Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRESENTASI JURNAL

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. F


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN “HIPERTERMI”
DI RUANG ASTER RS MARGONO SOEROJO

Disusun oleh:
RIZKY RACHMAT T ULLOH
A31701039

PROFESI NERS
SEKOLAH ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2017
Lembar Pengesahan
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologic yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang 4%
anak. kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya
sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak
yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5
tahun (Wong, 2008).
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak yang dapat menganggu
kesehatan (NANDA, 2015).
B. ETIOLOGI
Faktor Risiko (NANDA, 2015) yaitu:
1. Agens farmaseutikal
2. Aterosklerosis aortik
3. Baru terjadi infark miokardium
4. Diseksi arteri
5. Embolisme
6. Endokarditis infektif
7. Fibrilasi atrium
8. Hiperkolesterolemia
9. Hipertensi
10. Kardiomiopati dilatasi
11. Katup prostetik mekanis
12. Koagulasi intravaskuler diseminata
13. Koagulopati (mis., anemia sel sabit)
14. Masa protrombin abnormal
15. Masa tromboplastin parsial abnormal
16. Miklsoma atrium
17. Neoplasma otak
18. Penyalahgunaan zat
19. Segmen ventrikel kiri akinetik
20. Sindrom sick sinus
21. Stenosis karotid
22. Stenosis mitral
23. Terapi trombolitik
24. Tumor otak (mis., gangguan serebrovaskuler, penyakit neurologis, trauma,
tumor)
C. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan
Patofisiologi
Pada kenaikan demam, kenaikan suhu sebanyak 1oC akan menyebabkan
kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan O2 meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak
mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dari orang dewasa yang
hanya 15%. Pada kenaikan sehu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya
perubahan keseimbangan dari membran sel neuron. Dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui membran
tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini
dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang
yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang
seorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaanya, kejadian kejang
pada suhu 38oC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah
sedangkan pada suhu 40oC / lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang
yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
2. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan
serebrovaskuler
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan aktivitas kejang
E. NANDA, NOC, DAN NIC
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Demam – 3740
proses penyakit selama 3x24 jam masalah demam pasien 1. Pantau suhu dan tanda
teratasi,dengan kriteria hasil: vital lainnya
Termoregulasi – 0800 2. Monitoring warna kulit
Indikator Saat dikaji Tujuan dan suhu kulit
Peningkatan 2 4 3. Monitoring asupan dan
suhu kulit keluaran, sadari
Suhu (36,5- 2 4 perubahan cairan yang
37,5)oC tidak dirasakan
Keterangan: 4. Beri obat atau cairan IV
1: Berat 4: Ringan (misalnya antipiretik,
2: Cukup berat 5: Tidak ada agen antibakteri, dan
3: Sedang agen menggigil)
5. Dorong konsumsi cairan
6. Mandikan (pasien)
dengan air hangat
menggunakan spons
atau washlap berikan
pada pasien dengan
suhu sangat tinggi
2. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Neurologi – 2620
serebral tidak selama 3x24 jam masalah perfusi jaringan 1. Monitor tingkat
efektif b.d tidak terjadi dan kriteria hasil: kesadaran
gangguan Status Neurologi – 0909 2. Monitor tingkat
serebrovaskuler Indikator Saat dikaji Tujuan orientasi
Kesadaran 2 4 3. Monitor tanda-tanda
Aktivitas 2 4 vital, suhu, tekanan
kejang darah, nadi, dan
Keterangan: respirasi
1: Berat 4: Ringan 4. Monitor reflek batuk
2: Cukup berat 5: Tidak ada dan muntah
3: Sedang Pencegahan Kejang – 2690
1. Monitor pengelolaan
obat
2. Monitor kepatuhan
dalam mengonsumsi
pengobatan anti
epileptic
3. Jaga penghalang tempat
tidur tetap dinaikkan

3. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Lingkungan


b.d aktivitas selama 3x24 jam masalah resiko injuri Keselamatan
kejang pasien tidak terjadi, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi hal-hal yang
Perilaku Pencegahan Jatuh – 1909 membahayakan
Indikator Saat dikaji Tujuan dilingkungan
Meminta 2 4 2. Singkirkan bahan
bantuan berbahaya dari
Menempatkan 2 4 lingkungan
penghalang 3. Modifikasi lingkungan
untuk untuk meminimalkan
mencegah bahan berbahaya
jatuh berisiko
Keterangan: 4. Gunakan peralatan
1: Berat 4: Ringan perlindungan untuk
2: Cukup berat 5: Tidak ada membatasi mobilitas
3: Sedang fisik atau akses pada
situasi yang
membahayakan
BAB II
TINJAUAN KASUS

Nama mahasiswa : Rizky Rachmat Tulloh


Tempat Praktik : Ruang Aster
Tanggal Prkatik :

I. IDENTITAS
Nama : An. F
TTL : 4 February 2003
Usia : 3,5 Tahun
Nama Ayah/Ibu : Tn. A / Ny. N
Pendidikan Ayah : SMP
Pekerjaan Ayah : Karyawan
Pendidikan Ibu : SMP
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Purwokerto
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia

II. KELUHAN UTAMA


Ibu pasien mengatakan anaknya kejang
Riwayat Kehamilan dan kelahiran :
1. Prenatal : Ibu pasien mengatakan sebelum hamil tidak ada masalah
2. Intranatal : Ibu pasien mengatakan saat hamil tidak ada masalah
kehamilan, sering memeriksakan kandungannya ke dokter
3. Postnatal : ibu pasien mengatakan melahirkan normal, langsung
menangis, BB: 2,3 kg, P: 50 cm
III. RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Penyakit waktu kecil : Ibu pasien mengatakan sebelumnya pasien pernah
sakit seperti sekarang ini
2. Pernah dirawat di RS : Ibu pasien mengatakan anaknya sebelum di rawat di
RSIA kartini selama 3 hari dengan kejang dan diare
3. Obat-obatan yang digunakan : Ibu pasien mengatakan anaknya
mengonsumsi paracetamol jika panas
4. Tindakan (operasi) : Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah
menjalani tindakan operasi
5. Alergi : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki alergi makanan,
minuman dan obat-obatan
6. Kecelakaan : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami
kecelakaan
7. Imunisasi : Ibu pasien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi Hb 0
IV. RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)
Ibu pasien mengatakan kakaknya mempunyai riwayat kejang demam.
Keluarga juga tidak mempunyai riwayat penyakit menahun maupun menular,
serta penyakit turunan. DM (-), HT (-), Stroke (-), Jantung (-)
Genogram :

Keterangan :
= laki-laki
= perempuan
= garis keturunan
= garis pernikahan
= pasien
V. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Ayah dan ibu
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik, dan semuanya saling
mendukung serta membantu antara anggota keluarga yang satu dengan
yang satunya
3. Hubungan dengan teman sebaya : ibu mengatakan anaknya sudah bisa
merangkak
4. Pembawaan secara umum : ibu mengatakan anaknya termasuk anak yang
periang
5. Lingkungan Rumah : Ibu pasien mengatakan disekitar rumahnya
dikelilingi oleh tetangga yang baik, dan kondisi lingkungan rumahnya
cukup bersih.

