Anda di halaman 1dari 2

KOMPUTERISASI REKAM MEDIS

Pemanfaatan komputer sebagai sarana pembuatan dan pengiriman informasi medis


merupakan upaya yang dapat mempercepat dan mempertajam bergeraknya informasi medis
untuk kepentingan ketepatan tindakan medis. Namun di sisi lain dapat menimbulkan masalah
baru di bidang kerahasiaan dan privacy pasien. Bila data medis pasien jatuh ke tangan orang
yang tidak berhak, maka dapat terjadi masalah hukum dan tanggung-jawab harus ditanggung
oleh dokternya atau oleh rumahsakitnya.Untuk itu maka standar pelaksanaan pembuatan dan
penyimpanan rekam medis yang selama ini berlaku bagi berkas kertas harus pula
diberlakukan pada berkas elektronik. Umumnya komputerisasi tidak mengakibatkan rekam
medis menjadi paperless, tetapi hanya menjadi less paper. Beberapa data seperti data
identitas, informed consent, hasil konsultasi, hasil radiologi dan imaging harus tetap dalam
bentuk kertas (print out).
Beberapa petunjuk yang penting adalah :
1. Informasi medis hanya dimasukkan ke dalam komputer oleh personil yang berwenang.
2. Data pasien harus dijaga dengan ketat. Setiap personil tertentu hanya bisa mengakses data
tertentu yang sesuai, dengan menggunakan security level tertentu.
3. Tidak ada informasi yang dapat dibuka tanpa ijin pasien. Distribusi informasi medis harus
dibatasi hanya kepada orang-orang yang berwenang saja. Orang-orang tersebut juga tidak
diperkenankan memindahtangankan informasi tersebut kepada orang lain.
4. Data yang telah lebih dari 5 tahun setelah pengobatan terakhir dapat di back up kecuali
ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medis.
5. Terminal yang on-line hanya dapat digunakan oleh orang yang berwenang.

Komputerisasi rekam medis harus menerapkan sistem yang mengurangi kemungkinan


kebocoran informasi ini. Setiap pemakai harus memiliki user name dan password. Data
medis juga dapat dipilah-pilah sedemikian rupa, sehingga orang tertentu hanya bisa
mengakses rekam medis sampai batas tertentu. Misalnya seorang petugas registrasi hanya
bisa mengakses identitas umum pasien, seorang dokter hanya bisa mengakses seluruh data
milik pasiennya sendiri, seorang petugas “billing” hanya bisa mengakses informasi khusus
yang berguna untuk pembuatan tagihan, dll.
Bila dokter tidak mengisi sendiri data medis tersebut, ia harus tetap memastikan bahwa
pengisian rekam medis yang dilakukan oleh petugas khusus tersebut telah benar.
Sistem harus bisa memberikan peluang pemanfaatan data medis untuk kepentingan
auditing dan penelitian. Dalam hal ini perlu diingat bahwa data yang mengandung identitas
tidak boleh diakses untuk keperluan penelitian. Copy rekam medis juga hanya boleh
dilakukan di kantor rekam medis sehingga bisa dibatasi peruntukannya. Suatu formulir
“perjanjian” dapat saja dibuat agar penerima berjanji untuk tidak membuka informasi ini
kepada pihak-pihak lainnya.
Pengaksesan rekam medis juga harus dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang
tidak berwenang tidak dapat mengubah atau menghilangkan data medis, misalnya data jenis
“read-only” yang dapat diaksesnya. Bahkan orang yang berwenang mengubah atau
menambah atau menghilangkan sebagian data, harus dapat terdeteksi “perubahannya” dan
“siapa dan kapan perubahan tersebut dilakukan”.

Anda mungkin juga menyukai