicatat dengan mendebet

akun pembelian.”

Pada metode ini setiap pemasukan dan pengeluaran

pendapatan dicatat dalam perkiraan yang berbeda yaitu pembelian

dan penjualan.

Kelemahannya yaitu perusahaan tidak dapat mengetahui

besarnya pendapatan yang ada pada suatu saat tertentu dan tidak

dapat mengetahui harga pokok barang yang dijual untuk setiap

transaksi penjualan yang terjadi. Umumnya metode periodik

digunakan pada perusahaan yang menyediakan jasa angkutan

yang harganya relatif murah tapi frekuensi penjualannya cukup

sering.
33

3. Perbedaan Metode Pencatatan Pendapatan Perpetual Dengan

Metode Pencatatan Pendapatan Fisik

Menurut Firdaus (2014:129) menyatakan perbedaan dari

metode pencatatan pendapatan perpetual dengan metode

pencatatan pendapatan fisik, adalah sebagai berikut:

a. Metode Perpetual

1) Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian,

potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.

2) Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian

dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan

pendapatan barang dagang.

3) Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan

harga pokok penjualan.

4) Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau

distributor dengan sedikit macam barang yang

diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya

harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.

b. Metode Periodik / Fisik

1) Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan

pembelian dan biaya angkut pembelian.

2) Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian

dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan

masing-masing.

3) Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan

harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dihitung

pada akhir periode secara agregat.


34

4) Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang

mempunyai banyak macam pendapatan barang dagangan

dan sulit untuk ditentukan harga pokok setiap terjadi

penjualan.

2.1.5 Flowchart

Menurut Mulyadi dalam buku Sistem Akuntansi definisi Flowchart

yaitu : “Flowchart adalah bagan yang menggambarkan aliran dokumen

dalam suatu sistem informasi.”

Menurut Al-Bahra bin ladjamudin mengatakan bahwa: “Flowchart

adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan

langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Flowchart merupakan

cara penyajian dari suatu algoritma.

Fowchart adalah suatu simbol yang digunakan untuk

menggambarkan suatu arus data yang berhubungan dengan suatu

sistem transaksi akuntansi.

Menurut Jogiyanto terdapat lima macam bagan alir, yaitu sebagai

berikut :

1. Bagan Alir Sistem (Systems Flowchart)

Merupakan bagan yang menunjukkan arus pekerjaan secara

keseluruhan. Bagan ini menjelaskan urutan-urutan dari prosedur-

prosedur yang ada di dalam sistem.

2. Bagan Alir Dokumen (Document Flowchart)

Bagan alir dokumen atau disebut juga bagan alir formulir (form

flowchart) atau paperwork flowchart merupakan bagan alir yang

menunjukkan arus dari laporan dan formulir termasuk tembusan-


35

tembusannya. Bagan alir dokumen ini menggunakan simbol-simbol

yang sama dengan yang digunakan di dalam bagan alir sistem.

3. Bagan Alir Skematik (Schematic Flowchart)

Merupakan bagan alir yang mirip dengan bagan alir sistem, yaitu

untuk menggambarkan prosedur didalam sistem. Perbedaanya

adalah, bagan alir skematik selain menggunakan simbol-simbol

bagan alir sistem juga menggunakan gambar-gambar komputer dan

peralatan lainnya yang digunakan. Maksud penggunaan gambar-

gambar ini adalah untuk memudahkan komunikasi kepada orang

yang kurang pahan dengan simbol-simbol bagan alir. Penggunaan

gambar-gambar ini memudahkan untuk dipahami, tetapi sulit dan

lama menggambarnya.

4. Bagan Alir Program (Program Flowchart)

Merupakan bagan yang menjelaskan secara rinci langkah-langkah

dari proses program. Bagan alir program dapat terdiri dari dua

macam, yaitu Bagan Alir Logika Program (Program Logic Flowchart)

dan Bagan Alir Program Komputer terinci (Detailed Computer

Program Flowchart).

5. Bagan Alir Proses (Process Flowchart)

Merupakan bagan alir yang banyak digunakan di teknik industri.

Bagan alir ini juga berguna bagi analis sistem untuk

menggambarkan proses dalam suatu prosedur. Bagan alir proses

selain dapat menunjukkan kegiatan dan simpanan yang digunakan

dalam suatu prosedur, dapat juga menunjukkan jarak kegiatan yang

satu dengan yang lainnya serta waktu yang diperlukan oleh suatu

kegiatan.
36

Menurut Krismiaji simbol dari bagan alir (flowchart) adalah sebagai

berikut ini :

Tabel 2.1
Simbol Flowchart
No Simbol Pengertian Keterangan
Digunakan untuk memulai,
1. Mulai / berakhir ( mengakhiri, atau titik henti dalam
Terminal ) sebuah proses atau program; juga
digunakan untuk menunjukkan pihak
eksternal.
Sebuah dokumen atau laporan;
2. Dokumen dokumen dapat dibuat dengan
tangan atau dicetak oleh komputer.

3. Kegiatan Manual Sebuah kegiatan pemrosesan yang


dilaksanakan secara manual.
Arsip dokumen disimpan dan diambil
4. Arsip secara manual. Huruf didalamnya
T menunjukkan cara pengurutan arsip:
N = Urut Nomor; A = Urut Abjad;T =
Urut Tanggal.
Input / Output; Digunakan untuk menggambarkan
5. Jurnal / Buku berbagai media input dan output
Besar dalam sebuah bagan alir program.

6. Disk Bermagnit Data disimpan secara permanen


pada disk bermagnit.
Penghubung
7. Pada Halaman Menghubungkan bagan alir yang
Berbeda berada dihalaman yang berbeda.

8. Pemasukan Entri data alat oleh on line seperti


Data On Line terminal CRT dan komputer pribadi.

Sebuah fungsi pemrosesan yang


9. Pemrosesan dilaksanakan oleh komputer
Komputer biasanya menghasilkan perubahan
terhadap data atau informasi

Arus Dokumen Arus dokumen atau pemrosesan;


10. atau arus normal adalah ke kanan atau ke
Pemrosesan bawah.

11. Keputusan Sebuah tahap pembuatan keputusan


37

Penghubung Menghubungkan bagan alir yang


12. Dalam Sebuah berada pada halaman yang sama.
Halaman
Digambarkan dengan menupuk
13. Dokumen simbol dokumen dan pencetakan
Rangkap nomor dokumen dibagian depan
dokumen pada bagian kiri atas.

Sumber: Mulyadi (2015)

Sedangkan menurut Mulyadi (2015) simbol dari bagan alir

(flowchart) adalah sebagai berikut ini :

Tabel 2.2
Simbol Flowchart
No Gambar Nama Keterangan
Mulai /
Menunjukkan awal dan akhir
berakhir (
1 suatu sistem akuntansi
Terminal )
Menunjukkan dokumen sebagai
Dokumen
2 yang digunakan untuk merekam
(Document)
data terjadinya suatu transaksi
Operasi Merupakan proses yang
3
Manual dikerjakan secara manual

Garis Aliran Menunjukkan arus data antar


4
(Flow Line) simbol/proses

Menunjukkan pilihan yang akan


dikerjakan atau keputusan yang
5 Decision
harus dibuat dalam proses
pengolahan data
Connector
6 Digunakan untuk penghubung
(On-page
dalam satu halaman
connector)
Connector
Digunakan untuk penghubung
7 (of page
berbeda halaman
connector)
Digunakan untuk menyimpan data
sebagai arsip secara manual dan
sementara, jika “A” berarti
Off line
8 disimpan menurut abjad, “N”
storage
berarti disimpan menurut nomor
dan jika “T” berarti disimpan
menurut kronologis atau tanggal
A

T Off line Digunakan untuk menyimpan data


9
storage sebagai arsip secara manual
38

Sumber: Mulyadi (2015)

2.1.6 Flowchart Pendapatan Tunai

Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu dari

penjualan tunai dan dari piutang. Penerimaan kas dari penjualan tunai

dapat berupa uang tunai credit card sale slip, atau cek pribadi

(personal check). Penerimaan kas dari piutang dapat berupa cek atau

giro bilyet (Mulyadi, 2001:50).

1. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas dari Penjualan Tunai

Penerimaan Kas perusahaan berasal dari dua sumber utama yaitu

Penerimaan Kas dari Penerimaan Tunai dan Penerimaan Kas dari

Piutang. Dalam Sistem Penerimaan Kas harus diatur sebaik-baiknya

serta didukung Pengendalian Intern yang baik sehingga akan dapat

menghasilkan Laporan Keuangan yang tepat serta meminimalisir

kecurangan dan penggelapan uang kas perusahaan. Dalam sistem

penerimaan kas juga harus diatur serta didukung Pengendalian Intern

yang baik sehingga akan dapat menghasilkan Laporan Keuangan yang

tepat serta meminimalisir kecurangan dan penggelapan uang kas

perusahaan.

2. Sistem Penerimaan Kas dari Piutang

Sumber Penerimaan Kas suatu perusahaan berasal dari pelunasan

piutang dari debitur. Berdasarkan Sistem Pengendalian Intern yang

baik, Sistem Penerimaan Kas dari piutang harus menjamin diterimanya

kas dari debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan yang tidak

berhak menerimanya.
39

Unsur-unsur yang ada pada Sistem Akuntansi Penerimaan Kas antara

lain :

a) Bagian-bagian yang terkait Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

1. Penerimaan Kas dari Penerimaan Tunai

a. Bagian-bagian yang terkait

Bagian yang terkait dalam Sistem Penerimaan Kas dari Penerimaan

Tunai adalah :

1. Bagian Kasir

Bagian kasir menghitung dan menyetorkan semua penerimaan kas

yang diterima pada hari tersebut ke Bank, serta melaporkan

penerimaan kas ke bagian Keuangan.

2. Bagian Keuangan

Setelah bagian Kasir menutup Penerimaan Kas hari tersebut, bagian

Kasir langsung menyetorkan laporan Penerimaan Kas tersebut di

bagian Keuangan.

3. Bagian Akuntansi atau Pembukuan

Setelah diklasifikasi dengan berbagai data lain dari bagian yang lain,

bagian Keuangan menyetorkan Penerimaan Kas yang diterima

kebagian Akuntansi untuk dibukukan.

b. Dokumen-dokumen yang digunakan

1. Bukti Kwitansi
40

Bukti kwitansi adalah bukti yang telah dihitung oleh Bagian Kasir

sebagai bukti pembayaran yang dilakukan oleh Debitur.

2. Bukti Penerimaan Kas dari Persekot

Bukti Penerimaan Kas dari Persekot dibuat oleh bagian Kasir sebagai

Pembayaran awal sebuah transaksi (Pembayaran yang belum lunas

sepenuhnya).

3. Bukti Pengembalian Persekot

Bukti Pengembalian Persekot terjadi karena ada kelebihan Persekot

dari pembayaran yang sebelumnya. Kelebihan persekot itu

dikembalikan kepada pasien dan bagian Kasir membuat Tanda Bukti

Pengeluaran Kas karena terjadi Pengembalian Persekt dari

Pembayaran sebelumnya.

4. Laporan Bulanan Penerimaan Kas dari Kasir

Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah Penerimaan Kas

total selama satu bulan.

c. Catatan-catatan Akuntansi yang digunakan

1. Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal Penerimaan Kas digunakan oleh Bagian Akuntansi untuk

mencatat Penerimaan Kas.

2. Jurnal Umum

Dalam transaksi Penerimaan Kas, jurnal ini digunakan oleh Bagian

Akuntansi untuk mencatat transaksi Penerimaan Kas yang telah

terjadi.
41

3. Kartu Persediaan

Dalam transaksi Penerimaan Kas dari Penerimaan Tunai, Kartu

Persediaan digunakan oleh bagian Akuntansi untuk mencatat

berkurangnya Persediaan yang digunakan.

d. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem

Jaringan Prosedur yang membentuk Sistem Akuntansi Penerimaan

Kas dari Penerimaan Tunai adalah :

1. Prosedur Penerimaan Kas

2. Prosedur Pencatatan Penerimaan Tunai

3. Prosedur Penyetoran ke Bank

4. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas

5. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan

e. Unsur-unsur Pengendalian Intern

Unsur Pengendalian Intern yang seharusnya ada dalam Sistem

Penerimaan Kas dari Penerimaan Kas Tunai adalah sebagai berikut :

1. Bagian Kas harus terpisah dengan bagian Keuangan

2. Bagian Keuangan harus terpisah dengan bagian Akuntansi atau

pembukuan

3. Transaksi Penerimaan Kas Tunai dilakukan oleh bagian Kas,

bagian Keuangan dan bagian Akuntansi

4. Penerimaan Kas diotorisasi oleh bagian Kas dengan cara

membubuhkan cap “Lunas” pada bukti Penerimaan Kas Tunai dan

penempelan Pita Register pada bukti tersebut (kalau Sistem

Penerimaan Kas Tunai sudah menggunakan Kas Register)


42

5. Penerimaan Kas dengan kartu kredit bank didahului dengan

permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu tersebut

6. Pencatatan ke dalam Buku Jurnal diotorisasi oleh bagian

Akuntansi dengan cara memberikan tanda pada bukti-bukti

Penerimaan Kas Tunai

7. Bukti-bukti Penerimaan Kas tunai harus bernomor urut tercetak

dan pemakaiannya dipertanggung jawabkan oleh bagian Kasir.

8. Jumlah Kas yang diterima dari Kasir harus disetor seluruhnya ke

bank pada hari yang sama dengan Transaksi Penerimaan Kas atau

hari kerja berikutnya

9. Penghitungan Saldo Kas yang ada di tangan bagian Kasir secara

periodik dan secara mendadak diperiksa oleh bagian Pemeriksaan

Intern

10. Secara berkala (mingguan atau bulanan), petugas pengawasan

dari Departemen Pengawasan (atau karyawan yang ridak terkait

dengan Prosedur Penerimaan Tunai) mencocokkan penerimaan tunau

dengan membandingkan dokumen-dokumen berikut ini :

1. Salinan dari Bukti Pembayaran

2. Slip setoran bank yang diterima dari bank

3. Dokumen jurnal dari departemen penerimaan tunai dan

depatemen piutang

2. Penerimaan Kas dari Piutang

Sumber Penerimaan Kas suatu perusahaan biasanya berasal dari

pelunasan piutang dari debitur. Berdasarkan Sistem Pengendalian

Intern yang baik. Sistem Penerimaan Kas dari piutang harus menjamin
43

diterimanya kas dari debitur oleh perusahaan, bukan oleh karyawan

yang tidak berhak menerimanya.

Ada beberapa hal yang berkaitan dengan Penerimaan Kas dari

Piutang yaitu antara lain :

a. Bagian yang terkait

Menurut Mulyadi bagian yang terkait dalam Penerimaan Kas yaitu :

1. Bagian Sekretariat

Bagian Sekretariat bertanggung-jawab dalam penerimaan cek dan

surat pemberitahuan melalui pos dari para debitur.

2. Bagian Penagihan

Bagian Penagihan bertanggung-jawan untuk melakukan penagihan

kepada debitur berdasarkan daftar piutang yang tertagih yang dibuat

oleh bagian Akuntansi.

3. Bagian Kasir

Bagian Kasir bertanggung-jawab atas Penerimaan Cek cari bagian

Sekretariat atau bagian Penagihan.

4. Bagian Akuntansi/Pembukuan

Bagian Akuntansi / pembukuan bertanggung-jawab dalam pencatatan

Penerimaan Kas dan berkurangnya piutang dalam kartun Piutang.

5. Bagian Pemeriksa Intern

Bagian Pemeriksa Intern bertanggung-jawab dalam pelaksanaan

perhitungan kas yang ada di tangan bagian kasir secara periodik.

b. Dokumen yang digunakan

Dokumen yang digunakan dalam Penerimaan Kas dari piutang antara

lain :

1. Surat Pemberitahuan
44

Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk memberitahukan maksud

pembayaran yang dilakukan.

