Intiyas Utami
Bab ini menyajikan teknik pelaporan audit internal dalam bentuk laporan tertulis dan
teknik komunikasi yang diperlukan untuk pendukung pelaporan tersebut. Dengan
berpijak pada panduan sertifikasi Qualified Internal Audit (QIA) dari Yayasan
Pendidikan Internal Auditing (YPIA) dan mengacu pada prinsip-prinsip pelaporan
dalam Standar Profesional Audit dari Institute of Internal Auditor (IIA), bab ini
menyajikan beberapa aspek yang perlu dicermati dalam menyusun laporan audit
yaitu:
Standar Pelaporan
Laporan Persuasif
Laporan Konstruktif
Sistematika Pelaporan
Kualitas Laporan Audit
Ringkasan Eksekutif
Standar Pelaporan
Standar pelaporan audit internal mengacu pada Standar Profesional Audit Internal
(SPAI) yang diterbitkan oleh YPIA dan bersumber dari IIA. Standar pelaporan
tersebut dimuat di Standar Penerapan 1320-1 sebagai berikut.
1
Laporan Persuasif
Suatu laporan audit internal harus memberi persuasi kepada pembaca agar
memperhatikan isi laporan dan melakukan aksi sesuai dengan rekomendasi yang
tertuang dalam laporan tersebut. Suatu laporan dikatakan memiliki persuasi jika
informasi yang disajikan valid dan penting bagi organisasi dan mempengaruhi
kegiatan operasional yang dijalankan. Laporan yang persuasif adalah suatu laporan
yang berisi fakta yang kuat dari temuan auditor internal dan berdampak bagi
organisasi serta menunjukkan rekomendasi yang mampu mengatasi temuan
permasalahan. Suatu laporan persuasif memiliki beberapa aspek sebagai berikut:
Berisi fakta dan temuan masalah yang terukur.
Berisi dampak yang akan terjadi jika temuan tidak diperhatikan.
Fakta atau Masalah yang Terukur
Suatu permasalahan yang menjadi temuan auditor adalah masalah yang nyata dan
bukan masalah yang dicari-cari (disajikan terlalu berlebihan atau disajikan terlalu
sedikit). Suatu masalah yang membuat pembaca tidak yakin ketika masalah tersebut:
Tidak ada bukti yang mendukung.
Tidak ada kesimpulan yang pasti permasalahan utama yang ditemukan.
Penyajian penyebab suatu masalah terlalu umum (tidak spesifik) atau masih
bersifat gejala.
Rumusan masalah tidak ada standar pembandingnya.
Suatu masalah dikatakan terukur maksudnya adalah masalah tersebut dapat
dikuantifikasi, misalnya jumlah kerugian akibat pemborosan listrik adalah 25% lebih
tinggi dari tahun lalu, atau aktivitas pemasaran menunjukkan tren yang menurun 30%
dari perusahaan sejenis. Suatu temuan dalam bentuk kuantitatif akan lebih persuasive
dibandingkan dalam bentuk kualitatif, misalnya pemborosan listrik meningkat dari
tahun lalu atau aktivitas pemasaran menurun dari perusahaan sejenis.
Suatu standar pembanding diperlukan untuk menentukan apakah temuan
tersebut merupakan masalah penting atau hanya suatu penyimpangan yang tidak perlu
diberi perhatian khusus untuk diselesaikan. Standar pembanding bisa berupa
peraturan, prosedur operasional standar, target maupun anggaran.
Dampak yang Akan Terjadi jika Temuan Tidak Diperhatikan
Suatu temuan tidak hanya disajikan sebagai fakta yang valid dan terukur namun juga
memiliki dampak signifikan terhadap organisasi. Dampak signifikan artinya jika suatu
temuan tidak diselesaikan, maka kinerja organisasi akan terpengaruh. Misalnya,
dampak terhadap penurunan pendapatan perusahaan, atau dampak terhadap
kepercayaan penyandang dana, atau dampak terhadap kepercayaan publik.
Laporan Konstruktif
Selain suatu laporan audit harus persuasif, laporan audit juga harus konstruktif. Suatu
laporan konstruktif adalah suatu laporan yang bermakna membangun organisasi atau
bernada positif. Laporan konstruktif tidak berisi kritik yang hanya mengungkap hal
negatif saja, melainkan juga mengungkapkan secara memadai hal positif yang
menjadi temuan auditor atas auditee. Suatu laporan dikatakan konstruktif jika auditor
juga menyatakan penghargaan atas tindakan managemen dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Auditor internal mengungkapkan suatu usulan untuk
mengatasi permasalahan dalam bentuk rekomendasi yang mengutamakan terciptanya
kinerja organisasi.
2
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan auditor dalam menyusun laporan
yang konstruktif adalah
Berisi rekomendasi yang mampu mengatasi temuan permasalahan yang
diajukan.
Berisi bahasa positif.
Berisi perspektif yang seimbang antara temuan positif dan temuan negatif.
Tidak memuat bahasa opini tanpa ada dukungan yang kuat.
Berikut adalah hal-hal yang seyogianya dilakukan dan dihindari dalam menyusun
laporan persuasif dan konstruktif.
Lakukan Hindari
Penyebutan besaran temuan permasalahan Penyebutan temuan permasalahan tidak
secara terukur (kuantitatif). spesifik pada besaran temuan tersebut.
Misalnya: Misalnya:
Jumlah keterlambatan pengiriman pesanan Banyak keterlambatan pengiriman pesanan
pada bulan Januari 2015 adalah 75% dari dalam menangani pesanan pada awal tahun.
jumlah pesanan.
Laporan memuat sebab spesifik suatu Laporan memuat sebab umum suatu temuan
temuan permasalahan. permasalahan.
Misalnya: Misalnya:
Penyebab jumlah keterlambatan pengiriman Penyebab jumlah keterlambatan pengiriman
pesanan pada bulan Januari 2015 sebesar pesanan pada bulan Januari 2015 sebesar
75% dari jumlah pesanan adalah staf yang 75% dari jumlah pesanan adalah staf yang
menangani pemesanan tidak mengikuti tidak kompeten.
prosedur operasional standar penerimaan
dan pengiriman pesanan.
Laporan memuat akibat (efek) dari suatu Laporan memuat akibat (efek) dari suatu
temuan permasalahan dari sudut pandang temuan permasalahan dari sudut pandang
managemen yaitu memiliki efek terhadap auditor yaitu bermanfaat untuk
kinerja bisnis. pengendalian saja.
Misalnya: Misalnya:
Dampak keterlambatan pengiriman pesanan Dampak keterlambatan pengiriman pesanan
pada bulan Januari 2015 adalah adanya pada bulan Januari 2015 adalah adanya
potensi menurunnya jumlah pesanan pada potensi menurunnya jumlah pesanan dan
Bulan Februari 2015 dan bulan berikutnya sistem layanan perusahaan perlu diperbaiki
mencapai 50%-75% karena konsumen dengan lebih efektif.
kecewa dengan sistem layanan perusahaan.
Laporan memuat rekomendasi yang Laporan memuat rekomendasi yang kritikal,
konstruktif, bahasa positif, perspektif bahasa negatif, perspektif tidak seimbang
seimbang antara temuan positif dan negatif antara temuan positif dan negatif, tanpa
serta dengan dukungan kuat. dukungan kuat.
Contoh kalimat tidak mengandung opini: Contoh kalimat yang mengandung opini:
Karyawan pada bagian penerimaan pesanan Karyawan pada bagian penerimaan pesanan
dapat dilatih selama lima hari agar mampu hendaknya dilatih selama lima hari
menggunakan sistem informasi pemesanan. sehingga pasti mampu menggunakan sistem
informasi pemesanan.
Prosedur operasional standar sistem
layanan memuat secara rinci tugas tiap Menurut pendapat kami, prosedur
fungsi dan bagian yang terkait dengan operasional standar sistem layanan
pemesanan pelanggan. sebaiknya memuat secara rinci tugas tiap
fungsi dan bagian yang terkait dengan
pemesanan pelanggan. Kami rasa,
Contoh kalimat positif. perbaikan sistem layanan akan menjamin
Semua dokumen pemesanan telah peningkatan pemesanan pelanggan.
ditandatangani oleh petugas yang Contoh kalimat negatif.
berwenang. Tidak terdapat dokumen yang tidak
Contoh kalimat positif dan negatif yang ditandatangani oleh petugas yang
3
imbang. berwenang.
Prosedur operasional standar sistem Contoh kalimat positif dan negatif yang
layanan telah dijalankan oleh karyawan, tidak imbang.
namun belum diadakan monitoring secara Bagian pemesanan pelanggan gagal
rutin, sehingga belum semua karyawan menjalankan prosedur operasional standar
menjalankan prosedur operasional standar sistem layanan karena tidak adanya
secara konsisten. monitoring secara rutin.
Sistematika Pelaporan
Sistematika pelaporan dalam laporan audit internal berbeda dengan laporan audit
eksternal. Dalam laporan audit internal, auditor internal diperkenanan melakukan
variasi sepanjang tidak melanggar SPAI. Format pelaporan yang berbeda diharapkan
tetap berdasar pada SPAI. Laporan ini ditujukan kepada pimpinan organisasi
(direktur, pimpinan puncak managemen), maka perlu diperhatikan bahwa cara
pandang pimpinan organisasi adalah holistik (helicopter view). Artinya, dengan
membaca laporan secara cepat, pimpinan puncak organisasi berharap mampu
menangkap permasalahan yang disajikan. Untuk itu aspek bahasa dan tipografi
pelaporan menjadi hal yang penting untuk diperhatikan bagi auditor internal sebagai
penyusun laporan. Susunan laporan auditor internal dapat memuat beberapa
komponen berikut ini.
4
Sumber: modul YPIA, Komunikasi Penugasan dan Monitoring Tindak Lanjut)
Judul
Judul suatu laporan audit harus menarik bagi pembaca (pimpinan puncak organisasi).
Latar Belakang
Latar belakang merupakan pengantar yang memberi gambaran komprehensif atas unit
yang diaudit, jenis audit (reguler atau khusus sesuai permintaan manajemen), review
tindak lanjut atas rekomendasi hasil audit sebelumnya, dan besaran atau volume objek
audit. Pembaca laporan audit memerlukan overview atas unit yang diaudit, terutama
jika unit tersebut memiliki masalah spesifik atau unit yang baru pertama kali diaudit.
Latar belakang tidak perlu menyajikan suatu informasi yang sudah dipahami oleh
pimpinan manajemen. Misalnya, sejarah organisasi, alamat, struktur organisasi, atau
fungsi dan unit seluruh organisasi. Berikut contoh suatu latar belakang masalah dalam
laporan auditor internal.
Laporan audit internal atas unit gudang logistik semester pertama tahun 2015 ini
merupakan audit reguler. Hasil audit tahun 2014 menyajikan tiga kelemahan dalam
pencatatan dan penerimaan barang di gudang dan tahun ini sudah tidak ditemukan
lagi. Unit gudang logistik berfungsi untuk menerima barang dari pemasok dan
mencatat secara elektronik semua persediaan logistik. Total nilai persediaan di
gudang logistik adalah Rp8milyar.
(dikembangkan dari contoh modul YPIA, Komunikasi Penugasan dan Monitoring
Tindak Lanjut)
Prosedur Audit
Prosedur audit merupakan langkah yang ditempuh auditor untuk melaksanakan tujuan
audit. Prosedur audit dalam audit internal pada prinsipnya tidak berbeda dengan
prosedur audit laporan keuangan (audit eksternal). Misalnya, observasi, inspeksi,
inquiry (wawancara), footing, crossfooting, rekalkulasi, vouching, tracing, scanning
dan lain sebagainya.
Temuan
Temuan merupakan hasil dari proses audit yang membandingkan suatu kenyaataan
dengan kriteria yang ditetapkan. Kesuksesan audit internal tidak pada banyaknya
5
jumlah temuan, namun pada signifikansi suatu temuan yang berdampak pada kinerja
organisasi. Temuan menyajikan suatu kondisi, yang dibandingkan dengan kriteria
yang seharusnya, lalu ketika tidak kondisi tidak sesuai dengan kriteria menyebabkan
akibat bagi organisasi. Suatu akibat signifikan harus ditelusuri sebabnya dan
rekomendasi diperlukan untuk mengatasi sumber penyebab permasalahan. Berikut ini
adalah komponen suatu temuan.
