Anda di halaman 1dari 5

GANGGUAN PSIKOTIK

No Dokumen
No Revisi
SPO
Tanggal Terbit
Halaman 1/4
Pemerintah Puskesmas
Kabupaten Pangenan
Cirebon dr. Atih Andriyantie Fauzi
NIP. 19781204 200701 2 007

1. Pengertian Gangguan yang ditandai dengan ketidakmampuan atau hendaya berat


dalam menilai realita, berupa sindroma (kumpulan gejala), antara lain
dimanifestasikan dengan adanya halusinasi dan waham.
2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan pasien Gangguan Psikotik
3. Kebijakan Keputusan kepala Puskesmas Nomor…........tentang……………………
4. Referensi 1. Kepmenkes No.514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
2. No. ICPC-2 : P98 Psychosis NOS/other
3. No. ICD-10 PC : F20 Chronic Psychotic Disorder
5. Prosedur 1. Melakukan anamnesis, pasien dengan keluhan kemungkinan:
a. Sulit berpikir/sulit berkonsentrasi
b. Tidak dapat tidur, tidak mau makan
c. Perasaan gelisah, tidak dapat tenang, ketakutan
d. Bicara kacau yang tidak dapat dimengerti
e. Mendengar suara orang yang tidak dapat didengar oleh orang
lain
f. Adanya pikiran aneh yang tidak sesuai realita
g. Marah tanpa sebab yang jelas, kecurigaan yang berat, perilaku
kacau, perilaku kekerasan
h. Menarik diri dari lingkungannya dan tidak merawat diri dengan
baik

2. Alo dan Auto Anamnesis tambahan:


Singkirkan adanya kemungkinan penyakit fisik (seperti demam
tinggi, kejang, trauma kepala) dan penggunaan zat psikoaktif
sebagai penyebab timbulnya keluhan.

3. Menanyakan Faktor Risiko


a. Adanya faktor biologis yang mempengaruhi, a.l. hiperaktivitas
system dopaminergik dan faktor genetik.
b. Ciri kepribadian tertentu yang imatur, seperti ciri kepribadian
skizoid, paranoid, dependen.
c. Adanya stresor kehidupan.

4. Melakukan pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menyingkirkan penyebab
organic dari psikotiknya (gangguan mental organik). Selain itu
pasien dengan gangguan psikotik juga sering terdapat gangguan
fisik yang menyertai karena perawatan diri yang kurang.
GANGGUAN PSIKOTIK
No Dokumen
Puskesmas
No Revisi
Pangenan SPO dr. Atih Andriyantie Fauzi
Tanggal Terbit NIP. 19781204 200701 2 007

Halaman 2/4

4. Melakukan pemeriksaan penunjang


a. Dilakukan jika dicurigai adanya penyakit fisik yang menyertai
untuk menyingkirkan diagnosis banding gangguan mental
organik.
b. Apabila ada kesulitan dalam merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat lanjut maka pada fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang mampu perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang yang sesuai seperti: darah perifer
lengkap, gula darah.

5. Menegakkan Diagnosis Klinis


Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosis berdasarkan ICD 10-PC,
yaitu:
a. Halusinasi (terutama halusinasi dengar); merupakan gangguan
persepsi(persepsi palsu), tanpa adanya stimulus sensori
eksternal. Halusinasi dapat terjadi pada setiap panca indra,
yaitu halusinasi dengar, lihat, cium, raba, dan rasa.
b. Waham (delusi); merupakan gangguan pikiran, yaitu keyakinan
yang salah, tidak sesuai dengan realita dan logika, namun
tetap dipertahankan dan tidak dapat dikoreksi dengan cara
apapun serta tidak sesuai dengan budaya setempat. Contoh:
waham kejar, waham kebesaran, waham kendali, waham
pengaruh.
c. Perilaku kacau atau aneh
d. Gangguan proses pikir (terlihat dari pembicaraan yang kacau
dan tidak dimengerti)
e. Agitatif
f. Isolasi sosial (social withdrawal)
g. Perawatan diri yang buruk

5. Membuat Diagnosis Banding


a. Gangguan Mental Organik (Delirium, Dementia, Psikosis
Epileptik)
b. Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat
(Napza)
c. Gangguan Afektif Bipolar/ Gangguan Manik
d. Gangguan Depresi (dengan gejala psikotik)

6. Memberikan penatalaksanaan secara Komprehensif (Plan)


1. Intervensi Psikososial
a. Informasi penting bagi pasien dan keluarga
(1) Agitasi dan perilaku aneh merupakan gejala gangguan
mental, yang juga termasuk penyakit medis.
(2) Episode akut sering mempunyai prognosis yang baik,
tetapi perjalanan penyakit jangka panjang sulit
diprediksi. Pengobatan perlu dilanjutkan meskipun
setelah gejala mereda.
GANGGUAN PSIKOTIK
No Dokumen
Puskesmas
No Revisi
Pangenan SPO dr. Atih Andriyantie Fauzi
Tanggal Terbit NIP. 19781204 200701 2 007

Halaman 3/4

(3) Gejala-gejala dapat hilang timbul. Diperlukan antisipasi


dalam menghadapi kekambuhan. Obat merupakan
komponen utama dalam pengobatan. Minum obat
secara teratur akan mengurangi gejala-gejala dan
mencegah kekambuhan.
(4) Dukungan keluarga penting untuk ketaatberobatan
(compliance) dan rehabilitasi.
(5) Organisasi masyarakat dapat menyediakan dukungan
yang berharga untuk pasien dan keluarga.
b. Konseling pasien dan keluarga
(1) Bicarakan rencana pengobatan dengan anggota
keluarga dan minta dukungan mereka.
(2) Terangkan bahwa minum obat secara teratur dapat
mencegah kekambuhan.
(3) Informasikan bahwa obat tidak dapat dikurangi atau
dihentikan tiba-tiba tanpa persetujuan dokter.
(4) Informasikan juga tentang efek samping yang mungkin
timbul dan cara penanggulangannya.
(5) Dorong pasien untuk melakukan fungsinya dengan
seoptimal mungkin di pekerjaan dan aktivitas harian
lain.
(6) Dorong pasien untuk menghargai norma dan harapan
masyarakat (berpakaian, berpenampilan dan
berperilaku pantas).
c. Menjaga keselamatan pasien dan orang yang merawatnya
pada fase akut:
(1) Keluarga atau teman harus menjaga pasien.
(2) Pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (misalnya makan
dan minum).
(3) Jangan sampai mencederai pasien.
d. Meminimalisasi stres dan stimulasi:
(1) Jangan mendebat pikiran psikotik (anda boleh tidak
setuju dengan keyakinan pasien, tetapi jangan mencoba
untuk membantah bahwa pikiran itu salah). Sedapat
mungkin hindari konfrontasi dan kritik.
(2) Selama masa gejala-gejala menjadi lebih berat, istirahat
dan menghindari stres dapat bermanfaat.
(3) Agitasi yang berbahaya untuk pasien, keluarga dan
masyarakat memerlukan rawat inap atau pengamatan
ketat di tempat yang aman.

2. Farmakologi
a. Berikan obat antipsikotik: Haloperidol 2-3 x 2-5 mg/hari
atau Risperidon 2x 1-3 mg/hari atau Klorpromazin 2-3 x
100-200 mg/hari. Untuk haloperidol dan risperidon dapat
digabungkan dengan benzodiazepin (contoh: diazepam 2-3
x 5 mg, lorazepam 1-3 x 1-2 mg) untuk mengurangi agitasi
dan memberikan efek sedasi. Benzodiazepin dapat
GANGGUAN PSIKOTIK
No Dokumen
Puskesmas
No Revisi
Pangenan SPO dr. Atih Andriyantie Fauzi
Tanggal Terbit NIP. 19781204 200701 2 007

Halaman 4/4
ditappering-off setelah 2-4 minggu. Catatan:
klorpromazin memiliki efek samping hipotensi ortostatik.
(7) Intervensi sementara untuk gaduh gelisah dapat
diberikan injeksi intra muskular haloperidol kerja cepat
(short acting) 5 mg, dapat diulangi dalam 30 menit - 1
jam jika belum ada perubahan yang signifikan, dosis
maksimal 30 mg/hari. Atau dapat juga dapat diberikan
injeksi intra muskular klorpromazin 2-3 x 50 mg. Untuk
pemberian haloperidol dapat diberikan tambahan injeksi
intra muskular diazepam untuk mengurangi dosis
antipsikotiknya dan menambah efektivitas terapi.
Setelah stabil segera rujuk ke RS/RSJ.
b. Untuk pasien psikotik kronis yang tidak taat berobat, dapat
dipertimbangkan untuk pemberian injeksi depo (jangka
panjang) antipsikotik seperti haloperidol decanoas 50 mg
atau fluphenazine decanoas 25 mg. Berikan injeksi I.M ½
ampul terlebih dulu untuk 2 minggu, selanjutnya injeksi 1
ampul untuk 1 bulan. Obat oral jangan diberhentikan
dahulu selama 1-2 bulan, sambil dimonitor efek samping,
lalu obat oral turunkan perlahan.
c. Jika timbul efek samping ekstrapiramidal seperti tremor,
kekakuan, akinesia, dapat diberikan triheksifenidil 2-4 x 2
mg; jika timbul distonia akut berikan injeksi diazepam atau
difenhidramin, jika timbul akatisia (gelisah, mondar mandiri
tidak bisa berhenti bukan akibat gejala) turunkan dosis
antipsikotik dan berikan beta-blocker, propranolol 2-3 x 10-
20 mg.
Kunjungan Rumah (home visit)
Kunjungan rumah dilakukan sesuai indikasi untuk:
a. Memastikan kepatuhan dan kesinambungan pengobatan
b. Melakukan asuhan keperawatan
c. Melakukan pelatihan bagi pelaku rawat
Kriteria Rujukan
1. Pada kasus baru dapat dirujuk untuk konfirmasi diagnostik ke
fasyankes sekunder yang memiliki pelayanan kesehatan jiwa
setelah dilakukan penatalaksanaan awal.
2. Kondisi gaduh gelisah yang membutuhkan perawatan inap karena
berpotensi membahayakan diri atau orang lain segera dirujuk
setelah penatalaksanaan awal.
Prognosis
Untuk ad Vitam adalah bonam, ad fungsionam adalah dubia, dan ad
sanationam adalah dubia
7. Diagram Alir
8. Unit Terkait
9. Rekam Historis Perubahan
No Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai