Anda di halaman 1dari 4

Asal Usul Kesenian Begalan Banyumasan

Disusun Untuk Mememenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sastra Lama

Dosen Pengampu

M. Riyanton, S.S., M.Pd.

Anggota Kelompok :

Dzaqiatul Muthi’ah A. (J1D015033)

Ulfa Luthvianna Farazia (J1D015038)

Diah Ratna Juwita (J1D015042)

Fathur Ridwan Assakti (J1D015044)

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU BUDAYA

PURWOKERTO

2016
Asal Usul Kesenian Begalan Banyumasan

A. Hakikat Kesenian Begalan Banyumasan

Kesenian Begalan adalah salah satu kebudayaan yang ada di wilayah Banyumas
Jawa Tengah. Begalan sendiri berasal dari kata begal yang artinya perampok, tetapi
dalam kesenian ini, istilah begal tidak diartikan sebagai merampok barang milik orang
lain, tetapi menjaga keselamatan apabila ada roh-roh jahat yang datang dan mengganggu.
Begalan dilakukan sebagai salah satu syarat guna menghindari kekuatan-kekuatan gaib
yang mengancam atau mengganggu upacara pernikahan. Jadi dapat disimpulkan kesenian
begalan ini adalah seni tutur tradisional sebagai sarana upacara pernikahan.

B. Sejarah Kesenian Begalan Banyumasan

Kesenian Begalan bermula dari kisah ketika Adipati Banyumas mantu dengan
Adipati Wirasaba Purbalingga. Adipati Banyumas memiliki putra yang bernama
Pangeran Tirta Kencana yang kemudian dinikahkan dengan putri Adipati Wirasaba
Purbalingga yang bernama Dewi Sukesi. Pada saat itu Adipati Banyumas memiliki
keinginan untuk memindahkan menantunya ke Banyumas. Perjalanan dari wirasaba
menuju Banyumas tidak menggunakan alat transportasi, tetapi dengan cara berjalan kaki.

Didalam perjalanan, rombongan berhenti untuk beristirahat sejenak. Mereka


teringat bahwa ada barang-barang yang tertinggal yaitu berupa peralatan dapur yang
nantinya akan dibawa ke Kadipaten Banyumas. Kamudian daerah tersebut diberi tanda
menggunakan tongkat dan dinamai dusun Palumutan (artinya baru ingat).

Singkat cerita, rombongan sudah berjalan sampai batas Kadipaten Banyumas.


Tetapi rombongan tidak dapat melanjutkan perjalanan karena di depan terdapat sungai
serayu yang dalam dan tidak bisa untuk menyebrang (kedung). Karena lelah dan tidak tau
harus menyebrang dari sebelah mana, mereka memutuskan untuk beristirahat.
Pada waktu malam hari, ketika rombongan sedang beristirahat, mereka dikejutkan
dengan sesosok raksasa yang akan menjarah pengantin bernama Suradenta. Kemudian
prajurit mulai bergerak menghadapi raksasa tersebut karena mereka memiliki kewajiban
untuk melindungi pengantin, sehingga terjadilah peperangan tetapi mereka kalah karena
Suradenta sangat kuat.

Suradenta mau meninggalkan mereka tetapi dia mempunyai permintaan yaitu


siapapun yang merupakan warga Banyumas mempunyai hajatan mantu pertama entah itu
lelaki atau perempuan, apalagi mantu anak sulung dengan anak sulung, sulung bontot
atau bontot dengan bontot harus membawa syarat berupa penyerahan perabot rumah
tangga. Apabila tidak dilakukan, maka Suradenta akan datang menjarah dunia dan
mengganggu pengantin. Tetapi apabila syarat itu dilaksanakan, maka Suradenta tidak
akan berani datang mengganggu pengantin sekeluarga.
LAMPIRAN

A. Waktu dan Tempat Wawancara

Wawancara ini dilaksanakan pada:

Hari / Tanggal : Rabu, 30 November 2016

Pukul : 14.30 WIB s/d selesai.

Tempat : Ds. Petir RT 3 RW 1 Sokaraja.

B. Laporan Hasil Wawancara

Narasumber : Munarto

Pewawancara : Diah Ratna Juwita, Dzaqiatul Muthi’ah

Juru Foto : Fathur Ridwan Assakti

Juru Tulis : Ulfa Luthvianna Farazia

Anda mungkin juga menyukai