Anda di halaman 1dari 24

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

KOMUNIKASI MANAJERIAL

Oleh :

KEOMPOK 7

ANNISA PRATIWI (P07120216031)

KETUT YUNI HANDAYANI (P07120216032)


IDA AYU PUTU GAYATRI PRABHA (P07120216033)
PUTU AYU WINDILA ROSA (P07120216034)
MADE AYU SISTA UTAMI (P07120216035)
KELAS 1A

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


PRODI D4 JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Selain itu
penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan tugas dan membimbing kami.
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Komunikasi Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis
berharap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Denpasar, Februari 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………1
1.3 Tujuan ……………………..…………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi …………………………………………………………3


2.2 Pengertian Manajerial …………………………………………………………3
2.3 Tingkatan Dalam Manajemen …………………………………………………4
2.4 Keterampilan Manjemen …………………………………………………5
2.5 Komunikasi Manajerias …………………………………………………………6
2.6 Elemen-elemen Komunikasi Manajerial …………………………………7
2.7 Fungsi Komunikasi Manajerial …………………………………………………9
2.8 Tujuan Komunikasi Manajerial ………………………………..………..9
2.9 Strategi Komunikasi Manajerial …………………………..……………10
2.10 Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan ………………….…….18
2.11 Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi ………………..18

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan ….…….……………………………………………………....20

3.2 Saran ………….………………………………………...…………………..20

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….……………….21

3
BAB I

PENAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan sarana untuk terjalinnya hubungan antar seseorang dengan orang
lain, dengan adanya komunikasi maka terjadilah hubungan sosial, karena bahwa manusia itu
adalah sebagai makluk social, di antara yang dengan yang lainnya saling membutuhkan,
sehingga terjadinya interaksi yang timbalk balik. Selain itu komunikasi merupakan
kompenen yang sangat penting bagi seorang dalam pergaulan sosial maupun dalam hubungan
kerja, karena dari komunikasi iti bisa diperoleh suasana yang akrab dan harmonis, bahkan
bisa mendamaikan dua pihak yang bertikai namun juga bisa sebaliknya terjadi pertentangan,
benturan. Atau permusuhan karena komunikasi yang salah. Dalam hubungan seseorang
dengan orang lain tentunya terjadinya proses komunikasi itu tentunya tidak terlepas dari
tujuan yang menjadi topik atau pokok pembahasan, dan juga untuk tercapainya proses
penyampaian informasi itu akan berhasil apabila ditunjang dengan alat atau media sebagai
sarana penyaluran informasi atau berita. Dalam kenyataannya bahwa proses komunikasi itu
tidak selama lancar hal terjadi dikarenakan kurangnya memperhatikan unsur-unsur yang
mestinya ada dalam proses komunikasi.

Dari uraian tersebut, bahwa dalam komunikasi itu perlu diperhatikan mengenai unsur-
unsur yang berkaitan dengan proses komunikasi, baik itu oleh komunikator maupun oleh
komunikan, dan juga bahwa komunikator harus memahami dari tujuan komunikasi.

1.2 Rumsan Masalah


1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan komunikasi?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan manajerial dan manajemen?
1.2.3 Bagaimanakah tingkatan dalam manajemen?
1.2.4 Bagaimanakah keterampilan berkomunikasi?
1.2.5 Apakah yang dimaksud dengan komunikasi manajerial?
1.2.6 Apa sajakah elemen-elemen komunikasi manajerial?
1.2.7 Apa sajakah fungsi komunikasi manjerial?
1.2.8 Apa sajakah tujuan komunikasi manajerial?
1.2.9 Bagaimanakah strategi komuniasi manajerial?
1.2.10 Bagaimanakah prinsip komunikasi manajerial?
1.2.11 Apa sajakah hambatan komunikasi manajerial?