2. Daftar Surat Pemberitahuan

Dokumen ini merupakan Rekapitulasi Penerimaan Kas yang dibuat

oleh bagian Sekretariat atau bagian Penagihan.

3. Bukti Setor Bank

Dokumen ini merupakan Bukti Penerimaan Kas yang dibuat oleh

perusahaan (pihak Rumah Sakit) bagi para debitur yang telah

melakukan pembayaran.

4. Kwitansi

Dokumen ini merupakan Penerimaan Kas yang dibuat oleh

perusahaan (pihak Rumah Sakit) bagi debitur yang telah melakukan

pembayaran (Mulyadi, 2001 : 489-492).

c. Unsur Pengendalian Intern

1. Bagian Akuntansi harus terpisah dari bagian Penagihan dan

bagian Penerimaan Kas.

2. Bagian Penerimaan Kas harus terpisah dari bagian Akuntansi.

3. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek

atas nama atau dengan cara pemindah-bukuan (Giro Bilyet).

4. Bagian penagihan melakukan penagihan biaya atas dasar daftar

piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh bagian Akuntansi.

5. Perkreditan rekening pembantu piutang oleh bagian Akuntansi

(bagian piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang

berasal dari debitur.

6. Hasil perhitungan kas direkam dalam berita acara perhitungan kas

dan disetor penuh ke bank segera.


45

7. Para penagih dan kasir harus diasuransikan ( Fidelity Bond

Insurance).

8. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan bagian kasir

maupun di tangan penagih perusahaan (Rumah Sakit) harus

diasuransikan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Usaha meneliti tinjauan atas analisis sistem pengendalian intern

pendapatan pada CV. Daffa Transport Banjarmasin telah dilakukan oleh:

1. Yuniarti (2012) meneliti mengenai analisis sistem pengendalian intern

pendapatan pada PT. Cartenz Indonesia Cabang Surakarta. Penelitian

ini menggunakan deskriptif kualitatif. Peneliti berasumsi bahwa

penanganan pendapatan alat angkut pada PT. Cartenz Indonesia

Cabang Surakarta tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya

pengendalian internal. Pengendalian internal pendapatan pada PT.

Cartenz Indonesia Cabang Surakarta harus ditangani dengan baik,

serta harus terus dipantau agar fungsinya tetap efektif.

2. Rumahorbo (2015) meneliti mengenai analisis sistem pengendalian

intern pendapatan hasil ekspedisi pada PT. Aneka Gas Industri Medan.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yang

dilakukannya pada PT. Aneka Gas Industri Medan dan

mengungkapkan kesimpulan bahwa sistem pengendalian internal yang

dilakukan pada PT. Aneka Gas Industri Medan tersebut sudah

diterapkan, namun masih dalam bentuk yang sangat sederhana dan

masih terdapat beberapa kelemahan seperti armada angkutan yang


46

tidak tersedia serta penyelewengan pendapatan perusahaan yang

dilakukan oleh karyawan dan supir.

3. Riyadi (2015) meneliti mengenai analisis sistem pengendalian internal

pendapatan PT. Sistemaju Mandiri Prakarsa. Penelitian ini

menggunakan deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian, dapat ditarik

kesimpulan bahwa sistem pengendalian intern dalam jasa angkutan

masih kurang karena tidak adanya penerapan pengendalian intern

yang dijalankan oleh perusahaan sesuai dengan standar prosedur

operasional yang berlaku pada perusahaan umumnya.

2.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu

gejala yang menjadi objek permasalahan kita (Sugiyono, 2014:56). Berikut

merupakan gambar kerangka berpikir dari penelitian ini.

CV. Daffa Transport Banjarmasin

Sistem Pengendalian Intern Pendapatan yang


selama Ini berjalan.

Sistem Prosedur

Analisis

Sistem Pengendalian Intern Pendapatan


yang seharusnya

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


Sumber: Data Diolah

Anda mungkin juga menyukai