Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENDIRIAN PONDOK

PESANTREN TAHFIDZ AL QUR'AN


“NURUM MUBIN”
PROYEK PROPOSAL
PENDIRIAN PONDOK PESANTREN
TAHFIDZ AL QUR'AN “NURUM MUBIN”

NAMA KEGIATAN
Pendirian Ma’had Pendidikan dan Dakwah Islamiyah “Nurum
Mubin”.

LATAR BELAKANG
Kemajuan zaman (teknologi[1] informasi) yang telah terjadi dewasa ini, tidak serta merta
menjadikan akhlak dan pengetahuan agama seseorang semakin menjadi baik. Bahkan,
kemajuan teknologi yang ada sekarang telah banyak disalahgunakan untuk kepentingan yang
merusak jati diri manusia itu sendiri sebagai makhluk yang beradab, bahkan merusak tatanan
agama yang telah disyari’atkan oleh sang pemilik kehidupan ini.
Akibat yang terjadi adalah kita sulit mendapatkan anak-anak pada usia tujuh sampai dua
belas tahun yang mampu mempelajari dan menghapal al Qur’an dengan baik dan benar, apalagi
mau mengamalkan kandungan yang ada di dalamnya. Bahkan anak-anak tersebut sudah sangat
jarang mengenal siapa saja tokoh-tokoh pejuang Islam dikalangan para sahabat, tabi’in, tabi’ut
tabi’in dan generasi-generasi sesudahnya. Mereka lebih mengenal nama-nama pemeran film
anak ataupun kartun seperti Sponge Bob, Transformers, Doraemon, Dragon Balls, Naruto dan
masih banyak lagi yang lainnya. Lebih parahnya lagi adalah menjadikan mereka semua (bintang
film tersebut) sebagai idolanya, sehingga semua tingkah lakunya mengikut apa-apa yang telah
mereka perankan. Anak-anak pada zaman ini tidak lagi menjadikan tokoh-tokoh dan para
pejuang Islam sebagai idola mereka, bahkan meskipun itu Rasulullah r.
Terutama sekali pada anak-anak yang telah memasuki masa puber (antara usia 13-21
tahun, atau mereka yang telah duduk di bangku SMP, SMA maupun Mahasiswa). Anak-anak
tersebut lebih senang menjalani aktifitas yang cenderung melalaikan (sia-sia) dan merusak jati
diri dan agamanya. Mereka lebih senang menghabiskan waktu dengan cara berkumpul bersama
teman-teman sebayanya tanpa ada tujuan yang jelas, membicarakan perkara-perkara yang tidak
bermanfaat (bahkan ghibah) dan mengadakan berbagai bentuk kegiatan dan permainan yang
melalaikan. Mereka berlama-lama duduk di depan layar kaca, menghadiri konser musik dan
acara hiburan lainnya, mencari hubungan pertemanan melalui Facebook, Twitter maupun
Chating. Bahkan yang lebih parah lagi adalah mereka telah masuk dalam pergaulan bebas yang
dapat membahayakan diri dan masa depan mereka sendiri.
Ini semua terjadi karena biasanya orangtua cenderung bersikap acuh tak acuh terhadap
kemampuan dan perkembangan agama yang ada pada anak-anak mereka. Para orangtua lebih
senang jika anak-anaknya berprestasi dalam hal pendidikan umum ataupun bentuk karya yang
lainnya. Dan untuk mendapatkan maksud tersebut para orangtua mau berusaha mati-matian,
bahkan rela mengorbankan apa saja yang mereka miliki. Jika maksud yang diinginkan itu
berbenturan dengan kepentingan agama, maka banyak diantara orangtua yang lebih
mendahulukan kepentingan pendidikan atau karya anak-anaknya. Contohnya adalah jika anak-
anak sedang belajar untuk menghadapi ujian, kemudian tiba waktu sholat maka banyak
orangtua yang berkata, “Sementara ini tidak usah shalat dulu gak papa, yang penting belajar
yang baik biar nanti nilainya bagus dan bisa lulus ujian!”
Orangtua lebih banyak menomorduakan masalah agama dan hal-hal yang berhubungan
dengan agama. Bahkan dewasa ini banyak diantara orangtua yang terjebak dengan sistim
pendidikan serta pola pikir orang-orang barat dan kaum misionaris, yang notabene mereka
ingin menjauhkan generasi muda Islam dari ajaran agama yang mulia ini, atau setidak-tidaknya
menghilangkan jati diri keislaman pada diri pemuda-pemudi muslimin.
Paham kebebasan dan hak asasi yang selama ini mereka gembar-gemborkan telah
menghancurkan sendi-sendi moral dan agama kita. Sedikit demi sedikit mereka telah menarik
pemuda pemudi muslim untuk mengikuti pola pikir dan cara hidup mereka. Bahkan untuk
keperluan itu mereka mampu memberikan pendidikan secara gratis (biasiswa) kepada generasi
muda Islam untuk disekolahkan di sekolah-sekolah luar negri seperti Amerika, Inggris, Belanda,
Swedia, Australia, Jerman dan berbagai negara kristen lainnya, dengan salah satu tujuannya
adalah meracuni pola pikir pemuda kita.
Hasilnya adalah meskipun para pelajar yang lulus dari negeri kafir itu tetap ber KTP
Islam, namun pola pikir dan tindakan-tindakan yang mereka ambil jauh dari nilai-nilai ke-
Islam-an, serta sangat membahayakan bagi eksistensi agama Islam itu sendiri. Anda semua tau
bagaimana sarjana-sarjana produk barat itu telah berkata, “Jilbab itu budaya orang-orang
arab”, “Hak waris antara wanita dan pria itu harusnya seimbang”, “Al Qur’an juga
mengajarkan pornografi”, “Perempuan boleh menjadi Imam bagi kaum laki-laki”,
“Muhammad r itu orang juga, sehingga tidak akan terlepas dari kesalahan”, “Semua agama
itu sama saja” dan berbagai macam ungkapan lainnya yang bisa menyebabkan terlepasnya
keimanan seseorang dari agama yang mulia dan yang paling benar ini.
Allah Y berfirman;