Perbandingan
Kondisi Kriteria
Kriteria
Kriteria merupakan suatu ukuran atau standar yang seharusnya dipatuhi oleh auditee,
dalam bentuk kebijakan, regulasi atau prosedur operasional standar. Auditor dan
auditee harus bersepakat terlebih dahulu kriteria yang digunakan untuk memeriksa
suatu kondisi. Apabila auditee menjalankan suatu aktivitas belum memiliki suatu
kriteria, maka auditor diperkenankan mengembangkan suatu kriteria yang akan
digunakan dengan persetujuan auditee. Misalnya, kriteria penilaian sistem
pengamanan barang di gudang adalah prosedur operasional standar sistem logistik
gudang (penerimaan barang, pengeluaran barang). Contoh lain adalah kriteria atas
perlakukan organsiasi pada karyawan yang berdasar pada Undang-undang
Ketenagakerjaan.
Sebab
Sebab merupakan penjelasan mengapa suatu kondisi tidak sesuai dengan kriteria.
Dengan mengetahui penyebab suatu permasalahan, rekomendasi yang tepat bisa
diusulkan. Suatu penyebab perlu ditelusuri relasinya dengan akibat yang dihasilkan.
Contoh suatu sebab adalah sebagai berikut.
6
Akibat Sebab
Aktivitas karyawan penjualan yang Unit sumber daya manusia melakukan
tidak kompeten menyebabkan target berbagai pelatihan karyawan bagian
tidak tercapai. penjualan secara intensif (setiap
bulan) sesuai dengan tren pada
lingkungan bisnis.
Kerugian akibat produk rusak Bagian produksi menghasilkan
adalah penurunan pendapatan produk rusak yang meningkat 30%
perusahaan dan kerugian dari tahun lalu.
Akibat
Akibat merupakan dampak yang terjadi ketika kriteria tidak sama dengan kondisi.
Pada bagian akibat, auditor internal perlu memberi deskripsi seberapa besar dampak
yang ditimbulkan atas perbedaan kriteria dengan kondisi tersebut. Bagian ini
memberi gambaran bagi managemen yang membaca laporan audit berbagai situasi
yang terjadi ketika penyimpangan tersebut tidak diperbaiki. Auditor internal dapat
memberi penekanan bahwa rekomendasi menjadi penting untuk dijalankan supaya
dampak yang terjadi bisa diminimalisir. Penyajian akibat (dampak) menurut standar
pelaporan audit internal dapat disajikan dalam dua bentuk:
1. Untuk menilai efisiensi, akibat (dampak) suatu penyimpangan dinyatakan dalam
bentuk kuantitatif (jumlah rupiah).
2. Untuk menilai efektivitas, akibat (dampak) dinyatakan dalam bentuk pengaruhnya
terhadap tujuan yang ditetapkan.
7
Kualitas Laporan Audit
Standar laporan audit mensyaratkan bahwa syarat kualitas laporan audit adalah
ringkas (concise). Laporan ringkas artinya memuat hal-hal yang pokok dan fokus
pada permasalahan. Auditor internal diharapkan mampu mengolah kalimat sehingga
kalimatnya padat dan berisi. Kalimat juga tidak bertele-tele atau efektif dalam
menyampaikan makna atas pentingnya suatu permasalahan dan rekomendasi auditor.
Keinginan auditor dalam menuangkan prosedur dan berbagai hal yang ditemui di
lapangan seringkali mendorong auditor menceritakan hal-hal teknis dalam laporan
auditnya. Auditor internal diharapkan hanya mengungkap hal-hal penting dalam
temuan auditnya dan menghindari penjelasan rinci dokumen pendukung temuan.
8
setiap mengirimkan barang, namun
bagian penerimaan barang adalah orang
yang berganti-ganti sehingga seringkali
dokumen penerimaan barang lupa untuk
ditandatangani dan diarsip.
Untuk menekankan hal-hal yang penting, dalam suatu ringkasan eksekutif dapat
diberi suatu judul (heading), diberi garis bawah, cetak miring atau cetak tebal (bold).
Judul dapat menggunakan huruf yang berbeda atau warna berbeda.
Laporan Contoh
Heading Penyimpanan Barang Logisik Obat
Heading yang diperluas Prosedur Operasional Standar sistem
logistik tidak berfungsi.
Komunikasi
Komunikasi menjadi salah satu aspek penting dalam proses audit internal, baik dalam
menggali informasi maupun menyajikan informasi dalam pelaporan. Komunikasi
yang harus disiapkan auditor adalah melakukan pertemuan dengan auditee yang
meliputi tiga hal: a). opening meeting; b) interview; c) closing/exit meeting.
Opening meeting atau pertemuan pembukaan, merupakan pertemuan pada
awal audit antara auditor internal dengan auditee.
Tindak Lanjut