VI. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL GORDON


1. Persepsi kesehatan/manajemen kesehatan : pasien dan keluarga termasuk
dalam kategori yang perduli terhadap kesehatan. Pasien juga patuh dalam
mengikuti terapi penyembuhan yang diberikan dari RS
- Nutrisi/metabolic : ibu pasien mengatakan anaknya makan 3 kali
sehari dan minum air putih 6-8 gelas perhari
- Kondisi kulit : lembab
- Mukosa bibir : lembab
2. Eliminasi : ibu pasien mengatakan pasien BAB 1x/hari cair berwarna
kuning, BAK 10x/hari
3. Activity / Exercise : ibu pasien mengatakan anaknya hanya tertidur di
rumah sakit
4. Cognitive : pasien mampu melihat, mendengar, dan berkomunikasi
5. Istirahat dan tidur : Ibu mengatakan anaknya tidur 6-8 jam perhari.
6. Self perception / self concept : pasien jika didatangi perawat pasien
menangis
7. Peran/hubungan : pasien dan keluarga mempunyai hubungan yang baik,
saling mendukung untuk kesembuhan pasien. Baik Ayah, Ibu, dan
kerabat keluarga lainnya.
8. Seksual/reproduksi: -
9. Koping/toleransi stress : Ibu pasien biasanya mengendong pasien jika
menangis
10. Value/ Belief : pasien beragama islam, dan tidak melakukan ibadah
sholat

VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnose Medis : Kejang Demam Sederhana
2. Tindakan Operasi : -
- Status Nutrisi : BB : 12 kg, TB : 100 cm, BB sebelum sakit: 10 kg
Lingkar tangan : 17 cm, Lingkar kepala : 56 cm
3. Status Gizi : Kurang
4. Status Cairan : Pasien mengomsumsi air putih 3 gelas/ hari, dan ivfd RL
10 tpm
5. Obat-obatan : Paracetamol, Ampicillin, Ranitidin, Kalnex,Cefotaxime,
Gentamicin,Fenobarbitol.
6. Aktivitas : pasien melakukan aktivitasnya dibantu oleh orang tuanya
7. Tindakan Keperawatan : pemasangan infus IVDF RL 10 tpm drip
ventolin 2x50 mg, monitoring suhu dan kejang
8. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan tanggal 27 Agustus 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah lengkap
Hemoglobin 13.2 g/dL 10.8 – 12.8
Leukosit 112000 U/L 6.000 – 17.000
Hematokrit L 40 35 – 43
Eritrosit 4.9 10^6/UL 3.6 – 5.2
Trombosit 188.000 /UL 229.000 –
558.000
MCV L 81.7 73 – 101
MCH 27.2 Pg/cell 23 – 31
MCHC 28 26 – 34
RDW 19.2 11.5 – 14.5
MPV 10.9 fL 9.4 – 12.3
Hitung Jenis
Basofil 0.6 0–1
Basinofil L 0.5 1–5
Batang L 0.5 3-6
Segmen 74.6 25 – 60
Limfosit 42.5 25 – 50
Monosit 13.5 1–6
9. Hasil Rontgen : -
10. Data tambahan : -
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : composmentis
TB/BB (persentile) : 12 kg/100 cm
Lingkar Kepala :
Mata : ananemis, reflek cahaya +/+, sklera anikterik
Hidung : hidung simetris, tidak terdapat sumbatan
Mulut : mukosa bibir basah
Telinga : simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat serumen
Tengkuk : tidak terdapat benjolan
Dada :
- Inspeksi : dada simetris kanan dan kiri
- Palpasi : fokal fremitus seimbang kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : perkusi sonor
- Auskultasi : ronkhi
Jantung :
- Inspeksi : tidak ada pembengakakan
- Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : S1 S2 reguler
Perut :
- Inspeksi : perut simetris, cembung, supel
- Auskultasi : bising usus 10 x/menit
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen
- Perkusi : bunyi tymphani
Punggung : tidak ada benjolan, dan simetris
Genitalia : menggunakan pampers, laki-laki
Ekstremitas : tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah
kekuatan otot
5 5