    


  
      
  
  
     
   
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)".
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah [2] :
120)
Adanya pola pikir dan pendidikan yang demikian membentuk karakter anak yang brutal
dan susah terkendali, sehingga mereka mempunyai sifat egois yang tinggi, mudah tersinggung,
melalai-lalaikan bahkan meremehkan masalah agama, bersikap masa bodoh, tidak mau diatur,
dan berbagai sifat yang buruk lainnya. Lebih parahnya lagi adalah dengan sebab kebodohan dan
ketidakpedulian ummat muslim akan masalah agamanya, banyak anak-anak sekarang yang
sudah tidak mempunyai adab (akhlak) lagi kepada orangtuanya. Anak-anak tersebut mulai
berani membantah perkara ma’ruf yang diperintahkan orangtuanya, bahkan banyak diantara
mereka yang mulai berani melawan atau bahkan dengan tega menyakiti maupun membunuh
orangtuanya sendiri (akibat permintaannya tidak dituruti).
Selain akibat dari kurangnya perhatian orangtua atas perkara agama dan akhlak, pola fikir
dan sifat yang demikian juga terbentuk akibat salah dalam memilih lingkungan dan teman
pergaulannya. Padahal teman dan lingkungan merupakan salah satu aspek yang terpenting
dalam pembentukan karakter dan akhlak anak-anak. Demikian juga dukungan mass media dan
pengaruh pola pikir barat (melalui LSM, seminar-seminar, media masa dan lain sebagainya)
yang notabene ingin merusak akidah dan akhlak generasi muda Islam, semakin memperparah
rusaknya generasi ummat dewasa ini.
Allah Y telah mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya mendidik anak dan
mengarahkan mereka agar memilih teman-teman yang baik, serta siapa-siapa saja yang harus
dan layak kita gauli;

   


  
   
    
  
  
“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka
tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika
syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama
orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (Al An’am [6] : 68)

   


 
   
   
    
   
“Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan
senda gurau[2], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka)
dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena
perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at
selain daripada Allah…..”
(Al An’am [6] : 70)
  
 
 
“Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh.” (Al A’raaf [7] : 199)

Rasulullah r sendiri telah memberikan nasehat kepada kita agar mampu menjadi pribadi
muslim yang baik. Abu Hurairah t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Tanda-tanda baiknya
keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR
Tirmidzi) Pada hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda, “Seseorang tidak akan
sampai pada derajat taqwa sebelum ia meninggalkan perkara yang tidak berguna karena
khawatir berbuat sia-sia.”
Adanya degradasi moral yang sudah begitu parah ini menyebabkan beralihnya kebiasaan
dan kesenangan anak-anak serta para remaja muslim, dari senang berlama-lama membaca Al
Qur’an menjadi senang berlama-lama membaca koran dan majalah atau melihat TV/bioskop;
dari senang menghadiri majelis-majelis ta’lim menjadi senang mencari dan menghadiri acara-
acara hiburan (seperti konser, pesta-pesta atau perayaan, diskotik atau acara pertemanan); dari
senang menolong dan mengutamakan (itsar) sesama menjadi senang membuat susah orang
lain (dengan cara meng”ghibah”, menfitnah, menjatuhkah dan berbagai tipu daya lainnya); dari
senang menyedekahkan hartanya di jalan Allah menjadi senang membelanjakan dan
menghambur-hamburkan uangnya.
Ini adalah sebagain kecil dari berbagai macam penyimpangan moral dan akhlak yang
sudah begitu akut dan telah menjangkiti generasi ummat Islam dewasa ini. Maka sudah
sewajarnya jika pada masa sekarang ini kemampuan anak dalam memahami Al Qur’an sangat
rendah, apalagi untuk mau menghapalkan dan mengamalkan isinya. Sehingga yang akan terjadi
adalah lambat laun agama Islam hanyalah tersisa namanya saja, dan Al qur’an hanya tersisa
tulisannya saja. Dan ini mulai terbukti dimana sangat banyak dikalangan orang Islam sendiri
yang tidak mengerti apa itu Islam, meninggalkan sebagian (ataupun seluruhnya) ajaran Islam,
bahkan mulai banyak yang berani menentang dan mempertanyakan kebenaran ajaran Islam.
Mereka mulai ragu dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam.
Ini sangat sesuai dengan apa yang telah diberitakan oleh Rasulullah rdalam kitab Al
Misykat;

