0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
77 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas aplikasi teknologi membran reverse osmosis dalam berbagai industri, termasuk bioproses seperti pemurnian L-fenilalanin dan enzim protease ikan tuna, industri susu, wine, dan high fructose corn syrup. Reverse osmosis mampu memisahkan berbagai partikel tanpa bahan kimia tambahan dan menghemat energi.
Dokumen tersebut membahas aplikasi teknologi membran reverse osmosis dalam berbagai industri, termasuk bioproses seperti pemurnian L-fenilalanin dan enzim protease ikan tuna, industri susu, wine, dan high fructose corn syrup. Reverse osmosis mampu memisahkan berbagai partikel tanpa bahan kimia tambahan dan menghemat energi.
Dokumen tersebut membahas aplikasi teknologi membran reverse osmosis dalam berbagai industri, termasuk bioproses seperti pemurnian L-fenilalanin dan enzim protease ikan tuna, industri susu, wine, dan high fructose corn syrup. Reverse osmosis mampu memisahkan berbagai partikel tanpa bahan kimia tambahan dan menghemat energi.
Dosen Pengampu: Dr.Eng. Ir. H. M. Hatta Dahlan, M. Eng Tine Aprianti, S.T., M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018 1. Reverse Osmosis Salah satu metode pemisahan yang menjanjikan adalah Reverse Osmosis (RO). RO telah menjadi teknik efektif untuk pemisahan dan pengkonsentrasian komponen ionik dari air, sehingga penerapan RO saat ini masih didominasi untuk proses pemisahan garam atau desalinasi air laut. RO termasuk ke dalam teknologi pengolahan air berbasis membran bertekanan tinggi. Pengaplikasian RO pada awalnya masih terbatas pada proses desalinasi air laut yang dimulai pada tahun 1960-an, yang kemudian pada sekitar tahun 1985 teknologi membran bertekanan rendah seperti mikrofiltrasi (MF) dan ultrafiltrasi (UF) mulai digunakan untuk proses penjernihan air. Walaupun proses proses ini telah diperkenalkan dan mulai diterapkan, pada rentang waktu tersebut, yakni 1960-1985, proses desalinasi air laut untuk pemenuhan kebutuhan air tawar masih didominasi oleh proses desalinasi termal. Salah satu metode desalinasi termal yang sampai sekarang masih digunakan oleh beberapa negara seperti Arab Saudi dan Israel adalah multiple effect evaporator. Baru pada tahun 1985 hingga sekarang teknologi berbasis membran marak diterapkan. RO yang mampu menyeleksi berbagai macam partikel padat mulai dari ukuran besar hingga ukuran yang sangat kecil tanpa tambahan bahan kimia, dan penggunaan energi yang sedikit, menarik berbagai pihak untuk menerapkan metode ini. Beberapa contoh penerapan yang sudah dilakukan adalah pengolahan air limbah farmasi dan industri lain untuk memperoleh air non konsumsi di California, desalinasi air laut untuk kebutuhan air di distrik Ramanathapuram, India, pengolahan air laut untuk pemenuhan peningkatan kebutuhan air tawar di Florida, dan pengolahan air hujan yang dikumpulkan dari gorong-gorong kota Los Angeles.
2. Aplikasi RO di Industri Bioproses
Industri bioproses membutuhkan proses pemisahan produk yang khusus karena pada umunya produk yang dihasilkan memiliki sifat termolabil. Salah satu metode pemisahan yang cocok adalah RO atau Reverse Osmosis. Aplikasi RO pada bidang bioproses dapat berupa penghilangan molekul air dari hasil fermentasi atau yang lebih dikenal sebagai proses pemekatan produk, contohnya antara lain pemisahan dan pemurnian L-fenilalanin, enzim protease dari ikan tuna, industri susu, industri wine, antibiotik, asam laktat, dan High Fructose Corn Syrup (HFCS). 2.1. Aplikasi RO dalam Pemurnian L-Fenilalanin L-fenilalanin merupakan asam amino esensial, yaitu asam amino yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, dan satu satunya asam amino fenilalanin yang ditemukan dalam protein. Fenilalanin ditemukan secara alami dalam ASI dari mamalia dan saat ini diproduksi sebagai suplemen tambahan dari makanan dan minuman. Fenilalanin digunakan sebagai depresan untuk Attention Deficit- Hyperactivity Disorder (ADHD), penyakit Parkinson, nyeri yang sangat, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan penyakit kulit yang disebut vitiligo. Selain itu, L-fenilalanin juga dapat menjadi bahan penting dalam pemanis buatan aspartame (NutrasweetTM). Produk akhir dari sintesis L-fenilalanin dipekatkan dengan menggunakan membran komposit RO dibahas oleh McGregor sebagai alternatif dari pemisahan secara termal, evaporasi. Walaupun konsep pemekatan bioproduk dalam bentuk molekul bermassa ringan dengan RO sudah jelas dapat dan telah diterapkan, publikasi mengenai penerapannya masih jarang ditemukan. 2.2. Aplikasi RO dalam Pemurnian Enzim Protease dari Jeroan Ikan Tuna Protease merupakan enzim komersial penting yang telah digunakan pada industri pangan, yaitu pemisahan protein dari tulang, pelunakan daging, penguraian dan fermentasi, produksi hidrolisat protein, peningkatan kualitas glutenin pada tepung dan coklat, dan peningkatan volume spesifik dari brown rice bread. Protease dimanfaatkan untuk industri pengolahan, seperti dalam industri susu, pembuatan roti, industri pengolahan kedelai, penghilang rasa pahit dari hasil hidrolisis protein, dan pembuatan pemanis buatan rendah kalori. Selain itu, protease juga dapat digunakan pada industri bidang kesehatan, industri kulit serta industri deterjen. Jeroan ikan tuna bagian spleen merupakan sumber dari tripsin dan kemotripsin. Spleen ditemukan pada hewan vertebrata dan berfungsi penting sebagai filter darah dan sistem imun. Bagian ini mendaur ulang sel darah merah yang sudah tua dan menyimpan trombosit dan sel darah putih yang terandung di dalam darah. Protease yang diperoleh dari ekstrak spleen tuna yellowfin memiliki kemampuan yang sama baiknya dengan protease komersial dalam menghidrolisis protein. Hidrolisat protein yang dicampur dengan oligopeptida, polipeptida, dan asam amino bebas merupakan sumber protein yang berfungsi untuk memperbaiki metabolisme tubuh atau sebagai komponen diet.
Penelitian mendalam seputar ekstraksi enzim protease dari spleen dibahas