4
1.3 Tujuan

1.3.1 Mahasiswa memahami apakah yang dimaksud dengan komunikasi.


1.3.2 Mahasiswa memahami apakah yang dimaksud dengan manajerial dan manajemen.
1.3.3 Mahasiswa memahami tingkatan manajeman.
1.3.4 Mahasiswa memahami keterampilan berkomunikasi.
1.3.5 Mahasiswa memahami apakah yang dimaksud dengan komunikasi manajerial.
1.3.6 Mahasiswa memahami elemen-elemen komunikasi manajerial.
1.3.7 Mahasiswa memahami fungsi-ungsi komunikasi.
1.3.8 Mahasiswa memahami tujuan komunikasi manajerial.
1.3.9 Mahasiswa memahami prinsip, strategi, dan hambatan komunikasi manajerial.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris
yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna,
“commonness” atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi
informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Komunikasi secara
terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang
kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward (1998:16) mengenai komunikasi
manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in
relationships, group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt
to the environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat
yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Proses komunikasi di mulai pada saat sumber (pengirim pesan) mempunyai ide atau
pesan ; kemudian pada tahap pengkodean, sumber (pengirim pesan) menentukan cara
penyampaian pesan pada penerima. Pada tahap pengkodean, penerima pesan menerima dan
menterjemahkan pesan yang datang. Proses komunikasi dikatakan berhasil jika penerima
pesan dapat menerima dan menterjemah isi pesan sesuai yang diinginkan oleh sumber
(pengirim pesan). Jika penerima merasa bahwa pesan yang diterima tidak jelas, maka sumber
(pengirim) lalu mengirimkan respon atau feedback. Dalam hal ini maka posisi penerima
berubah menjadi pengirim dan pengirim berubah menjadi penerima, dan proses seperti ini
disebut dengan proses komunikasi dua arah. Komunikasi satu arah terjadi jika penerima tidak
memberikan umpan balik. Akibatnya sering kali tujuan komunikasi tidak tercapai.

2.2 Pengertian Manajerial dan Manajemen

Manajerial adalah perpaduan seni dan ilmu, sebuah ilmu dalam mengatur segala
sesuatunya dengan benar. Dalam ilmu komunikasi, komunikasi manajerial lebih dikenal
dengan manajemen komunikasi.

6
Sementara Dubrin (1990:5) mengartikan manajemen sebagai suatu proses
menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi melalui fungsi
planning dan decision making, organizing, leading, dan controlling. Manajemen juga
diartikan sebagai proses prencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi pekerjaan
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk
mencapai tujuan organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan
dengan jelas. Sementara itu, Robbins dan Coultar memberikan definisi manajemen sebagai
suatu proses untuk membuat aktivitas terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan
melalui orang lain.

2.3 Tingkatan Dalam Manajemen

Dilihat dari tingakatan organisasi, manajemen dibagi dalam 3 tingkatan yaitu:


a. Manajemen Puncak (Top Management)
Manajer bertaggungjawab atas pengaruh yang ditimbulkan dari keputusan-
keputusan manajemen keseluruhan dari organisasi. Misal: Direktur, wakil direktur,
direktur utama. Keahlian yang dimiliki para manajer tingkat puncak adalah
konseptual, artinya keahlian untuk membuat dan merumuskan konsep untuk
dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.
b. Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen menengah harus memiliki keahlian interpersonal/manusiawi, artinya
keahlian untuk berkomunikasi, bekerjasama dan memotivasi orang lain. Manajer
bertanggungjawab melaksanakan rencana dan memastikan tercapainya suatu tujuan.
Misal: manajer wilayah, kepala divisi, direktur produk.
c. Manajemen Bawah/Lini (Low Management)
Manager bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yang telah ditetapkan
oleh para manajer yang lebih tinggi. Pada tngkatan ini juga memiliki keahlian yaitu
keahlian teknis, atrinya keahlian yahng mencakup prosedur, teknik, pengetahuan
dan keahlian dalam bidang khusus. Misal: supervisor/pengawas produksi, mandor.

7
2.4 Keterampilan Manajemen

Robert Katz (Robbins, 2003:5) mengidentifikasi adanya tiga macam keterampilan


penting yang harus dimiliki manajer, yaitu technical skills (keterampilan teknis), human skills
(keterampilan kemanusiaan), dan conceptual skills (keterampilan konseptual)
a. Technical Skills (Keterampilan Teknis)
Technical skills merupakan kemampuan teknis untuk melakukan pekerjaan yang
memerlukan pengetahuan atau keahlian khusus.
b. Human Skills (Keterampilan Kemanusiaan)
Human skills menunjukkan kemampuan bekerja dengan memahami dan memotivasi
orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
c. Conceptual Skills (Keterampilan Koseptual)
Conceptual skills merupakan kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiagnosis
situasi yang kompleks serta merumuskan konsep.
d. Diagnostic Skills (Ketarampilan Mendiagnosis)
Manajer sering diminta melakukan investigasi masalah dan mengimplementasikan
perbaikan selama melakukan tindakan.
e. Political Skill (Keterampilan Politis)
Political skill merupakan kemampuan untuk memperoleh kekuasaan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan. Sementara itu, Griffin dan Ebert (1999:121) di samping
mengemukakan perlunya techical skills, human relation skills, dan conceptual skills,
menambahkan keterampilan lain yang perlu dimiliki manajer, yaitu decision-making
skills dan time management skills.
f. Decision –Making Skills (Keterampilan Pengambilan Keputusan)
Ketarampilan membuat keputusan merupakan keterampilan dalam mendefiniskan
masalah dan menyeleksi cara untuk melakukan tindakan yang baik.
Terdapat tiga langkah dasar yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan, yaitu : (1)
mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi alternatif solusi, (2)
mengevaluasi masing-masing alternatif dan memilih salah satu yang terbaik, (3)
mengimplementasikan alternatif yang dipilih, secara periodik menindaklanjuti dan
mengevaluasi efektivitas dari pilihan tersebut.

8
g. Time Manajement Skills ( Keterampilan Manajemen Waktu)
Keterampilan mengelola waktu merupakan keterampilan yang berkaitan dengan
penggunaan waktu secara produksi. Waktu sangat berharga, dan penggunaan waktu
dengan tidak baik akan menyebabkan biaya dan memboroskan produktivitas.

2.5 Komunikasi Manajerial

Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan, bahkan dapat
dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi syarat seorang pemimpin
selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas, tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan
rohani, ia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi. Berikut merupakan definis
komunikasi manajemen menururut beberapa ahli :

1. Menurut Michael kaye (1994), Communication management is how people manage


their communication processes through construing meanings about their relationships
with others in various setting. They are managing their communication and actions in
a large of relationship – some personal some professional. Bagaimana orang-orang
mengelola proses komunikasi dalam hubungannya dengan orang lain dalam setting
atau konteks komunikasi.
2. Menurut Parag Diwan (1999), Manajemen komunikasi adalah proses penggunaan
berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menurut Antar Venus, Manajemen komunikasi adalah proses pengelolaan sumber
daya komunikasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas
pertukaran pesan yang terjadi dalam berbagai konteks komunikasi. Konteks
komunikasi yang dimaksud disini berarti tataran komunikasi individual, interpersonal,
organisasional, governmental, sosial, atau bahkan internasional.

Dari pengertian tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa komunikasi manajerial atau


komunikasi manajemen merupakan komunikasi yang menggunakan semua sumber daya
organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang tersedia untuk mencapai
tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas. Komunikasi manajemen juga dapat diartikan
sebagai komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan

9
maupun dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan
kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

Proses Komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka.


Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai dasar
perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan, Pengorganisasian memerlukan
komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka, Pengarahan mengharuskan manejer
untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar tujuan kelompok dapat tercapai. Jadi seorang
manajer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan
komunikasi dengan pihak lain.

2.6 Elemen-elemen Komunikasi Manajerial

Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau
didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek . unsur-unsur ini bisa juga
disebut komponen atau elemen komunikasi.

1. Sumber, Semua peristiwa komunikasi akan melinatkan sumber sebagai pembuat atau
pengirim ineormasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu
orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok misalnya partai, organisasi atau
lembaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator atau dalam bahasa Inggrisnya
disebut source, sender, atau encoder.
2. Pesan, Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata massage, content atau informasi (Hafied Cangara,
2008;22-24).
3. Media, Media adalah alat sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari
komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa
dalam komunikasi antarmanusia, media yang paling dominan dalam berkomunikasi
adalah pancaindra manusia seperti mata dan teliga. Pesan-pesan yang diterima
pancaindra selanjutnya diproses dalam pikiran manusia untuk mengontrol dan
menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan. Akan
10
tetapi, media yang dimaksud dalam buku ini, ialah media yang digolongan atas empat
macam, yakni: Media antarpribadi, untuk hubungan perorang (antarpribadi) media
yang tepat digunakan ialah kurir /utusan, surat, dan telpon. Media kelompok, Dalam
aktivitasa komunikasi yang melibatkan khlayak lebih dari 15 orang, maka media
komunikasi yang banyak digunakan adalah media kelompok, misalnya, rapat,
seminar, dan konperensi. Rapat biasanya digunakan untuk membicarakan hal-hal
penting yang dihadapi oleh suatu organisasi. Seminar adalah media komunikasi
kelompok yang biasa dihadiri 150 orang. Konferensi adalah media komunikasi yang
dihadiri oleh anggota dan pengurus dari organisasi tertentu. Ada juga orang dari luar
organisasi, tapi biasanya dalam status peninjau. Media publik, kalau khalayak lebih
dari 200-an orang, maka media komunikasi yang digunakan biasanya disebut media
publik. Misalnya rapat akbar, rapat raksasa dan semacamnya. Media massa, jika
khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan
media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan
dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Hafied Cangara, 2008;123-126).
4. Penerima, Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh
sumber. Penerima bisa terdiri satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelempok,
partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai macam istilah, seperti
khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris
disebut audience ataureceiver. Dalam proses komunikasi telah dipahami bahwa
keberadaan penerima adalah akibat karena adanya sumber. Tidak adanya penerima
jika tidak ada sumber. Penerima adalah elemen penting dalam proses komunikasi,
karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima
oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang sering kali
menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau saluran.
5. Pengaruh atau efek, Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang
dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima
pesan. Pengaruh ini biisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau pengetahuan, sikap, dan
tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan.

11
2.7 Fungsi Komunikasi Manajerial

Komunikasi mempunyai empat fungsi utama sebagaimana yang diutarakan oleh


Stephen P. Robbins (1996:5) yang telah diterjemahkan oleh Hadyana Pujaatmaka sebagai
berikut:

1. Kendali
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota organisasi
2. Motivasi
Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada para
karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana mereka bekerja dengan, dan apa
yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki kinerja jika itu dibawah standar.
3. Pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka merupakan sumber utama untuk
interaksi sosial. Komunikasi yang terjadi di dalam kelompok itu merupakan
mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota menunjukkan kekecewaan
dan rasa puas mereka.
4. Informasi
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan kelompok untuk
mengambil keputusan dengan meneruskan data guna mengenali dan menilai pilihan-
pilihan alternatif.

2.8 Tujuan Komunikasi Manajerial

Manajeman Komunikasi bertujuan untuk menjadi sarana berinteraksi yang baik, dapat
memahami dan mengerti cara berkomunikasi yang baik.Dewasa ini dapat menjadi kajian dan
sarana informasi yang membentuk hubungan dengan orang-orang sebagai sarana investasi
yang merupakan aspekyang sangat penting dalam Manajemen Komunikasidalam upaya
mengembangakan hubungan yang profesional”membentuk goodwill, toleransi (tolerance),
saling kerjasama (mutual understanding) dan saling menghargai (mutual appreciation) serta
memperoleh opini public yang favorable, image yang tepat berdasarkan prinsip-prinsip
hubungan yang haronis baik hubungan kedalam (internal relations) maupun hubungan keluar
(external relations).

12
B. Curtis mengemukakan bahwa terdapat beberapa tujuan mengapa komunikasi
terjadi di dalam organisasi atau perusahaan:
1. Give and Given Information (memberi dan di beri informasi)
Karyawan akan cenderung merasa lebih baik mengenai diri mereka sendiri jika
mereka di beri informasi dengan baik dan di beri jalan masuk menuju informasi
tersebut.
2. Persuade Others (mempengaruhi orang lain)
Komunikasi berguna untuk merangsang minat, mengurangi permusuhan, dan
menggerakkan karyawan untuk melakukan suatu tugas atau mendidik perilaku.
3. Help Others (menolong orang lain)
Hal ini dapat dilakukan oleh seorang atasan, antara lain melalui pemberian nasihat
kepada para karyawan, membantu pelanggan menyelesaikan masalah, ataupun
memotivasi orang lain dalam mencapai tujuan karier mereka.
4. Evaluating Behavior Effectiveness (mengevaluasi perilaku secara efektif)
Para anggota organisasi memerlukan suatu penilaian untuk mengetahui hal-hal yang
akan mereka lakukan atau kapan koreksi terhadap prestasi mereka lakukan.

2.9 Strategi Komunikasi Manajerial

Dalam melakukan komunikasi dalam suatu organisasi, diperlukan suatu strategi agar proses
komunikasi berlangsug dengan baik dengan hambatan seminimal mungkin. Ada dua hal yang
perlu diperhatikan dalam strategi berkomunikasi dalam organisasi, yaitu pola komunikasi dan
gaya kemunikasi.

Pola komunikasi merupakan bentuk atau model dalam melakukan komunikasi. Poa
komunikasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan arah dan fungsinya.

1. Pola Komunikasi Berdasarkan Arah


a) Komunikasi Vertikal
Komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas,adalah komunikasi dari
pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan secara timbal balik.
Dalam komuniksi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk
petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan dan lain lainkepada
bawahannya. Sementara bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,
pengaduan-pengaduan kepada pemimpin. Pimpinan perlu mengetahui laporan,
tanggapan, atau saran para karyawan sehingga suatu keputusan atau suatu

13
kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Komunikasi yang lancar, terbuka dan saling mengisi merupakanmencerminkan sikap
kepemimpinan yang demokratis.
a. Downward Communication (komunikasi kebawah)
Terutama mengkomunikasikan pesan dari yang memiliki kekuasaan
kepada yang lebih sedikit kekuasaannya; merupakan model umum komunikasi
dalam sebuah organisasi. Komunikasi ini melibatkan instruksi, anggaran yang
disetujui atau tidak, pernyataan kebijakan, variasi dalam standar prosedur
operasi dan mencatat perubahan-perubahan lainnya, pengumuman umum,
pertemuan,ekspresi tujuan, sasaran, dan pernyataan misi. Pesan-pesan ini
mungkin dapat dikirimkan lewat memo, email, catatan,dan saluran individu ke
grup atau dari individu ke individu; atau mereka mungkin saja dapat
disampaikan tidak langsung melalui orang lain dalam hirarki. Selama proses
pengiriman, pesan asli dapat di edit, ditambah, dikurangi, dijelaskan, atau
bahkan diubah.
Komunikasi kebawah membawa informasi yang berhubungan dengan
tugas pada seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga membawa
informasi tentang kebijakan dan prosedur, serta bisa jadi digunakan untuk
feedback yang bersifat motivasional pada karyawan. Komunikasi kebawah
terjadi jika manajer atau penyelia mengirimkan pesan kepada satu orang
bawahan atau lebih.
Komunikasi kebawah seringkali berbentuk pemberian instruksi atau
penjelasan bagaimana seorang atasan menginginkan suatu tugas diselesaikan
para atasan mengirimkan informasi mengenai peraturan, kebijakan, dan
standar minimum. Para atasan juga memberikan informasi untuk menilai
prestasi bawahan atau memotivasi seorang bawahan. Komunikasi ke bawah
menetapkan suatu organisasi bisnis. Apabila sebagian besar dalam organisasi
dalam bisnis berasal daripuncak (vertikal ke bawah) dan biasanya berupa
instruksi, gaya organisasi cenderung otokrasi. Apabila sebagian besar
komunikasi ke bawah bersifat mendukung dan memiliki unsur perhatian yang
besar terhadap bawahan, rangkasian sifat akan lebih bersifat mendukung.
Komunikasi seperti itu akan mendorong pembentukan kolaborasi antara
pimpinan dan pegawai. Lebih jauh lagi, komuniaksi akan mendorong
rangkaian penuh komunikasi ke atas.
14
b. Upward Communication (komunikasi keatas)
Merupakan suatu kondisi yang mungkin lebih penting dari downward
communication. Saluran upward communication membawa data dari
pelanggan mengenai produksi barang dan pelayanan, dan segala kebutuhan
yang diperlukan untuk operasi organisasi dari hari ke hari. Keterangan ini
dapat digunakan bila orang-orang yang berada di level atas di suatu organisasi
adalah orang-orang yang memiliki keterampilan mendengar, mengumpulkan
feedback dan dapat dipercaya. Bila tidak ada komitmen untuk melakukan
pendekatan-pendekatan seperti ini maka akan terjadi ”culture of silence” atau
budaya diam dan atau ”culture of silos” yang mungkin berlaku, yang akan
membawa konsekuensi dampak yang serius untuk organisasi- dengan tanpa
peringatan awal untuk menanggulangi bencana, ini mungkin akan membawa
krisis yang besar. Dalam beberapa situasi, tidak ada berita merupakan berita
yang sangat buruk, dan berita buruk adalah tiada berita; staff pada level bawah
akan segan untuk memberikan berita buruk, yang mungkin vital bagi
kehidupan organisasi, bila tidak didengar, lebih parahnya dapat memancing
kritik- sebuah budaya ”shoot the messenger” .
Upward communication dapat pula menjadi sumber subur ide-ide baru
dan penyelesaian masalah yang kreatif, terutama karena orang-orang di bagian
bawah hirarki dekat dengan masalah-masalah spesifik dan dapat lebih
waspada kepada solusi praktis daripada orang-orang yang berada di puncak
hirarki. Komunikasi keatas membawa informasi dari tingkat bawah ke tingkat
atas organisasi. Informasi itu mungkin concern pada aktivitas lingkungan luar
atau internal pada tingkat bawah organisasi.
Para pimpinan organisasi menerima feedback tentang efektifitas
keputusan yang telah diambilnya. Anggota tingkat bawah mempunyai
kesempatan untuk menginformasikan dan mengajukan keluhan, dan
memberikan saran untuk pengembangan. Komunikasi keatas terjadi jika pesan
mengalir dari bawahan ke manajer atau atasan. Para pegawai harus
melaporkan kemajuan mereka dalam penyelesaian tugas-tugas; jika ada, tugas-
tugas apa yang menyebabkan masalah bagi mereka; saran-saran bagi
peningkatan produk atau peningkatan prosedur; dan yang terpenting adalah
perasaan mereka mengenai bagaiaman asegala sesuatu berjalan. Komunikasi
15
keatas merupaakan hal yang penting- para manajer memerlukan umpan balik
yang akurat mengenai pesan-pesan mereka apakah telah dipahami atau
bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima setelah masalah-masalah
apa yang dikembangkan.