‫سيأتى على الناس زمان اليبقى من اإلسالم إال اسمه وال من القرآن إال رسمه‬
Artinya; “Akan datang suatu zaman bahwa tidak akan tersisa Islam kecuali namanya
saja dan tidak pula Al Qur’an kecuali tulisannya saja.”
Dikalangan anak-anak, para remaja, orang-orang dewasa bahkan sampai pada orang tua,
banyak yang belum bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar (mengerti hukum-
hukum tajwid dan mengamalkan tanda baca dan waqafnya). Kemampuan membaca mereka
hanya sekedar mampu membedakan huruf-hurufnya saja, atau hanya mampu membaca Al
Qur’an dengan terbata-bata, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa membedakannya
(membaca). Mereka membaca Al Qur’an dengan terbata-bata dan sama sekali tidak
memperhatikan makhrojul huruf dan maad bacaan Al Qur’an serta tanda-tanda waqafnya.
Itupun masih bisa dikatakan lumayan karena mereka masih mau membaca Al Qur’an. Dan
banyak pula diantara orang-orang Islam yang sama sekali tidak mau (peduli) membaca Al
Qur’an, padahal hak Al Qur’an itu minimal dihatamkan dua kali dalam setahun[3].
Penyusun Majma’(dalam Kitab Fadhilah Al Qur’an, oleh Syekhul Hadits Maulana Muhammad
Zakariyya Al Kandhalawi rah.) telah mengutip babarapa hadits dari Rasulullah r yang diantara
isinya adalah barangsiapa mengkhatamkan Al Qur’an dalam empat puluh hari, maka sungguh ia
telah berlambat-lambat (dalam agama).
Yang paling baik adalah menghatamkan Al Qur’an dalam masa tiga hari ataupun tujuh
hari, kemudian disertai dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Inilah yang
menjadi kebiasaan para sahabat, tabi’in dan para shalihin. Mereka menghatamkan Al Qur’an
setiap pekan, dimulai pada hari jum’at dan akan selesai (khatam) pada hari kamis. Malam hari
mereka sibukkan dirinya dengan membaca dan merenungi makna Al Qur’an, kemudian pada
siang harinya mereka disibukkan mengamalkan apa-apa yang terkandung di dalam Al Qur’an.

“Wahai Ahli Al Qur’an, jangan jadikan Al Qur’an sebagai bantal, dan


bacalah dengan sungguh-sungguh pada siang dan malam, sebarkanlah
ia, dan bacalah ia dengan suara yang merdu. Renungkanlah isinya agar
kamu beruntung, dan janganlah kamu meminta disegerakan upahnya (di
dunia), karena sesungguhnya ia memiliki ganjaran (di akherat).”
(HR Baihaqi, dalam kitab Syu’bul Imaan. Diriwayatkan oleh Ubaidah Al Mulaiki t,
dari Rasulullah r)

“Orang-orang dulu memahami Al Qur’an itu sebagai firman Allah Y, sepanjang malam
mereka bertafakkur dan tadabbur Al Qur’an, dan sepanjang siang mereka sibuk
mengamalkannya. Sedangkan kalian (hanya) memperhatikan huruf fathah dan dhammahnya
saja, tanpa menganggapnya sebagai firman Allah Y, sehingga tidak bertafakkur dan bertadabbur
atasnya.”
(Hasan Basri rah.)

Ini merupakan salah satu bagian dari beberapa penyebab yang menjadikan ummat ini
semakin rusak dan melemah. Kita semua tahu bagaimana kondisi anak-anak dan pemuda
pemudi Islam dewasa ini!? Kehancuran akhlak, kebobrokan moral, menjadi anak yang cengeng
dan manja, tidak punya pendirian dan jati diri, serta suka akan berbagai bentuk permainan dan
hura-hura, merupakan beberapa hal dari sekian banyak penyakit yang telah menjangkiti
generasi ummat Islam. Dan semua itu berawal dari ditinggalkannya Al Qur’an sebagai pegangan
hidup dan penyelamat masa depannya.
Imam Malik bin Anas rah telah meriwayatkan di dalam kitab beliau ‘Al Muwaththa’,
sesungguhnya telah sampai berita kepadanya bahwa Rasulullah rbersabda, “Aku tinggalkan di
tengah-tengah kalian dua perkara yang mana kalian sekali-kali tidak akan pernah tersesat
selama kalian berpegang teguh pada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.”
(HR Imam Malik, di dalam Al Muwaththa’, Bab Larangan Membicarakan Perihal Taqdir, hal
702)

“Aku tinggalkan pada kalian dua nasehat, yang satu berbicara dan yang lainnya diam. Yang
berbicara adalah Al Qur’an dan yang diam adalah mengingat maut.”

