Anda di halaman 1dari 67

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 1


BAB I ............................................................................................................................ 2
BIFUNGSIONAL ......................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN BIFUNGSIONAL .................................................................... 2
B. Klasifikasi Senyawa Bifungsional .................................................................................... 2
C. Macam – Macam Gugus Bifungsional ............................................................... 6
b. TATA NAMA .................................................................................................... 9
BAB II ......................................................................................................................... 16
SENYAWA AROMATIK HETEROSIKLIK ............................................................ 16
A. Senyawa Heterosiklik....................................................................................... 16
B. Tata Nama Senyawa Heterosiklik .................................................................... 17
BAB III ....................................................................................................................... 20
MAKRO MOLEKUL ................................................................................................. 20
A. Karbohidrat ...................................................................................................... 20
B. Protein .............................................................................................................. 27
C. Lipid ................................................................................................................. 34
BAB IV…………………………………………………….………………………...42
NATURAL PRODUK ................................................................................................ 40
A. Alkaloid ............................................................................................................ 40
B. Fungsi Alkaloid ................................................................................................ 42
B. Terpenoid ......................................................................................................... 46
C. Flavonoid ......................................................................................................... 51
BAB I

BIFUNGSIONAL

A. PENGERTIAN BIFUNGSIONAL

Gugus fungsional (istilah dalam kimia organik) adalah kelompok gugus


khusus pada atom dalam molekul, yang berperan dalam memberi karakteristik
reaksi kimia pada molekul tersebut. Senyawa yang bergugus fungsional sama
memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip.
Gugus bifungsional mengandung pengertian ketika molekul mengandung
dua atau lebih kelompok-kelompok fungsional yang berbeda. Kelompok
fungsional yang mendapatkan prioritas diperlakukan sebagai kelompok utama
dan ditandai oleh akhiran sekunder sementara kelompok lain dianggap sebagai
substituent.
Senyawa bi dan polifungsional adalah senyawa yang tersusun dari dua
atau lebih gugus fungional. Sifat senyawa bifungsional dengan dua gugus yg
berdekatan, Pada banyak kasus bersifat seperti senyawa onofungsional terkait,
tetapi pada kasus lain dapat menyebabkan perubahan pada sifat fisika dan kimia,
khususnya pada saat jarak antara duagugus fungsi itu berdekatan.

B. Klasifikasi Senyawa Bifungsional

Senyawa bifungsional diklasifikasikan berdasarkan Jenis gugus fungsi dan posisi


kedua gugus fungsi :
 Berdasarkan Jenis Gugus fungsional: sejenis dan berbeda jenis
 Berdasarkan posisi kedua gugus fungsi
Ketika molekul mengandung dua atau lebih kelompok-kelompok
fungsional yang berbeda, orangtua rantai begitu dipilih sehingga maksimum yang
mungkin berisi jumlah kelompok fungsional. Urutan prioritas dari berbagai
kelompok demi penomoran adalah:
Asam karboksilat> asam anhidrida> ester> asil halida> Amida> nitrit> aldehida>
keton> alkohol> amina> alkena> alkuna> halo, nitro dan alkoksi, alkyls.
Kelompok fungsional yang endapatkan prioritas diperlakukan sebagai
kelompok utama dan ditandai dengan akhiran sekunder. Sementara kelompok
lain dianggap sebagai subtituen dan didakwa oleh awalan. Dalam tata nama
IUPAC, penomoran dan akhiran dalam senyawa bifungsional ditentukan oleh
prioritas di atas.
Dalam kimia, sejumlah prefiks , sufiks , dan infiks digunakan untuk
menggambarkan jenis dan posisi gugus fungsi dalam kompleks.

TABEL URUTAN PRIORITAS TATA NAMA


Gugus fungsi Awalan Akhiran
-COOH Karboksil- Asam –Oat
-SO3H Sulfo- Asam –Esulfonat
-COOR Alkoksikarbonil- -Oat
-SO3R Alkoksisulfonil- -Esulfonat
-COCl Kloroformil- -Oil klorida
-CONH2 Karbamoil- -Amida
-CN Siano- -Enitril
-CHO Okso- (formil) -Al
-C=O Okso- -On
-OH Hidroksi- -Ol
-SH Mekapto- -Etiol
-NH2 Almino- -Amina
-OR Alkoksi- -
-SR Alkiltio- -
-Cl Kloro- -
-NO2 Nitro- -

Langkah-langkah untuk penamaan senyawa organik adalah:


1. Mengidentifikasi rantai hidrokarbon induk
2. Mengindetifikasi induk kelompok fungsional, jika ada dengan urutan
tertinggi didahulukan
3. Mengidentifikasi sisi-rantai. Rantai samping yang rantai karbon yang tidak
dalam rantai induk, tetapi bercabang dari itu.
4. Mengidentifikasi kelompok-kelompok fungsional yang tersisa, jika ada, dan
nama mereka dengan nama ion mereka (seperti hidroksi untuk-OH, oxy
untuk = O, oxyalkane untuk OR, dll). Sisi yang berbeda-rantai dan kelompok
fungsional akan dikelompokkan bersama dalam urutan abjad. (The prefiks
di-, tri-, dan lain-lain tidak dipertimbangkan untuk pengelompokan
berdasarkan abjad. Sebagai contoh, etil datang sebelum dihidroksi atau
dimetil, sebagai "e" dalam "etil" mendahului "h" dalam "dihidroksi" dan "m"
dalam "dimetil" abjad The "di" tidak dipertimbangkan dalam kedua kasus
tersebut).. Dalam kasus ada yang rantai samping kedua dan kelompok
fungsional sekunder, mereka harus ditulis dicampur bersama dalam satu
kelompok daripada dalam dua kelompok terpisah.
5. Mengidentifikasi double / triple obligasi.
6. Nomor rantai. Untuk nomor rantai, nomor pertama di kedua arah (kiri ke
kanan dan kanan ke kiri), dan kemudian pilih nomor yang mengikuti aturan
ini, dalam urutan prioritas:
a. Apakah locant terendah (atau jumlah locants) untuk kelompok fungsional
akhiran. Locants adalah nomor pada karbon yang substituen secara
langsung terpasang.
b. Apakah jumlah terendah locants untuk beberapa obligasi (The locant dari
ikatan multiple adalah jumlah karbon yang berdekatan dengan angka
yang lebih rendah).
c. Apakah jumlah terendah locants untuk ikatan ganda
d. Apakah jumlah terendah locants untuk awalan.
7. Nomor berbagai substituen dan obligasi dengan locants mereka. Jika ada
lebih dari satu jenis yang sama substituen / ikatan rangkap, tambahkan
prefiks (di-, tri-, dll) sebelum itu. Angka-angka untuk jenis rantai samping
akan dikelompokkan dalam urutan dan ditulis sebelum nama dari rantai-
samping. Jika ada dua sisi-rantai dengan sama karbon alfa , nomor akan
ditulis dua kali. Contoh: 2,2,3-trimetil-. Jika ada kedua ikatan rangkap dan
ikatan rangkap tiga, menulis "ena" sebelum "yne". Dalam hal kelompok
fungsional utama adalah kelompok fungsional terminal (Sebuah kelompok
yang hanya bisa ada di akhir rantai, seperti kelompok formil dan karboksil),
tidak perlu ke nomor itu.
8. Mengatur segala sesuatu seperti ini: Kelompok rantai samping dan
kelompok fungsional sekunder dengan nomor yang dibuat pada langkah 3 +
awalan dari hidrokarbon rantai induk (eth, met) + double / ikatan rangkap
tiga dengan angka (atau "ane") + akhiran kelompok fungsional utama
dengan nomor . Di mana pun ia mengatakan "dengan nomor", dapat
dipahami bahwa antara kata dan angka, Anda menggunakan awalan (di-, tri-)
9. Tambahkan tanda baca:
a. Pasang koma antara angka (2 5 5 menjadi 2,5,5)
b. Pasang tanda penghubung antara nomor dan surat (2 5 5
trimethylhexane menjadi 2,5,5-trimethylhexane)
c. Berturut-turut kata-kata yang digabung menjadi satu kata (heksan
trimetil menjadi trimethylhexane)
C. Macam – Macam Gugus Bifungsional

1. ALKOHOL – ALKOHOL
a. PENGERTIAN
Alkohol dengan alkohol merupakan senyawa bifungsional yang
memiliki gugus fungsional yang sejenis karena memiliki dua gugus
hidroksil (OH). Alkohol yang mengandung dua gugus hidroksil (OH)
umumnya diberi nama glikol. Dalam sistem substitutif IUPAC alkohol
tersebut dinamai sebagai diol. Contohnya adalah sebagai berikut :

CH2 − CH2 CH3CH − CH2 CH2CH2CH2

OH OH OH OH OH OH

Etilen Glikol Propilen Glikol Trimetilen Glikol


(1,2-etanadiol) (1,2-propanadiol) (1,3-propanadiol)

b. TATANAMA
Untuk senyawa yang mengandung dua gugus fungsi yang identik,
senyawa tersebut diberinama sama dengan senyawa monofungsionalnya dan
diberi tambahan awalan di. Contohnya yaitu :

2. ALKUNOAT
a. PENGERTIAN
Alkunoat merupakan gugus bifungsional dimana pada gugus ini
terdapat dua gugus fungsi, yaitu alkuna dan asam karboksilat ( -COOH ).
Dimana alkuna sebagai gugs substituennya dan alkanoat menjadi gugus
utamannya. Asam karboksilat ini mempunyai gugus karbonil yang terikat
pada gugus alkil atau aril.
Rumus molekul dari gugus bifungsional ini adalah :
CnH2n-4O2

Rumus struktur dari bifungsional ini adalah :


O
R C
R OH

b. TATA NAMA
a. Tetapkan rantai utama dengan cara memilih deretan C paling panjang yang
mengikat gugus fungsi –COOH dan gugus alkuna.
Contoh :
H3C OH

O
hex-3-ynoic acid

b. Akhiran –una dan oatl digabungkan menjadi satu, yaitu –unoat.


Contoh :

H3C
OH
pent-3-ynoic acid

3. Untuk penomoran rantai induk atau utama dimulai dari gugus alkanoat.
Contoh :
4 2
H3C 5 3 OH
1

6 7 O
H3C CH3
5,6-dimethylhept-3-ynoic acid

4. Suatu hidrokarbon dengan 2 ikatan ganda disebut dengan –diunoat, 3


ikatan rangkap disebut dengan –triunoat dan sebagainya.
Contoh :

CH3 O
9 7 5 3
H3C 8 6 4 2 1
OH
5-methylnona-3,7-diynoic acid

3. ALKOKSIALKANOAT
a. PENGERTIAN
Alkoksialkanoat merupakan suatu dwi gugus fungsi yang terdiri
dari gugus fungsi eter ( alkoksialkana) sebagai substituennya dan gugus
fungsi alkanoat sebagai gugus fungsi utamanya.

Rumus Molekul
Dwi gugus fungsi eter alkanoat mempunyai rumus molekul :

Cn H2nO2 - OH

b. TATA NAMA
1. Rantai utama adalah rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi
asam alkanoat sedangkan gugus alkoksi sebagai substituen.
2. Penomoran dimulai dari gugus – COOH.
3. Penulisan nama dimulai dari nama cabang atau gugus lain sesuai abjad
kemudian nama rantai utama.
H3C
O O

OH
3-ethoxypropanoic acid
Contoh
4. ASAM HIDROKSI KARRBOKSILAT
a. PENGERTIAN
Asam hidroksi adalah suatu dwi fungsi yang terdiri dari gugus fungsi
alkanol (-OH) dan gugus fungsi asam alkanoat (-COOH). sam hidroksi
karboksilat adalah suatu asam karboksilat dimana pada gugus alkilnya
mengadung substituen hidroksida, seperti juga pada asam hidroksi
karboksilat bentuk αβγ sesuai dengan letak hidroksida.

asam α hidroksi butanoat atau asam 2 hidroksi butanoat

Asam β hidroksi butanoat atau asam 3 hidroksi butanoat

b. TATA NAMA
1) Pada gugus dwifungsi ini, gugus karboksil berlaku sebagai gugus
karboksil berlaku sebagai gugus fungsional utama dan hidroksi
digunakan sebagai awalan.
2) Rantai terpanjang yang mengikat gugus ini dianggap sebagai struktur
utamanya dan dinamai dengan memberikan nama asam setelah awalan
hidroksi dan mengganti akhiran –a pada alkananya dengan oat.

Asam bersubstitusi diberi nama menurut dua cara, yaitu :


1) Sistem IUPAC dimana nomor rantai dimulai dari ataom karbon
pembauran gugus karboksil dan substitusi diberi nomor lokasi
2) Jika nama umum yang digunakan maka lokasi substituent
dilambangkan dengan huruf latin, dimulai, dengan alfa, beta dan
gama,dst.

5. ESTER dan ETER

a. PENGERTIAN
Gugus bifungsional senyawa ester - eter merupakan senyawa organik
yang mengandung dua gugus fungsional yaitu ester (RCOOR) dan eter
(ROR). Rumus Molekul dari gugus bifungsional senyawa ester dan eter
adalah CnH2nO3 dan rumus struktur dari bifungsional ester dan eter
sebagai berikut berikut:
R O

O O
R
b. TATA NAMA
Pemberian nama untuk gugus bifungsional ester dan eter berdasarkan
table urutan prioritas tatanama, maka Gugus fungsi yang
menjadi“akhiran” yaitu –Oat merupakan gugus fungsi dengan prioritas
gugus fungsi paling tinggi, sedangkan gugus fungsi dengan prioritas lebih
rendah menjadi “awalan” yaitu Alkoksi.

TABEL URUTAN PRIORITAS TATANAMA


Gugus fungsi Awalan Akhiran
-COOH Karboksil- Asam -Oat
-SO3H Sulfo- Asam –Esulfonat
-COOR Alkoksikarbonil- -Oat
-SO3R Alkoksisulfonil- -Esulfonat
-COCl Kloroformil- -Oil klorida
-CONH2 Karbamoil- -Amida
-CN Siano- -Enitril
-CHO Okso- (formil) -Al
-C=O Okso- -On
-OH Hidroksi- -Ol
-SH Mekapto- -Etiol
-NH2 Almino- -Amina
-OR Alkoksi- -
-SR Alkiltio- -
-Cl Kloro- -
-NO2 Nitro- -

Aturan tatanama gugus bifungsional ester dan eter sebagai berikut :


1) Menentukan rantai terpanjang dimana rantai tersebut berikatan
dengan gugus utama (ester)
2) Penomoran dimulai dari atom C yang mengikuti gugus ester.
3) Menentukan nomor rantai gugus eter .
4) Digunakan awalan alkoksi dan akhiran “oat”.

Contoh senyawa dari gugus bifungsional Amina-Alkil Halida antara


lain ;

H3C O H3C O

O O
O
CH3 O CH3
methyl 3-methoxypropanoate methyl 4-methoxybutanoate
H3C
H3C O O

O O O O
CH3 CH3
methyl 3-ethoxypropanoate ethyl 3-methoxypropanoate

6. ALHOHOL dan ALKENA (PRENOL)


a. PENGERTIAN
salah satu senyawa yang termasuk dalam senyawa gugus
bifungsional alkohol dan alkena adalah prenol (3-metil-2-buten-1-ol).
Prenol merupakan senyawa terpenoid (terpena) yang berasal dari
golongan hemiterpenoid. Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon
yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada
getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan
terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder.
Prenol terdapat secara alami dalam buah jeruk, cranberry, bilberry,
kismis, anggur, raspberry, blackberry, tomat, roti putih, minyak hop, kopi,
Bramble Arktik, cloudberry dan markisa. Hal ini juga diproduksi industri
oleh BASF (di Ludwigshafen, Jerman) dan oleh Kuraray (di Asia)
sebagai perantara untuk obat-obatan dan senyawa aroma. Produksi global
pada tahun 2001 adalah antara 6000 dan 13.000 ton.

b. Tata Nama
Untuk penamaan senyawa gugus bifungsional dari alkena dan
alkohol, maka akhiran –ena dan alkohol (-ol) digunakan secara bersama-
sama. Dalam hal ini, akhiran –ol diletakkan di belakang –ena (yang
merupakan gugus fungsional utama) dan senyawanya disebut –enaol.
Gugus –ol sangat menentukan dalam penomoran. Dan dalam usaha
menuliskan nama, maka nomor gugus hidroksil diletakkan diantara suku-
suku kata –ena dan –ol.