b) Komunikasi Horizontal
Komunikasi secara mendatar antara anggota staff dengan anggota staff,
karyawan sesama karyawan dan sebagainya. Komunikasi ini seringkali berlangsung
tidak formal, mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang
bekerja, melainkan pada saat istirahat atau waktu pulang kerja. Dalam situasi
komunikasi seperti ini, desas-desus cepat sekali menjalar, dan yang didesas-desuskan
seringkali mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang
merugikan mereka.

c) Komunikasi Eksternal
Dalam kaitannya dengan komunkasi eksternal ini pelaksanaan komunikasi
dilakukan oleh pihak organisasi/perusahaan melalui kesepakatan manajemen untuk
melakukan kegiatan komunikasi dengan pihak luar atau publik yang berada diluar
organisasi tentunya menjadi perhatian. Karena bagaimanapun tanpa dukungan publik
luar ini, keberhasilan suatu organisasi sulit tercapai. Hal tersebut memberikan
konsekuensi bagi pihak organisasi untuk dapat meraih perhatian publik luar dan
menarik simpati publik luar tehadap organisasi, sehingga mereka mau bekerja sama
dengan pihak organisasi atau perusahaan.
Dalam konteks hubungan dengan publik luar, kegiatan komunikasi dapat
dilakukan oleh seluruh unsur yang ada pada organisasi, dimulai dari tingkatan
pimpinan tertinggi sampai dengan karyawan operasional sampai merupakan
repersantasi publik organisasi pada saat mereka melakukan kegiatan komunikasi
dengan publik luar. Oleh karenanya segala prilaku mereka atau prilaku manajemen
suatu organisasi akan memberikan warna bagi efektivitas komunikasi.
Kegiatan komunikasi eksternal dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jika
kegiatan komunikasi dari pihak organisasi atau perusahaan kepada publik luar, maka
dapat dilakukan dalam bentuk misalnya ;

16
a) Untuk publik umum (general publik) dan publik konsumen dapat
dilakukan kegiatan komunikasi melalui periklanan, promosi,
publisitas,pameran,dsb
b) Untuk publik pers dapat dilakukan kegiatan komunikasi melalui ,press
conference ,press interview,press tour
Sedangkan, jika kegiatan komunikasi dari publik luar kepada pihak organisasi dapat
dilakukan dalam bentuk penyampaian opini publik.
Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:
a) Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan
umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin.
Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi;
press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film
dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
b) Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak
kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan
komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.

2. Pola Komunikasi berdasarkan Fungsi

a) Pola Komunikasi dalam Planning


Planning berarti menentukan tujuan dan sasaran utama perusahaan agar
berhasil, termasuk diantaranya : mengembangkan strategi, menetapkan kebijakan,
merencanakan anggaran dan petunjuk-petunjuk umum untuk menggiatkan
jalannya perusahaan.
Untuk melakukan hal tersebut di dalam sebuah organisasi, diperlukan dimensi
komunikasi vertikal dan horizontal. Karena dalam melakukan perencanaan atau
planning harus melibatkan pemimpin dan anggota lainnya. Agar dapat mengetahui
keadaan perusahaan dan strategi dari seluruh bagian dari organisasi tersebut.
Contoh kasus: Sebuah perusahaan melakukan rapat untuk membahas strategi agar
perusahaan tersebut dapat lebih berkembang. Maka perusahaan tersebut harus
mengundang seluruh kepala bagian. Maka dalam rapat tersebut akan terjadi
komunikasi untuk membicarakan hal dalam perusahaan. Disitulah terjadi pola

17
komunikasi horizontal, karena komunikasi dilakukan antar kepala bagian yang
mempunyai jabatan yang sama.
Sedangkan jika rapat untuk merumuskan kebijakan dalam suatu perusahaan,
maka dalam rapat tersebut di undang direksi, kepala bagian dan beberapa
karyawan lainnya. Hal itu menyebabkan terjadinya komunikasi secara vertikal
karena dilakukan dari atasan kebawahan dan sebaliknya.

b) Pola Komunikasi Dalam Organizing


Organizing adalah menentukan secara spesifik aktivitas atau kebutuhan untuk
mencapai sasaran atau hasil yang akan dicapai perusahaan. Dalam praktiknya,
diimplementasikan dalam bentuk struktur organisasi sebagai garis komando dalam
menjalankan fungsi dan peran anggota organisasi/perusahaan. Karena
diimplementasikan dalam bentuk struktur organisasi, maka dalam organizing
dilakukan pola komunikasi vertikal. Hal tersebut disebabkan dalam membentuk
struktur organisasi dan memberikan komando dilakukan oleh seorang pimpinan
sebuah perusahaan ke bawahannya untuk mengisi sebuah posisi dan menjalankan
tugas di bagian yang ditunjuk oleh pemimpin perusahaan tersebut.

c) Pola Komunikasi Dalam Directing


Mengarahkan prilaku anggota perusahaan sesuai apa yang telah ditetapkan
perusahaan serta sesuai dengan kebutuhan, rencana dan desain pekerjaan. Directing
itu memerlukan pola komunikasi vertikal, karena adanya pengarahan yang diberikan
oleh atasa (pimpinan perusahaan) kepada bawahan hatau karyawannya untuk
mencapai sebuah konsep kebutuhan atau perencanaan dalam perusahaan.

d) Pola Komunikasi Dalam Controlling


Mengawasi apakah aktivitas perusahaan dijalankan sesuai dengan perencanaan
dan dilaksanakan oleh anggota perusahaan sesuai dengan fungsi dan tanggung
jawabnya. Tahapan ini biasanya dilakukan oleh manajer atau pimpinan yang
bertanggung jawab langsung atas anggota organisasi/perusahaan. Contoh kasus :
seorang manajer akan mengawasi cara dan hasil kerja karyawannya dan jika cara dan
hasil kerja karyawan tersebut dianggap kurang maka manajer akan menegur dan
memberi arahan kepada karyawan tersebut.

18
Dari contoh kasus diatas sudah jelas bahwa dalam fungsi manajemen
Controling itu menggunakan pola komunikasi Vertikal, karena adanya arahan dari
atasan (manajer) ke bawahan (karyawan).

Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada


kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka
melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Gaya komunikasi didefinisikan sebagai
seperangkat perilaku antar pribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi
tertentu. Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang
dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula.
Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari
pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss :
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan, ini ditandai dengan adanya
satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur
perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan
gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications. Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini,
lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk
berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian
pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan
untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir
dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan
kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-
pandangannya.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah.
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya,
setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam
suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
19
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam
organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,
khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
yang kompleks.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal
secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan,
penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan lebih
memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan
berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang
berlaku dalam organisasi tersebut.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif,
karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya
berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini
sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para
wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif
ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih
cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan
atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang
kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran,
pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah,
meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan
mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika
pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang- orang yang
berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab
atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya
tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai
20
gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.

2.10 Prinsip Komunikasi Manajemen Keperawatan

Sebagai seorang manajer, dalam melakukan komunikasi tentu harus menerapkan prinsip-
prinsip komunikasi dalam manajemen. Prinsip-prinsip komunikasi manajemen ini pula yang
harus diterapkan dalam manajemen keperawatan. Secara umum, berikut prinsip komunikasi
manajemen:

a) Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tenteng siapa yang
akan kena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat.
b) Komunikasi harus jelas , sederhana dan tepat.
Nursalam (2001) mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah
CARE: Complete, Acurte, Rapid, English. Artinya setiap melakukan komunikasi
(lisan/tulisan) dengan teman sejawat atau profesi kesehatan lain harus memenuhi ketiga unsur
diatas. Profil perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan menulis
bahasa asing, minimal bahasa inggris.
1. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat diterima secara akurat,
salah satu caranya bertanya / mengulangi pesan yang telah disampaikan.
2. Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang disampaikan orang
lain dan menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang
disampaikan.

2.11 Hambatan Terhadap Komunikasi dalam Organisasi


1. Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi,
semakin berkurang dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan
efesien sebagai media komunikasi.
Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management,
1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi :
a. Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
b. Kurangnya informasi atau penjelasan

21
c. Kurangnya ketrampilan membaca
d. pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian
atau idea secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang
diungkapkan lewat bahasa Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik
arti dan pengertian [komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses
penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang
disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai
ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.
Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus
memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan
melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
panca indera seseorang

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Komunikasi manajerial atau komunikasi manajemen merupakan komunikasi yang


menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi
yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas. Berdasarkan
tinjauan teori diatas maka disimpulkan bahwa salah satu unsur yang penting dalam aktivitas
manajer keperawatan adalah komunikasi. Komunikasi adalah suatu seni untuk dapat
menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yag mudah sehingga orang lain dapat
mengerti dan menerima.
Dalam manajer keperawatan, komunikasi harus diperhatikan sesuai dengan konsepnya
(komponen, prinsip dan model) agar mendapatkan komunikasi yang efektif tanpa adanya
hambatan.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka penyusun dapat memberikan saran yang
kiranya dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri yaitu agar lebih memahami
mengenai konsep manajemen dan kepemimpinan keperawatan terkhususnya pada makalah
ini yaitu mengenai komunikasi, demi mewujudkan kualitas pelayanan yang baik dengan
komunikasi yang baik dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.definisi-pengertian.com/2015/08/definisi-
pengertian-manajemen-komunikasi.html dikses pada Februari 2017

https://amirlahjeni.wordpress.com/2012/03/30/unsur-unsur-komunikasi diakses pada Februari


2017

http://googleweblight.com/?lite_url=http://mtopikismail.blogspot.com/2013/12/ pola-strategi-
komunikasi-dalam.htmlr diakses pada Februari 2017

Soedarsono, Dewi K.2010.Sistem Manajemen Komunikasi.Jakarta: Simbiosa Rekatama


Media

Suprapto, Tommy.2012.Pengntar Teori dan Manajemen Komunikasi.Jakarta: Media Presindo

24

Anda mungkin juga menyukai