Dari Abu Najih al-'Irbadh bin Sariyah t, katanya: "Pada suatu hari setelah shalat shubuh,
Rasulullah r pernah memberikan nasehat kepada kami dengan sebuah nasehat yang amat
menyentuh hingga membuat air mata berlinangan dan hati bergetar. Karenanya ada seseorang
berkata: ‘Sesungguhnya nasehat ini merupakan ucapan selamat tinggal, karena itu kepada
apakah engkau mengajak kami wahai Rasulullah?’
Rasulullah r menjawab, ‘Saya wasiatkan kepada kalian, hendaklah kalian semua
bertaqwa kepada Allah, juga harus mendengarkan dan mentaati pemimpin (Amir) walaupun
yang memerintah kalian itu seorang hamba sahaya dari Habsyi. Kerana sesungguhnya
barangsiapa yang masih (dikaruniai) hidup panjang di antara kalian (setelahku), ia akan
melihat berbagai perselisihan yang banyak sekali. Maka dari itu hendaklah engkau semua
berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang memperoleh
petunjuk (Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali y). Gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi-gigi
geraham kalian (yakni berpegang teguhlah padanya sekuat-kuatnya). Dan jauhilah olehmu
semua dari melakukan perkara-perkara yang baru, kerana sesungguhnya yang demikian itu
adalah sesat." (HR Imam Abu Dawud dan Tirmidzi)
Ketika berbagai macam penyakit telah menggerogoti ummat ini, maka harus segera
dicarikan solusi dan obat yang tepat untuk menyembuhkannya. Jika tidak, maka penyakit-
penyakit tersebut akan semakin parah dan sulit untuk disembuhkan. Begitu juga ibaratnya hati
setiap manusia, jika manusia berbuat satu kemaksiatan (dosa), maka akan terbentuk satu titik
hitam yang menempel lekat di dalam hati. Jika ia sungguh-sungguh bertaubat maka titik hitam
itu akan menghilang. Namun jika mereka berbuat kemaksiatan lagi maka titik hitam yang
berikutnya juga akan menempel, dan begitulah seterusnya hingga semua titik hitam tersebut
akan menutupi seluruh hati manusia (seiring dengan bertambahnya perbuatan maksiat yang
mereka kerjakan), sehingga hati menjadi keras dan berkarat.
Akibatnya adalah manusia sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melaksanakan
perintah-perintah Allah Y dan menjauhi segala larangan-Nya, tidak ada lagi perasaan benci atas
perbuatan mungkar walaupun itu dilakukan di depan matanya (bahkan dirinyapun turut larut
dalam perbuatan mungkar tersebut), tidak bisa membedakan lagi mana yang makruf dan mana
yang mungkar, tidak mau (sulit untuk) berbuat kebaikan dan hatinya selalu cenderung pada
kemaksiatan.
Allah Y telah menerangkan perbuatan mereka yang telah saya sebutkan di muka dengan
firman-Nya;

      


 
“Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi
hati-hati mereka.” (Al Muthaffifiin : 14)
Mudah-mudahan Allah Y melindungi diri kita dari perkara yang demikian, amiin.
Selain dari pada itu, orang yang tidak terdapat Al Qur’an di dalam hatinya maka akan
sangat sulit untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan yang ma’ruf. Mereka akan selalu terpuruk
dan terjerumus dalam lembah kemaksiatan, dan sulit untuk keluar daripadanya. Tiadalah
kebaikan yang tersisa di dalam hatinya kecuali kalimat Tuhannya “Laa ilaaha illallaah”.
Bagaikan rumah kosong yang di dalamnya tidak menyisakan barang-barang apapun sebagai
keperluan hidup dalam berumah tangga, kecuali hanya tinggal bangunan rumahnya saja. Dan
sungguh… orang yang menjadi penghuni rumah kosong tersebut sangat jauh dari kebahagiaan
dan ketentraman, dan bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, para penghuninya lebih dekat
pada kehinaan dan kebinasaan.

Dari Ibnu Abbas y, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya orang yang di dalam hatinya
tiada sedikitpun dari Al Qur’an adalah seperti rumah yang kosong.” (HR Tirmidzi)

Dan salah satu cara untuk menghapus titik-titik hitam yang sudah melekat kuat di dalam
hati adalah dengan memperbanyak membaca, bertafakkur dan bertadabbur akan kandungan
yang terdapat di dalam Al Qur’an. Inilah kabar yang telah diberitakan oleh Allah Y dan telah
disampaikan Rasulullah r, serta merupakan salah satu cara yang paling mujarab yang dapat
dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ummat yang sudah sedemikian parah (berkarat) ini.
   
