Anda di halaman 1dari 28

Pelaksanaan Pondasi Bore Pile

Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena
itu langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu. Inilah gunanya ilmu
ukur tanah. Umumnya yang ngerjain adalah alumni STM geodesi dan pertanahan.
Proses ini sebaiknya dilakukan sebelum alat- alat proyek masuk, karena jika
sesudahnya wah susah itu untuk ‘nembak’-nya. Dan dari pemetaan ini dapat diperoleh
suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan.
Berikut ini adalah tahapan- tahapan awal pekerjaan :

Foto 1 : Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa
masuk.
Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat- alat berat dalam suatu proyek . Disebut alat-
alat berat memang karena bobotnya yang berat, makanya manajer proyek harus dapat
memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat
masuk ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut
ambles karena daya dukung tanahnya yang jelek.

Foto 2 : Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat- pelat baja.

Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat- alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya
diragukan. Jika sampai ambles, untuk ‘ngangkat’ kembali biayanya lebih besar dibanding
biaya yang diperlukan untuk mengadakan pelat- pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat
tersebut tentu didasarkan dari pengalaman- pengalaman sebelumnya, nggak ada itu di buku
teks. Itu yang saya maksud dengan ‘seni’ agar pekerjaan lancar.
Foto 3 : Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor.

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat
dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, eh ternyata tulangannya belum
siap. Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau
lainnya). Bisa- bisa perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit
tulangan juga penting, tidak boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat- alat berat tetapi
tidak boleh sampai mengganggu manuver alat- alat berat itu sendiri. Ini gambar detail
strukturnya, biasanya digambarkan seperti ini. Ini fondasi franki yang terkenal itu, yang
dibagian bawahnya membesar. Itu khas-nya Franky. Ada yang diameternya lebih dari 1 m,
tapi prinsipnya hampir sama. Kedalaman pondasi adalah sampai tanah keras (SPT 50)
dalam hal ini adalah 17-18 m.
Gambar 4 Detail Pondasi Franki

Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan- tulangannya, serta pihak ready mix concrete-
nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat- alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat- alat yang digunakan untuk
mengebor. Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator
tersendiri seperti ini.
Foto 5 : Persiapan Alat Bor

Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah
itu. Saat ini difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Foto 6. tahapan Awal Pengeboran
Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang
terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya
jangkauan kedalamannya lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga,
karena diproyek tersebut ada beberapa ukuran diameter tiang bor yang dipakai. Jadi pada
gambar- gambar nanti, fotonya gabungan dari dua alat tersebut.

Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan
diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya
batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa
disediakan metode, dan peralatan yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya
stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap
ngebor.

Foto 7. Mesin Bor dan Auger


Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi
lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran
diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.

Foto 8. Persiapan Pemasangan casing

Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama:
diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai
bawah, secukupnya. Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran
semua. Lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.
Foto 9. Casing yang telah tertanam di dalam tanah

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger
sudah diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar
lubang.
Foto 10. Pembersihan lumpur dan tanah di dalam lubang

Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah
menjadi kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah
pondasi yang bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu
dipakai mata bor khusus, Belling Tools sebagai berikut.
Foto 11. Penggunaan mata bor Belling Tool untuk pengeboran tanah keras.

Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana
maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi,
yaitu melalui pemeriksaan manual.
Foto 12. Pemeriksaan kedalaman manual pondasi

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil
penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam
menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya
umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses
pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat,
satu persatu pada titik yang dibor. Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’,
maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.
Foto 13. Pengangkatan tulangan

Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.
Ngangkatnya bertahap.
Foto 14. Penyambungan tulangan pondasi

Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.

Gambar 15. Kondisi lubang pondasi yang telah siap di cor


Pengecoran beton :
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran
beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu
pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal
maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan.
Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton,
misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor
sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.

Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu
pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan
kedalaman lubang yang dibor.

Foto 16. Pipa Tremi untuk pengecoran


Cukup panjang kan..? Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa
mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah
agak khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak
masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar.

Foto 17. Pengecoran dengan pipa tremi


Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi,
tempat memasukkan beton segar. Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang
bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor
nya nggak dipasang, mesin bor non-aktif).

Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.
Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan
sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton
dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap
mendekat.

Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke
corong pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang
supervisor menentukan.
Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak
maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini
mencabut pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan
baik, maka bisa-bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua
kejadiannya di bawah, di dalam lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman
supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. Sarjana
baru lulus pasti kesulitan mengerjakan hal tersebut.
Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang
baru lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu
perlu pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil,
perlu yang lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer yang handal.
Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa
tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering.
Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena
beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.

Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung
dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar
dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas.
Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering
segala. Gambar foto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang
mulai digantikan dengan beton segar tadi.
Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada
keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam
lho dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton
bisa tidak continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton
dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama
pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar.
Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi
atau kecampuran dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai
2.6.3. PONDASI TIANG BOR (BORED PILE)
a). Umum
Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia masih
terbatas dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip kerjanya
hampir sama dengan pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada cara
pemasangannya, kalau tiang pancang masuk kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan
sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya dengan bored pile yang
suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak digunakan di
daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer
untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai
dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu
dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.

b) Pelaksanaan pengeboran :
· Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana
· Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus dipertahankan tidak
lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton selama penarikan
dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi
· Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat
penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam
lubang bor harus dikeluarkan
· Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding
casing
· Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara
tremieTiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya.
Gambar 23- Pelaksanaan Tiang Bor

c). Pengecoran Beton Tiang Bor (Bored Pile)Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan. Dimanapun beton digunakan harus dicor ke dalam suatu lubang yang
kering dan bersih. Beton harus dicor melalui sebuah corong dengan panjang pipa.
Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan
atau sisi-sisi lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana
kondisi tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir
pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan pada
beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai
beton tersebut selesai mengeras.

d). Pengecoran Beton di Bawah Air


Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak dan
bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah disetujui harus
digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa
harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai di atas
elevasi air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan beton
sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus kedap air, dan harus
berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan beton yang
dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.

e). Penanganan Kepala Tiang Bor Beton


Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan
dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak
tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga
memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di atasnya.
f). Tiang Bor Beton Yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga dapat dipasti-kan
bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang dibentuk sebelumnya.
Tiang bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

g). Pengujian Tiang Bor


Perkembangan dan penggunaan metode Load Cell test untuk pengujian static dengan
kapasitas tinggi pada pondasi tiang bor memberikan pengaruh dan konstribusi yang sangat
besar bagi para perencana struktur pondasi untuk dapat mengevaluasi kapasitas dari
struktur pondasi yang direncanakan dan mengakaji pemilihan teknik konstruksi pada
pondasi tiang bor. Objektif dari Load Cell test adalah untuk mengukur pergerakan tiang
pondasi melalui alat load cell yang dihubungkan dengan peralatan elektronik sistem data
yang terkomputerisasi dengan akurat.
Saat ini, perencana struktur pondasi tidak lagi memerlukan dan bergantung kepada
penggunaan tiang pondasi uji dengan skala lebih kecil dari ukuran aktual-nya (diperkecil
dari ukuran sebenarnya) dan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengujian beban
pada pondasi tiang bor berdiameter besar yang biasanya menjadi ciri khas dari metode
pengujian statik konvensional. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada metode
konvensional statik khususnya Pengenalan Load Cell Test.
Proses perubahan skala ukuran tiang uji secara konservatif dapat di-eliminasi dengan
menggunakan ukuran aktual dari tiang uji pada pengujian beban dengan metode Load Cell
test yang mampu memobilisasi beban lebih dari 200 MN. Load Cell adalah alat pengangkat
yang dimobilisasi dengan mekanisme hidrolis selama proses pengujian beban. Alat ini
ditanamkan dan merupakan bagian pada struktur pondasi dan bekerja pada dua arah (bi-
directictional), keatas (upward) melawan tahanan geser selimut (side shear resistance) dan
kebawah (downward) melawan tahanan dasar (end bearing), load cell secara otomatis akan
merekam kedua karakteristik tahanan tersebut secara terpisah. Penggunaan alat ini pada
struktur pondasi tidak diharuskan untuk menggunakan struktur balok tambahan dan tiang-
tiang pengikat (tie-down piles). Load Cell menjabarkan semua reaksi yang bekerja pada
tiang pondasi dari tanah dan batuan yang mengelilingi pondasi. Pada suatu kondisi dimana
komponen-komponen tahanan tanah dan alat ini telah mencapai kapasitas maksimumnya
maka proses pengujian beban dapat dihentikan.

Gambar 24- Pelaksanaan Tiang Bor

Setiap alat load cell secara khusus dilengkapi dengan komponen peralatan yang
berkemampuan untuk dapat mengukur secara langsung dan otomatis adanya pergerakan
pada dirinya. Kapasitas beban yang dapat dimobilisasi selama pengujian beban adalah 0.7 -
27 MN. Dengan menggunakan satu (single) atau lebih (multiple) alat load cell pada satu
bidang horisontal, maka kapasitas yang dapat tersedia dapat mencapai lebih dari 220 MN
(22000 ton); sedangkan penggunaan multiple cells pada bidang yang berbeda (elevasi yang
berbeda) dalam satu struktur tiang pondasi akan memungkinkan segmen-segmen pada tiang
tersebut dapat dianalisa dan diketahui hasil-hasil keluarannya secara terpisah.
Pelaksanaan pengujian beban pada metode load cell mengacu kepada Peraturan ASTM,
Quick Testing Method - D1143. Meskipun para perencana juga menetapkan beberapa
metode statik lainnya akan tetapi metode ini sudah menjadi metode yang umum digunakan
dan menjadi pilihan yang baku. Dibawah ini adalah peralatan yang umum digunakan pada
pelaksanaan load cell test, yaitu meliputi:

1. Load Cell set: perangkat alat berat komposit yang terdiri dari 2 plat baja yang berbentuk
lingkaran dan silinder baja untuk menggambungkan kedua plat tersebut. Perangkat ini
merupakan alat utama dari unit load cell.
2. Hydraulic supply line: pipa baja yang digunakan untuk menyalurkan tekanan hidrolis
dari pompa hidrolik kepada perangkat Load Cell dengan tekanan yang telah ditetapkan
3. Hydraulic pump: sumber tekanan yang digunakan untuk memobilisasi Load Cell.
4. Pressure gauge: merupakan salah satu komponen bagian dari alat sumber tekanan
hidrolis yang berfungsi untuk membaca besarnya tekanan hidrolis yang telah disalurkan
pada Load Cell.
5. Telltale casing: pipa baja yang digunakan sebagai selongsong dari steel telltale rods.
6. Stainless Steel Telltale Rods: kawat baja yang digunakan untuk menghubungkan
perangkat Load Cell set dengan Data Acquisition System melalui Digital Indicator. Kawat
ini berfungsi untuk mengirimkan displacement atau expansion yang terjadi pada Load Cell
set.
7. Data Acquisition System: perangkat lunak elektronik yang berfungsi sebagai perantara
antara Computer dan Data gatherer. Data (reading) yang dibaca kemudian disaring
sebelum dianalisa dan ditampilkan pada Computer.
8. Displacement transducers: alat yang berfungsi untuk membaca adanya displacement
yang terjadi pada Load Cell melalui telltale rods.
9. Data gatherer: alat yang berfungsi untuk mengumpulkan data hasil reading yang
dikirimkan dari displacement transducers dan grating sensors.
10. Grating sensors: alat yang digunakan untuk mengukur tegangan pada setiap lapisan
tanah.

2.7. TOLERANSI TIANG PANCANG DAN TIANG BOR

a. Lokasi kepala tiang


Pergeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan : < 75 mm dalam segala
arah
b. Kemiringan tiang pancang
Penyimpangan arah vertikal/ kemiringan yang dipersyaratkan : Penyimpangan arah
vertikal/ kemiringan yang dipersyaratkan : < 20 mm per meter (1 : 50)

c. Kelengkungan (BOW)
Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung ditempat : < 0,01 panjang tiang dalam
segala arah;
Kelengkungan lateral tiang pancang baja : < 0,0007 panjang total tiang pancang>
d. Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) : 0 sd +5% dari diameter nominal
pada setiap posisi

Anda mungkin juga menyukai