Anda di halaman 1dari 14

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA PADA NY.L DI RUANG IRNA A RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN

Oleh :

KELOMPOK 5

1. Siti Lutfiah (17.30.0 )


2. Ryska Dwi Rahayu (17.30.0 )
3. Afrudita Nur (17.30.0 )
4. Rosi Slamet Saputri (17.30.0 )
5. Siska Aniscara (17.30.0 )
6. Ida Haniawati ( 17.30.0 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TA 2017/2018

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA PADA NY.L DI RUANG IRNA A RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN
Tanggal,……………………………………

Oleh :
Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kepanjen

Anggota :

1. Siti Lutfiah (17.30.0 )


2. Ryska Dwi Rahayu (17.30.0 )
3. Afrudita Nur (17.30.0 )
4. Rosi Slamet Saputri (17.30.0 )
5. Siska Aniscara (17.30.0 )
6. Ida Haniawati ( 17.30.0 )

Malang,…………………………….

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Koordinator Maternitas

(……………..…….………) (……….…………………)
PROPOSAL PELAKSANAAN KEGIATAN
SEMINAR
A. Latar Belakang Kegiatan
Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami
perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan
persalinan biasa.

B. Nama Kegiatan
Seminar Kasus Tentang ASKEP plasenta previa

C. Tema Kegiatan
“ Asuhan Keperawatan Plasenta Previa Pada Ny.L Di Ruang Irna A Rumah
Sakit Wava Husada Kepanjen “

D. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan


1. Untuk mengatahui apa itu plasenta previa, penyebab plasenta previa, tanda gejala plasenta previa, pemeriksaan plasenta previa.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kepada klien dengan indikasi plasenta previa

E. Petugas
1. Pemateri : Ida Haniawati
2. Moderator : Afrudita Nur
3. Notulen : Rosi Slamet Saputri
4. Dokumentasi : Siti Lutfiah
5. Perlengkapan : Ryska Dwi Rahayu dan Siska Aniscara
F. Bentuk Kegiatan
Adapun bentuk kegiatan yang akan dijalankan yaitu seminar dan tanya jawab

G. Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu : 13.00
Tempat : Ruang jumpa Gembira

H. Peserta Kegiatan
1. Koordinator KMB : Ns. Sekarini M.Kep
2. Pembimbing Institusi : Inu Martina S.ST

I. Materi dan ASKEP Terlampir

J. Daftar Pustaka
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor : Abdul Bari Saifudin, George Adriaansz, Gulardi Hanifa
Wiknjosastro, Djoko Waspodo. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2010

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. (2008). Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Ed. 3. Jakarta, EGC.
Guyton, Arthur C. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta, EGC.
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA. Yogyakarta: Media Hardy
Wong, Dona L, dkk,. 2003. Maternal child nursing care 2nd edition. Santa Luis: Mosby Inc.s
Lampiran Materi

PLASENTA PREVIA

A. PENGERTIAN
Placenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim yaitu di atas dan dekat tulang cerviks dalam dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan.

B. KLASIFIKASI
Placenta previa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu :

1. Marginal placenta previa


Plasenta tertanam pada satu tepi segmen rahim bawah dekat dengan tulang.

2. Incomplete / Parsial placenta previa


Menyiratkan penutupan tak sempurna

3. Total / Complete placenta previa


Seluruhnya tulang dalam tertutup oleh placenta, saat cervik sepenuhnya berdilatasi

4. Implantasi rendah / low-lying implantasi


Digunakan saat placenta diposisikan pada segmen bawah rahim yang lebih rendah tapi jauh dari tulang

C. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari placenta previa belum diketahui sampai saat ini. Tetapi berkurangnya vaskularisasi pada segmen bawah rahim karena bekas
luka operasi uterus, kehamilan molar, atau tumor yang menyebabkan implantasi placenta jadi lebih rendah merupakan sebuah teori tentang penyebab
palcenta previa yang masuk akal.
Selain itu, kehamilan multiple / lebih dari satu yang memerlukan permukaan yang lebih besar untuk implantasi placenta mungkin juga menjadi
salah satu penyebab terjadinya placenta previa. Dan juga pembuluh darah yang sebelumnya mengalami perubahan yang mungkin mengurangi suplai
darah pada daerah itu, faktor predisposisi itu untuk implantasi rendah pada kehamilan berikutnya.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Rasa sakit yang biasa
2. perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
3. Mengalami rasa tak nyaman karena kontraksi uterus.
4. Pada pengkajian perut, jika fetus terletak longitudinal, ketinggian fundus biasanya lebih besar dari yang diharapkan untuk umur kehamilannya
karena placenta previa menghalangi turunnya bagian-bagian janin.
5. Manuver leopod menampakkan fetus pada posisi miring atau melintang karena abnormalitas lokasi implantasi placenta.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring plasenta.

2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.

3. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.

4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik
sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril
pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

5. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta.
PATHWAY
PATHWAY
Placenta previa

Seksio Cesarea

Post Operasi sc

Post Ansestasi Spinal Luka Post Operasi Nifas

Penurunan saraf Penurunan saraf Jaringan Jaringan Uterus Laktasi Psikologis


ekstermitas otonom terputus terbuka
Bawah (Taking in, taking
Kontraksi Progesteron dan hold, taking go)
Kelumpuhan Penurunan Merangsang Proteksi
uterus esterogen menurun Perubahan
saraf area sensorik kurang
Cemas
vegetatif motorik psikologis
Mobilitas Prolaktin meningkat
Invasi Adekuat Tidak Adekuat
Penurunan Nyeri Penambahan
bakteri
peristaltik Pertumbuhan kelenjar anggota baru
usus Pengelupasan Atonia uretri susu terangsang
Resti desidua Kebutuhan
Resiko meningkat
infeksi Perdarahan Isapan bayi
Konstipasi Lochea
Perubahan
Hipovolemik Anemi Oksitosin meningkat
pola peran

Kekurangan HbO2 Ejeksi ASI


volume cairan menurun

Adekuat Tidak adekuat


Metabolisme anaerob
ASI keluar ASI tidak keluar
Asam laktat meningkat
Efektif Inefektif laktasi

Suplai O2 ke jaringan menurun Kelelahanlaktasi Kurang pengetahuan


perawatan payudara
Nekrose Intoleransi aktivitas
A. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien demam menurut (Mansjoer, 2009) Yaitu:
a. Pemeriksaan leukosit.
Pada kebanyakan kasus demam jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada dalam batas normal, kadang-kadang terdapat leukositosis walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit berguna untuk pemeriksaan demam.
b. Pemeriksaan SGOT (Serum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan ISGPT(
Serum Glutamat Piruvat Transaminase)
SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya
demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
c. UjiWidal
Uji widal adalah suatu reaksi antigen dan antibody atau agglutinin.
Agglutinin yang spesifik terdapat salmonell terdapat serum demam pasien.
Antigen yang didigunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang
sudah dimatikan dan telah diolah di laboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah
untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka
menderita demam thypoid.

B. Penatalaksanaan
a. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap
4-6 jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai
otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
Dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya
fungsi intelektual tertentu.
1) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
2) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
3) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
4) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau
air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu
tubuh memperoleh gantinya.
5) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
6) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
7) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam kuku.
Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa hangat dan
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas. Dengan
demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak
meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu lingkungan luar yang
hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar atau mengalami
vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit terbuka sehingga akan
mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
b. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur
suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set
point hipotalamus direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah
memproduksi panas diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada
lagi. Petunjuk pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.Pemberian obat antipiretik
merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna
khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis
kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang
demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang
bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai
kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point hipotalamus
melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja
menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat.

C. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak

Anda mungkin juga menyukai