  
  
 
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.” (Yunus : 57)

Dari Ibnu Umar y, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya hati itu berkarat
sebagaimana besi berkarat jika terkena air.” Tanya sahabat, “Apa pembersihnya ya
Rasulullah?” Beliau bersabda, “Banyak mengingat maut dan membaca Al Qur’an.” (HR
Baihaqi)
Kalau kita hanya berpangku tangan melihat semua penderitaan, kehinaan dan keruntuhan
ummat ini, maka tunggulah saat terjadinya kehancuran agama yang sangat kita cintai ini. Akan
terjadi fitnah besar yang segera menimpa ummat ini atas kelalaian akan tugas dan
tanggungjawabnya untuk menjaga, menyebarkan dan mengamalkan ajaran Al Qur’an. Para
pemimpin akan berbuat semena-mena, rakyat banyak yang tertindas dan berbuat anarkis,
korupsi merajalela, kemaksiatan terjadi merata dimana-mana, semua orang akan berlaku
seenaknya sendiri (dengan dalih kebebasan), anak-anak tidak lagi menghormati orang tua dan
orang tuapun tidak menyayangi anak-anak, para ulama’ tidak ditempatkan sebagaimana
mestinya (dimuliakan) bahkan ajarannyapun dianggap sebagai mainan dan gurauan belaka,
orang-orang berani melakukan kemaksiatan secara terang-terangan, yang halal diharamkan dan
yang harampun banyak yang dihalalkan, serta masih banyak lagi berbagai macam bentuk fitnah
yang sedang/dan akan menimpa ummat ini.
Ibnu Abbas y telah berkata, ketika Jibril u turun menemui Rasulullah r, maka ia
mengabarkan akan adanya banyak fitnah kepada beliau. Rasulullah rbertanya, “Bagaimana
jalan keluar darinya, wahai Jibril?”
Jibril menjawab, “Kitabullah.” (HR Razin, dalam kitab Ar Rahmatul Mahdah)
Dan semua bentuk fitnah tersebut sudah banyak yang terjadi di depan kita, dan bahkan
anda bisa mendengar dan juga bisa kita lihat dengan mata kepala sendiri. Berapa banyak
ummat muslim yang saat ini ditindas, dilecehkan, dihinakan, dijajah, dibunuh, diperkosa, harta
benda mereka dirampas, dan yang diusir dari kampung halamannya. Demikian juga fitnah-
fitnah yang terjadi diantara kaum muslimin sendiri seperti adanya sikap saling merendahkan
satu dengan yang lainnya, mencemooh, menghina, menghalalkan darah saudara seiman,
berpecah belah, timbulnya berbagai macam amalan (juga agama atau aliran baru) yang tidak
pernah dicontohkan oleh Rasulullah r, bahkan sampai dengan munculnya banyak orang yang
mengaku sebagai nabi palsu. Bahkan mereka (orang-orang kafir) sangat berani menghina dan
melecehkan nabi kita Muhammad r, yang mana tidak pernah terjadi ketika ummat ini dalam
keadaan kuat dan disegani.
Belum lagi fitnah-fitnah yang dengan sengaja telah disebarkan oleh kaum misionaris yang
ingin melemahkan dan menghancurkan agama Islam. Mereka telah merusak pola pikir, budaya
dan akhlak (moral) generasi Islam, bahkan mereka telah berani membuat hadits-hadits palsu,
dan yang terkini adalah membuat qur’an palsu dalam bahasa (tulisan) arab. Mereka telah
menyebarkan qur’an tersebut di kalangan masyarakat (Islam) awam dan masyarakat (awam)
menyangka bahwa itu adalah sama seperti Al Qur’an yang selama ini menjadi pegangan dan
rujukan kaum muslimin.
Bagaimana tidak … mereka (ummat Islam) tidak pernah menghapalkan Al Qur’an, tidak
mengerti isinya, tidak pernah mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai Al Qur’an, tidak
mengerti bahasa arab, bahkan tidak bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan benar. Dengan
kondisi pengetahuan dan kefahaman ummat Islam terhadap agamanya yang seperti ini,
bagaimana mungkin ummat ini bisa menjaga kemuliaan dan kehormatan agamanya!?

Dari Abu Musa Al Asy’ari t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya sebagian
dari mengagungkan Allah adalah memuliakan seorang muslim yang sudah tua, memuliakan
seorang penghapal Al Qur’an yang tidak melampaui batas dalam bacaan dan tajwidnya juga
tidak pernah meninggalkan baca Al Qur’an, dan menghormati pemimpin yang adil.” (HR Abu
Dawud, bab Tentang Memperlakukan Orang Lain Sesuai dengan Kedudukannya, Hadits Nomor
4843)

Maka jika ummat Islam tidak segera bangkit dan saling bahu-membahu untuk
menegakkan dan mengokohkan agama ini, mereka akan semakin terjerumus ke lubang
kebinasaan dan kehinaan yang paling dalam, serta akan semakin jauh meninggalkan
agamanya. Dan kita hanya tinggal menunggu waktu saja, bagaimana keruntuhan dan
kehancuran ummat Islam ini akan segera terjadi. Maka pantaslah jika Rasulullah r bersabda,
“Akan datang suatu zaman bahwa tidak akan tersisa Islam kecuali namanya saja dan tidak
pula Al Qur’an kecuali tulisannya saja.” Dan semuanya itu sudah mulai (banyak yang) terjadi di
tengah-tengah kemerosotan dan penderitaan ummat Islam.