5 5

Kulit : pemeriksaan turgor kulit <2 detik


Tanda Vital : S : 38,170C, N : 124 x/menit, RR : 36 x/menit

IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian dan bergaul : Ibu pasien mengatakan anaknya termasuk
anak yang mandiri dan periang dirumah sakit dibantu orang tuanya
2. Motorik halus : pasien dibantu oleh orang tuanya
3. Kognitif dan bahasa : ibu pasien mengatakan anaknya sudah pintar bisa
menggunakan bahasa indonesia
4. Motorik kasar : pasien mampu berjalan sendiri dirs dibantu oleh orang
tuanya
X. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PATHWAY PROBLEM ETIOLOGI
1. DS: ibu pasien Kejang Resiko Faktor resiko:
mengatakan ketidakefektifan gangguan
Gangguan
anaknya kejang peredaran darah perfusi jaringan serebrovsaskuler
durasi 4 menit, otak
Hipoksia
kejang seluruh
Permeabilitas
tubuh dan tidak
kapiler
sadar
Sel neuron otak
DO: pasien terlihat
rusak
kejang durasi 4
Resiko
menit, kejang
ketidakefektifan
seluruh tubuh, gigi perfusi jaringan
otak
seperti menggigit
2. DS: ibu pasien Kejang Hipertermi Proses Penyakit
mengatakan pasien
Aktivitas otot
demam sejak 2 hari
Metabolism
yang lalu sebelum
masuk rumah sakit Suhu tubuh
DO: S: 39,5oC
Hipertermi
N: 114 x/menit
Kulit teraba hangat

XI. PRIORITAS DIAGNOSA


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d Faktor resiko: gangguan
serebrovsaskuler
2. Hipertermi b.d Proses Penyakit
XII. INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL
No Diagnosa NOC NIC RASIONALISASI
Keperawatan
1. Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor Neurologi – 1. Untuk mengetahui
serebral tidak selama 3x24 jam masalah perfusi jaringan 2620 perubahan kesadaran
efektif b.d tidak terjadi dan kriteria hasil: 1. Monitor tingkat saat kejang
gangguan Status Neurologi – 0909 kesadaran 2. Untuk mengetahui
serebrovaskuler Indikator Saat dikaji Tujuan 2. Monitor tingkat perubahan orientasi saat
Kesadaran 2 4 orientasi kejang
Aktivitas 2 4 3. Monitor tanda- 3. Untuk mengetahui
kejang tanda vital, suhu, perubahan TTV,
Keterangan: tekanan darah, nadi, terutama suhu
1: Berat 4: Ringan dan respirasi mengetahui penyebab
2: Cukup berat 5: Tidak ada 4. Monitor reflek kejang
3: Sedang batuk dan muntah 4. Adanya reflek batuk
Pencegahan Kejang – dan muntah
2690
1. Monitor pengelolaan 1. Untuk mengetahui
obat pengaruh obat yang
2. Monitor kepatuhan diberikan
dalam mengonsumsi 2. Untuk menurunkan
pengobatan anti demam
epileptic 3. Untuk mencegah pasien
3. Jaga penghalang jatuh
tempat tidur tetap
dinaikkan

2. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Demam – 1. Untuk mengetahui
proses penyakit selama 3x24 jam masalah demam pasien 3740 pengaruh tindakan
teratasi,dengan kriteria hasil: 1. Pantau suhu dan sebelumnya dan untuk
Termoregulasi – 0800 tanda vital lainnya melakukan rencana
Indikator Saat dikaji Tujuan 2. Monitoring warna selanjutnya
Peningkatan 2 4 kulit dan suhu kulit 2. Untuk mengetahui
suhu kulit 3. Monitoring asupan adanya perubahan
Suhu (36,5- 2 4 dan keluaran, sadari warna kulit dan suhu
37,5)oC perubahan cairan kulit
Keterangan: yang tidak dirasakan 3. Untuk mengetahui
1: Berat 4: Ringan 4. Beri obat atau cairan adanya dehidrasi
2: Cukup berat 5: Tidak ada IV (misalnya 4. Untuk menurunkan
3: Sedang antipiretik, agen demam dan memenuhi
antibakteri, dan agen kebutuhan cairan
menggigil) 5. Untuk mencegah
5. Dorong konsumsi dehidrasi atau
cairan kekurangan cairan
6. Mandikan (pasien) 6. Membantu menurunkan
dengan air hangat suhu pasien dengan
menggunakan spons teknik non farmakologi
atau washlap berikan
pada pasien dengan
suhu sangat tinggi
XIII. IMPLEMENTASI
NO. HARI/TGL IMPLEMENTASI RESPON PARAF
DX
1 Selasa 29 - Memonitor tingkat kesadaran, orientasi S: ibu mengatakan pasien masih
agustus 2017 - Memonitor TTV kejang, tidak sadar saat kejang,
durasi 4 menit
O: pasien tampak lemah, N:
134x/menit, RR: 20x/menit, S:
39,3oC
1 - Memberikan injeksi diazepam 3 mg IV S: -
O: perawat memberikan injeksi
diazepam 3 mg IV
1,2 - Memberikan injeksi ampicillin 2x400 S:-
mg, gentamisin 2x20 mg O: perawat memberikan injeksi
ampicillin 2x400 mg, gentamisin
2x20 mg
2 - Menyarankan ibu pasien untuk S: ibu pasien mengatakan akan
memberikan kompres hangat untuk mengkompres pasien dengan air
menurunkan demam pasien hangat
O: ibu pasien terlihat
mengkompres anaknya dengan air
hangat
1,2 - Memonitor tingkat kesadaran dan S: ibu mengatakan pasien sudah
orientasi tidak kejang, masih demam
- Memonitor TTV O: pasien tampak lemah, N:
120x/menit, RR: 28x/menit, S:
39,5oC
2 - Memonitor asupan dan keluaran yang S: ibu pasien mengatakan pasien
tidak disadari makan makanan dari rumah sakit,
minum kurang lebih 2 gelas
O: makanan dari RS tersisa sedikit
1 Rabu, 30 - Memonitor tingkat kesadaran dan S: ibu mengatakan pasien sudah
Agustus 2017 orientasi tidak kejang, masih demam
- Memonitor TTV O: pasien tampak lemah, N:
115x/menit, RR: 28x/menit, S:
38oC
- Memberikan injeksi ampicillin 3x300 S:-
mg, infuse PCT 2x120 mg O: perawat memberikan injeksi
ampicillin 2x400 mg, infuse PCT
2x120 mg
- Memonitor cairan IVFD RL 10 tpm S: -
O: keadaan umum sedang,
terpasang infuse RL 10 tpm
- Memonitor TTV S: ibu pasien mengatakan pasien
masih hangat
O: akral hangat, S: 37,8oC
Kamis, 31 - Memonitor TTV S: ibu pasien mengatakan pasien
Agustus 2017 sudah tidak demam
O: S: 37,2oC
N: 115x/menit
RR: 25x/menit
- Memberikan injeksi Memberikan S:-
injeksi ampicillin 3x300 mg, infuse O: perawat memberikan injeksi
PCT 3x80 mg ampicillin 2x400 mg, infuse PCT
2x120 mg
XIV. EVALUASI
NO. DX HARI/TGL EVALUASI PARAF
1 Selasa, 29 S: ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak kejang
Agustus 2017 O: keadaan umum lemah, tidak kejang
A: masalah resiko ketidakefektifan jaringan serebral tidak terjadi
Indikator tujuan yang tercapai
Aktivitas kejang 4 4
kesadaran 4 4
P: Awasi terjadinya kejang berulang

2 S: ibu pasien mengatakan pasien masih demam


O: S: 38,1oC, N: 120x/menit, RR: 28x/menit, keadaan umum lemah.
Injeksi yang masuk injeksi ampicillin 3x300 mg, PCT 3x80 mg, terpasang
infuse RL 10 tpm
A: masalah belum teratasi
Indikator tujuan yang tercapai
Peningkatan suhu kulit 4 2
Suhu (36,5-37,5)oC 4 2
P: lanjutkan intervensi
- Monitor suhu dan tanda vital lainnya

