Anda di halaman 1dari 33

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

DINAS KEHUTANAN
Jl. Menteri Supeno I / 2 Telepon (024) 8319140 Fax. (024) 8319328
SEMARANG

Boo
Boo
klet
klet

Buku Informasi Kehutanan 2009 0


PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kepada Tuhan YME sehingga Buku Saku Bidang Pengusahaan Hutan ini dapat disusun
dengan baik.

Penyusunan Buku Saku ini dimaksud sebagai panduan bagi seluruh pegawai pada Bidang Pengusahaan Hutan Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam rangka memberikan sosialisasi kepada
pelaku utama dan pelaku usaha yang bergerak di industri perkayuan dan pengelolaan hutan negara dan huta hak.

Data dan informasi yang terkandung dalam Buku Saku ini setiap periode perlu terus diperbaharui dan disempurnakan
sehingga informasi yang diberikan kepada para pihak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Salam Lestari.

Semarang, 2014

KEPALA BIDANG
PENGUSAHAAN HUTAN
DINHUT PROV. JAWA TENGAH

Ir. SLAMET ROHADI, MP


NIP. 19660305 199303 1 012

Buku Saku Bidang PH 1


DAFTAR ISI

HAL.
PENGANTAR I
DAFTAR ISI II
1 VISI & MISI GUBERNUR JAWA TENGAH 1
2 VISI & MISI DINAS KEHUTANAN
3 PEMBANGUNAN KEHUTANAN MENDUKUNG PRO GROWTH, PRO

JOB, PRO POOR, PRO ENVIRONMENT


4 HUTAN JAWA TENGAH
5 LAHAN KRITIS JAWA TENGAH
6 PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT DI JAWA TENGAH
7 KORELASI PENANAMAN POHON DENGAN LAHAN KRITIS
8 KORELASI PENANAMAN POHON DENGAN PEMENUHAN BAHAN

BAKU INDUSTRI
9 INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU
10 PRODUKSI KAYU DAN BUKAN KAYU
11 SERTIFIKASI HUTAN
12 PNBP SEKTOR KEHUTANAN
13 HASIL HUTAN MASUK MELALUI PELABUHAN
14 GANIS DAN WASGANIS

Buku Saku Bidang PH 2


15 PENUTUP

GUBERNUR JAWA TENGAH


VISI & MISI
Visi :
MENUJU JAWA TENGAH YANG SEJAHTERA DAN BERDIKARI
“MBOTEN KORUPSI MBOTEN NGAPUSI”

Misi :
1. Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, berdaulat di bidang politik,
berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Buku Saku Bidang PH 3


2. Mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, menanggulangi kemiskinan
dan pengangguran.
3. Mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang bersih, jujur
dan transparan “mboten korupsi mboten ngapusi”.
4. Memperkuat kelembagaan sosial masyarakat untuk meningkatkan persatuan dan
kesatuan.
5. Memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan proses
pembangunan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
6. Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat.
7. Meningkatkan infrastruktur untuk mempercepat pembangunan Jawa Tengah yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan.
DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TENGAH
VISI, MISI, PERMASALAHAN, TANTANGAN

Visi :
Terwujudnya hutan lestari sebagai penyangga kehidupan untuk kesejahteraan masyarakat

Misi :

Buku Saku Bidang PH 4


1. Meningkatkan rehabilitasi hutan dan lahan dengan mendorong keterlibatan para pihak.
2. Meningkatkan perlindungan hutan dan konservasi alam bersama masyarakat.
3. Mewujudkan pemantapan, pemanfaatan kawasan dan pengelolaan sumber daya hutan
secara optimal.
4. Menguatkan kapasitas kelembagaan kehutanan

PERMASALAHAN :
1. Masih terdapatnya lahan kritis dan potensial kritis di luar kawasan hutan + 696.797 Ha
(sangat kritis + 8.567 Ha)
2. Kawasan lindung baik di hutan lindung maupun diluar kawasan hutan belum berfungsi
secara optimal baik sebagai penyangga kehidupan dan bagi perekonomian masyarakat
di sekitarnya.
3. Masih terjadi gangguan terhadap kawasan hutan negara, meskipun kecenderungan dari
tahun ke tahun menurun

Buku Saku Bidang PH 5


4. Ketidakseimbangan pasokan dan kebutuhan kayu.
5. Kemiskinan dan kerentanan sosial penduduk di sekitar hutan masih relatif tinggi.