‫بامر المسلمين فليس منهم‬


ْ ‫ من ال ي ْهت ّم‬: r ‫ قال رسوالهلل‬: ‫ قال‬t ‫عن حذيفة بن اليمان‬
Dari Hadzaifah bin Yaman t berkata, dari Rasulullah rbersabda,
“Barangsiapa tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia
bukanlah termasuk golongan mereka…”
(HR At Tahabrani, At Targhib Wat Tarhib)

Demikian ini merupakan kondisi nyata yang telah menimpa ummat Islam, yang berawal
dari ditinggalkannya ajaran Islam dan tidak mendakwahkan serta tidak mau menyebarkan Al
Qur’an. Maka pantaslah kala itu bahwa Imam Malik rah. telah memberikan arahannya untuk
mengembalikan kejayaan dan kewibawaan ummat ini dengan berkata;

‫لن يصلح أخر هذه األمة إال ما أصلح أولها‬


“Tidak akan menjadi baik ummat (pada kurun atau abad) terakhir ini, kecuali dengan cara
perbaikan (seperti yang terjadi pada) ummat terdahulu.”

Jika ummat ini mau kembali kepada ajaran yang benar, mau mendakwahkan dan
menyebarkan Al Qur’an (mau mengusahakan agar Al Qur’an bisa wujud dalam hati setiap
ummat Islam), mau mengukuti jalan hidup orang-orang yang telah sukses (yaitu
Rasulullah r dan para sahabatnya), mau berlaku zuhud dan tidak cinta akan dunia, serta
bersabar dalam menghadapi segala kesulitan dan tidak mengharap untuk dimulyakan
(dihormati) oleh orang lain, maka kemuliaan dan kehormatan Islam akan kembali bersinar.
Allah Y akan kembali menolong dan memuliakan ummat Islam, dan Allah Y akan memasukkan
rasa takut dalam hati-hati orang kafir (terhadap Islam), dan mereka (orang-orang kafir) akan
menghormati atau tunduk patuh di bawah panji-panji Islam.

Dari Ubayy bin Ka’ab t bahwasannya ia berkata, telah bersabda Rasulullah r,


“Sampaikanlah berita gembira kepada ummat ini (bahwa mereka akan
memperoleh) kedudukan yang tinggi, kehormatan, pertolongan, dan
kekuasaan di muka bumi…” (HR Ahmad)
Jika hal tersebut di atas juga dilakukan oleh generasi ummat pada saat ini, akan
menjadikan ummat ini sebagai ummat yang berkualitas dan kuat. Al Qur’an akan hidup pada
hati-hati setiap orang yang beriman, sehingga mereka mampu menampakkan akhlak yang
mulia, mengembalikan moral yang telah tercabik-cabik, menghidupkan kembali amalan-amalan
(dan budaya) Islam yang selama ini telah menghilang, menjadikan orang-orang Islam sebagai
pribadi-pribadi yang Islami (Islam sejati) serta akan menjadi panutan bagi setiap orang (baik itu
orang kafir, apalagi kaum muslimin), dan puncaknya adalah akan banyak orang-orang di luar
Islam yang masuk (tunduk atau pasrah) ke dalam agama Islam secara berbondong-bondong,
sebagaimana telah terjadi pada zaman Nabi r dan para sahabat y.

    


   
    
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu lihat manusia masuk
agama Allah dengan berbondong-bondong.” (An Nashr : 1-2)

Ini adalah sedikit alasan yang melatarbelakangi mengapa perlunya didirikan Ma’had
Pendidikan dan Dakwah Islamiyah, Nurum Mubin. Belum lagi adanya rencana yang telah
dibuat oleh kaum kristiani untuk mendirikan gereja di kampung ini (Sampangan), yang
sekarang[4] prosesnya sudah sampai pada tahap pembuatan pondasi, sehingga semakin
memperparah kondisi ummat Islam yang ada di sekitarnya. Mengingat berdasarkan sejarahnya,
dahulu penduduk di Sampangan 100% merupakan kaum muslimin. Namun akibat miskinnya
keimanan, ketakwaan, ilmu dan amal yang ada pada ummat Islam (di daerah Sampangan),
program kristenisasi yang telah dilakukan oleh kaum nasrani menyebabkan mereka berpaling
dan melepaskan agama Islam. Sekarang hanya tersisa 50% dari warga muslim yang ada di
Sampangan. Umumnya alasan yang mereka gunakan untuk meninggalkan agama Islam adalah
disebabkan lemahnya ekonomi (pangan, sandang, papan), masalah pendidikan bagi anak-
anaknya, maupun dengan sebab pernikahan. Dan kesemuanya itu berasal dari satu perkara
pokok yang sangat fundamental, yaitu akibat lemahnya akidah, keyakinan dan prinsip-prinsip
dasar ke-Islaman.
Kami sangat berharap dengan terbentuknya ma’had Nurum Mubin ini,dapat membantu
dan memudahkan ummat Islam dalam memahami, menghapal serta mengamalkan ajaran-
ajaran yang terkandung di dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Dan harapan kami yang terbesar
adalah semoga dengan adanya pondok pesantren ini mampu meningkatkan keimanan,
keyakinan dan ketakwaan semua ummat muslim, khususnya yang ada di sekitar pondok
pesantren (dusun Sampangan), dan juga mampu memberikan perkembangan pengetahuan
serta pengalaman yang lebih baik dan lebih banyak lagi akan agama Islam, serta untuk
melindungi aqidah kaum meslimin dari serangan dan pelecehan agama lain.
Selain daripada itu semua adalah untuk mewujudkan beberapa perkara yang dirasa sangat
penting demi kelangsungan hidup beragama, dan juga untuk kebahagiaan, ketentraman dan
kesuksesan ummat Islam itu sendiri, diantaranya;
 Menjaga kemurnian Al Qur’an dan Al Hadits serta ajaran-ajarannya dari penyimpangan-
penyimpangan yang telah dilakukan oleh kaum misionaris, orang-orang munafik dan para
penganut Islam Liberal. Mencetak generasi-generasi Islam yang hapal Al Qur’an dan Al Hadits.
 Memberikan pemahaman yang benar mengenai Al Qur’an dan As Sunnah, sesuai dengan
petunjuk Rasulullah r, para sahabat y dan para ulama’ rasyidiin.
 Untuk membumikan Al Qur’an dan As Sunnah pada setiap orang mukmin (khususnya
para hufadz Al Qur’an), sehingga bisa menjadi contoh kehidupan yang baik bagi kaum muslimin
(khususnya) dan orang-orang non muslim (umumnya). Menumbuhkan ruh keislaman hingga
mengakar kuat dalam hati-hati dan kehidupan kaum mu’minin.
 Mencetak kader-kader Islam yang rabbaniyah, berkualitas dan bertanggung jawab pada
diri dan agamanya.
 Membentuk kader yang mau memikirkan kelangsungan perkembangan agama Islam
dan kondisi ummat, yang dewasa ini semakin dilanda kemerosotan.
 Menciptakan kehidupan yang harmonis dan seimbang antara pemimpin (umara’) dan
rakyat, antara orang tua dan orang muda, antara orangtua dengan anak-anaknya, dan antara
alim ulama’ dengan ummat.

