Anda di halaman 1dari 16

Tugas Manajemen Informasi dan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Dosen pengampu : Dr. Endang Sutisna, dr.,M.Kes

Disusun Oleh :
Lu’luatul Fuad
S021702047

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan
pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian
yang lebih serius, terutama mutu pelayanannya yang seharusnya sesuai dengan hakikat
reformasi kesehatan di Indonesia. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan
kebutuhan masyarakat. Dengan menggunakan landasan pengembangan kesehatan,
pimpinan Puskesmas harus lebih memahami penerapan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tahunan Puskesmas
(Muninjaya, 2004).
Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) pada awal tahun 1970-an. Pengembangan
SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data Kesehatan pada tahun
1984. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembangan SIKNAS
ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya
menimbulkan masalah-masalah klasik pula, yaitu kurang akurat, kurang sesuai
kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
tingkatan organisasi pemerintah yang ditentukan secara sistematis dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundangundangan yang
mengatur tentang sistem informasi kesehatan adalah Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) Nomor: 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan dan Kepmenkes No. 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Dalam era pembangunan, informasi memegang peran yang sangat penting. Sistem
Kesehatan Nasional Tahun 2003 mengamanatkan informasi kesehatan sebagai salah satu
unsur utama dari sub sistem manajemen kesehatan. Lebih tegas lagi Kepmenkes RI No
004/Menkes/SK/I/2003 disebutkan sebagai salah satu upaya penataan manajemen
kesehatan di era desentralisasi. Namun disadari bahwa sistem informasi kesehatan di
setiap tingkatan dimaksud baru terlaksana bila ada dukungan sistem informasi kesehatan
di bawahnya. Dengan demikian, sistem informasi kesehatan Kabupaten/Kota akan
terwujud apabila Sistem informasi kesehatan di Puskesmas juga telah berjalan baik
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Informasi di bidang kesehatan dapat digali secara luas di lingkup Puskesmas.
Informasi tersebut meliputi data mengenai pasien, penyakit, pengobatan yang diberikan,
serta kondisi kesehatan masyarakat secara umum. Data kinerja petugas pelayanan
kesehatan beserta hasilnya terhadap masyarakat dapat pula dilihat melalui data
Puskesmas. Data tersebut sangat menentukan dalam keberhasilan penentuan kebijakan
serta dapat menunjukkan kapasitas kerja Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi,
2008).

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sistem
2. Untuk mengetahui konsep dasar informasi
3. Untuk mengetahui informasi kesehatan dan bentuknya
4. Untuk mengetahui Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas
5. Untuk mengetahui mekanisme pencatatan dalam SIMPUS
6. Sumberdaya Organisasi yang Mempengaruhi Penerapan SIMPUS di Puskesmas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem

Menurut Amsyah (2005), sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan


membentuk suatu kesatuan atau organisasi. Contohnya adalah sistem tata surya, sistem
irigasi, sistem tubuh manusia dengan subsistem-subsistem seperti peredaran darah,
syaraf, otak, pencernaan dan sebagainya.
Menurut Shrode dan Voich seperti dikutip oleh Azwar (2004) ciri-ciri sistem dibedakan
atas enam macam yakni:
1. Sistem mempunyai tujuan dan karena itu semua perilaku yang ada pada sistem pada
dasarnya bermaksud mencapai tujuan.
2. Sistem sekalipun terdiri dari berbagai bagian atau elemen, tetapi secara keseluruhan
merupakan suatu yang bulat dan utuh jauh melebihi kumpulan bagian atau elemen
tersebut.
3. Berbagai bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem saling terkait, berhubungan
serta berinteraksi.
4. Sistem bersifat terbuka dan selalu berinteraksi dengan sistem lain yang lebih luas,
yang biasanya disebut dengan lingkungan.
5. Sistem mempunyai kemampuan transformasi, artinya mampu mengubah sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Dengan perkataan lain, sistem mampu mengubah
masukan menjadi keluaran.
6. Sistem mempunyai mekanisme pengendalian, baik dalam rangka menyatukan
berbagai bagian atau elemen, atau dalam rangka mengubah masukan menjadi
keluaran.
Menurut Muninjaya (2004) sistem adalah suatu rangkaian komponen yang
berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu
sistem terdiri dari input, proses, output, effect outcome dan mekanisme umpan baliknya.
Hubungan antara komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu
tatanan lingkungan.
Input yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsi oleh suatu sistem. Sumber
daya dari suatu sistem adalah man, money, material, method, machine dan market,
disingkat dengan 6M. Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah
input menjadi output. Output yaitu hasil langsung (keluaran) suatu sistem effect yaitu
hasil tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem. Pada umumnya effect suatu
sistem dapat dikaji pada perubahan pengetahuan, sikap perilaku kelompok Masyarakat
yang dijadikan sasaran program. Outcome yaitu dampak atau hasil tidak langsung diri
proses suatu sistem (Muninjaya, 2004).

B. Konsep Dasar Informasi

Informasi menurut Gordon B. Davis yang dikutip Amsyah (2005) dalam bukunya
berjudul “Management Information Sistem”, adalah data yang sudah diproses menjadi
bentuk yang berguna bagi pemakai, dan mempunyai nilai pikir yang nyata bagi
pembuatan keputusan pada saat sedang berjalan atau untuk prospek masa depan. Definisi
tersebut menekankan bahwa data harus diproses dengan cara-cara tertentu untuk menjadi
informasi yang berguna bagi pemakai.
Menurut Hartini (2002) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang
lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data adalah kenyataan yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata. Data merupakan
representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai,
mahasiswa, pelanggan), hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan lain-lain, yang direkam
dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya.
Menurut Lumbangaol (2008) informasi adalah segala sesuatu keterangan yang
bermanfaat untuk para pengambil keputusan atau manajer dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tanpa ada suatu informasi dalam suatu
organisasi para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
Oleh karena itu menurut Achua (2004) kualitas informasi tergantung pada 4 hal yaitu :
1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan
bagi orang yang menerima informasi tersebut. Akurat berarti informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya. Komponen akurat meliputi :
a. Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian
akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
b. Correctness berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
kebenaran.
c. Security berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
keamanan.
2. Tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi
yang usang (terlambat) tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga bila digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan dapat berakibat fatal.
3. Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima. Relevansi informasi
untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi
mengenai sebab-musabab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan
adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada ahli teknik
perusahaan.
4. Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat
tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai
efektivitasnya.

C. Informasi Kesehatan Dan Bentuknya

Menurut Muninjaya (2004), yang dimaksud dengan informasi kesehatan adalah hasil
pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan di bidang kesehatan. Informasi kesehatan tersebut harus mencakup seluruh
data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari
sektor pembangunan lainnya. Informasi kesehatan harus menjadi bagian dari proses
pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), prinsip-prinsip penyelenggaraan
informasi kesehatan adalah:
1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor
kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi
kesehatan.
3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui
cara-cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (survei).
6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sistem informasi kesehatan adalah suatu sistem informasi yang menyangkut segala
hal yang terkait dengan keseluruhan manajemen pelayanan kesehatan, dalam kegiatan ini
dimengerti sebagai suatu bagian pentingnya yang menyangkut langsung pengenalan
masalah kesehatan dan tindakan pemecahannya (Kushadiwijaya, 2000).
Menurut Amsyah (2005) berdasarkan bentuknya maka informasi dapat dibedakan
dalam 8 bentuk informasi, yaitu :
1. Informasi uraian
Adalah informasi yang disajikan dalam bentuk uraian cerita yang panjang atau singkat
yang berisikan kalimat-kalimat yang ringkas dan jelas. Informasi ini bisa dalam
bentuk laporan, notulen, surat, atau memo.
2. Informasi rekapitulasi
Adalah informasi ringkas dengan hasil akhir dari suatu perhitungan (kalkulasi) atau
gabungan perhitungan yang berisikan angka-angka yang disajikan dalam bentuk
kolom-kolom. Contoh dari informasi ini adalah neraca, kuitansi, rekening, daftar
pembelian, daftar penjualan, kalkulasi harga.
3. Informasi gambar
Adalah informasi yang dibuat dalam bentuk gambar atau bagan, misalnya gambar
konstruksi dan bagan.
4. Informasi model
Adalah informasi dalam bentuk formulir dengan model-model yang dapat
memberikan nilai ramalan atau prediksi dan nilai-nilai lain seperti nilai hasil
pemecahan persoalan yang optimal sebagai alternatif bagi pembuatan keputusan.
5. Informasi statistik
Adalah informasi yang disajikan dalam bentuk angka yang ditunjukkan dalam bentuk
grafik atau tabel.
6. Informasi formulir
Adalah informasi yang dibuat dalam bentuk formulir dengan format (kolom) isian
yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan keperluan kegiatan masing-masing.
7. Informasi animasi
Adalah informasi dalam bentuk gambar animasi dengan suara atau video. Informasi
ini disebut juga informasi multimedia.
8. Informasi simulasi
Adalah informasi mengenai suatu kegiatan nyata pada suatu situasi atau peralatan
yang dibuat dalam bentuk serupa tetapi dengan ukuran kecil atau dengan layer
computer menjadi mirip seperti ukuran sebenarnya.

D. Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas

Definisi Sistem Informasi Kesehatan menurut AbouZahrl, Carla & Boermal Ties
(2005) adalah ”integrated effort to collect, process, report and use health information
and knowledge to influence policy-making, programme action and research” (usaha yang
terintegrasi untuk mengumpulkan, memproses, melaporkan dan menggunakan
pengetahuan dan informasi kesehatan untuk mempengaruhi pengambil kebijakan,
tindakan program dan riset) (Gondoputro, 2007)

Gambar 1. Bagan SIMPUS


Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi utamanya adalah SP2TP,
sedangkan informasi lain yang ada, berperan sebagai pelengkap (Departemen Kesehatan
RI, 2007).
Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas secara lebih
berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan
informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :
1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas (lokakarya
mini)
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas (PWS dan
Stratifikasi Puskesmas)
4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
Sebagaimana diketahui, SP2TP terdiri dari komponen pencatatan dan komponen
pelaporan. Yang terutama dibutuhkan untuk menunjang kegiatan manajemen Puskesmas
adalah komponen pencatatannya, oleh karena informasi yang dapat dihasilkan dari
komponen ini lebih lengkap daripada komponen pelaporannya. Pencatatan-pencatatan
yang utama, antara lain adalah :
1. Kartu Individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan
sebagainya.
2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register
Posyandu, dan sebagainya.
3. Laporan Kejadian Luar Biasa dan Laporan Bulanan Sentinel
4. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau family folder), yang diberikan khusus untuk
keluarga berisiko, antara lain :
a. Salah seorang anggota keluarganya menderita TB Paru.
b. Salah seorang anggotanya menderita kusta.
c. Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi seperti; ibu hamil risti,
neonatus risti (BBLR) dan balita kurang energi kronis (KEK).
d. Salah satu anggotanya menderita gangguan jiwa.
Di samping SP2TP, juga diperlukan informasi dari instansi di luar sektor kesehatan
ataupun sumber-sumber lainnya, seperti informasi kependudukan, hasil kegiatan sektor
lain yang terkait, seperti BKKBN, Pertanian, Bangdes, Diknas, PU, dan lain-lain. Hasil
pengolahan data SP2TP dan informasi lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan
manajemen Puskesmas (Muninjaya, 2004).
Bagian SIMPUS :
1. Spesifikasi simpus:
a. Platform Under Windows
b. OS Windows
c. Pemrograman Visual Basic untuk interface
d. Database MySQL
2. SIMPUS versi Web (Web Based)
a. Platform Open Source
b. OS (Linux/Windows)
c. Pemrograman PHP untuk interface
d. Database MySQL
3. Fitur Unggulan
a. Tata tampilan gambar view tab yang menarik ( berbasis GUI / Graphical User
Interface) dan user friendly
b. Fasilitas entri data kegiatan pelayanan Puskesmas baik dalam maupun luar gedung
(laporan/output bisa disatukan sesuai kebutuhan)
c. Fasilitas pencarian pasien, cetak Buku Pasien, Paper pasien dan Kartu Pasien,
cetak Surat Keterangan (sakit,sehat dan Kematian), cetak Surat Rujukan RS
(Umum, ASKES, ASKESKIN)
d. Fasilitas pencarian pasien secara cepat
Fasilitas untuk mencari data pasien, dengan fasilitas ini registrasi pasien bisa
dilakukandengan cepat, kurang dari 1 menit.
e. Fasilitas view dan cetak rekam medik pasien
f. Diagnosa (dx) penyakit sudah menggunakan ICD X
g. Fasilitas warning untuk alergi
h. Database obat lengkap (bisa ditambahkan sendiri) baik obat dari Dinas maupun
Swadaya
i. Fasilitas Pembuatan resep Obat bisa dalam bentuk Puyer
j. Fasilitas Perhitungan stok opname dan LPLPO Obat/alkes dilakukan secara
otomatis, sesuai dengan penggunaannya.
k. Menyediakan output laporan yang diperlukan untuk Administrasi Ke Dinas
(bulanan dan tahunan
l. Laporan bisa dalam bentuk grafik dan peta visual (contoh: Peta penyebaran
Penyakit dan Grafik Pemantauan Kasus)
m. Fasilitas transfer data ke dinas (bisa melalui perangkat jaringan maupun Flashdisk)
n. Laporan bisa difilter berdasarkan kategori-kategori sesuai kebutuhan
o. Fasilitas Laporan bisa di-convert dalam bentuk data MS-Excell dan Pdf
p. Fasilitas Backup Data Otomatis (Auto Backup)
q. Fasilitas Integrasi Data seluruh puskesmas ke Dinas Kesehatan

E. Mekanisme Pencatatan Dalam Simpus


Mekanisme dalam pencatatan SIMPUS yaitu :
1. Data SP2TP dan data lainnya diolah, disajikan dan diinterpretasikan sesuai dengan
petunjuk pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP serta petunjuk dari masing-
masing program yang ada (seperti KIA/KB, Gizi, Kesling, P2M, dan lain-lain)
2. Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para penanggung
jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan pengelola program di semua
jenjang administrasi.
3. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data SP2TP dan sumber
lainnya, dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun dan tidak ada
perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase
dan sebagainya. Informasi tersebut berupa laporan tahunan Puskesmas.

F. Sumber daya Organisasi yang Mempengaruhi Penerapan SIMPUS di Puskesmas

Sumberdaya organisasi yang merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi


dikenal dengan 6M adalah sumberdaya manusia (man), peralatan (machine), bahan-
bahan (materials), biaya (money), metode (method), dan pasar (market). Banyak teori
manajemen yang mengatakan bahwa SDM merupakan unsur yang paling penting. Hal ini
karena SDM sangat menentukan arah dan kemajuan organisasi.
Sumber daya organisasi terdiri dari 4 unsur yaitu manusia (man) atau tenaga
pengolah data, bahan-bahan (materials) atau sarana prasarana, biaya (money) atau dana,
dan metode (method). Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan.
Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk
kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan.
Money atau uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur
dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan (organisasi). Oleh karena itu uang
merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus
diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang
harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus
dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa uang (money) bertujuan untuk
memperoleh SDM yang berkualitas, dan mempertahankan SDM yang ada saat ini.
Seringkali dijumpai dalam praktek sehari-hari bahwa SDM yang berkualitas tidak dapat
diperoleh karena sistem kompensasi yang tidak menarik. Di samping itu, banyak kasus
dimana SDM yang berkualitas malah keluar setelah diperoleh dengan susah payah akibat
sistem kompensasi yang tidak menarik. Prinsip kompensasi yang harus dipenuhi dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi adalah adil dan layak. Adil tapi tidak layak bukanlah
kompensasi yang baik, sebaliknya, layak tapi tidak adil hanya akan membuat masalah
baru di kalangan karyawan sendiri (Arep, 2003).
Sarana dan prasarana dalam pengolahan data informasi merupakan salah satu faktor
penting. Sarana dan prasarana dalam sistem informasi dapat berupa data yang baik, alat-
alat tulis (kertas, pena, penggaris, dan lain-lain), komputer. Sarana dan prasarana yang
lengkap menunjang keberhasilan dalam pengolahan data (informasi).
Data yang baik adalah suatu data yang bernilai dan harus memenuhi 3 unsur yaitu
ketelitian data, komparabilitas data (data yang digunakan harus benar), dan validitas data
yaitu data yang digunakan merupakan data yang menunjang tercapainya tujuan (Sutabri,
2005).
Salah satu kegiatan dalam pengolahan data yaitu penyimpanan data. Penyimpanan
data meliputi pekerjaan pengumpulan (filing), pencarian (searching), dan pemeliharaan
(maintenance). Data disimpan dalam suatu tempat yang lazim disebut file. File ini dapat
berbentuk map, ordner, disket, tape, hard disk, dan lain sebagainya. Sebelum disimpan,
suatu data diberi kode menurut jenis kepentingannya.
Pengaturan dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah mencarinya. Pengkodean
memegang peranan penting, karena kode yang salah akan mengakibatkan data yang
masuk ke dalam file juga salah, yang selanjutnya akan mengakibatkan kesulitan dalam
mencari data tersebut apabila diperlukan (Amsyah, 2005).
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya pekerjaan dalam
suatu organisasi. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan
kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada
sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan
usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya
tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan.
Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem adalah adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain
dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input,
proses, output, effect outcome dan mekanisme umpan baliknya
2. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi yang menerimanya. Konsep dasar informasi adalah akurat, tepat waktu,
realibitas, dan ekonomis
3. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan dan bentuknya meliputi :
informasi uraian, rekapitulasi, gambar, model, formulir, animasi, statistik, dan
simulasi.
4. Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas merupakan suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi utamanya adalah SP2TP,
sedangkan informasi lain yang ada, berperan sebagai pelengkap
5. Mekanisme pencatatan dalam SIMPUS yaitu data SP2TP dan data lainnya diolah,
disajikan dan diinterpretasikan sesuai dengan petunjuk pengolahan dan pemanfaatan
kemudian data diolah, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para
penanggung jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan terakhir pembuatan
laporan tahunan Puskesmas.
6. Sumberdaya Organisasi yang Mempengaruhi Penerapan SIMPUS di Puskesmas yaitu
meliputi 4 unsur yaitu manusia (man) atau tenaga pengolah data, bahan-bahan
(materials) atau sarana prasarana, biaya (money) atau dana, dan metode (method).

B. Saran
1. Dinas Kesehatan menjembatani rancangan desain sistem informasi manajemen
puskesmas yang dibangun oleh partisipasi puskesmas sendiri dalam bentuk yang lebih
aplikatif, berupa pemrogra-man komputer, evaluasi maupun monitoring pelaksanaan.
2. Adopsi pelaksanaan pencatatan dengan metode yang baru (elektronik) membutuhkan
kemampuan lebih terhadap penguasaan teknologi diband-ingkan metode sebelumnya.
Untuk itu hendaknya pimpinan puskesmas lebih arif dalam memberikan kesempatan
untuk memperoleh ketrampilan tambahan operasional komputer bagi petugas
puskesmas.
3. Perubahan-perubahan untuk perbaikan suatu sistem di masa mendatang berkaitan
dengan sistem informasi hendaknya tetap melibatkan partisipasi aktif dari pelaksana
sistem itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

AboZahrl, C., dan Boermal, T., 2005, Health Information System, The Foundation of Public
Health in Bulletin of the Word Health Organization August 2005.

Achua, 2004, Leadership, Prentice Hall, Singapore.

Amsah, Z., 2005, Manajemen Sistem Informasi, Cetakan Kelima, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Arep, I., dan Hendri T., 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia, Universitas Trisakti,
Jakarta.

Azwar, A., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Cetakan Pertama, Edisi Kedua,
Binarupa Aksara, Jakarta.

Departemen Kesehatan R.I., 2003, Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Depatemen Kesehatan R.I., 2007, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, 2008, Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi,


www.dinkesngawi.co.id, diakses tanggal 12 Desember 2017

Gondoputro, S., 2007, Rekam Medis dan Sistem Informasi Kesehatan di Pelayanan
Kesehatan Primer (Puskesmas), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.

Hartini, 2002, Pengantar Sistem Informasi, Available : www.jakarta_selatan.go.id

Kushadiwijaya, 2000, Sistem Informasi Kesehatan, Cetakan Pertama, Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Lumbangaol, J., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Muninjaya, A.A.G., 2004, Manajemen Kesehatan, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Sutabri, T., 2005, Sistem Informasi Manajemen, Andi, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai