Anda di halaman 1dari 14

1. Tanaman Brokoli (Brassica oleracea var.

italica)
Klasifikasi tanaman brokoli (Brassica oleracea var. italica) dalam tata
nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. italica

Gambar 1.1 Tanaman Brokoli

Brokoli adalah tanaman sayuran yang termasuk dalam suku kubis- kubisan atau
Brassicaceae. Brokoli berasal dari daerah Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani
Kuno dibudidayakan. Sayuran ini masuk ke Indonesia belum lama (sekitar 1970-an)
dan kini cukup populer sebagai bahan pangan (Sari dan Fitriyono, 2014)

Tanaman brokoli merupakan tanaman yang tergolong perdu dengan sistem


perakaran yang dapat mencapai kedalaman 60-70 cm, sehingga tanaman ini tumbuh
dengan baik dan subur bila ditanam pada tanah berpori dan gembur. Brokoli memiliki
batang yang berukuran pendek, bentuk bulat, berwarna hijau, tebal dan lunak.
Pertulangan daun yang sejajar dan daun yang berbentuk bulat telur tersusun berseling
pada batang merupakan cirri dari daun pada tanaman brokoli. Massa bunga (krop)
merupakan kumpulan dari ratusan bunga-bunga kecil yang bersatu membentuk rumpun
yang rapat dan kompak. Kultivar yang berbeda-beda pada brokoli menyebabkan warna
bunga yang bervariasi pada tanaman ini (Sari dan Fitriyono, 2014)

Massa bunga (krop) brokoli sekitar 0,6-0,8 kg dengan diameter antara 15 – 20


cm. Pada setiap bunga, terdapat putik dan benang sari. Benang sari terdiri dari 2
lingkaran, 4 buah benang sari panjang yang membentuk lingkaran dalam dan 2 buah
benang sari pendek yang membentuk lingkaran luar. Putiknya terletak di tengah-tengah
lingkaran. Selain itu, bunganya tersusun dari 4 helai daun kelopak yang berwarna hijau,
4 helai daun mahkota yang berwarna kuning, dan 2 daun yang akan membentuk polong.
Buah pada tanaman brokoli berbentuk polong dengan ukuran 3-5 cm dan mengandung
10-30 benih pada setiap polongnya. Di dalam buah tanaman brokoli terdapat biji yang
berfungsi sebagai perbanyakan tanaman brokoli. Biji tanaman brokoli memiliki bentuk
bulat kecil dan berwarna cokelat kehitaman (Sari dan Fitriyono, 2014)

Brokoli tergolong ke dalam keluarga kubis-kubisan dan termasuk sayuran yang


tidak tahan terhadap panas. Akibatnya, brokoli cocok ditanam di dataran tinggi yang
lembap dengan suhu rendah, yaitu diatas 700 m dpl. Daun dan sifat pertumbuhan
brokoli mirip dengan bunga kubis, bedanya bunga brokoli berwarna hijau dan masa
tumbuhnya lebih lama dari kubis bunga. Brokoli tersusun dari bunga-bunga (Sari dan
Fitriyono, 2014)

Brokoli berkhasiat mempercepat penyembuhan penyakit serta mencegah dan


menghambat perkembangan sel-sel kanker di dalam tubuh. Terutama penyakit kanker
yang berkaitan dengan hormon, seperti kanker payudara pada wanita, dan kenker
prostat yang mengancam pria. Manfaat lain, brokoli mampu mencegah serangan stroke.
Ini terbukti melalui penelitian yang dilakukan tim epidemologi dari Harvard
University. Tanaman ini sangat baik dikonsumsi penderita kencing manis. Kandungan
chromium dan seratnya dapat mengatur kadar gula darah. Brokoli memperkuat sel-sel
tulang. Mengkonsumsinya sejak muda, mencegah penyakit pengeroposan tulang
(osteoporosis) di usia tua (Sari dan Fitriyono, 2014)

Brokoli juga mengandung senyawa glukorafanin, yang merupakan bentuk


alami senyawa antikanker sulforafana (sulforaphane). Selain itu, brokoli mengandung
senyawaan isotiosianat yang, sebagaimana sulforafana, ditengarai memiliki aktivitas
antikanker. Selain itu dari proses biosintesis di dalam brokoli juga dihasilkan 3,3-
diindolilmetana (DIM). Juga terdapat kandungan lemak, protein, karbohidrat, serat, air,
zat besi, kalsium, mineral, dan bermacam vitamin (A, C, E, Vitamin, ribofalvin,
nikotinamide) (Sari dan Fitriyono, 2014)