oleh Halimi. Ia mengatakan bahwa pada proses pemekatan dilakukan dengan membran reverse osmosis. Satu liter permeat UF dimasukkan ke dalam tangki umpan, kemudian dipanaskan hingga suhu 30°C. Setelah itu proses dijalankan pada TMP 889 kPa untuk permeat UF poliakrilonitril 100 kDa dan pada TMP 820 kPa untuk permeat UF polisulfon 50 kDa. Permeat ditampung, tanpa recycle. Untuk memanaskan dan mempertahankan umpan pada 15 suhu tertentu, tangki umpan dilengkapi dengan thermostat dan pemanas listrik. Produk hasil proses membran (retentat) merupakan ekstrak protease murni. Diagram alir proses membran mengikuti gambar berikut. 2.3. Aplikasi RO dalam Industri Susu Produk susu merupakan bahan makanan dan minuman penting bernutrisi. Pabrik pengolahan susu dan tempat produksi susu dapat terpisah dalam jarak yang cukup signifikan, sehingga dibutuhkan mekanisme pengangkutan. Salah satu upaya pengekonomisan dari proses pengangkutan tersebut adalah dengan cara memekatkan susu hasil perahan pada unit pengumpulan susu mentah di area dekat peternakan hingga kandungan air sekitar 87% dari susu. Proses RO membuat kandungan air menjadi sedikit, bahkan hilang tanpa mengganggu kandungan dari komponen lain karena membran berukuran sangat kecil dan selektif. Pada proses dalam industri susu, air dihasilkan ketika proses starting, equilibrating, interrupting dan rinsing. Keseluruhan proses tersebut menghasilkan effluent yang berhubungan erat dengan produk susu, seperti susu dan dadih keju (whey) yang tidak dicampur dengan bahan kimia. Pengolahan dari air produk susu umumnya dilakukan dengan nanofiltrasi atau reverse osmosis. Proses pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan produk susu yang terkonsentrasi baik dan air murni untuk kebutuhan proses. Proses pengolahan produk susu dapat dilakukan dengan menggunakan rancangan satu tahap dan dua tahap. Pada rancangan dua tahap, kombinasi yang dapat dilakukan dapat berupa (nanofiltrasi + RO) atau (RO + RO) dengan spiral wound membrane treatment dengan lima model tahap proses dan hasilnya. Selain berperan pada proses pemekatan susu mentah, RO juga dapat diaplikasikan pada proses pengolahan produk susu lainnya, seperti whey dan yoghurt. 2.3.1. Whey Whey atau yang sering juga disebut sebagai laktoserum adalah cairan semi- transparan yang tertinggal pada proses pembuatan keju, sehingga dapat juga disebut sebagai dadih keju. Whey memiliki warna kuning-kehijauan, aroma sedikit harum yang khas, dan rasa sedikit masam. Whey juga dapat ditemukan pada bagian atas cairan endapan susu dalam proses pembuatan yoghurt. Whey adalah hasil samping pembuatan keju. Pada masa lampau, whey dianggap sebagai limbah industri. Namun, akhir-akhir ini whey telah dimanfaatkan untuk bahan pemanis yang digunakan dalam industri kembang gula, es krim, dantidak jarang dijadikan suplemen makanan untuk meningkatkan massa otot karena dianggap memiliki nutrisi yang cukup lengkap. Pada awalnya, proses pemekatan whey menggunakan proses evaporasi, namun kemudian mulai dicari metode lainnya untuk mengurangi kemungkinan terdenaturasinya protein whey. RO menjadi salah satu metode yang menjanjikan karena rendahnya tingkat energi yang diperlukan dan temperatur operasi yang relatif sama dengan suhu ruang. Kajian mendalam seputar pemekatan whey dengan RO dikaji oleh Smith. 2.3.2. Yoghurt Yoghurt merupakan produk olahan susu yang diproses dengan teknologi fermentasi. Bahan utama dari yoghurt adalah susu dan bakteri fermentor. Bahan utama susu biasanya memiliki musim atau periode produksi puncak tertentu. Oleh karena itu diperlukan metode penyiapan dan preservasi yang baik untuk membuat bahan baku produk ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. RO dapat dipilih karena tidak memberikan pengubahan secara signifikan terhadap komponen dari susu ini. Kajian mengenai produksi yoghurt dari susu yang telah dipekatkan dengan RO dan dipreservasi dengan pendinginan dapat ditemui dalam Voutsinas. 2.4. Aplikasi RO dalam Industri Wine Wine atau anggur adalah salah satu jenis minuman beralkohol yang diproduksi dengan cara fermentasi gula yang terkandung dalam buah anggur. RO dapat diaplikasikan untuk membuat kualitas dari produk wine meningkat dengan cara menghilangkan atau mengurangi kandungan dari bakteri, protein, alkohol, asam yang mudah menguap, dll. atau juga dapat melalui pemekatan dari komponen komponen yang diinginkan seperti fenol, gula, ataupun asam yang diinginkan. Pengaplikasian dari RO ini juga dapat menubah beberapa karakter dari wine diantaranya warna dan aroma walaupun tidak begitu signifikan. Pembahasan mengenai proses dan analisis dari produksi wine dengan bantuan RO dapat ditemukan dalam Gil dan Pati. 2.5. Aplikasi RO dalam Industri Beer/Brewing Bir adalah sejenis minuman beralkohol yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Bir diproduksi melalui proses fermentasi pati tanpa melalui proses penyulingan setelah fermentasi. Bir diproduksi dari malt yang terkandung dari tanaman jelai (sejenis sereal), hops, dan air. Jenis air yang digunakan untuk membuat bir telah lama diketahui mempengaruhi kualitas dan karakter dari bir yang dihasilkan bahkan jauh sebelum karakterisasi kimia air gencar dilakukan. Diketahui kemudian, berbagai konstituten dari sumber air yang digunakan dapat mempengaruhi pH air dan otomatis mempengaruhi kerja enzim bakteri fermentasi. RO digunakan dalam proses penyiapan air bahan baku bir karena RO mampu menangkal/me-reject hampir semua konstituen yang terkandung dalam air baku, sehingga membuat produsen bir lebih leluasa memformulasikan campuran air yang ingin mereka dapatkan sesuai dengan karakter bir yang menjadi spesifikasi. 2.6. Aplikasi RO dalam Isolasi Ampisilin dan Amoxisilin Ampisilin (ampicillin) adalah obat antibiotik golongan beta lactam termasuk keluarga penisillinum yang mempunyai spektrum luas, yaitu aktif terhadap bakteri gram negatif maupun gram positif. Ampisilin (ampicillin) adalah bakteriocidal yang bekerja dengan cara menghambat secara irreversibel aktivitas enzim transpeptidase yang dibutuhkan untuk sintesis dinding sel bakteri. Secara spesifik ampisilin (ampicillin) menghambat tahap tiga-tahap akhir dari proses sintesis dinding sel bakteri yang merupakan awal dari kehancuran sel bakteri tersebut. Ampisilin memiliki kekerabatan yang cukup dekat dengan Amoxisilin. Dalam proses produksi kedua antibiotik ini, kerapkali sejumlah antibiotik lolos dari tahap isolasi dan pemurnian sehingga ikut terbawa aliran limbah. Membran RO telah diteliti oleh Gholami untuk mengambil kembali antibiotik tersebut. Percobaan mereka menunjukkan hasil yang cukup memuaskan.
3. Aplikasi RO untuk Pemekatan Jus Jeruk
Salah satu penerapan RO dalam industri makanan yang memiliki prospek baik adalah pemisahan air untuk pemekatan jus jeruk. Teknik yang umum dilakukan pada proses pemekatan jus adalah proses evaporasi, namun kelemahan dari penggunaan suhu yang tinggi pada evaporasi secara umum dapat menurunkan kandungan gizi dan aroma konsentrat sari jeruk. Selain itu, penggunaan suhu tinggi pada proses evaporasi memerlukan energi yang besar. Proses RO dilakukan pada suhu ruang sehingga komponen jus jeruk yang rentan terhadap suhu tinggi dapat tetap dipertahankan dalam kondisi baik. Penerapan RO untuk pemekatan jus jeruk telah dilakukan dan dapat menghasilkan konsentrat jus jeruk dengan total padatan terlarut sebesar 16−36 °Brix dari total padatan larutan umpan awal sebesar 8,2−11 °Brix atau pemekatan sebesar 63– 340% pada kondisi operasi tekanan transmembran 20−60 bar. Penelitian pemekatan jus jeruk umumnya menggunakan tekanan tinggi di atas 20 bar. Penggunaan RO dengan tekanan rendah atau Low Pressure Reverse Osmosis (LPRO) untuk pemekatan jus belum dilakukan. Penerapan LRPO masih