Anda di halaman 1dari 20

1.

Mekanisme Kerja dari Morfin

 Meningkatkan ambang rangsang nyeri

 Mempengaruhi emosi : merubah reaksi yang timbul di kortek cerebri di

thalamus

 Memudahkan tidur : ambang rangsang meningkat (nyeri)

2. Efek morfin (farmakodinamik) pada saluran cerna

a. Lambung

 Menghambat sekresi HCl

 Pergerakan kurang

 Tonus kurang

 Mortilitas kurang

b. Usus halus

 Kurang sekresi empedu, dan keras

 Pencernaan menurun

 Penerusan isi lambat

c. Usus besar :

 Menghilangkan / menurunkan gerakan

d. Sistem kardiovaskuler

Dosis terapi : Tidak efek → tekanan , frekuensi, irama

Perubahan : efek deprewsi nafas → O2 kejaringan kurang, tekanan darah

turan
e. Kulit → Pelebaran pembuluh darah kemerahan

f. Metabolisme

 Suhu tubuh : aktivitas meotorik turun

 Kecepatan metabolisme turun

3. Efek samping dari morfin yang tidak diinginkan :

 Idiosinnkresi dan alergi

Idiosinkresi : mual, muntah

 Intorsikasi akut : bunuh diri = over dosis

Tidur, frekuensi nafas lambat, kulit muka merah, tidak merata dan kebiruan,

tekanan darah turun → syok → kematian

 Toleransi, adiksi, alaxe

Adiksi menyangkut fenomena :

1) Habitual : Perubahan psikis emostional sehingga ketagihan

morfin

2) Ketegangan fisik : Kebutuhan akan mrofiun karena faal dan biokimia

tubuh tidak berfungsi tanpa morfin

3) Adanya toleransi : Dosis obat yang lebih besar dari pemakaian

sebelumnya

4. Mediator Nyeri

 HCl

 Kalium
 Prostaglandin

 Serokonin

5. Obat-Obat Analgetik Lemah

 Asetosal (asam salisilat)

 Parasetamol

 Pirazolon

 Fenil butazon

 Asam mefenamat

 Incometasin

 Piroksikam

 Obat pirai

6. Khasiat Obat

Asetosol : Analgesik, anti piretik, anti inflamasi, bisa untuk obat angina

Parasetamol : Analgesik, anti pireutik kuat, imflamasi, alergi, dimetabolisme

dihati

Antalgin : Analgetik, anti inflamasi dan anti piretik lemah

inclometasin : analgetik, anti inflamasi kuat, piroxic\m

7. Efek Samping Asetosol yang Tidak Diinginkan

 Menyebabkan iritasi lambung → tukak lambung → perin


 Menghambat pembentukan tromooxan → memperlambat pembekuan darah,

tapi oleh karena efek ini digunakan sebagai obat angina (jantung), tromboerli

8. Farmakodinamik Asetosol (efek)

 Analgetik, anti piretik, anti inflamasi efek anti inflamasi (Aspirin)

 Pernafasan

dosis terapi → konsumsi O2 meningkat dan CO2 meningkat → merangsang

pernafasan

 Efek kesimbangan asam basa

→ konsumsi O2 dan CO2 meningkat (keluar)

 Efek urikosurik

Dosis kecil eksresi asam urat di hambat.

 Darah

Perpanjang masa pendarahan-pendarahan....... coroner dan cerebral

 Ginjal dan Hati

SGOT dan SGPT meningkat :

- Hepatomegali

- Anoreksia

- Mual

- Muntah

- Meurunkan fungsi ginjal


9. Obat-obat sistem saraf otonom, mekanisme kerjanya

 Menghambat sintesa dan pembebasan neurotransmitter

 Mempermudah pembebasan neurotransmitter

 Berikatan dengan merangsang atau memblok reseptor

 Menghambat destruksi neurotransmitter

Penggolongan obat-obat otonom

 Adrenergik (simpatomimeetik) yang mempunyai efek mirip dengan

perangsang aktivitas susunan saraf simpatik.

 Penghambat adrenergik (sompatoitik) yang mempunyai efek penghambatan

aktivitas susunan saraf simpatis

 Konergik (parasimtomimetik) yang mempunyai efek mirip dengan

peningkatan aktivitas susunan saraf parasimpatik

 penghambat kounergik (parasimpatolitik) yang mempunyai efek

penghambatan aktivitas susunan saraf parasimpatik.

 Obat ganglion : efek merangsang atau menghambat penerusan impus di

ganglion

Kegunaan dari Obat-obat Anomaskuralin

 Efek perifer tampak efek seneral

Anti spasmodik

 Pada mata → medilasis

 Efek sentral : penyakit parkinson

 bronkodilatasi
 efek hambatan pada sekresi lambung dan gerakan sel cerna

Atropin : obat penghambat perseptor

Muskarinik (anti muskarinik)

mengakibatkan :

Pasausa sistem taraf parasimpatik, kehilangan kemampuan keringat pada dosis

tinggi, pengaruh terhadap ssp mulai dari eksitasi, bingung, deurium, depresi dan

karena pada dosis tinggi

Pilokorpin → contoh anak muskarior

Anastesi Umum melalui 2 cara

1. Anastesi intalasi : eter, N2O, enfluron, isofluron

- Muntah

- Depresi ssp : pernafasan

- Gangguan fungsi hari ringan

- Suhu turun akibat vasodilatasi

2. Anastesi parental : Alotain, pentotal, pentanil, barbitural

- Batuk

- Spasme laring

- Hipotensi

Cara Pemberian Anastesi Lokal

1. Open drop method : untuk anastesi yang menguap teteskan di atas kapas

letakkan dekat kapas


2. Semi open drop method : sama dengan diatas untuk mncegah penguapan

dipakai masker, CO2 dikeluarkan

3. Semi close method

 Udaya yang dihisap diberikan O2 murni yang dapat idtentukan kadarnya

 Bisa diatur kadar obat yang digunakan

4. Closed Method : cara sama dengan nomor 3 udara keluar di alirkan melalui

NaOH → CO2 terikat → udara yang mengandung obat digunakan lagi.

Stadium Anastesi Union

1. Stadium Analgesia

 Mulai obat diberikan samapi dengan kesadaran

 Dapat mengikuti perintah

 Rasa sakit hilang

 dapat dilakukan pembedahan ringan

2. Stadium Deurium / eksitasi

 Mulai hilang kesadaran sampai dengan permulaan stadium

 Eksitasi dan gerakan tidak menurut kehendak

 Tertawa, menangis, dan lain-lain

 pernafasan tidak teratur

 tonus otot panka meningkat

 dapat terjadi kematian


3. Stadium Pembedahan

Tanda :

 penafasan spontan dan teratur

 reflek kelopak mata dan konjungtiva hilang

 kepala dapat digerakkan kekanan dan kekiri dengan bebas

 gerakkan bola mata tidak menurut kehendak

 gerakan bola mata tidak menurut kehendak.

4. Stadium Paralisis medula colongata

 Mulai dngan melemahnya pernafasan perut

 Tekanan darah tidak dapat diukur

 Denyut jatung berhenti

 Kematian

Mekanisme kerja Anastesi lokal

potensial aksi saraf → Permeabilitas membran terhadap ion Na+ → terjadi

depolarisasi (penghantaran impuls

Zat anastesi lokal → Interaksi dengan kanal Na+ tidak terjadi,pertukaran ion

Na+ sehingga depolarisasi tidak terjadi.

mempengaruhi permeabilitas K+ dan Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga

hambatan hantaran tidak nyata disebabkan oleh perubahan potensial

Sediaan steroid.

1. Ginkokorokoid : memecah glikogen menjadi glukosa, glukosa yang tidak

dimanfaatkan, diperut, muka, tengkuk


2. Mineralo kortikoid

Guna Hormon steroid

- Kontrol metabolisme

- Berhubungan dengan eksresi

- Untuk pertumbuhan

Alergi bisa muncul

karena obat dianggap sebagai benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan

berikatan dengan protein → Antigen → IgE terikat pada permukaan sel mastosid

dan kosofil kalau obat alergi tersebut masing-masing di masukkan lagi

(penisilin)→ permeabilitas kulit → alergi

Alergi pada kulit → permeabilitas kapiler bronkus → vasokontriksi → asma

Cara Mengatasi Alergi

- Penggunaan obat anti muskarinik

- Penggunaan obat yang menstabilkan memran mstasil / basofil

- Penggunaan obat yang berdasarkan dengan kerja histamin yi = golongan

adrenergik

- Menghindari kontak dengan antigen

Sebab-sebab Kegagalan Anti muskarinik

1. Dosis kurang

2. Masa terapi kurang

3. ada faktor mekanik : cinse, benda asing, dan nekrotik

4. kesalahan dalam menerapkan enolegi


5. faktor farmakokinetik

6. pilihan anti mikroba kurang tepat

7. faktor pasien → mekanisme pertahanan tubuh buruk

Mekanisme kerja AM

1. mengganggu metabolisme sel mikroba → sulfonamida, trimetropin dan lain-

lain

2. menghambat sintesa dinding sel miroba,penisilin, sepolosporin, dan lain-lain

3. menngganggu keutuhan membran sel mikroba → polimiksih gol plien

4. menghambat sintesa protein sel mikroba → aminoglikosida, linkomiksin

5. menghambat sintesi asam nureal sel mikroba → rifampisin

Efek Samping AM

- Reaksi alergi

- Reaksi idiosinkrasi

- Reaksi toksik

AM atau obat pembasmi mukosa, khususnya mikroba yang meruginak manusia.

Aktifitas dan spektrum AM → Am bersifat menghambat pertumbuhan mikroba,

dikasol, aktivitas bakteristatik, aktivitas bakterisid : bersifat membunuh mikroba.

 KHM (Kadar hambat minimal dan KMB (kadar turun minimal) → kadar

mineral untuk menghambat + membunuh mikroba

 Aktifitas mikroba mikroba dapat naik dari bakteriostatik → bakterisid bila

KHM di tingkatkan
Teknik pemberian anastesi lokal

1. Anastesi permukaan

2. Anastesi infiltrasi

3. Anastesi blok

Bagaimana mekanisme terjadi demam

Pirogen eksogen masuk dalam tubuh dan ditangkap oleh sel phagosil melepaskan

pirogen dan endogen → peningkatan sintesa prostaglandin → talamus opticus →

peningkatan termostad → suhu tubuh meningkat → tubuh berusaha mengurangi

panas keluar → menggigil

Prasetamol→ menghambat pembentukan prostaglandin, vasodilatasi pori →

berkeringat

Cara obat mempengaruhi nyeri

1. Mencegah sensibilitas perseptor nyeri dengan cara menghambat sintesa

prostaglandin

2. Mencegah pembentukan rangsangan dalam reseptor

3. Menghambat penerusan rangsangan dalam serabut saraf sensorik

4. Meniadakan rasa nyeri pada susunan saraf parasit.

5. Mempengaruhi pengalaman nyeri

Analgetik adalah senyawa dosisi terpenting untuk menekan nyeri tanpa memiliki

kerja anastesi umum.


Mekanisme kerja obat analgetik

Narkotik dengan pusat hipno analgetika → analezor kuat

- Menurunkan rasa nyeri dengan cara menstimulasi ’reseptor oplat’

- Tidak mempengaruhi kualitas intra lain pada dosis terapi

- Mengetahui aktifitas kejiwaan

- Menghilangkan rasa takut dan rasa bermasalah

- Mula-mula mula muntah → inhibisis pusat muntah

Obat Anti Histamin

 Entanolamin

 Etilen chamin

 Alkilamin

1. Simetidin
menghambat sekresi cairan
lambung

2. Famotiadin AH2

3. Nizatiadin

Sulfanianida → kemoterapeutik yang pertama digunakan → pengobatan /

pencegahan penyakit infeksi

Aktivitas anti mikroba → spektrum was

Sifat : bakteriostatik, kadar tinggi (urin) → bakteri sisa

Mekanisme Kerja Analgetik kuat pada Kerja Perifer Oplat

- Memperkenalkan pengosongan lambung

- Mengurangi mobilitas dan meningkatkan tonus sel cerna


- Mengontraksi sanker

- Meningkatkan tonus otot kantong kemih dan otot stinker kantung kemih

- Mengurangi tonus pembuluh darah

- Meninbulkan kemerahan pada kulit, urtikaria, gatal dan lain-lain

indikasi analgetik kuat

- Yeri akibat kecelakaan

- Nyeri operasi

- Nyeri tumor

Obat-obatan analgetik kuat

a. Alkoloid candu (morfin, codein)

b. pengganti morfin :

- Petidin dan turunannya

- Metidin dan turunannya

- Fenadrin dan turunannya

Efek samping analgetik kuat

1. Dosis biasa :

- Gangguan lambung usus

- Gelisah, sedasi, rasa ngantuk

- Perubahan suasana jiwa

2. Dosis tinggi

- Depresi pernafasan

- Tekanan darah menurun


- Koma : pernafasan terhenti

3. Ketergantungan toleransi

Obat-obat analgetik lemah

 Asetosal

 Parasetamol

 Pirazolan

 Pirasikam

 Fenil butazon

 Ikuprofen

 inclumetasin

 obat pirai

Farmakodinamik AINS :

1. Efek analgetik : nyeri sedang sampai dengan rendah

 efek analgetik jauh lebih rendah

 tidak ada ketagihan

 tidak ada efek sentral merugikan

2. Efek antipiretik
3. Efek anti inflamasi

efek sentra aktivitas beda

Mekanisme kerja AINS


Biosintesa prostaglandin
Trauma/Luka

Gangguan membran sel

Fofolipid

Asam aroksidonat

Enzim Sikioksigonase enzim fosfolipase

Hidro feroksidase dihambat AINS

Leukotrien Endo feraksidase


PGG2/PGH

Faktor ekmokitik PGE PGF2 PGD2

Demam
Inflamasi

Reseptor Histamin dan Efeknya

1. Reseptor H1 : Kontraksi otot polos, meningkat permeabilitas kemkulan darah

meningkat sekresi mukus

2. Reseptor H2 : sekresi asam lambung

3. Reseptor H3 : Menghambat saraf kulinergik lawan efek H1 → brankodilatasi

Mekanisme kerjanya : menghambat enzim sikidoksigenase sering kalemi asam

araridorat menjadi PGG2 terganggu


Mekanisme kerja asetosol terhadap :

- Efek terhadap pernafasan : merangsang pernafasan

- Efek terhadap keseimbangan asam basa : terjadi gangguan keseimbangan

asam basa

- Efek terhadap darah menghambat pembekuan darah

- Terhadap hati → gangguan fungsi hati

- Efek terhadap sel cerna → mengiritasi saluran cerna

Natifikasi morfin

- Nyeri yang menyertai infark miokard neoplasma

- Batuk

- Anti diare

Mekanisme kerja adienokorokosteroid (Kortiko Steroid)

- mempengaruhi kecepatan sintesa protein

- Terikat di reseptor dalam sitoplasma


eth obat : preanisan, prodnikolon

Mekanisme kerja dari obat analgetik, anti piretik, anti inflamasi dalam mencegah

implamasi, panas dan rasa nyeri

Badan Panas : panas dikeluarkan oleh keringat dan aliran darah ke kulit

Badan dingin :

- Pembebasan panas di tekan (vasokontriksi perifer)

- periodik paru ditingkatkan


Demam : egulator sanus ↓ suhu meningkat menyebabkannya infeksi tumor ↓

pirogen exogen

diregen exogen → merangsang fegosit → dirogen endogen → meningkatkan

sintesa prostaglandin, termoregulator (pengatur suhu naik)→

vasokontriksi → gemetar (rasa dingin)

Radang → Nekrosis : Fisika, Kimia, infeksi

Ciri-ciri : Kemerahan (rubor)

Pembengkakan (tumor)

Nyeri (dolor)

Gangguan fungsi (fungsi obesa)

10. Efek Glukokortikoid dan Meniralokortikoid dari hormon kortikosteroid

1) Efek Gluko neogenesis / glukokortikoid pada perifer dan hati

Perifer :

o Mobilisasi asam amino

o atrofi jar limfoid

o pengecilan masa jaringan otot

o osteoporosis tulang

o penipisan kulit

Asam amino di hati

Hepar → glukoneogenesis
2) Efek Minealokortikoid

- Keseimbangan air dan elektrolit

- Meningkatkan reabsaobsi ion Na sekresi K + dan H +

Atropin → prototipe anti muskarinik, hambatan reversible dapat dibatasi dengan

Ach dengan jumlah berlebihan

Memblok Ach endogen dan eksogen tapi hambat lebih kuat terhadapeksogen

Karmakodinamik Atropin

SSP : Merangsang m.Oblongata; meransang nervos vogos → frekuensi jantung

turun perangsangan respirasi : akibat dilatasi bronkus

Mata : menghambat m.contrictor pupilae dan m.curosis lensa mata sehingga

menyebabkan mediasis dan seksio plegia

saluran nafas → mengurangi sekresi hidung, mulut, faring, bronkus

sistem kardiovaskuler

0,25 – 0,5 mg = frek jantung per perangsang n.vagus

2 mg → keracunan insektisida organofosfat

Saluran cerna → menghambat peristaltik, sekresebe

Kelenjar eksokrin : menghambat aktivitas kelenjer


Neurotransmitter yang bertanggung jawab pada saraf otonom

Neurotransmitter → Difusi dan terikat pada reseptor di pascasinaps, yang akan

mengaktifkan/menghambat aktivasi sel efektor


Pra ganglionik

pascaganglionik → Bebaskan pasca gang lionik simpatik

Sistem saraf nol adrenalin


parasimpatik
parenergik
Aseni kolin

Kolienergik

Jika Dik : Dosis dan BB

maka jlh obat : dosis x BB

jika dik. [ ] dan volume [ ] = gr/ml

maka : jumlah obat = [ ] x v atau %

1 Kg
dosis untuk manusia : x jlh obat
BB

Jika mencit → manusia

dicari dulu

1. Jlh Anak mencit = jlh obat x bb

dik dalam satuan mg/gr bb


2. jlh obat anusia = jumlah obat mencit x fc konversi

3. jika berat badan tidak normal maka :

BB tidak normal
= x jlh obat manusia
70

= Satuan mg

cat : jlh obat = mg

dosis obat : mg/Kg bb (gr / Kg bb)

[ ] = % / gr / ml

Anda mungkin juga menyukai