DASAR PEMIKIRAN
Pendirian Ma’had Nurum Mubin ini didasarkan pada firman-firman Allah Y dan hadits-
hadits Rasulullah r, sebagaimana yang akan kami sebutkan di bawah ini. Selain itu juga
mempertimbangkan akan besarnya fadhilah (keutamaan) dalam menghapal Al Qur’an dan Al
Hadits serta menuntut Ilmu. Dan yang terutama sekali adalah untuk siar Islam serta li i’laai
kalimatillah,sehingga dapat digunakan untuk mempersiapkan bekal dan sebagai tabungan
masa depan di akherat bagi orangtua, anak, pihak pengelola maupun kaum muslimin yang ikut
membantu terlaksanannya pendirian pondok pesantren ini.

   


  
  
 
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.”(Yunus : 57)

    


  
   
 

“Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang
diberi ilmu[5]. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang
zalim.” (Al ‘Ankabuut : 49)

   


  
   
   

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?"; Demikianlah[6] supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al Furqaan : 32)

   


  
“Atau lebih dari seperdua itu, dan bacalah Al Quran itu dengan tartil[7](perlahan-lahan).”
(Al Muzzammil : 4)

Dari Utsman bin ‘Affan t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda, “Orang yang terbaik
diantara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” (HR Bukhari,
Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah)
Dari Umar bin Khaththab t, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya Allah
mengangkat derajat beberapa kaum dengan Al Qur’an ini dan merendahkan yang lainnya
dengannya pula.” (HR Muslim)
Dari Ibnu Mas’ud t, telah bersabda Rasulullah r, “Barang siapa membaca satu huruf dari
Kitab Allah, maka baginya satu hasanah (kebaikan). Dan satu hasanah itu sama dengan sepuluh
kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif satu
huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
Dari Abu Hurairah t, bahwa Rasulullah r bersabda, “Tidaklah berkumpul suatu kaum
dalam satu rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca kitab Allah, saling
mengajarkannya sesama mereka, kecuali diturunkan kepada mereka sakinah, rahmat
menyirami mereka, para malaikat akan mengerumuni mereka, dan Allah akan menyebut-
nyebut mereka di kalangan malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR Muslim, Abu Daud)
Dari Mu’adz al Juhani t, sesungguhnya Rasulullah r bersabda, “Barangsiapa membaca Al
Qur’an dan beramal dengannya, maka pada hari Kiamat kedua ibu-bapaknya akan
dipakaikan mahkota yang sinarnya lebih bagus (terang) daripada sinar matahari,
seandainya matahari itu berada dalam rumah-rumah kalian di dunia. (Jika ibu-bapaknya
saja memperoleh pahala seperti itu) maka bagaimana menurut perkiraanmu pahala bagi
orang yang mengamalkannya sendiri?” (HR Abu Daud, bab Pahala Membaca Al Qur’an,
Hadits nomor 1453)
Imam Thabrani rah. di dalam kitab Jam’ul Fawaid telah meriwayatkan hadits dari Anas t,
Rasulullah r bersabda, “Barangsiapa mengajarkan anaknya membaca Al Qur’an, maka dosa-
dosanya yang akan datang dan yang telah lalu akan diampuni. Dan barangsiapa yang
mengajarkan anaknya hingga menjadi hafidz Al Qur’an, maka pada hari kiamat ia akan
dibangkitkan dengan wajah yang bercahaya seperti cahaya bulan purnama, dan dikatakan
kepada anaknya, ‘Mulailah membaca Al Qur’an!’ Ketika anaknya mulai membaca satu ayat Al
Qur’an, ayah (orangtua)nya dinaikkan satu derajat hingga terus bertambah tinggi sampai
tamat bacaannya.”
Dari Abdullah t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Belajarlah Al Qur’an dan
ajarkanlah kepada orang lain; Belajarlah (tuntutlah) ilmu dan ajarkanlah kepada orang lain;
Pelajarilah perkara-perkara yang fardhu (ilmu faraaidh yaitu pembagian harta pusaka)
dan ajarkanlah manusia dengannya, karena aku adalah manusia yang akan ditarik dari