Beberapa manfaat brokoli bagi kesehatan tubuh diantaranya adalah


memperkecil resiko terjadinya kanker kerongkongan, perut, usus besar, paru, larynx,
parynx, prostat mulut, dan payudara. Membantu menurunkan resiko gangguan jantung
dan stroke. Mengurangi resiko terkena katarak. Membantu melawan anemia.
Mengurangi resiko terkena spina bifida (salah satu jenis gangguan kelainan tulang
belakan Brokoli mengandung vitamin A, B, C kompleks, asam askorbit, thiamin,
riboflavin, kalsium, zat besi, mineral, zat antikanker sulforaphane. Banyaknya nutrisi
yang terkadung pada brokoli menyebabkan brokoli banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Brokoli memiliki kandungan karotin, vitamin C dan kalsium yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kubis bunga (Sari dan Fitriyono, 2014).
2. Tanaman Bunga kol
Klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan)
tanaman bunga kol termasuk sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea

Gambar 1.2 Tanaman Bunga Kol


Bunga kol merupakan tanaman sayur spesies (Brassicaceae) Bunga kol
juga merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis – kubisan
(Cruciferae). Bagian bunga kol yang sering dimanfaatkan memang bunganya atau
disebut dangan “Curd” yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai
pendek, berwarna putih atau kuning (tergantung jenis), padat, dan berdaging tebal
massa bunga kol umumnya berwarna putih bersih atau putih kekun

Bunga kol mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena


mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga
permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, bunga kol
dapat membantu pencernaan, menetralkan zat – zat asam dan memperlancar
buang air besar. Menurut Rukmana (1994), komposisi zat gizi dan mineral setiap
100 g bunga kol adalah kalori (25,0 kal), protein (2,4 g), karbohidrat (4,9 g),
kalsium (22,0 mg), fosfor (72,0 mg), zat besi (1,1 mg ), vitamin A (90,0 mg),
vitamin B1 (0,1 mg), vitamin C (69,0 mg) dan air (91,7 g).
3. Tanaman Buncis

Klasifikasi Buncis
Kingdom :Plantae
Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (Biji berada di dalam buah)
Kelas : Dicotiledoneae
Ordo : Leguminales
Famili : Leguminoceae
Subfamili : Papilionaceae
Genus : Phaseolus
Species : Phaseolus vulgaris

Gambar 1.3 Tanaman Buncis

Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari wilayah selatan Meksiko
dan wilayah panas Guatemala. Pada kondisi liar, buncis ditemukan di dataran rendah
hingga dataran tinggi, dan di lingkungan kering hingga lembab Buncis berdaging
kurang dapat beradaptasi terhadap iklim dibandingkan tipe biji kering. Buncis
merupakan sumber protein, vitamin dan mineral yang penting dan mengandung zat-zat
lain yang berkhasiat untuk obat dalam berbagai macam penyakit. Gum dan pektin yang
terkandung dapat menurunkan kadar gula darah, sedangkan lignin berkhasiat untuk
mencegah kanker usus besar dan kanker payudara. Serat kasar dalam polong buncis
sangat berguna untuk melancarkan pencernaan sehingga dapat mengeluarkan zat-zat
racun dari tubuh . (Waluyo dan Diny, 2013) .(Zat-zat gizi yang terdapat di dalam
buncis dalam 100 g bahan yang dapat dimakan dapat dilihat pada Tabel 1

Tanaman buncis berbentuk semak atau perdu. Tinggi tanaman buncis tipe tegak
berkisar antara 30-50 cm sedangkan tipe merambat dapat mencapai 2 m. Kacang buncis
dan kacang jogo mempunyai nama ilmiah yang sama yaitu Phaseolus vulgaris L.
Perbedaannya pada tipe pertumbuhan dan kebiasaan panennya. Kacang buncis tumbuh
merambat (pole beans) dan dipanen polong mudanya, sedangkan kacang jogo/kacang
merah merupakan kacang buncis jenis tegak atau tidak merambat, yang umumnya
dipanen polong tua atau bijinya saja, sehingga disebut bush bean. Nama umum kacang
buncis ialah Snap beans atau French beans (Waluyo dan Diny, 2013)
Berdasarkan kegunaannya, buncis terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu: 1. Buncis
Perancis: bagian yang dikonsumsi ialah polong berdaging yang berwarna hijau, kuning,
atau ungu yang mengandung biji yang belum berkembang. Polong tidak mempunyai
mempunyai urat samping atau lapisan lirkertas. 2. Buncis filet haricot: polong
mengandung urat samping (string), tetapi polong muda berdaging yang dikonsumsi. 3.
Buncis haricot: biji segar adalah bagian yang dimakan, sedangkan polong mengandung
urat samping dan serat umumnya tidak dikonsumsi. 4. Buncis bijian kering: biji
kupasan kering adalah bagian yang dikonsumsi, sedangkan polong mempunyai urat
samping, serat, lapisan lir kerts, dan tidak dimakan (Waluyo dan Diny, 2013)

4. Tanaman Kacang Panjang

Kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan jenis sayuran yang merambat


dan sangat populer serta sejak lama dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini
sangat cocok ditanam di dataran rendah dengan sinar matahari yang cukup.
Kacang panjang merupakan tumbuhan yang dijadikan sayur atau lalapan,
bagian yang dijadikan sayur adalah polong, daun dan biji. Tanaman kacang
panjang merupakan tanaman perdu semusim yang tumbuhnya menjalar atau
merambat. Daunnya berupa daun majemuk, terdiri dari tiga helai, batangnya
liat dan sedikit berbulu. Akarnya mempunyai bintil yang dapat mengikat
nitrogen (N) bebas dari udara.

Tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:


Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna sinensis (L.) Savi ex Hassk
Vigna sinensis ssp. Sesquipedalis

Gambar 1.4 Tanaman Kacang Panjang

Kacang panjang sangat penting sebagai sumber vitamin dan mineral.


Sayur ini banyak mengandung vitamin A, vitamin B, dan vitamin C, terutama
pada polong muda. Bijinya banyak mengandung protein, lemak dan
karbohidrat. Komoditi ini merupakan sumber protein nabati yang cukup
potensial.

Kacang panjang bermanfaat bagi tubuh kita, yaitu : mengendalikan


kadar gula darah, mengatasi hipertensi, membantu memperkecil resiko terkena
penyakit stroke, mencegah serangan jantung, meningkatkan fungsi organ
pencernaan, mengurangi resiko terserang penyakit kanker, membantu
mengatasi sembelit Kacang panjang mengandung unsur-unsur
yang bermanfaat bagi kesehatan. Nutrisi pada kacang panjang berperan
penting sebagai penguat jaringan tubuh, berfungsi pada proses visual,
memelihara kesehatan kulit dan gigi, serta membantu aktivitas hormon.
5. Tanaman sawi hijau

Sawi Hijau (Brassica rapa I. Subsp. Perviridis Bayley) Sawi hijau


merupakan suku sawi-sawian atau Brassicaceae merupakan jenis sayuran yang
cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi bakso, sayuran
ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar atau diolah menjadi asinan,
lalapan, dan berbagai masakan lainnya. Sawi hijau umumnya dikonsumsi dalam
bentuk olahan karena sawi mentah rasanya pahit karena ada kandungan alkaloid
carpaine.

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam


sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah
penyiraman secara teratur, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim
penghujan. Daerah penanaman yang cocok untuk sawi hijau adalah mulai dari
ketinggian 5 m sampai dengan 1.200 m di atas permukaan laut. Namun
biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 m
sampai 500 m di atas permukaan laut.

Umur panen sawi paling lama 40 hari, dan paling pendek 30 hari dan
terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk, dan ukuran daun.
Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan
dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan
pisau tajam

Klasifikasi tanaman sawi hijau dapat dijabarkan sebagai berikut:


Kingdom: Plantae (Tumbuhan);
Divisi: Spermatophyta;
Subdivisi: Angiospermae; Kelas:
Dicotyledone; Ordo:
Rhoeadales (Brassicales);
Famili: Cruciferae (Brassicaceae);
Genus: Brassica
Spesies: Brassica rapa I.

Gambar 1.5 Tanaman Sawi Hijau

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi


yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk
mempertahankan kesehatan tubuh. Sawi hijau merupakan sayuran yang
bermanfaat untuk membantu mencegah dari terserangnya penyakit kanker, hal
ini di sebabkan karena dalam sawi hijau mengandung senyawa fitokimia
khususnya glukosinolat yang cukup tinggi. Dengan rutin mengkonsumsi sawi
hijau mampu menurunkan resiko terserangnya kanker prostat

6. Tanaman Bayam

Tanaman bayam merupakan salah satu jenis sayuran komersial yang mudah
diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradisional maupun pasar swalayan. Ciri-ciri jenis
bayam yang enak untuk dimakan adalah daunnya besar, bulat, dan empuk. Bayam ini
dapat diolah sebagai sayur, pecel, atau gado-gado. Sedangkan bayam yang
berdaunbesar, tipis, dan alot lebih enak digoreng campur tepung untuk rempeyek.
Berdasarkan cara penanamannya jenis bayam dibedakan menjadi bayam cabut dan
bayam petik. Bayam cabut adalah bayam yang dipanen dengan cara dicabut seluruh
bagian tanaman beserta akar-akarnya. Bayam petik adalah bayam yang pemanenannya
dilakukan dengan cara dipetik daun atau pucuk daunnya saja sehingga dapat dilakukan
berulang kali sepanjang tanaman masih produktif.

Jenis-jenis bayam yang ada sebenarnya sangatlah banyak, dari yang tumbuh liar
maupun yang telah dibudidayakan. Secara ringkas jenis bayam dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: a. Bayam Liar Bayam ini tumbuh secara liar, dapat dijumpai di
lahan-lahan kosong tak terurus, sebagai gulma di lahan pertanian, atau di tempat-
tempat yang lembap, seperti di tepi selokan. Tanaman ini tumbuh cepat dan semakin
subur jika musim hujan tiba. Bayam ini dapat dikonsumsi, tetapi rasanya agak getir
sehingga lebih banyak digunakan sebagai obat atau bahan untuk kecantikan. b. Bayam
Budi Daya Jenis ini memang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi karena rasa
daunnya enak, empuk, dan mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Selain itu, daunnya
yang segar Universitas Sumatera Utara mempunyai nilai komersial yang tinggi. Jenis
bayam yang telah banyak dibudidayakan di antaranya adalah bayam cabut (A. tricolor
L) dan bayam petik/bayam tahunan.

Sistematika Tanaman Bayam :


Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Family : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus L
Gambar 1.6 Tanaman Bayam

Kandungan nutrisi pada tanaman bayam dapat dilihat pada tabel

Japan Food Standarization Ingredients List menyatakan bahwa dewasa ini


makananmakanan alami kehilangan banyak zat gizi karena faktor lingkungan,
kerusakan tanah dan pengolahan dengan zat tambahan seperti pupuk anorganik, zat
perangsang tanah dan lain sebagainya. Pengurangan nilai gizi yang drastis khususnya
vitamin C pada bayam telah Universitas Sumatera Utara diamati dari tahun ke tahun
dan dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar vitamin C cukup signifikan sebab
pada tahun 1950 : 150 mg, tahun 1963 : 100 mg, tahun 1982 : 63 mg dan pada tahun
1994 menjadi 13 mg, masing-masing per 100 gram bahan, hal ini diduga akibat
perubahan global dimana suhu udara semakin naik sehingga penguapan pada daun
bayam yang bentuknya tipis semakin tinggi, sedangkan air merupakan bahan baku
untuk proses fotosintesa serta merupakan media reaksi yang paling bagus

Daftar pustaka

Sari , Kristanti Novita dan Fitriyono Ayustaningwarno.2014. KANDUNGAN SERAT,


VITAMIN C, AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK AMPAS
BROKOLI (Brassica oleracea var . italica) PANGGANG Journal of Nutrition College,
Volume 3, Nomor 3, , Halaman 378-385

http://erepo.unud.ac.id/11191/3/c809cf914c77450d86a51cbecfd873d3.pdf (diakses 23
Desember 2017 8:01 WIB)

Waluyo , Nurmalita dan Diny Djuariah.2013. VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris


L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN. Kelompok Peneliti
Pemuliaan dan Plasma Nutfah BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

http://erepo.unud.ac.id/11952/3/6af47552ae5c2a93c192daf4452c94f4.pdf (diakses 23
Desember 2017 8:20 WIB)

http://erepo.unud.ac.id/11439/3/7226b5b3568bd09f428c2a09ab44652c.pdf (diakses 23
Desember 2017 8:29 WIB)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34124/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4 (diakses 23 Desember 2017 8:50 WIB)

Anda mungkin juga menyukai