Disusun Oleh :
Lu’luatul Fuad
S021702047
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai pelayanan kesehatan paling dasar dan sebagai ujung tombak pelayanan dan
pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia, Puskesmas perlu mendapat perhatian
yang lebih serius, terutama mutu pelayanannya yang seharusnya sesuai dengan hakikat
reformasi kesehatan di Indonesia. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan
kebutuhan masyarakat. Dengan menggunakan landasan pengembangan kesehatan,
pimpinan Puskesmas harus lebih memahami penerapan Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tahunan Puskesmas
(Muninjaya, 2004).
Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan
Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) pada awal tahun 1970-an. Pengembangan
SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data Kesehatan pada tahun
1984. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembangan SIKNAS
ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya
menimbulkan masalah-masalah klasik pula, yaitu kurang akurat, kurang sesuai
kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan (Departemen
Kesehatan RI, 2007).
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
tingkatan organisasi pemerintah yang ditentukan secara sistematis dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Peraturan perundangundangan yang
mengatur tentang sistem informasi kesehatan adalah Keputusan Menteri Kesehatan
(Kepmenkes) Nomor: 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi
Desentralisasi Bidang Kesehatan dan Kepmenkes No. 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Dalam era pembangunan, informasi memegang peran yang sangat penting. Sistem
Kesehatan Nasional Tahun 2003 mengamanatkan informasi kesehatan sebagai salah satu
unsur utama dari sub sistem manajemen kesehatan. Lebih tegas lagi Kepmenkes RI No
004/Menkes/SK/I/2003 disebutkan sebagai salah satu upaya penataan manajemen
kesehatan di era desentralisasi. Namun disadari bahwa sistem informasi kesehatan di
setiap tingkatan dimaksud baru terlaksana bila ada dukungan sistem informasi kesehatan
di bawahnya. Dengan demikian, sistem informasi kesehatan Kabupaten/Kota akan
terwujud apabila Sistem informasi kesehatan di Puskesmas juga telah berjalan baik
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
Informasi di bidang kesehatan dapat digali secara luas di lingkup Puskesmas.
Informasi tersebut meliputi data mengenai pasien, penyakit, pengobatan yang diberikan,
serta kondisi kesehatan masyarakat secara umum. Data kinerja petugas pelayanan
kesehatan beserta hasilnya terhadap masyarakat dapat pula dilihat melalui data
Puskesmas. Data tersebut sangat menentukan dalam keberhasilan penentuan kebijakan
serta dapat menunjukkan kapasitas kerja Puskesmas (Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi,
2008).
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian sistem
2. Untuk mengetahui konsep dasar informasi
3. Untuk mengetahui informasi kesehatan dan bentuknya
4. Untuk mengetahui Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas
5. Untuk mengetahui mekanisme pencatatan dalam SIMPUS
6. Sumberdaya Organisasi yang Mempengaruhi Penerapan SIMPUS di Puskesmas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem
Informasi menurut Gordon B. Davis yang dikutip Amsyah (2005) dalam bukunya
berjudul “Management Information Sistem”, adalah data yang sudah diproses menjadi
bentuk yang berguna bagi pemakai, dan mempunyai nilai pikir yang nyata bagi
pembuatan keputusan pada saat sedang berjalan atau untuk prospek masa depan. Definisi
tersebut menekankan bahwa data harus diproses dengan cara-cara tertentu untuk menjadi
informasi yang berguna bagi pemakai.
Menurut Hartini (2002) informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang
lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Data adalah kenyataan yang
menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata. Data merupakan
representasi dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti manusia (pegawai,
mahasiswa, pelanggan), hewan, peristiwa, konsep, keadaan dan lain-lain, yang direkam
dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya.
Menurut Lumbangaol (2008) informasi adalah segala sesuatu keterangan yang
bermanfaat untuk para pengambil keputusan atau manajer dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Tanpa ada suatu informasi dalam suatu
organisasi para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif.
Oleh karena itu menurut Achua (2004) kualitas informasi tergantung pada 4 hal yaitu :
1. Akurat, berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan
bagi orang yang menerima informasi tersebut. Akurat berarti informasi harus jelas
mencerminkan maksudnya. Komponen akurat meliputi :
a. Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
kelengkapan yang baik, karena bila informasi yang dihasilkan sebagian-sebagian
akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
b. Correctness berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
kebenaran.
c. Security berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
keamanan.
2. Tepat waktu, informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi
yang usang (terlambat) tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga bila digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan dapat berakibat fatal.
3. Relevan, informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima. Relevansi informasi
untuk tiap-tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Misalnya informasi
mengenai sebab-musabab kerusakan mesin produksi kepada akuntan perusahaan
adalah kurang relevan dan akan lebih relevan bila ditujukan kepada ahli teknik
perusahaan.
4. Ekonomis, informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar
dibandingkan dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat
tepat ditaksir keuntungannya dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai
efektivitasnya.
Menurut Muninjaya (2004), yang dimaksud dengan informasi kesehatan adalah hasil
pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan bagi pengambilan
keputusan di bidang kesehatan. Informasi kesehatan tersebut harus mencakup seluruh
data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor kesehatan ataupun dari
sektor pembangunan lainnya. Informasi kesehatan harus menjadi bagian dari proses
pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi kesehatan.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), prinsip-prinsip penyelenggaraan
informasi kesehatan adalah:
1. Mencakup seluruh data yang terkait dengan kesehatan, baik yang berasal dari sektor
kesehatan ataupun dari berbagai sektor pembangunan lain.
2. Mendukung proses pengambilan keputusan di berbagai jenjang administrasi
kesehatan.
3. Disediakan sesuai dengan kebutuhan informasi untuk pengambilan keputusan.
4. Disediakan harus akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu dengan
mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi.
5. Pengelolaan informasi kesehatan harus dapat memadukan pengumpulan data melalui
cara-cara rutin (pencatatan dan pelaporan) dan cara-cara non rutin (survei).
6. Akses terhadap informasi kesehatan harus memperhatikan aspek kerahasiaan yang
berlaku di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sistem informasi kesehatan adalah suatu sistem informasi yang menyangkut segala
hal yang terkait dengan keseluruhan manajemen pelayanan kesehatan, dalam kegiatan ini
dimengerti sebagai suatu bagian pentingnya yang menyangkut langsung pengenalan
masalah kesehatan dan tindakan pemecahannya (Kushadiwijaya, 2000).
Menurut Amsyah (2005) berdasarkan bentuknya maka informasi dapat dibedakan
dalam 8 bentuk informasi, yaitu :
1. Informasi uraian
Adalah informasi yang disajikan dalam bentuk uraian cerita yang panjang atau singkat
yang berisikan kalimat-kalimat yang ringkas dan jelas. Informasi ini bisa dalam
bentuk laporan, notulen, surat, atau memo.
2. Informasi rekapitulasi
Adalah informasi ringkas dengan hasil akhir dari suatu perhitungan (kalkulasi) atau
gabungan perhitungan yang berisikan angka-angka yang disajikan dalam bentuk
kolom-kolom. Contoh dari informasi ini adalah neraca, kuitansi, rekening, daftar
pembelian, daftar penjualan, kalkulasi harga.
3. Informasi gambar
Adalah informasi yang dibuat dalam bentuk gambar atau bagan, misalnya gambar
konstruksi dan bagan.
4. Informasi model
Adalah informasi dalam bentuk formulir dengan model-model yang dapat
memberikan nilai ramalan atau prediksi dan nilai-nilai lain seperti nilai hasil
pemecahan persoalan yang optimal sebagai alternatif bagi pembuatan keputusan.
5. Informasi statistik
Adalah informasi yang disajikan dalam bentuk angka yang ditunjukkan dalam bentuk
grafik atau tabel.
6. Informasi formulir
Adalah informasi yang dibuat dalam bentuk formulir dengan format (kolom) isian
yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan keperluan kegiatan masing-masing.
7. Informasi animasi
Adalah informasi dalam bentuk gambar animasi dengan suara atau video. Informasi
ini disebut juga informasi multimedia.
8. Informasi simulasi
Adalah informasi mengenai suatu kegiatan nyata pada suatu situasi atau peralatan
yang dibuat dalam bentuk serupa tetapi dengan ukuran kecil atau dengan layer
computer menjadi mirip seperti ukuran sebenarnya.
Definisi Sistem Informasi Kesehatan menurut AbouZahrl, Carla & Boermal Ties
(2005) adalah ”integrated effort to collect, process, report and use health information
and knowledge to influence policy-making, programme action and research” (usaha yang
terintegrasi untuk mengumpulkan, memproses, melaporkan dan menggunakan
pengetahuan dan informasi kesehatan untuk mempengaruhi pengambil kebijakan,
tindakan program dan riset) (Gondoputro, 2007)
A. Kesimpulan
1. Sistem adalah adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain
dan mempunyai suatu tujuan yang jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input,
proses, output, effect outcome dan mekanisme umpan baliknya
2. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi yang menerimanya. Konsep dasar informasi adalah akurat, tepat waktu,
realibitas, dan ekonomis
3. Informasi kesehatan adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan dan bentuknya meliputi :
informasi uraian, rekapitulasi, gambar, model, formulir, animasi, statistik, dan
simulasi.
4. Sistem Informasi Manajemen di Puskesmas merupakan suatu tatanan
manusia/peralatan yang menyediakan informasi untuk membantu proses manajemen
Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi utamanya adalah SP2TP,
sedangkan informasi lain yang ada, berperan sebagai pelengkap
5. Mekanisme pencatatan dalam SIMPUS yaitu data SP2TP dan data lainnya diolah,
disajikan dan diinterpretasikan sesuai dengan petunjuk pengolahan dan pemanfaatan
kemudian data diolah, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh para
penanggung jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas dan terakhir pembuatan
laporan tahunan Puskesmas.
6. Sumberdaya Organisasi yang Mempengaruhi Penerapan SIMPUS di Puskesmas yaitu
meliputi 4 unsur yaitu manusia (man) atau tenaga pengolah data, bahan-bahan
(materials) atau sarana prasarana, biaya (money) atau dana, dan metode (method).
B. Saran
1. Dinas Kesehatan menjembatani rancangan desain sistem informasi manajemen
puskesmas yang dibangun oleh partisipasi puskesmas sendiri dalam bentuk yang lebih
aplikatif, berupa pemrogra-man komputer, evaluasi maupun monitoring pelaksanaan.
2. Adopsi pelaksanaan pencatatan dengan metode yang baru (elektronik) membutuhkan
kemampuan lebih terhadap penguasaan teknologi diband-ingkan metode sebelumnya.
Untuk itu hendaknya pimpinan puskesmas lebih arif dalam memberikan kesempatan
untuk memperoleh ketrampilan tambahan operasional komputer bagi petugas
puskesmas.
3. Perubahan-perubahan untuk perbaikan suatu sistem di masa mendatang berkaitan
dengan sistem informasi hendaknya tetap melibatkan partisipasi aktif dari pelaksana
sistem itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
AboZahrl, C., dan Boermal, T., 2005, Health Information System, The Foundation of Public
Health in Bulletin of the Word Health Organization August 2005.
Amsah, Z., 2005, Manajemen Sistem Informasi, Cetakan Kelima, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Arep, I., dan Hendri T., 2003, Manajemen Sumberdaya Manusia, Universitas Trisakti,
Jakarta.
Azwar, A., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Cetakan Pertama, Edisi Kedua,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Depatemen Kesehatan R.I., 2007, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS), Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Gondoputro, S., 2007, Rekam Medis dan Sistem Informasi Kesehatan di Pelayanan
Kesehatan Primer (Puskesmas), Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung.
Lumbangaol, J., 2008, Sistem Informasi Manajemen Pemahaman dan Aplikasi, Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Muninjaya, A.A.G., 2004, Manajemen Kesehatan, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.