7. ALDEHID dan KETON


a. PENGERTIAN

Senyawa aldehid dan keton biasa disebut dengan senyawa


karbonil. Senyawa aldehid memiliki rumus umum yaitu R–CHO,
sedangkan untuk keton adalah R–C=O. gugus R dapat berupa hydrogen,
alifatik atau aromatic. Dalam hal ini gugus R–CHO dipandang sebagai
fungsional utama, dan R-C=O dianggap sebagai gugus pengganti (okso).

b. TATA NAMA
Untuk memberi nama senyawa-senyawa Bifungsional keton dan
aldehid menurut aturan IUPAC adalah sebagai berikut: beri nama sesuai
nama alkana dengan mengganti aliran “ ana “ menjadi “anal “.Dalam hal
ini gugus R–CHO dipandang sebagai fungsional utama, dan R-C=O
dianggap sebagai gugus pengganti (okso).

TABEL URUTAN PRIORITAS TATA NAMA


Gugus fungsi Awalan Akhiran
-COOH Karboksil- Asam –Oat
-SO3H Sulfo- Asam –Esulfonat
-COOR Alkoksikarbonil- -Oat
-SO3R Alkoksisulfonil- -Esulfonat
-COCl Kloroformil- -Oil klorida
-CONH2 Karbamoil- -Amida
-CN Siano- -Enitril
-CHO Okso- (formil) -Al
-C=O Okso- -On
-OH Hidroksi- -Ol
-SH Mekapto- -Etiol
-NH2 Almino- -Amina
-OR Alkoksi- -
-SR Alkiltio- -
-Cl Kloro- -
-NO2 Nitro- -

Untuk senyawa-senyawa Keton dan Aldehid dengan rumus struktur


bercabang menurut IUPAC aturan penamaannya sebagai berikut :
1) Pada gugus dwifungsional ini, gugus R–CHO berlaku sebagai gugus
fungsional utama , jadi kita melakukan penomoran dimulai dari atom
C yang terdekat dengan gugus utama.
2) Tentukan rantai utama dengan cara : pilih deretan C yang paling
panjang dan dekat dengan gugus fungsi utama.
3) Penomoran dimulai dari atom C yang mengikat gugus fungsi utama :
aturan yang selanjutnya sama dengan yang berlaku untuk senyawa-
senyawa hidrokarbon.
4) Penamaan dimulai dari letak nomor keton, kemudian keton diganti
dengan nama ‘okso’ (sebagai gugus pengganti).
5) Menentukan nama berdasarkan jumlah atom C pada rantai serta
penambahan akhiran ‘-al’.
Example :
H3C H3C

O O
O
O

H H
4-oxopentanal 3-oxobutanal
BAB II

SENYAWA AROMATIK HETEROSIKLIK

A. Senyawa Heterosiklik

Senyawa heterosiklik aromatik adalah suatu senyawa siklik di mana atom-


atom yang terdapat dalam cincin terdiri atas dua atau lebih unsur yang berbeda.
Cincin heterosiklik dapat bersifat aromatik, sama seperti pada cincin benzena.
Senyawa heterosiklik banyak terdapat di alam sebagai suatu alkaloid (seperti, morfin,
nikotin dan kokain), asam-asam nukleat (pengemban kode genetik), dan senyawa
biologi lainnya. Contoh:

Contoh-contoh senyawa tersebut tergolong senyawa heterosiklik.

Dalam kerangka cincin, selain atom karbon, juga terdapat atom nitrogen. Ketiga
struktur tersebut berbeda karena posisi gugus metil (teobromin dan teofilin berisomer
struktural). Perbedaan struktur ini menimbulkan perbedaan sifat fisika dan kimia.

Kafein terdapat dalam kopi yang bersifat candu. Teobromin terdapat dalam cokelat
(chocolate) yang juga bersifat candu. Teofilin tergolong obat-obatan broncodilator
(sesak napas). Nikotin terdapat dalam tembakau dan bersifat candu.
B. Tata Nama Senyawa Heterosiklik

Sama seperti senyawa polisiklik aromatik, senyawa heterosiklik aromatik juga


memiliki nama tertentu sebagai berikut.

Penataan nama senyawa heterosiklik menggunakan sistem penomoran. Nomor


terendah sedemikian rupa diberikan kepada atom selain karbon yang terkandung
dalam cincin. Contoh :

Penataan nama dapat juga menggunakan huruf Yunani untuk substituen mono, sama
seperti pada senyawa polisiklik aromatik.
Purin merupakan kerangka dasar pembentukan adenine dan guanin (senyawa
pembentuk DNA)

A. Piridina (Cincin 6 Anggota)

Senyawa heterosiklik dengan enam anggota yang paling umum adalah


piridina. Piridina memiliki struktur sama dengan benzena, berupa cincin datar dengan
lima atom karbon dan satu atom nitrogen. Setiap atom dalam cincin terhibridisasi
secara sp2. Oleh karena piridina memiliki satu atom nitrogen yang bersifat
elektronegatif maka senyawa piridina bersifat polar, sedangkan benzena bersifat
nonpolar. Ikatan dalam piridin, yang menunjukkan persamaan dengan ikatan yang
terdapat dalam benzene. Akan tetapi, ada suatu perbedaan yaitu sifat elektronegatif
nitrogen dari piridin akan mengurangi sejumlah electron dari cincin yang
menyebabkan cincin karbon kurang negatif. Oleh karena kurang electron dalam
cincin karbonnya, piridin tidak mudah mengalami reaksi subtitusi aromatic elektrofil.
Perbedaan lain antara piridin dan benzene adalah nitrogen dalam piridin mengandung
pasangan electron sunyi piridin, seperti amina alifatik. Piridina tidak dapat dialkilasi
atau diasilasi seperti pada benzena melalui reaksi Friedel-crafts. Piridina dapat
disubstitusi oleh bromin hanya pada suhu tinggi dalam fasa uap sehingga diduga
reaksi berlangsung melalui pembentukan radikal bebas. Reaksi substitusi terjadi pada
posisi karbon nomor 3.
Kesamaan lain antara piridina dan benzene adalah keduanya tahan terhadap serangan
oksidasi. Reaksi oksidasi dapat terjadi pada gugus samping, sedangkan cincinnya
tetap utuh.
BAB III

MAKRO MOLEKUL

A. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan jenis senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen,
dan oksigen yang merupakan sumber makanan dan energi yang penting bagi manusia
dan hewan. Karbohidrat dihasilkan oleh tumbuhan hijau pada proses fotosintesis.
Berdasarkan reaksi hidrolisis dan ukuran molekulnya, karbohidrat dibedakan menjadi
karbohidrat sederhana (monosakarida dan disakarida) dan karbohidrat kompleks
(polisakarida).

a. Karbohidrat Sederhana

Karbohidrat sederhana sangat mudah dikenali melalui rumus empirisnya, karena


perbandingan antara atom karbon, hidrogen, dan oksigennya yaitu 1:2:1, contohnya
adalah C3H6O3 (triosa) atau C5H5O10 (pentosa). Selain itu, karbohidrat sederhana
umumnya juga dapat diidentifikasi melalui tata namanya yang sesuai dengan jumlah
atom karbon yang terdapat dalam molekul, contohnya adalah triosa yang memiliki 3
atom karbon, pentosa yang memilik 5 atom karbon, dan heksosa yang memilik 6
atom karbon. Berdasarkan jumlah molekulnya, karbohidrat sederehana dibagi
menjadi monosakarida dan polisakarida.

1. Monosakarida (Gula Sederhana)

i. Deskripsi Monosakarida

Monosakarida (gula sederhana) merupakan karbohidrat yang paling sederhana dan


tidak dapat diurai atau dihidrolisis lagi menjadi karbohidrat yang lebih sederhana.

ii. Struktur Monosakarida


Monosakarida dapat berupa aldosa atau ketosa. Semua monosakarida mempunyai
atom C asimetris. Dalam hal ini, atom C asimetris terjadi jika atom karbon mengikat
empat gugus yang berbeda. Pada dasarnya struktur monosakarida dapat digambarkan
dengan menggunakan struktur yang dikemukakan oleh Emil Fischer yang dikenal
sebagai konformasi Fischer dan struktur lingkaran yang dikemukakan oleh Tollens
dan direalisasikan oleh Haworth yang dikenal sebagai struktur Haworth.

1. Struktur Monosakarida menurut Konformasi Fitcher

Struktur-struktur monosakarida yang digambarkan pada gambar 1.1, dan 1.2


merupakan contoh-contoh konformasi Fitcher. Berdasarkan gambar 1.1, dapat
terlihat bahwa glukosa dan galaktosa mempunyai rumus dan struktur molekul yang
sama tetapi keduanya berbeda konfigurasi. Keduanya merupakan isomer optik.
Keadaan ini disebabkan karena monosakarida mempunyai atom C asimetris.
Struktur setiap monosakarida terdiri dari dua konfigurasi yaitu D dan L. Konfigurasi-
konfigurasi tersebut didasarkan pada arah gugus OH pada atom C asimetris nomor
terbesar. Berdasarkan konformasi Fitcher, jika gugus tersebut mengarah ke kanan,
maka monosakarida ditandai dengan D, sedangkan jika gugus tersebut mengarah ke
kiri, maka monosakarida ditadai dengan L seperti pada gambar 1.2.

1. Struktur Monosakarida menurut Struktur Haworth

Pada dasarnya, setiap konformasi Fitcher dapat diubah menjadi struktur Haworth,
seperti gambar berikut ini.

2. Disakarida
Deskripsi Disakarida

Disakarida terdiri dari dua buah monosakarida yang terikat melalui sintesis dehidrasi
yang membentuk suatu rantai. Ketika disakarida terbentuk, maka air akan
dihilangkan, sehingga proses pembentukannya disebut sintesis dehidrasi. Disakarida
dapat dibelah menjadi dua buah monosakarida sederhana dengan menggunakan air
kembali (hidrolisis). Contoh-contoh disakarida adalah sukrosa (glukosa + fruktosa),
laktosa (glukosa + galaktosa), dan maltosa (glukosa + glukosa).
Struktur Disakarida

 Sukrosa

Sukrosa merupakan disakarida umum yang dihasilkan oleh beberapa tumbuhan,


seperti tebu dan bit. Jika sukrosa dihidrolisis, maka akan dihasilkan glukosa dan
fruktosa). Struktur sukrosa sebagai berikut.

Sukrosa tidak dapat mereduksi pereaksi Fehling, Benedict, dan Tollens. Hal ini
karena gugus aldehid sukrosa terikat pada fruktosa. Selain itu, sukrosa juga tidak
dapat difermentasi.

 Laktosa dan Maltosa

Laktosa merupakan jenis disakarida lainnya yang biasanya dikenal dengan gula susu.
Hal ini karena laktosa diproduksi secara alamiah dalam susu. Jika laktosa dihidrolisis,
maka akan dihasilkan glukosa dan galaktosa. Dalam hal ini, hidrolisis laktosa dapat
terjadi dengan bantuan enzim laktase. Laktosa tidak dapat difermentasi, tetapi dapat
mereduksi pereaksi Fehling, Benedict dan Tollens. Struktur laktosa sebagai berikut.
Maltosa merupakan disakarida yang terdiri dari dua molekul glukosa. Oleh karena itu,
jika laktosa dihidrolisis, maka akan dihasilkan dua buah molekul glukosa. Dalam hal
ini, hidrolisis laktosa dapat terjadi dengan bantuan enzim maltase. Secara alamiah,
maltosa tidak terdapat dalam keadaan bebas, tetapi dapat dibuat melalui hidrolisis zat
pati (amilum) dengan bantuan enzim amilase. Maltosa dapat difermentasi membentuk
etanol dan dapat mereduksi pereaksi Fehling, Benedict dan Tollens. Struktur maltosa
sebagai berikut.

1. Karbohidrat Kompleks

Karbohidrat sederhana dapat dikombinasikan satu sama lain untuk membentuk


karbohidrat kompleks. Saat dua karbohidrat sederhana saling terikat satu sama lain,
maka terbentuk disakarida. Saat tiga karbohidrat sederhana saling terikat satu sama
lain, maka terbentuk trisakarida. Pada umumnya, sebuah karbohidrat kompleks yang
lebih besar dari disakarida dan trisakarida disebut polisakarida.

b. Polisakarida

Deskripsi Polisakarida

Polisakarida merupakan rantai yang panjang dari molekul-molekul gula yang terikat
bersama-sama. Di antara polisakarida yang paling terkenal adalah selulosa. Selulosa
membentuk dinding sel tumbuhan dan para ilmuwan memperkirakan bahwa lebih
dari satu triliun ton selulosa disintesis tumbuhan setiap tahunnya. Selain selulosa,
contoh polisakarida lainnya adalah amilum (zat pati).

Struktur Polisakarida

Gambar berikut ini menunjukkan struktur selulosa dan amilum.


Selulosa merupakan polimer yang berantai panjang dan tidak bercabang. Suatu
molekul tunggal selulosa merupakan polimer rantai lurus dari 1,4’-β-D-glukosa.
Hidrolisis selulosa dalam HCl 4% dalam air menghasilkan D-glukosa.

Amilosa adalah polimer linier dari α-D-glukosa yang dihubungkan dengan ikatan 1,4-
α. Dalam satu molekul amilosa terdapat 250 satuan glukosa atau lebih. Amilosa
membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan iodium. Warna ini merupakan
uji untuk mengidentifikasi adanya pati.

Molekul amilopektin lebih besar dari amilosa. Strukturnya bercabang. Rantai utama
mengandung α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan 1,4′-α. Tiap molekul
glukosa pada titik percabangan dihubungkan oleh ikatan 1,6′-α.
Karbohidrat mempunyai beberapa fungsi penting, di antaranya sebagai berikut.

1. Sebagai komponen utama penyusun membran sel.


2. Sebagai sumber energi utama. Pada beberapa organ tubuh seperti otak, lensa
mata, dan sel saraf, sumber energinya sangat bergantung kepada glukosa dan
tidak dapat digantikan oleh sumber energi lainnya. Setiap 1 gram glukosa
menghasilkan 4,1 kkal.
3. Berperan penting dalam metabolisme, menjaga keseimbangan asam dan basa,
pembentuk struktur sel, jaringan, dan organ tubuh.
4. Membantu proses pencernaan makanan dalam saluran pencernaan, misalnya
selulosa.
5. Membantu penyerapan kalsium, misalnya laktosa.
6. Merupakan bahan pembentuk senyawa lain, misalnya protein dan lemak.
7. Karbohidrat beratom C lima buah, yaitu ribosa merupakan komponen asam
inti yang amat penting dalam pewarisan sifat.
8. Sumber energi dalam proses respirasi.

B. Protein

Protein adalah polimer yang tersusun dari monomer yang biasa disebut asam amino.
Asam amino adalah rangka karbon pendek yang mengandung gugus amino
fungsional (nitrogen dan hidrogen dua) yang melekat pada salah satu ujung kerangka
dan gugus asam karboksilat di ujung lain. Protein tersusun atas unsur karbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan terkadang mengandung zat belerang (S)
dan fosfor (P). Protein merupakan komponen utama makhluk hidup dan berperan
penting dalam aktivitas sel. Protein mengatur aktivitas metabolisme, mengkatalisis
reaksi-reaksi biokimia, dan menjaga keutuhan strukur sel. Protein terdapat dalam
semua jaringan hidup dan disebut sebagai pembangun kehidupan.

Secara kimia, protein merupakan molekul biologis yang besar. Protein tersusun atas
asam amino yang terikat dalam rantai lurus yang disebut ikatan peptida yang
membentuk suatu zat kompleks. Oleh karena itu, protein digolongkan ke dalam
polimer yang monomer-monomenya adalah asam amino.

a. Asam Amino

Asam amino merupakan kelompok senyawa karbon yang terdiri dari karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Akan tetapi, terdapat juga dua asam amino yang juga
mengandung belerang, yaitu sistein dan metionin. Sampai saat ini telah dikenal 20
jenis asam amino yang biasanya terdapat dalam protein. Semua asam amino
sekurang-kurangnya sebuah gugus amino (NH2) dan gugus karboksil (—COOH).
Masing-masing dari 20 asam amino mempunyai gugus R yang berbeda. Dalam hal
ini, komposisi kimia dari gugus R yang khas menentukan sifat-sifat asam amino,
seperti reaktivitas, muatan ion, dan hidropobisitas relatif (sifat ketidaksukaan
terhadap air). 20 macam asam amino adalah sebagai berikut.
1. Struktur Protein

Setiap protein terdiri dari satu atau lebih rantai polipeptida. Akibatnya, terdapat empat
struktur protein, yaitu sebagai berikut.

1. Struktur primer, yaitu struktur protein yang rantai polipeptidanya berbentuk


linier.
2. Struktur sekunder, yaitu struktur protein yang rantai polipeptidanya
mempunyai pola teratur, misalnya pola memilin (menggulung).
3. Struktur tersier, yaitu struktur protein yang rantai polipeptidanya bengkok
atau bergulung (berpilin), sehingga membentuk struktur tidak dimensi bulat.
4. Struktur kuarterner, yaitu struktur protein yang berkaitan dengan kenyataan
bahwa beberapa protein dapat terdiri lebih dari satu rantai polipeptida. Setiap
rantai polipeptida dapat merupakan polipeptida yang sama atau berbeda.
Fungsi Protein

Protein mempunyai fungsi biologis tertentu, sehingga protein dapat diklasifikasikan


sebagai berikut.

1. Komponen utama penyusun membran sel, seperti protein integral, protein


perifer, dan glikoprotein.
2. Sebagai sumber energi, setiap gramnya akan menghasilkan 4,1 kkal.
3. Bahan dalam sintesis substansi penting seperti hormon, enzim, zat antibodi,
dan organel sel lainnya.

 Enzim, yaitu protein yang mengkatalisis reaksi-reaksi kimia dan biokimia di


dalam atau di luar sel-sel hidup. Contoh enzim antara lain adalah tripsin.
 Hormon, adalah protein yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin tubuh atau
sel-sel tertentu lainnya. Hormon berfungsi untuk mengatur dan merangsang
beberapa proses dalam makhluk hidup, misalnya metabolisme. Contoh
hormon protein antara lain adalah insulin, lipoprotein, dan prolaktin.

 Imunoglobulin (zat anti bodi), yaitu protein pelindung yang berperan penting
dalam respon kekebalan makhluk hidup untuk menetralisasi zat-zat asing yang
menyebabkan infeksi. Contohnya adalah interferon, dan trombin.
 Mengatur dan melaksanakan metabolisme tubuh, seperti enzim, protein yang
mengaktifkan dan berpartisipasi pada reaksi kimia kehidupan
 Sebagai senyawa buffer, yakni berperan menjaga stabilitas pH cairan tubuh
dan sebagai zat larut dalam cairan tubuh, protein membantu dalam
pemeliharaan tekanan osmotik di dalam sekat-sekat rongga tubuh.
 Protein transpor, yaitu protein yang berfungsi untuk memindahkan atau
menyimpan beberapa senyawa kimia dan ion. Contohnya adalah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen dan protein integral yang membawa zat-zat yang
dibutuhkan sel.
 Protein motor, yaitu protein yang berfungsi untuk mengubah energi kimia
menjadi energi mekanik. Contohnya adalah aktin dan miosin.
 Protein struktur, yaitu protein yang berfungsi untuk perbaikan, pertumbuhan,
dan pemeliharaan struktur sel, jaringan, atau komponen-komponen biologis
lainnya. Contohnya adalah kolagen, elastin, dan keratin.
 Protein reseptor, yaitu protein yang berfungsi untuk mendeteksi sinyal
(rangsangan) dan menerjemahkan sinyal tersebut menjadi sinyal jenis lain.
Contohnya adalah rhodopsin.
 Protein penunjuk, yaitu protein yang berfungsi untuk memberikan sinyal atau
mengkomunikasikan rangsangan dalam proses translasi. Contohnya adalah
GTP (guanosinin trifosfat)
 Protein penyimpan, yaitu protein yang mengandung energi, yang dapat
dilepaskan dalam proses-proses metabolisme pada makhluk hidup. Contohnya
adalah albumin.

1. Asam Nukleat

Asam nukleat merupakan polimer senyawa organik yang menyimpan dan


mengirimkan informasi genetik di dalam sel. Ada dua jenis asam nukleat: asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA). DNA berfungsi sebagai
materi genetik, sedangkan RNA memainkan peran penting dalam menggunakan
informasi genetik untuk memproduksi protein. Semua asam nukleat dibentuk dari
monomer-monomer yang dikenal sebagai nukleotida. Nukleotida juga menyediakan
sumber energi langsung untuk reaksi yang terjadi dalam sel. Setiap nukleotida terdiri
dari tiga bagian: (1) sebuah molekul pentosa, yang bisa menjadi ribosa atau
deoksiribosa, (2) sebuah grup fosfat, dan (3) sebuah basa nitrogen. Basa nitrogen
yang dimiliki ialah satu dari 5 jenisnya. Dua diantaranya lebih besar dari yang lain,
molekul cincin ganda Adenin dan Guanin, basa yang terkecil adalah basa cincin
tunggal Timin, Sitosin, dan Urasil..

Nukleotida (monomer), terikat dalam rantai yang panjang (polimer), sehingga gula
dan gugus fosfat secara terurut membentu rangkaian “tulang belakang” dan basa
nitrogen sebagai penyanggah sisinya. DNA memiliki gula deoksiribosa dan basa A,
T, G dan C, sedangkan RNA memiliki gula Ribosa dan basa A, U, G, dan C.
C. Lipid

Lipid merupakan zat lemak yang berperan dalam berbagai sel hidup. Seperti halnya
karbohidrat, lipid tersusun atas unsur karbon (CH), hidrogen (H), dan oksigen (O),
serta kadang kala ditambah fosfor (P) serta nitrogen (N). Beberapa di antaranya
disimpan sebagai sumber energi sekunder dan sebagian lain bertindak sebagai
komponen penting dari membran sel. Lipid terdapat pada tumbuhan, hewan, manusia,
dan mikroorganisme. Lipid terasa licin, tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam
alkohol, eter, dan pelarut-pelarut organik lainnya. Lipid terdiri dari beberapa jenis,
yang terpenting adalah lemak, fosfolipid, dan steroid.

Lemak

Lemak sangatlah penting, molekul organik kompleks yang digunakan sebagi suber
energi, hingga hal lain. Pembangun lemak adalah sintesis dehidrasi antara molekul
gliserol dan asam lemak. Gliserol adalah rangkakarbon yang memiliki tiga gugus
alkohol. Rumus empirisnya adalah C3H4(OH)3. Asam lemak merupakan rantai
karbon yang panjang yang memiliki gugus karboksil. Jika terdapat rantai karbon
yang memiliki banyak ikatan hidrogen, maka disebut asam lemak jenuh. Sedangkan,
disebut tidak jenuh jika atom-atom karbonnya memiliki ikatan rangkap lebih dari
satu.

Secara kimia, lemak identik dengan minyak hewani dan minyak nabati yang terutama
terdiri dari gliserida. Lemak merupakan ester yang terbentuk melalui reaksi tiga
molekul asam lemak dan sebuah molekul gliserol. Lemak bersifat tidak mudah
menguap, tidak larut dalam air, terasa berminyak atau licin ketika disentuh, dan
berbentuk padat pada suhu kamar.

Beberapa jenis lemak ditunjukkan dengan gambar berikut.


Lebih dari 90 persen lemak diperoleh dari sekitar 20 jenis tumbuhan dan hewan.
Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan atau sumber energi di dalam tubuh.

Steroid

Steroid merupakan senyawa turunan lipid yang tidak terhidrolisis. Steroid berfungsi
sebagai hormon, seperti hormon seks, hormon adrenal kortikal, asam empedu, sterol,
dan agen anabolisme. Contoh-contoh steroid antara lain adalah kolesterol, esterogen,
dan testosteron.

Fosfolipid

Fosfolipid merupakan lipid yang berjumlah banyak (sebagai lesitin atau


fosfatidietanolamin) yang di dalamnya asam fosfat serta asam lemak diesterifikasi
menjadi gliserol dan terdapat dalam semua sel hidup serta dalam plasma membran.
Fosfolipid merupakan jenis lemak majemuk. Struktur fosfolipid antara lain adalah
sebagai berikut.