TANTANGAN :
1. Peningkatan produktivitas hutan negara dan Hutan rakyat/hak sebagai pemasok utama
kebutuhan bahan baku kayu industri menuju swasembada bahan baku kayu
2. Pengembangan hasil hutan non kayu, jasa lingkungan dan aneka usaha kehutanan
3. Meningkatkan peran sektor kehutanan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat,
mengurangi kemiskinan dan pengangguran, khususnya masyarakat di sekitar hutan dan
petani hutan
4. Penerapan Sistem Pengelolan Hutan Lestari (PHL)

PEMBANGUNAN KEHUTANAN MENDUKUNG


PRO GROWTH, PRO jOB, PRO POOR, PRO
ENVIRONMENT

Buku Saku Bidang PH 6


Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung pembangunan
kehutanan di wilayahnya seiring dengan kebijakan pembangunan nasional yang
meliputi 4 aspek, yaitu :
1. Pro Growth = menggerakkan ekonomi kerakyatan
2. Pro Job = membuka dan mengembangkan kesempatan kerja
3. Pro Poor = berkontribusi dalam pengentasan kemiskinan
4. Pro Environment = memperbaiki kualitas lingkungan hidup

Buku Saku Bidang PH 7


KONDISI HUTAN DI JAWA TENGAH

Kawasan hutan ideal minimal 30% dari luas daratan (UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan). Jawa
Tengah telah berada di atas batas minimal kawasan hutan ideal ( > 976.470 Ha ) sebagai berikut :

No. Jenis Hutan Luas (Ha) % terhadap luas Jawa Tengah

A. Hutan Negara 647.133 19,91

1. Hutan Produksi 546.290 16,78

a. Hutan Produksi Tetap (HP) 362.360 11,13

b. Hutan Produksi Terbatas (HPT) 183.930 5,65

2. Hutan Lindung 84.430 2,59

3. Kawasan Konservasi (non perairan) 16.413 0,51

B. Hutan Hak / Hutan Rakyat 742.923 22,86

Jumlah luas kawasan berfungsi hutan 1.390.056 42,77

Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah ± 3.250.000 Ha


KONDISI LAHAN KRITIS
DI JAWA TENGAH
Buku Saku Bidang PH 8
HASIL REVIEW KONDISI KEKRITISAN LAHAN TAHUN 2005

1. AGAK KRITIS : 209.369 Ha


2. KRITIS : 604.126 Ha
3. SANGAT KRITIS : 14.669 Ha
Jumlah Total : 828.164 Ha

HASIL REVIEW KONDISI KEKRITISAN LAHAN TAHUN 2010


1. AGAK KRITIS : 551.864 Ha
2. KRITIS : 136.366 Ha
3. SANGAT KRITIS : 8.567 Ha
Jumlah Total : 696.797 Ha

PEMBANGUNAN HUTAN RAKYAT


DI JAWA TENGAH
Buku Saku Bidang PH 9
Sejak tahun 1970-an, mulai dilaksanakan pembangunan hutan rakyat yang bertujuan untuk
mengatasi dan menanggulangi lahan kritis dan sumber penghasilan bagi masyarakat.

Hutan rakyat di Jawa Tengah dibangun melalui beberapa pola yaitu pola bantuan (sebagian
komponen kegiatannya dibantu oleh pemerintah, seperti kegiatan Inpres Penghijauan dan
GN-RHL), pola swadaya (sepenuhnya dibiayai masyarakat sendiri) dan pola kemitraan
(dilaksanakan oleh petani dan mitra usaha dengan dana pinjaman dari Pemerintah Propinsi
Jawa Tengah (2003 – 2005).

Manfaat hutan rakyat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu ekologis, ekonomis dan
sosial.

Luas Hutan Rakyat Propinsi Jawa Tengah sampai saat ini ± 742.923 Ha.

Di pedesaan sudah mulai tumbuh kelembagaan yang nantinya dapat didayagunakan untuk
mengelola, menjaga dan memanfaatkan hutan desa tersebut dengan sebaik-baiknya.
Semangat/animo masyarakat untuk menanam pohon-pohonan di desa-desa Jawa Tengah
cukup tinggi (target rehabilitasi 25.000 ha/thn).

Buku Saku Bidang PH 10


Industri perkayuan yang menampung kayu lokal di Jawa Tengah cukup banyak. Industri
pengolah kayu rakyat pada tahun 2013 sebanyak 651 unit, kebutuhan bahan baku 5.728.680
m3/thn.

Tersedianya kelembagaan pemerintah yang menangani masalah kehutanan dan penyuluh


di Jawa Tengah.

Tersedianya/berkembangnya kebun bibit yang diusahakan oleh instansi pemerintah, swasta


dan anggota masyarakat serta munculnya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan
bibit unggul.

Perkembangan harga produk hutan rakyat makin menarik.

Korelasi Penanaman Pohon dengan


Penanganan Lahan Kritis

Buku Saku Bidang PH 11


Penanaman pohon di Jawa Tengah setiap tahun melalui OBIT = 110 juta pohon per
tahun.
Prosentasi tumbuh tanaman sebesar 80% artinya tanaman yang hidup = 88 juta pohon.
Kebutuhan pohon per ha untuk kegiatan rehabilitasi = 1.500 pohon per ha.
Luas lahan yang ditanami pohon per tahun = 88 juta pohon dibagi 1.500 pohon/ha =
58.666 ha per tahun.
Lahan kritis di Jawa Tengah seluas = 600.000 ha.
Waktu yang diperlukan untuk rehabilitasi lahan kiritis = 600.000 ha dibagi 58.666
ha/tahun = 10 tahun.
Jumlah pohon yang diperlukan untuk penanganan lahan kritis selama 10 tahun =
600.000 ha x 1.500 pohon/ha = 900 juta pohon.
Kebutuhan pohon per tahun untuk penanganan lahan kritis = 900 juta pohon dibagi 10
tahun = 90 juta pohon/tahun.

Korelasi Penanaman Pohon dengan


Pemenuhan Bahan Baku Industri Kayu
Buku Saku Bidang PH 12
 Jumlah Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) tahun 2013 = 651 unit .
 Kebutuhan bahan baku IPHHK per tahun = 5,7 juta M3, terdiri dari :
- Hutan Alam = 1,6 juta M3 dan
- Hutan Tanaman = 4,1 juta M3
(Perhutani = 300 ribu M3, Hutan Rakyat = 3,8 juta M3).
 OBIT per tahun = 110 juta pohon, pohon hidup = 88 juta pohon.
 Daur tanaman = 5 tahun.
 Volume kayu per pohon = 0,3 M3.
 Jumlah pohon yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri kayu
rakyat = 3,8 juta M3/tahun dibagi 0,3 M3/pohon = 12,6 juta pohon / tahun.
 Luas hutan rakyat yang ditebang untuk pemenuhan bahan baku industri = 12,6 juta
pohon / tahun dibagi 1.500 pohon /ha = 8.444 ha/tahun.
 Kebutuhan bibit tanaman untuk RHL di Jawa Tengah (Lahan Kritis dan Pemenauhan
Bahan Baku Industri) per tahun = 90 juta + 12,6 juta = 102,6 juta pohon per tahun.

Industri Primer Hasil Hutan Kayu


di Jawa Tengah

Buku Saku Bidang PH 13


a. Jumlah Industri Primer Hasil Hutan Kayu di Jawa Tengah yang telah berizin tercatat
sebanyak 651 unit (tahun 2013) dengan rincian kapasitas produksinya :
- < 2.000 sebanyak 418 unit
- > 2.000 - 6.000 sebanyak 182 unit
- > 6.000 sebanyak 51 unit

b. Kebutuhan bahan baku kayu bulat untuk IPHHK dilingkup Prov Jawa Tengah +
5.728.680,00 M3/tahun yang terdiri dari :
- Hutan Alam : + 1.605.315,00 M3/tahun
- Hutan Tanaman/Hak : + 4.123.365,00 M3/tahun

Buku Saku Bidang PH 14


Buku Saku Bidang PH 15
Produksi
Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu

No. Hasil Hutan 2009 2010 2011 2012 2013


Kayu Bulat
1. Hutan Hak (M3) 1.244.640 2.200.000 1.355.599 3.345.351 3.643.412
2. Hutan Negara 211.739 289.462 301.251 291.433 290.056
(M3)
Jumlah 1.456.379 2.489.462 1.656.850 3.636.784 3.933.468

No. Hasil Hutan 2009 2010 2011 2012 2013


Bukan Kayu
1. Hutan Hak - - - - -
2. Hutan Negara
Getah Pinus 46.053 40.624 50.424 50.731 40.866
(Ton)
Getah Damar 175 165 208 223 204
(Ton)
Daun Kayu 2.812 3.098 10.051 9.577 10.733
Putih (Ton)

Buku Saku Bidang PH 16


Sertifikasi Hutan Lestari

Tujuan Sertifikasi Hutan Lestari

1. Meningkatkan mutu lingkungan, ekonomi dan sosial dari pengelolaan hutan, melalui

penyediaan perangkat untuk mencapai pengelolaan hutan yang bertanggung jawab

2. Memberikan kesempatan pada pasar untuk mendapatkan barang/jasa dari hutan yang

dikelola secara bertanggung jawab

3. Membangun mekanisme yang dapat membantu penyediaan dana bagi pengelolaan

hutan yang baik

4. Mengurangi biaya penegakan hukum di bidang kehutanan

5. Meningkatkan penerimaan dari hutan

Buku Saku Bidang PH 17


Perkembangan Sertifikasi Hutan di Jawa Tengah sebagai tindak lanjut dari komitment Pemerintah
Indonesia dengan Uni Eropa melalui FLEGT-VPA (Forest Law Enforcement Governance and Trade –
Voluntary Partnership Agreement) yang bertujuan untuk meningkatkan tata kelola sektor kehutanan serta
memastikan bahwa kayu dan produk kayu yang diimpor ke UE diproduksi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku (legal) dapat dibedakan menjadi 2 jenis Sertifikasi Hutan yaitu Sertifikasi
Hutan Voluntary dan Sertifikasi Hutan Mandatory dan hasilnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sertifikasi Hutan Voluntary (Sukarela)


Sertifikasi hutan volountary ini dikembangkan oleh NGO, Pemerhati Kerusahan Hutan, Akademisi
dan Para Stakeholders yang peduli terhadap upaya pemberantasan illegal logging dan peredarannya di
wilayah Indonesia.

Buku Saku Bidang PH 18


HUTAN HAK / HUTAN RAKYAT BERSERTIFIKAT LESTARI
No KPH/ Unit Management Lokasi Skema Fasili-tator Jenis Ket.
. Kab
1. Wonogiri FKPS Selopuro Ds. Selopuro LEI Persepsi Jati 2004

FKPS Ds. Sumberejo LEI Persepsi Jati 2004


Sumberejo
PPHR Catur Ds. Tirtosuworo, LEI Persepsi Jati 2006
Giri Ds. Guwotirto,
Manunggal Ds. Sejati, Ds. Girikikis
2. Sukoharjo GOPHR Wono Kec. Weru, Ds. Ngreco, Ds. LEI Persepsi Jati 2007
Lestari Makmur Karangmojo, Ds. Jatingarang, Ds.
Alas ombo
3. Sragen Wana Rejo Asri Kec. Sambirejo LEI Persepsi Jati/ 2009
Rimba
4. Kebumen Kosta Jasa Ds. Sikayu, Tegalsari, Sidomukti, FSC TFT Mahoni 2009
Arjomulyo, Sidoagung, Wonorejo,
Pohkumbang, Candi, Giripurno, Kali
bening, Ginandong, Logandu, Clapar,
Wonoharjo
5. Boyolali UMHR Tunas Sari Desa Ngargosari dan Desa Sidomulyo LEI Arupa Sengon 2012
Mulyo Kec. Ampel

Buku Saku Bidang PH 19


6. Blora FMU Jati Mustika Kec. Blora LEI Arupa Jati 2012

HUTAN NEGARA BERSERIFIKAT LESTARI

No. KPH Skema Sertifikasi


Volountary (Sukarela)
1. KPH Kebonharjo FSC
2. KPH Randublantung FSC
3. KPH Kendal FSC
4. KPH Cepu FSC
5. KPH Mantingan Control Wood
6. KPH Pati Control Wood
7. KPH Banyumas Barat Control Wood

2. Sertifikasi Hutan Mandatory (Wajib)

Buku Saku Bidang PH 20


Sertifikasi hutan mandatory yang dikembangkan oleh Pemerintah sesuai Permenhut Nomor
P.38/Menhut-II/2009 berikut perubahannya yang selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2013
semua pemegang hutan hak, IUPHHK, IUI Lanjutan, dan industri rumah tangga / pengrajin wajib
memiliki Serifikat Legalitas Kayu.
HUTAN HAK / HUTAN RAKYAT BERSERTIFIKAT LEGALITAS KAYU

No. UMHR Skema Sertifikasi


1. Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat Wonosobo (APHR Wonosobo) S-LK
2. Gabungan Kelompok Tani Jati Mustika (Gapoktan Jati S-LK
Mustika Blora)
3. APHR Purwo Lestari Purworejo S-LK
4. APPHR Tree Manunggal Lestari Banjarnegara S-LK
5. APHR Satria Wana Lestari Banyumas S-LK
6. APHR Alas Sebayu Lestari Tegal S-LK
7. UMHR Graha Mandiri Sentausa Batang S-LK

HUTAN NEGARA BERSERTIFIKAT LEGALITAS KAYU DAN S-PHPL


Buku Saku Bidang PH 21
No. KPH Skema Sertifikasi
1. KPH Telawa S-LK
2. KPH Kebonharjo S-LK
3. KPH Kendal S-LK
4. KPH Pemalang S-PHPL

INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU BERSERTIFIKAT LEGALITAS KAYU (S-LK)

No Jenis Industri Jumlah (unit) Sertifikasi


1. IPHHK / Industri Primer 85 S-LK
2. IPKL / Industri Lanjutan 11 S-LK
Jumlah 96

Peran Para Pihak dalam mendukung Implementasi Sertifikasi Hutan di Jawa Tengah

Buku Saku Bidang PH 22


Tahun 2012 melalui APBN Dana Dekonsentrasi pada Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah telah
dialokasikan anggaran untuk penilaian Sertifikasi PHBML kepada Gapoktanhut Jati Mustika di
Kabupaten Blora.

Tahun 2013 melalui APBD Provinsi Jawa Tengah telah dianggarkan untuk memfasilitasi kelompok
tani hutan rakyat di Kab. Banyumas dan Kab. Tegal untuk berproses mendapat Sertifikat LK dan
sudah LULUS (APHR Satria Wana Lestari Banyumas dan APHR Alas Sebayu Lestari Tegal).

Tahun 2013 Kemenhut melalui Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan
memfasilitasi pendampingan SVLK bagi 4 Kelompok Tani Hutan Hak dan 1 IUIPHHK yaitu :
1) Hutan Rakyat Lestari di Kab. Klaten
2) Hutan Desa Bucu di Kab. Jepara
3) Gapoktanhut Tirta Tuntang Desa Ngombak dan Desa Kentengsari Kec. Kedungjati Kab.
Grobogan
4) Hutan Hak Karya Tani Desa Tegalrejo Kec. Wirosari Kab. Grobogan, Kab. Klaten) dan
5) IUIPHHK Langgeng Makmur Kab. Banyumas.

Buku Saku Bidang PH 23


Tahun 2014 Kemenhut melalui Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan akan
pendampingan SVLK bagi 5 Kelompok Tani Hutan Hak yaitu :
1) Gapoktan Makmur di Kab. Temanggung
2) Gapoktan Makaryo Tani di Kab. Temanggung
3) APHR Pinus Jaya di Kab. Purbalingga
4) Gapoktanhut Among Mitro di Kab. Grobogan
5) Gapoktanhut Margo Luhur di Kab. Grobogan

Tahun 2014 Kemenhut melalui Pusat Standardisasi dan Lingkungan akan melakukan fasilitasi
pendampingan persiapan penerapan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Lestari (PHBML)
bagi 4 Kelompok Tani Hutan Hak yaitu :
1) Asosiasi Petani Hutan Rakyat (APHR) Usaha Lestari di Kecamatan Rembang Kabupaten
Purbalingga yang memiliki hutan rakyat seluas 500 ha yang terdiri dari 4 desa (Gunungwuled,
Losari, Tanalum dan Karangbawang).

Buku Saku Bidang PH 24


2) Kelompok Tani Hutan Rakyat di Kecamatan Gondangrejo, Kecamatan Jatipuro dan Kecamatan
Jumantono Kabupaten Karanganyar seluas 500 ha.
3) Kelompok Tani Hutan Rakyat BUANA MAKMUR di Desa Palugon Kecamatan Wanareja
Kabupaten Cilacap seluas 500 Ha.
4) Kelompok Tani Manunggal Jati Desa Trenten, Tani Makmur Desa Bateh, Dadi Makmur Desa
Surodadi, Sido Maju Desa Sonorejo Kecamatan Candi Mulyo Kabupaten Magelang seluas 500
ha dengan jenis tanaman Sengon, Bambu dan tanaman campuran.

Tahun 2014 melalui APBD Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah akan memfasilitasi 1 (satu)
UMHR di Kabupaten Pemalang untuk mendapatkan Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK) sebesar Rp.
65.000.000,-.

PERMASALAHAN INDUSTRI KECIL KEHUTANAN DALAM MENGHADAPI


SERTIFIKASI LEGALITAS KAYU

Permasalahan yang ditemukan pada industri kecil :


1) Tidak memiliki Izin Usaha Industri.

Buku Saku Bidang PH 25


2) Belum mematuhi aturan Penatausahaan Hasil Hutan.
3) Terbatasnya modal usaha.
4) Rendahnya SDM yang dimiliki.

Dalam implementasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) setidaknya ada 4 (empat)
persyaratan legal yang harus dipenuhi oleh industri kecil / industri rumah tangga /
pengrajin yaitu
1) persyaratan legal badan usaha,
2) persyaratan legal bahan baku,
3) persyaratan legal dalam proses produksi dan
4) persyaratan legal pemasaran.

INDUSTRI KECIL KEHUTANAN JAWA TENGAH

Berdasarkan laporan studi CIFOR bahwa jumlah industri kecil dan industri rumah tangga /
pengrajin di Kabupaten Jepara pada tahun 2010 terdapat 11.981 unit usaha terdiri dari :

Buku Saku Bidang PH 26


 92 % unit usaha kecil,
 6 % unit usaha menengah dan
 2 % unit usaha besar
belum termasuk disentra-sentra industri furniture dan kerajinan kayu yang lain misalnya
Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Kudus, Kabupaten
Rembang, Kabupaten Blora, Kota Semarang dan Kota Surakarta.

Kriteria :
• Industri kecil kehutanan adalah Industri Primer Hasil Hutan Kayu kapasitas produksi
sampai dengan 2.000 m3/tahun dengan modal investasi sampai dengan Rp. 500.000.000
(lima ratus juta rupiah) diluar tanah dan bangunan termasuk industri rumah tangga /
pengrajin.
• Industri Rumah Tangga / Pengrajin adalah industri yang memiliki jumlah karyawan /
tenaga kerja berjumlah 1 sampai dengan 4 orang.

KONTRIBUSI
SEKTOR KEHUTANAN TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH

Buku Saku Bidang PH 27


Kontribusi sektor kehutanan terhadap Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah
dipungut melalui Provisi Sumber Daya Hutan, Sumbangan Pihak Ketiga, dan Pajak Bumi
dan Bangunan, dengan data sebagai berikut :

No. Penerimaan 2011 2012


Target (Rp) Real (Rp) Target (Rp) Real (Rp)
1. SP3 8.766.267.757 5.502.121.000 4.278.915.944 9.002.435.176
2. PSDH 38.644.000.000 33.113.136.711 34.181.200.000 40.455.123.929
3. PBB 48.486.600.000 40.271.113.254 48.486.600.000 41.992.188.799

No. Penerimaan 2013 2014 (s/d Maret)


Target (Rp) Real (Rp) Target (Rp) Real (Rp)
1. SP3 6.791.588.035 9.341.271.610
2. PSDH 33.019.130.100 32.941.011.508 36.458.937.000 7.060.278.336

Buku Saku Bidang PH 28


3. DR - 98.318.142 - 29.620.142
4. PBB 42.560.100.000 43.596.832.111

Hasil hutan
masuk jawa tengah
Melalui Pelabuhan

No. Nama 2011 2012


Pelabuhan KB KGG KB KGG ROTAN IMPOR
(M3) (M3) (M3) (M3) (TON) (M3)
1. Tanjung 547.405,90 26.215,87 634.920,02 25.066,853 531,805 233.992,8535

Buku Saku Bidang PH 29


Emas
2. PT. KLI 252.834,33 0 266.244,75 0 0 0
Jumlah 800.240,23 26.215,87 901.164,77 25.066,853 531,805 233.992,8535

No. Nama 2013


Pelabuhan KB KGG ROTAN IMPOR
(M3) (M3) (TON) (M3)
1. Tanjung 701.958,46 1.250.247,6264 486,3371 4.417,24
Emas
2. PT. KLI 324.919,66 0 0 0
Jumlah 1.026.878,12 1.250.247,6264 486,3371 4.417,24

GANIS / WASGANIS PHPL & P2SKAU

Jumlah Ganis dan Wasganis PHPL serta Pejabat Penerbit Surat Keterangan Asal Usul
(P2SKAU) di Jawa Tengah sebagai berikut :

 GANIS PHPL = 641 orang

Buku Saku Bidang PH 30


 WASGANIS PHPL = 182 orang
 Pejabat Penerbit SKAU = ..... orang

GANIS PHPL yang ditetapkan menjadi Penerbit FAKO & Penerbit FAKB sebagai berikut :
 Penerbit FA-KO = ...... orang
 Penerbit FA-KB di Industri = ...... orang
 Penerbit FA-KB Pelabuhan = ...... orang

PENUTUP

Buku saku ini masih belum sempurna, namun demikian mudah-mudahan dapat menggambarkan
dengan jelas peran aktif sektor kehutanan khususnya Bidang Pengusahaan Hutan di dalam
mendukung Visi Gubernur Jawa Tengah Mewujudkan Jawa Tengah Semakin Sejahtera Berdikari dan
Bermartabat.

Buku Saku Bidang PH 31


Semoga buku ini bermanfaat sebagai sarana menambah informasi pembangunan kehutanan di
Provinsi Jawa Tengah.

Buku Saku Bidang PH 32

Anda mungkin juga menyukai