Disusun Oleh:
Wawa Anisa
06101381419045
. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Saat ini guru diharapkan dapat menyiapkan peserta didik yang siap
menghadapi tantangan di era globalisasi. Oleh karena itu guru harus dapat
mengembangkan pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa dalam
menganalisis masalah yang ada. Salah satu model pembelajaran yang bisa
digunakan oleh guru untuk mengasah kemampuan berpikir siswa adalah
pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan
pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah,
yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut
siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar. Ilmu pengetahuan
alam atau IPA pada hakikatnya adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala
melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas
dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun
atas tiga komponen penting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal. Pembelajaran yang bertujuan menekankan pada pemberian pengalaman
langsung yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi agar dapat
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah.
Kimia merupakan salah satu ilmu yang termasuk ke dalam IPA, oleh
karenanya kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik
tersebut diharapkan dapat muncul, sehingga siswa berkesempatan mengalami
proses pembelajaran secara utuh, dan memahami pengetahuan melalui metode
ilmiah. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA/MA
yaitu :
Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
1.3.Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya,
maka diperlukan pembatasan masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi
pada:
1. Modul praktikum yang akan dibuat hanya berisi materi-materi kelarutan
dan hasil kali kelarutan.
2. Proses pengembangan modul praktikum berbasis problem based learing
1.4.Perumusan Masalah
1.5.Tujuan Penelitian
1.6.Manfaat Penelitian
2.3 Modul
a. Pengertian Modul
Salah satu jenis bahan ajar cetak yang ada saat ini adalah modul. Bahan
ajar adalah segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh satu kompetensi yang akan
dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Sedangkan istilah
modul dipinjam dari dunia teknologi, yaitu suatu alat ukur yang lengkap dan
merupakan satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Menurut
3) Meningkatkan motivasi.
3) Berdiri sendiri
Berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung
pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama
bahan ajar/media lain. Jika siswa masih menggunakan dan masih
bergantung pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan, maka
bahan ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri
sendiri.
4) Adaptif
Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di
berbagai perangkat keras.
5) Bersahabat/akrab (user friendly)
Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan pemakainnya, termasuk
kemudahan pemakaian dalam merespon dan mengakses sesuai
dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan
merupakan salah satu bentuk user friendly.
d. Elemen Mutu Modul
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menghasilkan modul
yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang
efektif meliputi format, organisasi, daya tarik, konsistensi, ukuran huruf,
dan spasi kosong.
1) Format
a) Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.
a) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum siswa.
b) Gunakan perbandingan huruf yang proporssional antar judul, sub
judul, dan isi.
c) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena akan sulit
untuk dibaca.
5) Ruang (spasi) kosong
Gunakan ruang atau spasi kosong tanpa teks dan gambar untuk menambah
kontras modul. Hal ini penting untuk memberikan kesempatan bagi siswa
untuk beristirahat pada titik-titik tertentu. Selain itu spasi kosong ini
berfungsi juga untuk menambahkan catatan penting. Gunakan dan
tempatkan spasi kosong secara proporsional. Penempatan spasi kosong
dapat dilakukan di beberapa tempat seperti:
a) Ruangan sekitar judul bab dan subbab.
b) Batas tepi (marjin), batas tepi yang luas akan memaksa siswa untuk
masuk ke tengah-tengah halaman.
6) Konsistensi
PENDAHULUAN
PENUTUP
a. Siswa diransang berpikir kritis, tekun, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan
objektif.
b. Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains.
b. Apabila siswa tidak diawasi dengan baik, kaang-kadang ada yang hanya
bermain-main di dalam kelompoknya.
c. Memerlukan waktu belajar lebih lama dari pada metodedemonstrasi.
Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa pengalaman belajar
praktikum merupakan proses pembelajaran yang penting dilakukan pada
pembelajaran IPA khususnya kimia. Pengalaman praktikum ini lebih
ditekankan pada terbentuknya sikap dan tingkah laku, pengetahuan, serta
keterampilan dasar perofesional melalui penciptaan kondisi belajar yang
memberikan kesempatan siswa untuk berpikir sambil melakukan tindakan
dalam rangka penerapan pengetahuan, teori, konsep-konsep, dan prinsip
yang telah didapat melalui pengalaman belajar lainnya.
6. Memotivasi siswa
Kelarutan
Untuk menyatakan jumlah zat yang terlarut dalam larutan jenuh digunakan
𝑚+𝑛 𝐾𝑠𝑝
s = √
𝑚𝑚 𝑛 𝑛
Reaksi Pengendapan
Percampuran dua jenis larutan elektrolit ada yang dapat membentuk
endapan dan ada juga yang tidak membentuk endapan, tergantung pada
konsentrasi ion-ion dipangkatkan koefisiennya. Dalam proses yang
kemungkinan membentuk endapan AxBy, dapat terjadi tiga kemungkinan,
yaitu:
a. Jika Qc AxBy>Ksp AxBy, percampuran menghasilkan endapan,
b. Jika Qc AxBy = Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
(keadaan seperti ini disebut tepat jenuh atau akan mulai mengendap)
c. Jika Qc AxBy<Ksp AxBy, percampuran belum menghasilkan endapan
1.8.Kerangka Berfikir
Berikut ini adalah skema kerangka berpikir dari penelitian yang akan dilakukan:
1. Guru mengajar menggunakan metode ceramah
2. Lembar kerja praktikum terlalu menuntun
siswa
3. Belum ada bahan ajar yang bersifat konstruktif
4. Guru kesulitan dalam memfokuskan kualitas
praktikum
Menganalisis dan
mengevaluasi proses 34 1
pemecahan masalah
Jumlah 34
2. Angket siswa
Angket siswa dalam penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data
untuk mengetahui penilaian siswa setelah melakukan kegiatan praktikum
dengan menggunakan modul praktikum berbasis problem based learning.
Skala yang digunakan dalam angket siswa ini adalah skala Likert yang dibuat
dalam bentuk checklist. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan presepsi orang tentang suatu fenomena.
Harnanto, Ari dan Ruminten. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. 2009