Beberapa fungsi fosfolipid antara lain adalah: lesitin membawa lemak dalam aliran
darah dari satu jaringan ke jaringan lainya; fosfatidiletanolamin berperan dalam
proses pembekuan darah; dan fosfolipid merupakan komponen utama dinding sell.
Salah atu senyawa bahan alam yang kita kenal adalah flavonoid. Flavonoid
banyak diteliti kareana sifat kimianya yang dapat digunakan sebagai farmasi atau
obat. Senyawagolongan ini biasanya digunkan sebagai obat alami dengan cara
langsung mengkonsumsidari tumbuhan dengan cara tertentu. Flavonoid memberikan
akfektifitas terhadapantikanker dan antioksidan.Flavonoid memiliki struktur umum
dengan 2 cincin bnezen yang dihubungkan dengan3 karbon (propana). Jika dilihat
dari tempat cincin kedua menempel flavonoid di bagi.
[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

BAB IX
STEROID

A. PENGERTIAN STEROID
Senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga
karoten dan retinol. Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar
triterpena asiklik. Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B dan C beranggotakan enam atom karbon, dan cincin D beranggotakan
lima. Steroid, semuanya diturunkan dari struktur inti empat-cincin lebur yang sama,
memiliki peran biologis yang bervariasi seperti hormon dan molekul pensinyalan.
Steroid 18-karbon (C18) meliputi keluarga estrogen, sementara steroid C19 terdiri
dari androgen seperti testosteron dan androsteron. Subkelas C21 meliputi
progestagen, juga glukokortikoid dan mineralokortikoid. Sekosteroid, terdiri dari
bermacam ragam bentuk vitamin D, dikarakterisasi oleh perpecahan cincin B dari
struktur inti. Contoh lain dari lemak sterol adalah asam empedu dan konjugat-
konjugatnya, yang pada mamalia merupakan turunan kolesterol yang dioksidasi dan
disintesis di dalam hati. Pada tumbuhan, senyawa yang setara adalah fitosterol,
seperti beta-Sitosterol, stigmasterol, dan brasikasterol; senyawa terakhir ini juga
digunakan sebagai bagi pertumbuhan alga. Sterol dominan di dalam membran sel
fungi adalah ergosterol.

Gambar Struktur Steroid dan Penomorannya


BAB IV

NATURAL PRODUK

A. Alkaloid

Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi


dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat,
protein, lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil
metabolisme sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak


ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan
tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid
terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita
mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah
senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini
disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam
struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan
efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda
rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia,
kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969).
Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom
N (Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.

Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid


terjadi secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan
berdasarkan kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon,
hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai
dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya
sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan
sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-
tahun.

Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan


bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa
alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid
bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina
dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya
satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus
dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu
isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata, 1995).
Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan higrina.

a. Prinsip dasar pembentukan Alkaloid

Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini
terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial
yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin,
leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and
valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal
dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid
alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan
triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis
senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer
dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga
melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur
mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang
mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan
karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.

Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-


reaksi sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida.
Salah satu dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif
fenol pada posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan
mekanisme radikal bebas.

Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen


menghasilkan gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid
dan poliasetat.

Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh
reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan
esterifikasi menghasilkan hiosiamin (2).

B. Fungsi Alkaloid

Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian


terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di
bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur.
Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai
berikut (Padmawinata, 1995):

a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang
tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan
nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami
metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
b. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan
parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti
yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep
yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
c. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur,
beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
d. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat
basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan
ion dalam tumbuhan.

Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang
medis adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang
diisolasi dari tanaman memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu
glikoalkoid dari tanaman berri solanum khasianum mungkin bermanfaat
terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan AIDS.

Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap


Giarde dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan
disebabkan oleh efek mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu
contoh penting alkaloid yang potensial efektif terhadap typanosoma dan
plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener planar aromatik seperti
berberin dan harman dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk
berinterkalasi dengan DNA.

Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal
dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
Aktivitas Biologi
(Nama Trivial)

Nikotin Stimulan pada syaraf otonom

Morfin Analgesik

Kodein Analgesik, obat batuk

Atropin Obat tetes mata

Skopolamin Sedatif menjelang operasi

Kokain Analgesik

Piperin Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin Obat malaria

Vinkristin Obat kanker

Ergotamin Analgesik pada migraine

Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin Analgesik dan antitusif

Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker

Saponin Antibakteri

 Tanaman Penghasil Alkaloid

Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di


alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam
berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan
pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa
alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi
(jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat
dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan
lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena
dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner
(1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang
diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal,
misalnya, morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000
senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga
sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.

Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung
alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki
efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan
tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah
normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.

Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin.


Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae.
Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam
jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula
ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari
berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi
pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan
terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan
adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin
digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.

Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah


dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan
Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-
beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang
didapat malah racun (menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh
bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan
seluruh bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan
scopolamin, seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid ini bersifat racun
sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin
dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati
rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak
telinga.

Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa


alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi
merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi
dan memilik rasa yang pahit.

Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari
kawasan Asia Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna,
daunnya mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak.
Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat
buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar
pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat
menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada
bayi.

B. Terpenoid

Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon


teroksigenasi yang merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup
sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang
sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene
CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan
2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa
golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10),
3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).

Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen


minyak atsiri, yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan
C15), diterpena menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid
(C40). Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan
metabolisme maupun pada ekologi tumbuha. Terpenoid merupakan unit isoprena
(C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid atau atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk
kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan
karena tak ada kereaktifan kimianya.

A. Sintesa Terpenoid

 Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:

1. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-
, di-, sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid.

asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis


Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil
koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang
sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah
fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang
selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit
isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan
ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi isopren untuk menghasilkan
terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP
terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh
penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP)
yakni senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.

Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme
yang sama seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP)
yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-
senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari
kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.

Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih


mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhan a
sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan
beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP
dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya
melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya
ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat
berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti
isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
4.

5. Klik gambar untuk memperbesar


Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa
monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil allil
pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat.
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus
molekul umum (C5H8)n.
Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
Nama Rumus Sumber
Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri
Diterpen C20H32 Resin Pinus
Triterpen C30H48 Saponin, Damar
Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten
Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam

Dari rumus di atas sebagian besar terpenoid mengandung atom karbon yang
jumlahnya merupakan kelipatan lima. Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula
bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh
dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian
karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan
bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren.
Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.

B. Kegunaan Terpenoid

Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :

a. Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat)
dan diakumulasikan oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari
mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia tertentu dan radiasi
dengan sinar UV.
b. Insect antifectan, repellant
c. Pertahanan tubuh dari herbifora
d. Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan
memiliki daya pikat seks pada hewan jantan maupun betina].
Bioaktivitas terpenoid pada akar dan daun Jatropha gaumeri (jarak). Karena
pada tanaman ini terkandung golongan senyawa terpenoid dan juga pada ekstrak daun
ini memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan. Aktivitas tersebut dihasilkan
dengan isolasi dan identifikasi pada akar yang menghasilkan 2-epi-jatrogossidin (1).
Salah satunya suatu rhamnofolane diterpene dengan aktifitas antimicrobial, dan kedua
15-epi-4E jatrogrossidentadione (2), suatu lathyrane diterpene tanpa aktivitas biologi.
Dengan cara yang sama, pemurnian dengan penelitian yang telah diuji dari ekstrak
daun dapat mengdentifikasi sitosterol dan triterpen amaryn, traraxasterol. Metabolit
ini ternyata bisa digunakan sebagai aktifitas antioxidant.
Metabolisme sekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid,
kumarin, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa
kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai
pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau
lingkungannya.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul
senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis
kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa
alcohol, aldehid atau atom karboksilat.

C. Flavonoid

Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan tersebar


luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid, dengan struktur
kimia dan peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini dibentuk dari jalur
shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif biosintesis. Flavonoid
banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga), khususnya tumbuhan
berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2%
dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi
flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar
fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang
terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus kimia
pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan glikosilasi.
Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan
flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan
kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan jumlahnya terus
meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk
dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer. Istilah flavonoid diberikan untuk
senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu
flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini
mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom
karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh jembatan
oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat
oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan
antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam sehingga sering disebut
sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa flavonoida ini disebabkan oleh
berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan dalam beberapa
jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae. Masing-masing jenis senyawa
flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai beberapa cirri
struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang
berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan 6. Cincin B flavonoida mempunyai satu
gugus fungsi oksigen pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga
pada posisi satu di para dan dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil
yang letaknya sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk
cincin heterosiklik dalam senyawa trisiklis. Flavonoid mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada
suatu rantaipropana (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6. Susunan ini
dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida, yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana
Beberapa senyawa flavonoida yang ditemukan di alam adalah sebagai berikut :
a) Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam
tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik
tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan
penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak
mantap dalam larutan netral atau basa. Karena itu antosianin harus diekstraksi dari
tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida
(misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan
di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin
yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin terdapat enam
jenis secara umum, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan
delfinidin.
Antosianidin adalah senyawa flavonoid secara struktur termasuk kelompok flavon.
Glikosida antosianidin dikenal sebagai antosianin. Nama ini berasal dari bahasa
Yunani antho-, bunga dan kyanos-, biru. Senyawa ini tergolong pigmen dan
pembentuk warna pada tanaman yang ditentukan oleh pH dari lingkungannya.
Senyawa paling umum adalah antosianidin, sianidin yang terjadi dalam sekitar 80
persen dari pigmen daun tumbuhan, 69 persen dari buah-buahan dan 50 persen dari
bunga. Kebanyakan warna bunga merah dan biru disebabkan antosianin. Bagian
bukan gula dari glukosida itu disebut suatu antosianidin dan merupakan suatu tipe
garam flavilium. Warna tertentu yang diberikan oleh suatu antosianin, sebagian
bergantung pada pH bunga. Warna biru bunga cornflower dan warna merah bunga
mawar disebabkan oleh antosianin yang sama, yakni sianin. Dalam sekuntum mawar
merah, sianin berada dalam bentuk fenol. Dalam cornflower biru, sianin berada dalam
bentuk anionnya, dengan hilangnya sebuah proton dari salah satu gugus fenolnya.
Dalam hal ini, sianin serupa dengan indikator asam-basa.
Istilah garam flavilium berasal dari nama untuk flavon, yang merupakan senyawa
tidak berwarna. Adisi gugus hidroksil menghasilkan flavonol, yang berwarna kuning.
b) Flavonol
flavonol lazim sebagai konstituen tanaman yang tinggi, dan terdapat dalam berbagai
bentuk terhidroksilasi. Flavonol alami yang paling sederhana adalah galangin, 3,5,7 –
tri-hidroksiflavon; sedangkan yang paling rumit, hibissetin adalah 3,5,7,8,3’,4’,5’
heptahidroksiflavon. Bentuk khusus hidroksilasi (C6(A)-C3-C6(B), dalam mana C6
(A) adalah turunan phloroglusional, dan cincin B adalah 4-atau 3,4-dihidroksi,
diperoleh dalam 2 flavonol yang paling lazim yaitu kaempferol dan quirsetin.
Hidroksiflavonol, seperti halnya hidroksi flavon, biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai glikosida. Flavonol kebanyakan terdapat sebagai 3-glikosida. Meskipun
flavon, flavonol, dan flavanon pada umumnya terdistribusi melalui tanaman tinggi
tetapi tidak terdapat hubungan khemotakson yang jelas. Genus Melicope
mengandung melisimpleksin dan ternatin, dan genus citrus mengandung nobiletin,
tangeretin dan 3’,4’,5,6,7-pentametoksiflavon.
c) Flavonon
d) Khalkon
polihidroksi khalkon terdapat dalam sejumlah tanaman, namun terdistribusinya di
alam tidak lazim. Alasan pokok bahwa khalkon cepat mengalami isomerasi menjadi
flavanon dalam satuan keseimbangan. Bila khalkon 2,6-dihidroksilasi, isomer
flavanon mngikat 5 gugus hidroksil, dan stabilisasi mempengaruhi ikatan hydrogen 4-
karbonil-5-hidroksil maka menyebabkan keseimbangan khalkon-flavon condong ke
arah flavanon. Hingga khalkon yang terdapat di alam memiliki gugus 2,4-hidroksil
atau gugus 2-hidroksil-6-glikosilasi.
e) Auron (Cincin A –COCO CH2 – Cincin B)
Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :
e) Dihidrokhalkon.
Meskipun dihidrokhalkon jarang terdapat di alam, namun satu senyawa yang penting
yaitu phlorizin merupakan konstituen umum family Rosaceae juga terdapat dalam
jenis buah-buahan seperti apel dan pear. Phlorizin telah lama dikenal dalam bidang
farmasi, ia memiliki kesanggupan menghasilkan kondisi seperti diabetes. Phlorizin
merupakan β-D-glukosida phloretin. Phloretin mudah terurai oleh alkali kuat menjadi
phloroglusional dan asam p-hidroksihidrosinamat. Jika glukosida phlorizin dipecah
dengan alkali dengan cara yang sama, maka ternyata sisa glukosa tidak dapat terlepas
dan dihasilkan phloroglusinol β-O-glukosida.
f) Flavon
Flavon mudah dipecah oleh alkali menghasilkan diasil metan atau tergantung pada
kondisi reaksi, asam benzoate yang diturunkan dari cincin A. flavon stabil terhadap
asam kuat dan eternya mudah didealkilasi dengan penambahan HI atau HBr, atau
dengan aluminium klorida dalam pelarut inert. Namun demikian, selama demetilasi
tata ulang sering teramati; oleh pengaruh asam kuat dapat menyebabkan pembukaan
cincin pada cara yang lain. Sebagai contoh demetilasi 5,8-dimetoksiflavon dengan
HBr dalam asam asetat menghasilkan 5,6 dihidroksiflavon (persamaan 1). Dalam
keadaan khusus pembukaan lanjut dapat terjadi (persamaan 2).
Demetilasi gugus 5-metoksi dalam polimetoksiflavon segera terjadi pada kondisi
yang cocok, sehingga 5-hidroksi-polimetoksiflavon mudah dibuat.
Flavon alam
2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana.
Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa oleh tumbuh-
tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau tirosin. Biosintesa
tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan senyawa antara yaitu
asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan isoflavon. Berdasarkan biosintesa
tersebut maka isoflvon digolongkan sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon
termasuk dalam kelompok flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok
yang terbesar dalam kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu
metabolit sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan
lumut tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai
kemampuan untuk mensintesanya. Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi.
Diantaranya telah berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui fungsi
fisiologisnya, misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat
dimanfaatkan untuk obat-obatan.
3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana
neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin
Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan
a. Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau lebih
dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida ini
nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air. Gula yang
paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa, ramilosa, silosa,
arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang glukoronat dan galakturonat. Disakarida
juga dapat terikat pada flavonoid misalnya soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-
lain.
b. Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan karbon-karbon
yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom C nomor 6 dan 8
dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit dibandingkan dengan
O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa, raminosa, silosa, arabinosa.
c. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang terikat pada
OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena terdapat sebagai
garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida bisulfat yang terikat pada
OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau pada guIa. Umumnya hanya
terdapat pada Angiospermae yang mempunyai ekologi dengan habitat air.
d. Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G. biloba
berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-dimetoksi, II-
4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon). Biflavonoid (atau biflavonil,
flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang dibentuk dari dua unit flavon atau
dimer campuran antara flavon dengan flavanon dan atau auron. Struktur dasar
biflavonoid adalah 2,3-dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini
memiliki ikatan interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon.
Beberapa biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid
terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini jumlah
biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus bertambah, namun
yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas. Biflavonoid yang paling banyak
diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin, amentoflavon, morelloflavon,
robustaflavon, hinokiflavon, dan ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki
struktur dasar yang serupa yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada
sifat dan letak ikatan antar flavanoid

3. Senyawa Flavonoid Pada Simplisia Tanaman


Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar,
kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit catatan yang
melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang,
propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana dianggap bukan hasil
biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut,
Senyawa antosianin sering dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan. Sianidin
umumnya terdapat pada suku Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak terdapat pada
subdivisi Gymnospernae sedang isoflavonoid pada suku leguminosae. Pada
tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan paku ekor
kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon, Khalkon,
dihidrokhalkon, C-Gl ikosida . Angiospermae mengandung senyawa flavonoid
kompleks yang lebih banyak.

D. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Flavonoid


Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu
agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa
polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan
pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil
formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus
flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

Pemisahan senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai


macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut :
1. Flavonoid bebas dan aglikon,dalam eter .
2. O-Glikosida,dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin dalambutanol dan amil alkohoI.
Oleh karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang meningkat.

G. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid


1. Isolasi Dengan metanol
Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua tahap. Pertama
dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12
jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan
hingga 1/3 volume mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan
ekstraksi menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat
dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil,
santifil dan lain-lain
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental dan ekstrak
kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak air encer lalu ditambah
eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter lalu uapkan sampai kering yang
kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi
pelarut etil. asetat diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O
Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi,
lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan
didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid dalam bentuk C-
glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan
pemisahan dari komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan
kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid
dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat
kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut.
Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano lpekat dilarutkan dalam
air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian
didapat tiga fraksi yaitu fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.

4. STEROID
Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri
umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C
beranggotakan enam atom karbon dan cincin D beranggotakan lima.

Kerangka Dasar
JENIS-JENIS STEROID
a) Pada tumbuhan
· Sikloartenol
b) Pada hewan
· Lanosterol

c) Pada manusia
· Kolestrol
Kolestrol merupakan steroid yang terbanyak di dalam tubuh manusia.
Kolestrol memiliki struktur dasar inti steroid yang mengandung gugus metil, gugus
hidroksi yang terikat pada cincin pertama, dan rantai alkil.
Kandungan kolestrol dalam darah berkisar 200-220 mg/dL, meningkatnya kadar
kolestrol dalam darah dapat menyempitkan pembuluh darah di jantung, sehingga
terjadi gangguan jantung koroner.
Pengobatan yang sering dilakukan adalah melebarkan pembuluh darah seperti,
memasang ring atau melakukan operasi.
Kolestrol dalam tubuh dibentuk di dalam liver dari makanan.
Struktur kolestrol
· Hormon seks bagi kaum laki-laki dan perempuan seperti
testoteron
estradiol
progesteron
Tabel 14.8. Jenis hormon dan fungsi fisiologisnya

4 kegunaan steroid
· pada tumbuhan
* meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
* menghambat penuaan daun (senescence)
* mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan
* menghambat proses gugurnya daun
* menghambat pertumbuhan akar tumbuhan
* meningkatkan resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
* menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan
* merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan
* merangsang diferensiasi xylem tumbuhan
* menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kahat udara dan endogenus karbohidrat.
· Hewan
· Manusia
5 Reaksi steroid
6 Tata nama
7 Aplikasi steroid dalam kehidupan sehari-hari
8 Efek samping steroid
· manusia
 Kerja liver yang semakin berat.
 Penurunan produksi hormon testosteron alami.
 Meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah.
 Kerja kelenjar tiroid yang semakin berat.
 Sakit kepala.
 Mimisan
 Kram
 Gynecomastia (pembentukan payudara pada pria)
Insensitifitas insulin
Efek samping Androgenic: menebalnya rambut, pembengkakan prostat, kulit
berminyak, retensi air tinggi, dan makin agresif / temperamental
 Terhambatnya pertumbuhan apabila masih remaja (dalam masa pertumbuhan)
Diare, konstipasi, muntah
 Dapat memicu perkembangan tumor
· tumbuhan
Steroid pada umumnya adalah merupakan hormone (zat pemacu) seperti pada
empedu dan reproduksi hewan dan manusia. Belakangan dikethui banyak juga
tumbuhan yang mengandung steroid sperti Aramanthus alfalfa, Medicago sativa dan
akar Polygala senega. Pada umumnya steroid mengandung gugus fungsional alkena
dan alcohol dengan beberapa contoh berikut ini :

Beberapa steroid lain adalah hormone reproduksi manusia yaitu testoteron (hormone
laki – laki), ergosteron (hormone wanita), fukosteron, estron dan ekdisteron.
Oleandrin adalah salah satu steroiod yang terikat dengan glukosida. Karena
strukturnya juga amfifilik yaitu terdiri dari bagian polar (hidrofilik = OH) dan bagian
hidrofobik (hidrokarbon), maka steroid digolongkan juga sebagai lipida.

STEROIDA
Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini didasarkan
pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa. Kelompok-
kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks, hormon
adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul,
perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R1 ,
R2 dan R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkan perbedaan antara
senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu ditentukan oleh
panjang rantai karbon R 1, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R 1, R 2, dan
R 3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari
pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut.

Asal Usul Steroida


Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang terdapat dialam
berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan hewan beasal dari
triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan tumbuhan berasal dari
triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami serentetan perubahan
tertentu.
Tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu
pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid)
menjadi lanosterol dan sikloartenol. Percobaan-percobaan menunjukkan bahwa
skualen terbentuk dari dua molekul farnesil pirofosfat yang bergabung secara ekor-
ekor yang segera diubah menjadi 2,3-epoksiskualen. selanjutnya lanosterol terbentuk
oleh kecenderungan 2,3-epoksiskualen yang mengandung lima ikatan rangkap untuk
melakukan siklisasi ganda. Siklisasi ini diawali oleh protonasi guigus epoksi dan
diikuti oleh pembukaan lingkar epoksida.
Kolesterol terbentuk dari lanosterol setelah terjadi penyingkiran tiga gugus metil dari
molekul lanosterol yakni dua dari atom karbon C-4 dan satu dari C-14. Penyingkiran
ketiga gugus metil ini berlangsung secara bertahap, mulai dari gugus metil pada C-14
dan selanjutnya dari C-4. Kedua gugus metil pada kedua C-4 disingkirkan sebagai
karbon dioksida, setelah keduanya mengalami oksidasi menjadi gugus karboksilat.
sedangkan gugus metil pada C-14 disingkirkan sebagai asam format setelah gugus
metil itu mengalami oksidasi menjadi gugus aldehid. Percobaan dengan jaringan hati
hewan, emnggunakan 2,3 epoksiskualen yang diberi tanda dengan isotop 180
menunjukkan bahwa isotop 180 itu digunakan untuk pembuatan lanosterol
menghasilkan (180)- lanosterol radioaktif. Hasil percobaan ini membuktikan bahwa
2,3- epoksiskualen terlibat sebagai senyawa antara dalam biosintesa steroida. Molekul
kolestrol terdiri atas tiga lingkar enam yang tersusun seperti fenantren dan terlebur
dalam suatu lingkar lima. Hidrokarbon tetrasiklik jenuh yang mempunyai sistem
lingkar demikian dan terdiri dari 17 atom karbon sering ditemukan pada banyak
senyawa yang tergolong senyawa bahan alam yang disebut stroida.
Kesimpulan bahwa lanosterol dan sikloartenol adalah senyawa- senyawa antara untuk
sintesa steroid masing-masing dalam jaringan hewan dan jaringan tumbuhan
didasarkan pada beberapa pengamatan dan percobaan berikut :
1. Sikloartenol bertanda ternyata digunakan dalam pembentukan steroid tumbuhan
(fitosterol)
2. Sikloartenol banyak ditemukan dalam tumbuhan sedangkan lanosterol jarang.
3. Jaringan hati tidak dapat menggunakan sikloartenol sebagai pengganti lanosterol
dalam pembuatan kolesterol dan setroid lainnya.

Tata nama steroid


Sebagaimana senyawa organik lainnya, tata nama sistematika dari steroid didasarkan
pada struktur dari hidrokarbon steroid tertentu. Dalam pemberian nama steroida, jenis
substituen ditunjukkan sebagaimana biasanya, yaitu memberi nama awalan atau
akhiran pada hidrokarbon induk. Nama hidrokarbon steroid itu ditambahi awalan atau
akhiran yang menunjukkan jenis substituen. Sedangkan, posisi dari substituen itu
ditunjukkan oleh nomor atom karbon, dimana substituen itu terikat.

Stereokimia Steroida
Stereokimia steroida telah diselidiki oleh para ahli kimia dengan menggunakan cara
analisa sinar X dari struktur kristalnya atau cara-cara kimia, Percobaan-percobaan
menunjukkan bahwa konfigurasi dari kerangka dasar steroida.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.Bifungsional,(online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Bifungsional.html.
Anonim.2009.Kimia_Organik,(online),(http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_organik.ht
ml.

Anonim. 2008. Bifungsional, (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Etanolamina

IIT JEE Chemistry Courses. 2006. Chemical Nature of Dihalides. (Online,


http://www.askiitians.com/iit-jee-chemistry/organic-chemistry/chemical-nature-
of-dihalides.aspx)
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga

Wikipedia. 2012. Diol, (online), (http://en.wikipedia.org/wiki/Diol, diakses

Anonim. 2009. Polisakarida.


http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0606811/polisakarida.html

Brady, James E. 2002. Kimia Universitas dan Struktur. Tanggerang: Binarupa


Aksara.
Campbell. 2006. Macromolekules, Chapter 5.
http://teacher.cgs.k12.va.us/bwebster/Biology/Chapter%20PowerPoints/5%20Macro
molecules.pdf

Enger, Eldon D. 2003. Concept in Biology. New York: Mc Graw Hill

Nuraeni Endah. 2012. Struktur Protein.


http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/1105684/struktur_protein.html
Prawirohartono, Slamet dan Sri Hidayati. 2007. Sains Biologi untuk Kelas XI.
Jakarta: Bumi Aksara

Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid.


Online:http://www.pdf-searcher.com/SENYAWA-FLAVONOID,-FENIL-
PROPANOID-DAN-ALKALOID.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010.Digital
Rposotory UNILA. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_empedu
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Estrogen
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lemak_sterol
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Progesteron https://id.m.wikipedia.org/wiki/Steroid

Anda mungkin juga menyukai