Rabu, 30 S: ibu pasien mengatakan pasien masih sering demam


Agustus 2017 O: S: 37,8 oC, N: 115x/menit, RR: 28x/menit, akral hangat, keadaan umum
lemah. Injeksi yang masuk injeksi ampicillin 3x300 mg, infuse PCT 3x80
mg, terpasang RL 10 tpm
A: masalah belum teratasi
Indikator tujuan yang tercapai
Peningkatan suhu kulit 4 3
Suhu (36,5-37,5)oC 4 3
P: lanjutkan intervensi
- Monitor suhu dan tanda vital lainnya
- Monitor infuse
Kamis, 31 S: ibu pasien mengatakanpsien sudah tidak demam
Agustus 2017 O: S: 37,2 oC, N: 115x/menit, RR: 25x/menit, keadaan umum cukup
A: masalah hipertermi teratasi
Indikator tujuan yang tercapai
Peningkatan suhu kulit 4 4
Suhu (36,5-37,5)oC 4 4
P: anjurkan kompres hangat jika suhu naik dirumah
BAB III
PEMBAHASAN

A. Judul jurnal
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN KOMPRES HANGAT
DAN TEPID SPONGE TERHADAP PENURUNAN SUHU TUBUH ANAK
YANG MENGALAMI DEMAM DI RUANG ALAMANDA RSUD dr. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015
B. Analisa jurnal
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus, peningkatan suhu ini akan
berdampak buruk bagi anak bahkan bisa mengakibatkan kejang dan
penurunan kesadaran. Penanganan demam dapat dilakuakan dengan tindakan
farmakologis, tindakan non farmakologis, maupun kombinasi keduanya.
Tindakan non farmakologi yaitu memberikan obat antipiretik. Sedangkan non
farmakologis yaitu tindkan tambahan dlam menurunkan demam setelah
pemberian obat antipiretik. Tindakan non farmakologis terhadap penurunan
panas seperti memberikan minuman yang banyak, ditempatkan dalam ruangan
bersuhu normal, menggunakan pakaian tidak tebal, dan memberikan kompres
(Kania, 2007).
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang
telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Maharani,
2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2009) di RSUP DR
Wahidin Sudirohusodo Makasar menunjukkan bahwa kompres hnagat pada
daerah aksila dan dahi mempunyai efek dalam menurunkan suhu tubuh pada
klien demam. Penurunan suhu tubuh klien yang dikompres pada aksila rata-
rata penurunan sebesar 0,0933 sedangkan pada dahi rata-rata sebesar 0,0378.
Tepid Sponge merupakan suatu prosedur untuk kontrol kehilangan panas
tubuh melalui evaporasi dan konduksi, yang biasanya dilakukan pada pasien
yang mempunyai panas tinggi. Tepid sponge dilakuakn dengan cara
mengelap seluruh tubuh dengan menggunakan washlap lembab hangat selama
15 menit. Efek hangat dari washlap tersebut memvasodilatasi pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi lancar. Kulit memiliki banyak pembuluh darah,
ketika demam panas kemudian diberikan tindakan tepid sponge, panas dari
darah berpindah melaui dinding pembuluh darah kemudian ke permukaan
kulit dan hilang ke lingkungan melalui mekanisme kehilangan panas sehingga
terjadi penurunan suhu tubuh.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan efektifitas pemberian
kompres hangat dan tepid sponge terhadap purunan suhu tubuh anak yang
mengalami demam (p value < ɑ, 0,003 <0,05).
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosis keperawatan:


definifi & klasifikasi 2015-2017/editor, T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru;
alih bahasa, Budi Anna Keliat et al., editor penyelaras , Monica Eser. Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5.
Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6.
Wardiyah, A., Setiawan, Umi R. 2016. Perbandingan Efektivitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid Sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang Mengalami
Demam Di Ruang Alamanda Rsud dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2015. Jurnal Kesehatan Holistik Vol 10, No 1, Januari 2016: 36-44. Skripsi.
Wong, D.L, dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatri. Jakarta: Buku
kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai