Anda di halaman 1dari 19

Pelaksanaan Pondasi Bore Pile / Pondasi sumuran

Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat- alat berat


dalam suatu proyek . Disebut alat- alat berat memang karena
bobotnya yang berat, makanya manajer proyek harus dapat
memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar
alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik.
Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut
ambles karena daya dukung tanahnya yang jelek.
Foto 1 : Excavator mempersiapkan areal
proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk.

Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat- alat berat tidak


ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai
ambles, untuk ‘mengangkat’ kembali biayanya lebih besar
dibanding biaya yang diperlukan untuk mengadakan pelat-
pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut tentu
didasarkan dari pengalaman- pengalaman sebelumnya.

Foto 2 : dipasang juga pelat- pelat baja.

Foto 3 : Pekerjaan penulangan pondasi


tiang bor .

Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat
dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, ternyata tulangannya belum siap. Jika
tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Bisa- bisa
perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak
boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat- alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu
manuver alat- alat berat itu sendiri. Ini gambar detail strukturnya, biasanya digambarkan seperti
ini. Ada yang diameternya lebih dari 1 m, tapi prinsipnya hampir sama. Kedalaman pondasi
Adalah sampai tanah keras(SPT50) dalam halinia

dalah17-18m.
Gambar 4 Detail Pondasi Franki
Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan- tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya
sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat- alat bornya adalah.
Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat- alat yang digunakan untuk mengebor.
Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti
ini.
Foto 5 : Persiapan Alat Bor
Perhatikan mesin bor warna kuning belum dipasangkan dengan mata bornya yang dibawah itu.
Saat ini difoto, alat bor sedang mempersiapkan diri untuk memulai.
Foto 6. tahapan Awal Pengeboran
Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang
terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan
kedalamannya lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek
tersebut ada beberapa ukuran diameter tiang bor yang dipakai. Jadi pada gambar- gambar nanti,
fotonya gabungan dari dua alat tersebut.

Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter
tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material
dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan
yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Biaya itu. Ini contoh
mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor.

Foto 7. Mesin Bor dan Auger

Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi lubang
berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam
kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.

Foto 8. Persiapan Pemasangan casing

Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat
dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah,
secukupnya. Kalau nunggu sampai kebawah, maka bisa-bisa tanah berguguran semua. Lubang
tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.

Foto 9. Casing yang telah tertanam di dalam tanah

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah
diganti dng Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
Foto 8. Pembersihan lumpur dan tanah di dalam lubang

Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi
kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile maka bagian bawah pondasi yang
bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor
khusus, Belling Tools sebagai berikut.

Foto 10. Penggunaan mata bor Belling Tool untuk pengeboran tanah keras.
Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka
perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui
pemeriksaan manual.

Foto 11. Pemeriksaan kedalaman manual pondasi

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dichek dengan data hasil
penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam
menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya
diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini
maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik
yang dibor. Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah ‘siap’, maka selanjutnya adalah
penempatan tulangan rebar.
Foto 12. Pengangkatan tulangan
Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.
Ngangkatnya bertahap.

Foto 13. Penyambungan tulangan pondasi

Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.


Gambar 14. Kondisi lubang pondasi yang telah siap di cor

Pengecoran beton :
Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini
merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi.
Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal
pula pondasi tersebut secara keseluruhan.
Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya
ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton
mengisi bagian yang tidak tepat.

Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa
tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang
yang dibor.
Foto 14. Pipa Tremi untuk pengecoran

Cukup panjang kan..? Inilah yang disebut pipa tremi. Foto ini cukup menarik karena bisa
mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah agak
khusus lho, nggak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk
kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar. Mau tahu detailnya..?

Foto 15. Pengecoran dengan pipa tremi

Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi,
tempat memasukkan beton segar. Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di
bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya nggak
dipasang, mesin bor non-aktif).
Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.

Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan
sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh. Corong beton dipasang.
Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong
pipa tremi seperti kasus di atas. Pada tahap ini, mulailah pengalaman seorang supervisor
menentukan.
Kenapa ?

Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka
jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa
tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa
terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di
dalam lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang
mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. Sarjana baru lulus pasti kesulitan
mengerjakan hal tersebut. Pada kasus ini, tidak hanya teori, lha itu seninya di lapangan. Perlu
feeling yang tepat. Ingat kalau salah, pondasi gagal, cost-nya besar lho.
Jangan sepelekan aba-aba seperti di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru
lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu
pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang
lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer yang handal.
Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi
harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini
karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa
langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan
tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ
lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi pada
tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering segala. Gambar
foto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan
beton segar tadi.

Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada
keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam lho
dibawah dan nggak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu di cabut maka tiang beton bisa tidak
continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat
muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran
dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi
tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran
dengan lumpur.
Sampai tahap ini pekerjaan tiang bor selesai

Anda mungkin juga menyukai