Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK GROUND VIBRATION AKTIVITAS PELEDAKAN BAGI

KESTABILAN LERENG AKHIR DI FRONT I PADA PENAMBANGAN

TERBUKA BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG

JURNAL
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Teknik Pertambangan

Oleh :

REFADHLI RENDRA

BP. 2014/14137040

Konsentrasi : Tambang Umum

Program Studi : S-1 Teknik Pertambangan

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
DAMPAK GROUND VIBRATION AKTIVITAS PELEDAKAN BAGI
KESTABILAN LERENG AKHIR DI FRONT I PADA PENAMBANGAN
TERBUKA BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG

Refadhli Rendra¹, Raimon Kopa², Bambang Heriyadi³


Program Studi Strata-1 Teknik Pertambangan
FT Universitas Negeri Padang
Email : Refadhlir@yahoo.com

RINGKASAN

Untuk menunjang aktivitas penambangan, kegiatan peledakan biasanya


digunakan untuk memberaikan material keras. Pada kegiatan peledakan, dihasilkan energi
sisa yang berpotensi menggangu kestabilan lereng disekitarnya terutama dalam bentuk
getaran tanah. Untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh getaran tanah akibat
peledakan terhadap kestabilan lereng, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan peledakan
di lereng Front I pada Penambangan Terbuka Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.
Dari pengamatan dan pengolahan data, diperoleh persamaan yang menunjukkan
hubungan antara parameter peledakan terhadap Peak Particle Acceleration (PPA), PPA
terhadap percepatan horizontal maksimum (amaks), dan amaks terhadap faktor keamanan
lereng. Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang dilakukan, didapatkan nilai amaks
yaitu 0,65 x PPA, nilai tersebut berdekatan dengan rekomendasi yang diberikan (Matsuo,
1984). Jenis longsoran yang didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan program
Dips v.5, didapatkan jenis longsoran baji pada lereng di front I. Untuk nilai FK lereng
kritis yang terdapat pada jenjang ketiga lereng di front I yaitu sebesar 1, 061 dan nilai FK
yang terdapat pada jenjang kedua dengan nilai sebesar 1,289. Berdasarkan ketetapan yang
sudah ditetapkan oleh PT. Semen Padang dengan nilai FK > 1,2 dinyatakan lereng dalam
keadaan stabil. Berdasarkan dari hasil simulasi perbandingan nilai amaks dan nilai FK
lereng menggunakan program Slide v.6.0, didapatkan nilai amaks pada FK lereng kritis
(FK = 1) dari hasil interpolasi linier dua data pada jenjang ketiga sebesar 0,0286 g,
sedangkan nilai amaks pada jenjang kedua sebesar 0,1422 g.

Kata Kunci : Getaran Tanah, Peak Particle Acceleration (PPA), Percepatan


Horizontal Maksimum (amaks), Kestabilan Lereng, Faktor
Keamanan (FK)

1
I. PENDAHULUAN UU No. 4 tahun 2009 pasal 96, tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
A. Latar Belakang
menyebutkan bahwa kewajiban setiap
Masalah kemantapan lereng pada
pelaku usaha dibidang pertambangan
batuan merupakan suatu hal yang
untuk menerapkan kaidah pertambangan
menarik, karena sifat-sifat dan
yang baik dan benar dengan selalu
perilakunya yang berbeda dengan
mengutamakan keselamatan dan
kestabilan lereng pada tanah. Kestabilan
kesehatan kerja. Walaupun longsoran
lereng pada batuan lebih ditentukan oleh
yang terjadi relatif kecil, dengan tanda-
adanya bidang-bidang lemah yang disebut
tanda yang tidak begitu ketahuan, tetap
dengan bidang diskontinuitas, tidak
saja dapat membahayakan jiwa dan
demikian halnya dengan lereng-lereng
merusak peralatan yang ada. Mengingat
pada tanah.
hal diatas, kontrol terhadap getaran tanah
Adanya kegiatan penambangan,
hasil peledakan menjadi sangat penting.
seperti penggalian pada suatu lereng akan
Pada studi pengambilan data
menyebabkan terjadinya perubahan
getaran tanah dilakukan pada lereng front
besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut
I di PT. Semen Padang dengan
yang mengakibatkan terganggunya
menggunakan perangkat lunak
kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat
Micromate, yang alatnya dapat dilihat
menyebabkan lereng tersebut longsor.
pada lampiran C. Data getaran kemudian
Dalam merancang suatu tambang
diolah mengunakan perangkat lunak
terbuka dilakukan suatu analisis terhadap
Blastware sehingga didapatkan hubungan
kestabilan lereng yang terjadi karena
scaled distance dengan PPA (Peak
proses penimbunan maupun penggalian,
Particle Acceleration) dan PPA dengan
sehingga dapat memberikan kontribusi
amaks (percepatan horizontal
rancangan yang aman dan ekonomis.
maksimum). Untuk menjaga desain lereng
Stabilitas dari lereng individual biasanya
tambang yang stabil sehingga operasional
menjadi masalah yang membutuhkan
dapat berjalan dengan aman diperlukan
perhatian yang lebih bagi kelangsungan
analisis kemungkinan tipe longsoran
operasi penambangan setiap harinya.
dengan perangkat lunak Dips v.5
Longsornya lereng pada suatu
(Rocsciene, Inc) dan metode
jenjang, dimana terdapat jalan angkut
kesetimbangan batas dengan
utama atau berdekatan dengan batas
menggunakan perangkat lunak Slide v.6.0.
properti atau instalasi penting, dapat
Oleh sebab itu penulis tertarik membahas
menyebabkan bermacam gangguan pada
“Dampak Ground Vibration Aktivitas
kegiatan penambangan. Dasar hukum
Peledakan Bagi Kestabilan Lereng
yang terkait dengan penelitian ini yaitu
Akhir di Front I Pada Penambangan

2
Terbuka Bukit Karang Putih velocity (PPV) dan scaled distance (SD).
PT. Semen Padang.” Scaled distance merupakan perbandingan
B. Tujuan Penelitian jarak dengan muatan bahan peledak per
waktu tunda. Menurut US Bureau of
Tujuan dari dilakukannya
Mines dalam (Prodising TPT XXIII
penelitian di PT. Semen Padang ini adalah
PERHAPI, 2014), hubungan PPV dengan
1. Mengetahui geometri lereng serta
SD dapat dinyatakan dalam persamaan :
struktur batuan yang terdapat pada
front I. −α
PPV = 𝑘 𝑥 (𝑅/√𝑊) = 𝑘 𝑥 (𝑆𝐷)−α
2. Jenis longsoran apa yang terdapat
pada lereng front I. Dimana :

3. Mengetahui nilai percepatan k = koefisien peluruhan getaran


horizontal maksimum (amaks) apakah
R = jarak pengukuran
berhubungan dengan nilai peak
particle acceleration (PPA) yang W = muatan bahan peledak per waktu
tunda
didapat dari getaran peledakan di
lapangan. α = konstanta kondisi massa batuan
4. Untuk menentukan seberapa besar
Bentuk persamaan tersebut juga
pengaruh atau bahaya yang
berlaku untuk hubungan antara peak
ditimbulkan oleh kegiatan peledakan
particle acceleration dengan scaled
terhadap kestabilan lereng penggalian.
distance (Ho, 1998 dan Zhao,2000) dalam
II. LANDASAN TEORI
(Prodising TPT XXIII PERHAPI, 2014),
A. Ground Vibration yang dinyatakan dalam persamaan:
Kemantapan lereng dalam suatu
−β
PPA = 𝑛 𝑥 (𝑅/√𝑊) = 𝑛 𝑥 (𝑆𝐷)−β
pekerjaan yang melibatkan kegiatan
penggalian ataupun penimbunan
Dimana :
merupakan masalah yang penting, karena
hal tersebut menyangkut masalah n = koefisien peluruhan
keselamatan pekerja, peralatan serta
β = konstanta kondisi massa batuan
bangunan yang berada di sekitar daerah
tersebut. Dalam pekerjaan penambangan B. Percepatan Getaran Horizontal

dengan metode tambang terbuka, lereng Besarnya nilai percepatan getaran

yang tidak mantap akan menganggu horizontal maksimum (amaks)

kelancaran produksi. berhubungan dengan nilai PPA.


Kesalahan yang sering dilakukan dalam
Karakteristik peluruhan getaran analisis adalah menggunakan nilai PPA
tanah akibat peledakan didefinisikan dari hasil pengukuran adalah nilai amaks.
dalam kurva hubungan peak particle

3
Kenyataannya nilai amaks berbeda Dimana :
dengan nilai PPA. Nilai amaks yang amaks :Percepatan Getaran Horizontal
digunakan dalam analisis adalah nilai Maksimum (g)
perkiraan saja. pi : 3,14159
Perhitungan besarnya nilai amaks PPV : Peak Particle Velocity (Inchi/s)
diusulkan oleh beberapa penulis, f : Frekuensi dari respon getaran (Hz)
kebanyakan berdasarkan analisis baik dari
kasus yang sebenarnya dan kumpulan III. Metode Penelitian
data empiris. Menurut (Marcuson, 1981)
Teknik pengambilan data penelitian
dalam (Prodising TPT XXIII PERHAPI,
yang digunakan dalam penulisan dan
2014), merekomendasikan nilai amaks
penyusunan laporan ini yaitu :
berada di 1/3 dan ½ dari PPA. (Matsuo,
 Sumber Data
1984) merekomendasikan nilai amaks
Data-data yang digunakan dalam
0,65 dari nilai PPA. (Seed, 1979),
penulisan laporan penelitian ini, diperoleh
mengatakan nilai amaks berkisar 13%
langsung dari lapangan, Laboratorium dan
sampai 20% PPA dan menurut (California
berbagai literature serta laporan yang ada
Department of Mines and Geology,
di lokasi penelitian.
1997), menyatakan nilai amaks sebesar
 Jenis Data
50% PPA.
Data yang diperoleh terdiri atas :
Hubungan antara percepatan
- Data Primer
getaran horizontal maksimum (amaks)
Data Primer adalah data yang
dan PPA dinyatakan oleh (Wong, 1992)
diperoleh langsung dari subyek
dalam (Prodising TPT XXIII PERHAPI,
penelitian dengan menggunakan alat
2014) dalam persamaan :
pengukuran dan alat pengambilan data
amaks = z x PPA
langsung pada subyek sebagai
Dimana :
informasi yang dicari seperti geometri
z = koefisien yang diperoleh dari
peledakan aktual, geometri lereng
respon analisis
aktual, pola rangkaian peledakan,
PPA = peak particle acceleration
getaran dari kegatan peledakan,
orientasi jurus dan kemiringan bidang
Menurut (Frank J. Lucca, Terra
diskontinuitas serta struktur batuan
Dinamica LLC, 2003) dalam bukunya
yang ada di lereng front I.
“Ground Vibration Basics, Monitoring
- Data Sekunder
and Prediction” didapat persamaan
Data Sekunder adalah data
amaks sebagai berikut :
2 𝑥 𝑝𝑖 𝑥 𝑃𝑃𝑉 𝑥 𝑓 yang berupa dokumen-dokumen yang
amaks =
386.4 berasal dari perusahaan yang dapat
menunjang penelitian seperti peta

4
topografi, spesifikasi ahan peledak, getaran dengan menggunakan alat
sifat fisik dan mekanik batuan dan micromate, yang dapat dilihat pada tabel 1.
litologi serta penyebaran batuan yang Pengukuran dilakukan disekitar daerah
ada di lereng front I. front I pada area yang aman dari flyrock.
IV. DATA DAN ANALISIS Untuk menentukan jarak dari lokasi
peledakan ke alat pengukuran getaran
A. Data Pengukuran Getaran Peledakan
menggunakan gps yang berguna untuk
Setelah mendapatkan geometri
memudahkan perhitungan jarak tersebut.
peledakan, maka dilakukan pengukuran
Tabel 1. Data Pengukuran Getaran Peledakan

No. Tanggal Lokasi Pengukuran Jarak (m) PPV (mm/s) PPA (g)

1 07 April 2016 ER-206 362 2.956 0.033

2 14 April 2016 ER-210 339 3.058 0.038

3 18 April 2016 ER-204 400 0.512 0.012

4 19 April 2016 ER-209 390 1.056 0.013

5 20 April 2016 ER-213 401 1.773 0.018

6 22 April 2016 ER-211 412 0.867 0.008

7 27 April 2016 ER-212 300 0.938 0.01

8 27 April 2016 ER-221 445 0.293 0.015

9 28 April 2016 ER-214 320 2.215 0.027

10 29 April 2016 ER-215 460 0.583 0.011

11 30 April 2016 ER-211 365 1.427 0.012

12 04 Mei 2016 ER-217 402 1.033 0.019

13 06 Mei 2016 ER-207 417 0.875 0.016

14 08 Mei 2016 ER-205 335 1.001 0.014

15 09 Mei 2016 ER-220 411 0.788 0.017

16 10 Mei 2016 ER-218 418 0.56 0.012

17 11 Mei 2016 ER-216 428 0.51 0.013

18 12 Mei 2016 ER-223 444 0.497 0.011

19 13 Mei 2016 ER-203 458 0.465 0.011

20 16 Mei 2016 ER-231 329 1.237 0.018

21 18 Mei 2016 ER-220 379 0.93 0.012

22 19 Mei 2016 ER-227 328 1.868 0.02

23 19 Mei 2016 ER-218 418 0.544 0.011

24 21 Mei 2016 ER-226 386 0.52 0.008

25 21 Mei 2016 ER-230 313 1.419 0.013

26 24 Mei 2016 ER-211 439 0.497 0.012

27 25 Mei 2016 ER-232 348 1.174 0.021

5
28 25 Mei 2016 ER-246 435 0.67 0.014

29 26 Mei 2016 ER-232 467 0.765 0.011

30 27 Mei 2016 ER-238 477 0.473 0.01

31 28 Mei 2016 ER-236 412 0.843 0.024

32 31 Mei 2016 ER-222 320 1.324 0.023

“Sumber : Pengamatan di Lapangan, 2016”


(1. PPV : Peak Particle velocity, 2. PPA : Peak Particle Acceleration)

B. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan operated drill. Sample diambil di


Dalam penyelidikan geoteknik ini permukaan lereng pada cross-section
telah diambil 1 lokasi sample yang bukaan tambang. Berikut adalah hasil dari
kemudian di preparasi terdiri dari uji laboratorium yang pernah dilakukan
15 spesimen dalam bentuk inti bor oleh CV. Billanda Utama pada tahun 2008 :
berukuran NQ menggunakan portable air (Laporan PT. Semen Padang, 2008)
Tabel 2. Hasil Uji Parameter Batuan di Front I
Lokasi Sample Front I
Jenis Batuan Gamping

Karakteristik Fisik
Natural Weight Content (gr/cc) 2.6872
Saturated Weight Content (gr/cc) 2.6991
Dry Weight Content (gr/cc) 2.6831
Apparent Specific Fravity 2.68
True Specific Gravity 2.73
Natural Water Content (%) 15
Kadar Air Jenuh / Absortion (%) 59
Degree of Saturation / S (%) 25.45
Porosity / n 1.59
Void Ratio / C 0.02

Karakteristik Mekanik
- Uniaxial Tensile Strenght (kg/cm²) 21.85
- Unconfined Compressive Strenght (kg/cm²) 164.272
- Triaxial Compressive Strenght Test
1. Kohesi Ø kN/m² 56.17
2. Sudut Geser Dalam 50.53˚
- Pengujian Dinamic
1. Modulus Elastisity / E (kg/cm²) 132219.30
2. Nisbah Poisson 0.3747
“Sumber : Pengamatan di Lapangan, 2016”

6
Sifat-sifat fisik dan mekanik yang tekan (unconfined compressive strength),
diuji di laboratorium geoteknik, meliputi termasuk modulus elastisitas €, nisbah
sifat fisik dasar yaitu density (asli, jenuh poisson, kuat tarik dan kuat geser.
air, kering), berat jenis, kadar air, derajat Berdasarkan hasil uji laboratorium
kejenuhan, porositas dan void ratio, untuk material silika dapat dilihat pada
sedangkan sifat mekanit meliputi kuat gambar sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Uji Parameter Tanah Silika


Front Syi I II III IV V VI
No Depth (m) mb Unit
ol
Visual Description Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah Tanah
1 Specific Gravity Gs 2.87 2.84 2.82 2.88 2.82 2.78
2 Natural Water Content Wn % 5.88 9.38 36.43 34.26 9.64 18.74
3 Unit Weight Natural State yᵑ gr/cc 2.06 1.94 1.66 1.73 2.04 1.91
4 Dry Unit Weight yᵈ gr/cc
5 Natural Void Ratio E
6 Natural Porosity N %
7 Degree of Saturation Sr %
Liquid
Limits LL %
Plastic
Limits PL %
Atterberg Plasticity
8
Limit Limits PI %
Shinkage
Limits SL %
Linear
Shrinkage LS %
Gravel % 5.2 10.3 2.1 0 9.5 7.1
Hydrometer Sand % 72.7 66.9 30.7 20.9 62.1 47.1
9 and Sieve
Analysis Silt % 2.4 4.2 26.9 34.2 11.7 19.9
Clay % 17.5 14.3 39.4 44.9 12.7 23
C kN/m² 44.89 21.52 27.61 29.45 73.72 58.4
10 Direct Shear
Ф 19.5˚ 22.9˚ 16.57˚ 17.67˚ 24.71˚ 19.3˚
“Sumber : PT. Semen Padang, 2008”

C. Jenis Longsoran yang Terdapat di stereografi dapat dilihat pada gambar


Front I dibawah ini.
Berdasarkan data bidang kekar yang
didapat dari lereng front I, pengamatan
struktur geologi dengan stereografi dengan
menggunakan software Dips, dilakukan
untuk mengetahui jenis longsoran yang
mungkin terjadi pada setiap lereng akhir
front I. Hasil pengamatan dengan proyeksi

7
Gambar 1. Jenis Longsoran Baji Pada Front I.
Sudut geser dalam yang didapat dari batuan apa saja yang terdapat pada daerah
hasil pengukuran laboratorium material dan penilitian.
silika dengan rata-rata kedua material Dalam kasus ini, didapatkan 3 buah
sebesar 35,01˚. Untuk data pengukuran ini, data bor yang terdiri dari KRP-01, KRP-
nilai sudut geser dalam diambil dari sisi 02 dan KRP-05 dan 2 buah data bor
luar stereonet, karena itu sudut yang prediksi yang terdiri dari P-01 dan P-02
dimasukkan dalam kotak dialog Add Cone yang berguna untuk memperkuat korelasi
adalah 90˚ - 35,01˚ = 54,98˚. (nilai dapat untuk pembuatan penampangan (cross-
dilihat pada gambar 4, yaitu kerucut geser). section).
Jika ada bidang set yang berpotongan di 1. Berat Isi (Unit Weight – γ)
dalam kerucut geser dan di dalam irisan Berat isi material Limestone dan
belakang lereng, maka akan mengakibatkan Silica yang terdapat di front I adalah
terjadinya longsoran baji, seperti yang sebagai berikut
ditunjukkan pada gambar 1, Oleh karena itu - Limestones : 2,6872 gr/cc atau
pada area front I, terdapat jenis longsoran 26,872 kN/m³
baji (Wedge Failure). - Silica : 2,06 gr/cc atau
D. Analisis Kemanatapan Lereng di Front I 20,6 kN/m³
Kestabilan lereng merupakan aspek 2. Kohesi ( C )
yang sangat penting dalam suatu kegiatan Kohesi mencerminkan faktor
penambangan, hal ini tidak hanya kelekatan material. Pada umumnya
mempengaruhi operasi penambangan, tetapi nilai kohesi akan tinggi pada material
memiliki efek yang luas terhadap halus dan rendah pada material yang
lingkungan sekitarnya. Pada kasus ini, berbutir kasar. Nilai kohesi didapat
penulis mengumpulkan beberapa data yang dari hasil uji laboratorium yang
terkait dalam pembuatan penampang untuk bernilai sebagai berikut :
mendapatkan geometri lereng dan lapisan - Limestones : 56,17 kN/m²

8
- Silica : 44,89 kN/m² dan rencana pemotongan lereng, yang
3. Sudut Geser Dalam (Ф) gambarnya dapat dilihat pada gambar 2.
Sudut geser dalam merupakan gaya Rencana pemotongan lereng secara umum
gesek yang timbul antara butiran pada tambang didapat dari Biro
batuan. Serupa dengan kohesi, nilai Perencanaan Pengambangan dan Evaluasi
sudut geser dalam didapatkan dari Tambang (BPPET), dengan rencana
hasil pengujian laboratorium terhadap geometri lereng sebagai berikut
contoh inti batuan, nilai sudut geser
- Tinggi Jenjang Tunggal : 30 meter
dalam dari kedua bantuan tersebut
- Kemiringan Jenjang Tunggal : 80˚
adalah sebagai berikut :
- Kemiringan Lereng Keseluruhan : 60˚
- Limestones : 50,53˚
- Lebar Jenjang (Berm) : 20 meter
- Silica : 19,50˚
Tahapan awal analisis kestabilan
lereng adalah penggambaran penampang

Gambar 2. Penampang Lereng Front I diambil dari Program Slide 6.0

Dari seluruh data yang terkumpul, lereng yang dibuat adalah model lereng dua
selanjutnya dilakukan analisa dengan dimensi dengan memperlihatkan perlapisan
menggunakan program Slide.6.0, dari batuan yang ada di daerah penelitian.
pengumpulan data diatas, didapatkan hasil Perhitungan kestabilan lereng dilakukan
dari pengujian kuat tekan di laboratorium > dengan mencari bidang runtuh dengan
1 MPa, oleh karena itu, metode yang faktor keamanan kritis berdasarkan metode
dipakai adalah metode perhitungan Non- Janbu Corrected, dengan grid maksimum
Circular, karena jika nilai dari hasil uji kuat pada program Slide 6.0 yaitu 200 x 200.
tekan > 1 MPa, maka digunakan metode Karena semakin besar nilai grid yang
Non-Circular (Budi Santoso,2012). Model dipakai, maka semakin akurat data yang
didapat.

9
Gambar 3. Nilai Faktor Keamanan Kritis tanpa Adanya
Nilai dari amaks dengan Nilai FK sebesar 1,061

Tabel 4. Interpolasi Linier 2 Data dari Hasil Simulasi


Jenjang Ketiga
Nilai amaks
amaks FK Lereng
FK = 1
0,028 g 1,004
0,0286 g
0,029 g 0,998

Tabel 5. Interpolasi Linier 2 Data dari Hasil Simulasi


Jenjang Kedua
Nilai amaks
amaks FK Lereng
FK = 1
0,142 g 1,001
0,1442 g
0,143 g 0,997

Dari hasil interpolasi linier dua data, penambangan terbuka Karang Putih PT.
didapatkan nilai amaks dengan nilai Semen Padang didapatkan kesimpulan
(FK = 1) pada jenjang ketiga yaitu dengan sebagai berikut :
nilai amaks sebesar 0,0286 g. Sedangkan
1. Geometri lereng aktual di lapangan
pada jenjang ketiga, didapatkan nilai amaks
dengan banyak terdapatnya bidang
dengan nilai (FK = 1) sebesar 0,1442 g.
diskontinuitas yaitu kekar, didapatkan :
V. PENUTUP
a. Tinggi Lereng Tunggal : 30 m
A. Kesimpulan
b. Lebar Bench (Berm) : 20 m
Berdasarkan hasil dari penelitian yang
c. Kemiringan Lereng Tunggal : 80˚
dilakukan di area lereng front I pada

10
d. Kemiringan Lereng Keseluruhan : 60˚. 6. Berdasarkan nilai amaks maksimum yang
2. Jenis longsoran yang terdapat pada front I didapat dari perngukuran di lapangan
setelah dilakukannya analisis stereonet terbesar yaitu 0,031 g didapatkan nilai FK
melakukan program Dips v.5, terdapatnya lereng pada jenjang ketiga sebesar 0,990
longsoran baji (Wedge Failure) pada area dengan kondisi lereng kritis atau mulai
tersebut. runtuh (FK < 1) dan untuk nilai FK lereng
3. Semakin besar nilai PPA maka akan pada jenjang kedua nilai FK lereng
diperoleh nilai amaks yang besar pula dan sebesar 1,198 dengan kondisi lereng
nilai amaks selalu lebih kecil dari nilai dalam keadaan kritis (FK =1 < 1,2).
PPA. Dari analisis ini didapatkan nilai Sedangkan nilai amaks akibat gempa rata-
amaks yaitu sebesar 0,65 x PPA. Nilai ini rata yang pernah terjadi di daerah
berdekatan dengan rekomendasi yang Sumatera Barat yaitu dengan nilai amaks
diberikan (Matsuo,1984). sebesar 0,2 g, didapat nilai FK lereng
4. Nilai FK Lereng stabil yang sudah pada jenjang ketiga sebesar 0,761 dan
ditetapkan oleh Biro Perencanaan nilai FK lereng pada jenjang kedua
Penambangan dan Evaluasi Tambang sebesar 0,909 dengan kondisi lereng pada
PT. Semen Padang, dengan nilai faktor kedua jenjang tersebut runtuh (FK < 1).
keamanan (FK > 1,2) 7. Nilai FK lereng kritis (FK = 1),
5. Nilai Faktor Keamanan (FK) lereng kritis Berdasarkan hasil dari simulasi jenjang
yang terdapat pada jenjang ketiga lereng ketiga, didapat nilai amaks dari hasil
di front I yaitu sebesar 1,061 dan nilai FK interpolasi linier dua data sebesar 0,0286
yang terdapat pada jenjang kedua g. Sedangkan hasil simulasi dari jenjang
didapatkan nilai FK sebesar 1,289 dengan kedua, didapat nilai amaks dari hasil
kondisi lereng dalam keadaan stabil. interpolasi dua data sebesar 0,1422 g.
Setelah adanya pengaruh dari percepatan B. Saran
horizontal maksimum (amaks), Dari hasil penelitian yang dilakukan
didapatkan nilai dari hasil pengukuran pada lereng front I, ada beberapa saran,
di lapangan sebesar 0,002 – 0,031 g. dari yaitu :
analisis yang didapat dari program Slide 1. Perlu adanya penanganan khusus pada
v.6.0, diambil dari nilai amaks rata-rata bagian lereng yang dilewati oleh material
sebesar 0,006 g, didapatkan nilai FK silika, karena material tersebut yang
untuk jenjang ketiga sebesar 1,051 membuat lereng dalam posisi yang tidak
dengan kondisi lereng dalam keadaan aman
kritis (FK = 1 < 1,2) dan untuk jenjang 2. Cara penanganan khususnya seperti
kedua nilai FK sebesar 1,281. Kondisi mengurangi getaran yang dibuat oleh
lereng masih dalam keadaan stabil aktivitas peledakan, seperti dari hasil
(FK > 1,2). simulasi perbandingan nilai amaks dengan

11
nilai FK lereng pada jenjang (bench) Irwandy, Arif. 2016. “Mewujudkan Produksi
Tambang yang Berkelanjutan dengan
ketiga yaitu material yang dilalui material
Menjaga Kestabilan Lereng. Geoteknik
silika, nilai amaks harus ≤0,0286 g Tambang. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
dengan nilai FK lereng sebesar 1
Konya, C.J. (1990). "Surface Blasting Design".
(FK = 1). International Development Corporation.
Montville, Ohio.
3. Untuk mendapatkan nilai amaks ≤0,028
Rendy, Fahlevi. (2012). “Perangkat Lunak
g, penggunaan bahan peledak harus sesuai Analisis Getaran Tanah Akibat
Peledakan”. Fakultas Teknik
dengan rencana yang sudah ditentukan
Pertambanagan dan Perminyakan ITB.
dan mengurangi terjadinya peledakan Bandung.
Sykora, DW., Moriwaki, J.A.,Barneich. 1996.
secara bersamaan dengan memperhatikan
“Measured Variation of Peak
pola peledakan yang benar. Acceleration And Peak Particle Velocity
With Depth At Soil Sites”. Camino Alta
Mira, California : USA.
DAFTAR PUSTAKA Wahyudi, Yasman. (2014).”Studi Pengaruh
Getaran Tanah Akibat Peledakan
Terhadap Kestabilan Lereng Low Wall
Anonim1. (1996). “Supervisory Teknik Pit E Tambang Binungan PT. Berau
Peledakan”.Bandung. Coal”. Prosiding TPT XXIII PERHAPI
Anonim2. (2008). “Diktat Kuliah Teknik 2014.
Peledakan Terkontrol”. Departemen William, Hustrulid. 1999. “ Blasting Principles
Teknik Pertambangan ITB. Bandung. for Open Pit Mining “ 1rd Ed, A.A.
Anonim3. (2012). “Diktat Peledakan Pada Balkema, Rotterdam, Brookfield.
Kegiatan Penambangan Bahan Galian. Zulfahmi. (2012). “Kajian Pengaruh Kerusakan
Diklat Teknik Pemberaian Batuan”. Batuan Akibat Peledakan Terhadap
Pusdiklat Teknologi Mineral dan Kelongsoran Lereng pada Aktivitas
Batubara. Bandung. Penambangan Batubara di Indonesia”.
Anonim4. (2008). “Analisis Kemantapan Lereng Puslitbang tekMIRA. 2012.
Bukaan Tambang Batu Gamping di Zulfahmi. (2013). “Prediksi Zona Kerusakan
Bukit Karang Putih”. Laporan PT. Batuan Setelah Peledakan Pada
Semen Padang. Padang. Beberapa Tambang Batubara di
Bob Andrea Lingga. (2012). “Studi Kemantapan Indonesia Menggunakan Data Seismik
Model Lereng Pasir Homogen dengan Refraksi dan Getaran Peledakan”. Jurnal
Menggunakan Uji Sentrifugal.” Fakultas Teknologi Mineral dan Batubara Vol.9
Teknik Pertambanagan dan Tahun 2013.
Perminyakan ITB. Bandung.
Edi, Santoso,.dkk. 2011. “Studi Hazard Seismik
dan Hubungannya dengan Intensitas
Seismik di Pulau Sumatera dan
Sekitarnya. Jurnal Meteorologi dan
Geofisika. Vol.12 No : 2. Bandung.
Frank. J. Lucca. 2003. “Ground Vibration
Basics, Monitoring and Prediction”.
Effective Blast Design and
Optimization. Copyright.2013.
Gouw Tjie Liong, 2012. “Analisa Stabilitas
Lereng Limit Equilibrium vs Finite
Element Method.” HATTI-PIT-XVI.
Jakarta.
Hoek, E. and Bray, J.W., “Rock Slope
Engineering”’ 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, 1981.

12
13

Anda mungkin juga menyukai