dunia ini (wafat), dan sesungguhnya ilmu pengetahuan juga akan segera diangkat, sehingga
(suatu saat nanti) dua orang akan berselisih tentang perkara yang fardhu, sedangkan tidak
ada seorangpun yang memberitahukan pada keduanya tentang perkara fardhu tersebut.”
(HR Baihaqi dalan Syu’bul Iman II/255)
Dari Abu Hurairah t berkata, telah bersabda Rasulullah r, “Sesungguhnya diantara amal-
amal kebaikan seorang mu’min yang akan terus mengikutinya walaupun setelah wafatnya
ialah; (1) Ilmu yang ia ajarkan dan ia sebarkan; (2) Anak shalih yang ia tinggalkan; (3)
Mushaf Al Qur’an yang ia wariskan (ajarkan); (4) Masjid yang ia bangun; (5) Rumah
(peristirahatan) untuk para musafir yang ia bangun; (6) Sungai yang ia alirkan; dan (7)
Sedekah yang ia berikan dari hartanya ketika ia masih hidup dan masih sehat. (Pahala amal-
amal ini) terus mengalir kapadanya meskipun ia telah meninggal dunia.” (HR Ibnu Majah,
bab Pahala yang Mengajarkan Kebaikan pada Manusia, Hadits nomor 242)
Dari Abudullah bin ‘Amr y berkata, aku telah mendengar Rasulullah rbersabda,
“Sesungguhnya Allah Y tidak akan menarik ilmu dengan mencabutnya dari hati hamba-
hamba-Nya (pada akhir zaman), akan tetapi Allah Y akan mencabut ilmu dengan mematikan
para ulama’ (satu demi satu), sehingga apabila sudah tidak tersisa lagi satu ulama pun, maka
manusia akan mengangkat orang-orang jahil sebagai pemimpinnya. Ketika mereka (para
pemimpin yang bodoh itu) ditanya (tentang masalah-masalah agama), maka mereka
mengeluarkan fatwa tanpa didasari ilmu, sehingga mereka sendiri sesat dan menyesatkan
(orang lain).” (HR Bukhari, Bab Bagaimana Ilmu akan Dicabut? Hadits nomor 100)

MAKSUD DAN TUJUAN


Visi
 Menjaga kemurnian Al Qur’an dan Al Hadits serta ajaran-ajarannya dari berbagai
macam penyimpangan dan penyalahgunaan.
 Membumikan Al Qur’an dan As Sunnah pada setiap orang mukmin. Mencetak generasi-
generasi muda Islam yang rabbaniyah, berkualitas dan bertanggung jawab pada diri dan
agamanya, serta hapal Al Qur’an dan Al Hadits.
 Membentuk mental yang baik dan akhlak yang mulia pada setiap santri, serta membina
lingkungan sekitar yang kondusif bagi perkembangan mental anak dan jasmaninya.
 Membentuk kader yang mau memikirkan kelangsungan perkembangan agama Islam
dan kondisi ummat, serta menyebarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan As –
Sunnah.
 Menciptakan kehidupan yang harmonis dan seimbang antara pemimpin (umara’) dan
rakyat, antara orang tua dan orang muda, antara orangtua dengan anak-anaknya, dan antara
alim ulama’ dengan ummat.

Misi
 Menyelenggarakan proses pendidikan yang mengajarkan materi Al Qur’an, Al Hadits
dan Fiqih, dengan cara menghapal naskah dan pemberikan pemahaman yang benar mengenai
Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ ulama’.
 Mengajarkan dan menjelaskan kandungan yang ada di dalam Al Qur’an dan As Sunah
serta mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, hingga dapat menumbuhkan ruh
keislaman yang mengakar kuat dalam hati-hati dan kehidupan kaum mu’minin (khususnya para
santri).
 Mengajarkan akhlak Rasulullah r serta cara mengatasi problem yang menimpa diri
sendiri (dan orang lain). Membentuk mental yang kuat pada setiap santri.
 Menyelenggarakan kegiatan extra yang bermanfaat (seperti olahraga, skill ketrampilan
dll) dan sesuai dengan sunnah Nabi r.
 Melatih setiap santri untuk terjun langsung di tengah-tengah masyarakat, agar mau dan
mampu mempraktekkan serta mendawahkan segala yang pernah didapat selama masa
pembelajaran, yang sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits serta ijma’ ulama’. Belajar
memberikan arahan kepada masyarakat (temasuk umara’) dalam merealisasikan ajaran
Nabi r dan hubungan antar sesama masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai