Askep Epididimitis
Askep Epididimitis
EPIDIDIMITIS
OLEH : SGD 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
LEARNING TASK
Kasus :
1. Seorang klien datang ke Poliklinik kulit dan kelamin RS Sayang. Klien dengan keluhan nyeri
dan pembengkakan pada skrotum dan lipat paha, menggigil, demam. Di RS dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan tanda epididimis tampak bengkak, urine mengandung nanah dan
bakteri.
Tugas :
1. Definisi
Epididimitis adalah suatu kondisi medis yang dalam hal ini terdapat peradangan pada
epididimis (suatu struktur melengkung di bagian belakang testis yang fungsinya sebagai
pengangkut, tempat penyimpanan, dan pematangan sel sperma yang berasal dari testis).
Kondisi ini mungkin dapat sangat menyakitkan, dan skrotum bisa menjadi merah, hangat,
dan bengkak. Ini mungkin akut (tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis.
2. Epidemiologi
Epididimitis diderita 1 dari 144 klien laki-laki (0,69 %) pada usia 18-50 tahun atau sekitar
600.000 kasus pada laki-laki usia 18-35 tahun di Amerika Serikat. Epididimitis diderita
terutama oleh laki-laki usia 16-30 tahun dan usia 51-70 tahun. Dilaporkan baru-baru ini
terdapat kasus meningkatnya penyakit ini di Amerika Serikat yang dihubungkan dengan
meningkatnya laporan kasus Chlamydia dan Gonorrhoeae.
3. Etiologi
Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia klien, sehingga penyebab
dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi :
• Virus
Virus menjadi penyebab yang cukup dominan pada anak-anak. Pada epididimitis
yang disebabkan oleh virus tidak didapatkan adanya pyuria. Mumps merupakan
virus yang sering menyebabkan epididimitis selain Coxsackie virus A dan
Varicella.
• TB (Tuberculosis)
Amiodarone adalah obat yang digunakan pada kasus aritmia jantung dengan dosis
awal 600 mg/hari-800 mg/hari selama 1-3 minggu secara bertahap dan dosis
pemeliharaan 400 mg/hari. Penggunaan Amiodarone dosis tinggi ini (lebih dari 200
mg/hari) akan menimbulkan antibodi miodarone HCL yang kemudian akan
menyerang epididimis sehingga timbullah gejala epididimitis. Bagian yang sering
terkena adalah bagian cranial dari epididmis dan kasus ini terjadi pada 3-11 % klien
yang menggunakan obat Amiodarone.
• Prostatitis
Prostatitis merupakan reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang dapat disebabkan
oleh bakteri maupun non bakteri dapat mnyebar ke skrotum menyebabkan
timbulnya epididimitis dengan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan
dan jika disentuh terasa sangat nyeri. Gejala yang juga sering menyertai adalah
nyeri di selangkangan, daerah antara penis dan anus serta punggung bagian bawah,
demam dan menggigil. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang
membengkak dan terasa nyeri jika disentuh
Epididimitis terjadi melalui infeksi yang penyebarannya melalui darah dari focus
primer yang jauh, seperti kulit, gigi, telinga, dan tenggorokan.
4. Patofisiologi
Epididimitis merupakan suatu infeksi epididimis yang biasanya turun dari prostat atau
saluran urine yang terinfeksi. Kondisi ini dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari
Gonorrhoeae. Pada pria dibawah 35 tahun penyebab utama epididimitis adalah Chlamydia
trachomatis. Infeksi mulai menjalar dari bagian atas melalui urethra dan duktus
ejakulatorius kemudian berjalan sepanjang vas deferens ke epididimis. Rasa nyeri
dirasakan pada unilateral dan rasa sakit pada kanalis inguinalis sepanjang jalur vas deferens
kemudian mengalami nyeri dan pembengkakan pada skrotum dan daerah lipatan paha.
Epididimis menjadi bengkak dan sangat sakit, suhu tubuh meningkat, menggigil, demam
dan urine dapat mengandung nanah (pyuria) dan bakteri (bakteriuria).
5. Klasifikasi
Epididimitis dapat diklasifikasikan menjadi akut dan kronis, tergantung pada lamanya
gejala.
• Epididimitis akut
Epididimitis akut memiliki waktu timbulnya nyeri dan bengkak hanya dalam
beberapa hari (kurang dari enam minggu). Epididimitis akut biasanya lebih berat
daripada epididimitis kronis.
• Epididimitis kronis
Epididimitis yang telah terjadi selama lebih dari enam minggu, ditandai oleh
peradangan bahkan ketika tidak adanya suatu infeksi. Pengujian diperlukan untuk
membedakan antara epididimitis kronis dengan berbagai gangguan lain yang dapat
menyebabkan nyeri skrotum konstan, termasuk di dalamnya kanker testis, urat
skrotum membesar (varikokel), dan kista dalam epididimis. Selain itu, saraf-saraf di
daerah skrotum yang terhubung ke perut kadang-kadang menyebabkan sakit mirip
hernia. Kondisi ini dapat berkembang bahkan tanpa adanya penyebab yang telah
dijelaskan sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini diperlukan perawatan yang
mungkin agak lama. Hal ini dikarenakan terdapat hipersensitivitas struktur tertentu,
termasuk saraf dan otot, yang dapat menyebabkan atau berkontribusi pada
epididimitis kronis.
6. Manifestasi klinis
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal dari sumber
infeksi yang asli. Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh urethra dan
nyeri atau itching pada urethra (akibat urethritis), nyeri panggul dan frekuensi miksi yang
meningkat, dan rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut
Cystitis), demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat, urgensi,
dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat yang disebut Prostatitis),
demam dan nyeri pada region flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut Pielonefritis).
Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum. Nyeri mulai timbul pada bagian
belakang salah satu testis namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis, skrotum
dan kadang ke daerah inguinal disertai peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya
hanya mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan mual dan muntah. Selain
itu bisa juga disertai dengan pembengkakan dan kemerahan testicular dan/atau scrotal dan
urethral discharge. Gejala lain yang mungkin ditemukan antara lain benjolan di testis,
pembengkakan testis pada sisi epididimis yang terkena, pembengkakan selangkangan pada
sisi yang terkena, nyeri testis ketika buang air besar, keluar nanah dari urethra, nyeri ketika
berkemih, nyeri ketika berhubungan seksual atau ejakulasi, darah di dalam semen, dan
nyeri selangkangan.
7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
A. Pemeriksaan laboratorium
• Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita.
B. Pemeriksaan radiologis
• Pemeriksaan ini memiliki rentang tentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan
ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut
skrotum lainnya.
• Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi klien (seperti
ukuran bayi berbeda dengan dewasa).
• Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah
pada arteri testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis cenderung
meningkat.
• Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mngetahui adanya abses skrotum sebagai
komplikasi dari epididimitis.
• Epididimitis kronis daapt diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang
disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echo
yang heterogen pada ultrasonografi.
2. Nuclear Scintigraphy
• Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu.
• Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam
melakukan interpretasi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali congenital pada klien
anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.
8. Pemeriksaan fisik
• Pada inspeksi ditemukan skrotum bisa menjadi merah dan bengkak. Ini mungkin
akut (tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis, dan terdapat pembesaran
skrotum dan isinya, dan terdapat nanah pada urine.
• Pada palpasi ditemukan testis pada posisi normal vertikal, ukuran kedua testis sama
besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis. Setelah beberapa hari,
epididimis dan testis tidak dapat teraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi
testis. Akan teraba pembesaran atau penebalan dari epididimis secara keseluruhan, di
kauda atau di kaput yang mengindikasikan kuman penyebab infeksi. Ditemukan juga
rasa nyeri yang terlokalisir di epididimis dengan suhu yang sedikit meningkat karena
aliran darah meningkat di daerah tersebut. Kulit skrotum teraba panas, kenyal, merah,
dan bengkak karena adanya edema dan infiltrate. Funikulus spermatikus juga turut
meradang menjadi bengkak dan nyeri.
• Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke
atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun
pemeriksaan ini kurang spesifik.
• Pada pemeriksaan colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronis yaitu
adanya pengeluaran secret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.
• Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus
urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dan lain-lain.
9. Kriteria diagnosis
Epididimitis akan sulit untuk membedakan dari torsio testis (kondisi ketika saluran
spermatika ke kedua testis memotong suplai darah). Keduanya dapat terjadi pada waktu
yang sama. Epididimitis biasanya memiliki bentuk serangan bertahap. Pada pemeriksaan
fisik, testis biasanya ditemukan berada dalam posisi normal vertikal, ukuran yang sama
dengan pasangannya, dan tidak naik tinggi. Temuan khas adalah kemerahan, hangat, dan
pembengkakan skrotum, dengan kelembutan belakang testis, jauh dari tengah (ini adalah
posisi normal dari epididimis relatif terhadap testis). Refleks kremaster, apabila
sebelumnya normal, akan tetap terlihat normal. Ini adalah tanda yang berguna untuk
mebedakannya dari torsio testis.
Analisis urine kemungkinan normal atau tidak normal. Sebelum munculnya teknik-teknik
canggih pencitraan medis, eksplorasi bedah adalah standar perawatan. Saat ini USG
Doppler adalah tes yang lebih disukai. Hal ini dapat menunjukkan peningkatan aliran darah
(juga dibandingkan dengan sisi normal), sebagai lawan dari torsio testis. Pengujian
tambahan mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari. Pada
anak-anak, sebuah kelainan saluran kemih sering ditemukan. Pada pria aktif secara seksual,
tes untuk penyakit menular seksual dapat dilakukan. Ini mungkin termasuk mikroskop dan
pembiakan dari sampel urine, Gram strain dan pembiakan dari cairan atau swab dari
saluran kemih, tes amplifikasi asam nuklir (untuk memperkuat dan mendeteksi DNA atau
asam nukleat mikroba lainnya) atau tes untuk sifilis dan HIV.
1) Orchitis
3) Torsio testis
4) Seminoma testis
5) Trauma testis
11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah,
yaitu :
a. Penatalaksanaan medis
Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. Antibiotik yang sering
digunakan adalah :
• Cefalosporin (Ceftriaxon).
• Pengurangan aktivitas.
• Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua
sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
b. Penatalaksanaan bedah
• Scrotal exploration
Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan
orchitis seperti abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis
tentang gangguan intrascrotal baru dapat ditegakkan saat melakukan
orchiectomy.
• Epididymectomy
Tindakan ini dilaporkan telah berhasil mengurangi nyeri yang disebabkan oleh
epididimitis kronis pada 50 % kasus.
• Epididymotomy
12. Komplikasi
4) Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus
epididimis
6) Fistula kutaneus
13. Pencegahan
14. Prognosis
Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat serta
melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner seksualnya.
Kekambuhan epididimitis pada seorang klien adalah hal yang biasa terjadi.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, jenis kelamin, suku
bangsa.
2. Keluhan utama
Klien datang ke Rumah Sakit Sayang dengan keluhan nyeri dan pembengkakan pada
skrotum dan lipatan paha, menggigil, demam.
3. Riwayat penyakit
Faktor predisposisi timbulnya epididimitis tergantung usia klien dan terdiri dari infeksi
bakteri non spesifik (misalnya E coli, Pseudomonas, Proteus, Klebsiella), PMS
(Penyakit Menular Seksual), virus (misalnya Mumps), TB (Tuberculosis), penyakit
infeksi lain (seperti Brucellosis, Coccidioidomycosis, Blastomycosis, Cytomegalovirus,
Candidiasis, CMV pada HIV), obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital),
vaskulitis (seperti Henoch-Schönlein purpura pada anak-anak), penggunaan
Amiodarone dosis tinggi, prostatitis, tindakan pembedahan seperti prostatektomi,
kateterisasi dan instrumentasi, dan blood borne infection.
4. Data fokus :
Data subjektif :
- Klien mengatakan setiap berkemih dirasakan seperti ada rasa terbakar dan perih
Data objektif :
A. Pemeriksaan laboratorium
B. Pemeriksaan radiologis
• Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi klien (seperti
ukuran bayi berbeda dengan dewasa).
• Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagai
komplikasi dari epididimitis.
• Epididimitis kronis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang
disertai penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echo
yang heterogen pada ultrasonografi.
2) Nuclear Scintigraphy
• Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negative palsu.
• Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam
melakukan interpretasi.
3) Vesicourethtrogram (VCUG), Cystourethroscopy, dan USG abdomen
• Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali congenital pada klien
anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.
C. Pemeriksaan fisik
• Pada inspeksi ditemukan skrotum menjadi merah dan bengkak. Ini mungkin akut
(tiba-tiba menyerang) namun jarang menjadi kronis, dan terdapat pembesaran skrotum
dan isinya, dan terdapat nanah pada urine.
• Pada palpasi ditemukan testis pada posisi normal vertical, ukuran kedua testis sama
besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis. Setelah beberapa hari,
epididimis dan testis tidak dapat teraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi
testis. Akan teraba pembesaran atau penebalan dari epididimis secara keseluruhan, di
kauda atau di kaput yang mengindikasikan kuman penyebab infeksi. Ditemukan juga
rasa nyeri yang terlokalisir di epidididimis dengan suhu yang sedikit meningkat karena
aliran darah meningkat di daerah tersebut. Kulit skrotum teraba panas, kenyal, merah,
dan bengkak karena adanya edema dan infiltrate. Funikulus spermatikus juga turut
meradang menjadi bengkak dan nyeri.
• Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke
atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun
pemeriksaan ini kurang spesifik.
• Pada pemeriksaan colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronis yaitu
adanya pengeluaran secret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan klien
tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, denyut nadi
klien > 100 x/menit.
3) PK Infeksi
3. PERENCANAAN
a) Prioritas diagnosa
2) Nyeri akut berhubungan dengan adanya pus saat berkemih ditandai dengan
klien tampak meringis kesakitan, klien tampak gelisah, skala nyeri klien 4, denyut
nadi klien > 100 x/menit.
3) PK Infeksi
b) Intervensi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan suhu tubuh
klien kembali normal dengan kriteria hasil :
Mandiri :
1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan respirasi secara berkala
(minimal tiap 2 jam)
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang
tinggi
Kolaborasi :
Rasional :
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan nyeri dapat
terkontrol dengan kriteria hasil :
• Klien melaporkan skala nyeri berkurang (skala nyeri 1-3), hilang (skala
nyeri 0), atau dapat dikontrol
Mandiri :
Rasional :
Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis
tindakannya.
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Dengan teknik manajemen nyeri, klien bisa mengalihkan nyeri sehingga rasa
nyeri yang dirasakan berkurang
Kolaborasi :
Rasional :
3) PK Infeksi
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan tidak ada
tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :
Mandiri :
Rasional :
Rasional :
Takikardia, takipnea, demam, nadi cepat dan lemah menunjukkan terjadi sindroma
peradangan sistemik.
Rasional :
Sepsis menandakan radang sistemik dengan gejala demam, menggigil, nadi lemah
dan cepat, hipotensi, lemah serta gangguan mental.
Kolaborasi :
Rasional :
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan fungsi seksual
klien efektif dengan kriteria hasil :
Fungsi seksual
Intervensi :
Konseling seksual
Rasional :
Rasional :
Menjaga privasi klien sangat penting karena masalah seksual merupakan masalah
yang sensitive
Rasional :
Pembicaraan dari topic yang kurang sensitive membantu agar klien merasa nyaman
mengungkapkan masalahnya
Rasional :
Rasional :
Pengobatan pada penyakit klien atau pemilihan pengobatan masalah seksual perlu
didiskusikan agar klien merasa terlibat dan aktif dalam pengobatannya.
Rasional :
Rasional :
Memfasilitasi klien untuk penerimaan kondisi seksual klien untuk tidak terlalu
stress dan meningkatkan percaya diri klien mengenai masalh seksualnya
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 jam diharapkan klien memiliki
pengetahuan adekuat tentang epididimitis dengan kriteria hasil :
Mandiri :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
Rasional :
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI
Evaluasi dibuat berdasarkan tujuan yang telah disusun dan dibuat sesuai SOAP.
1. Klien melaporkan suhu tubuhnya dalam rentang normal (36,5 oC-37,5 oC), klien
tidak tampak menggigil, klien melaporkan panas badannya turun, tidak tampak
pembengkakan pada skrotum klien, tidak terdapat kemerahan di kulit sekitar skrotum
klien, nadi klien dalam batas normal (60-100 x/menit).
2. Klien melaporkan nyeri berkurang atau terkontrol, klien tidak tampak meringis,
klien tidak tampak gelisah, klien melaporkan skala nyeri berkurang (skala nyeri 1-3),
hilang (skala nyeri 0), atau dapat dikontrol, nadi klien dalam rentang normal (60-100
x/menit).
Francis X. Schneck, Mark F. Bellinger. Abnormalities of the testis and scrotum and their surgical
management. Dalam: Walsh : Campbell’s Urology 8th ed. 2002.h267-77
John N. Krieger. Epididimitis. Dalam: Smith’s General Urology 6th ed. 2003.h189-95
Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner and Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC
Johnson, Marion, dkk. 2000. IOWA Intervention Project Nursing Outcomes Classifcation (NOC),
McCloskey, Joanne C. dkk. 1996. IOWA Intervention Project Nursing Intervention Classifcation