terbatas pada pemisahan larutan dengan tingkat padatan terlarut yang rendah. Penggunaan tekanan yang rendah pada LPRO memiliki keuntungan dari sisi penggunaan energi yang lebih efisien. Pada penelitian ini mencoba melakukan pemekatan jus jeruk dengan menggunakan LPRO. Pemekatan secara sederhana dilakukan dengan penggunaan temperatur tinggi yang mengakibatkan perubahan cita rasa dan kandungan nutrisi yang signifikan. Penggunaan teknologi membran merupakan alternatif dalam pemekatan jus jeruk. Proses membran tidak menggunakan temperatur tinggi dan energi yang dibutuhkan selama proses relatif rendah. Proses klarifikasi jus jeruk dengan menggunakan membran menyebabkan perubahan komposisi jus jeruk yaitu penurunan kandungan beberapa komponen utama. Penurunan kandungan jus jeruk hasil mikrofiltrasi membran 0,1 μm sebesar 38% untuk total padatan terlarut, 44% untuk kandungan vitamin C dan penurunan 10% untuk kandungan asam sitrat. Penurunan kandungan jus jeruk yang mempengaruhi kualitas jus jeruk seperti total padatan terlarut, kadar asam dan vitamin C tidak diharapkan pada proses filtrasi dengan membran. Proses klarifikasi jus jeruk menggunakan filtrasi membran umumnya dilanjutkan dengan proses pemekatan dengan membran RO. Pemekatan dengan RO selain bertujuan untuk menghilangkan kandungan air juga dapat bertujuan untuk meningkatkan kualitas jus jeruk. Produk konsentrat yang dihasilkan dengan RO mampu mempertahankan bahkan meningkatkan komposisi kimia jus jeruk. RO dapat digunakan sebagai alternatif pemekatan jus, dimana proses ini produk tidak mengalami perubahan fase atau menggunakan temperatur tinggi. Kelebihan utama dari pemekatan RO adalah menghasilkan produk berkualitas tinggi dimana nutrisi, aroma dan komponen flavor bahan yang diolah dapat dipertahankan. Proses RO bekerja pada temperatur operasi yang rendah, sehingga membutuhkan konsumsi energi yang rendah, instalasi yang kompak dan pengoperasian yang mudah. Kekurangan dari proses ini adalah tingkat pemekatan yang lebih rendah dibandingkan evaporasi termal, karena tekanan osmosis jus buah yang tinggi membatasi efisiensi proses. Proses RO secara prinsip dapat memisahkan air dari jus, tetapi dibatasi oleh tekanan osmotik jus yang tinggi. Komponen aroma dan beberapa unsur kimia lain, seperti antosianin, vitamin, gula, asam, kalsium, kalium, magnesium dan fosfor, ditahan selama proses RO. Tingkat pemekatan jus buah pada industri jus konvensional mampu mencapai 42−65 °Brix. Dalam hal ini, RO harus dilihat sebagai proses awal yang diikuti proses lain, seperti evaporasi osmotik. Operasi proses RO memerlukan tekanan tinggi untuk dapat melewati tekanan osmosis jus (10−200 bar). Sebagai contoh, jus jeruk dengan total padatan 11% memiliki tekanan osmotik 15 bar, ketika dipekatkan hingga 60%, tekanan osmotiknya meningkat hingga 190 bar. Tekanan osmotik jus pada proses RO telah diperkirakan akan meningkat secara cepat dengan peningkatan konsentrasi gula (100 dan 200 bar untuk konsentrasi 42 dan 60 gram TSS/100 gram). Nilai konsentrasi juga menunjukkan peningkatan kekentalan. Faktor tekanan osmotik dan kekentalan mempengaruhi proses pemekatan sehingga pemekatan dengan RO tidak dapat lebih dari 20% untuk kondisi operasi tekanan transmembran 35 bar dan pemekatan hingga 36% pada tekanan transmembran hingga 60 bar. Keterbatasan ini menyebabkan proses RO hanya dapat dipertimbangkan sebagai proses pemekatan awal. DAFTAR PUSTAKA
Febrianto, D. 2015. Aplikasi Reverse Osmosis pada Industri Bioproses. Bandung:
Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung. Rachman, A. 2009. Model Perpindahan Massa pada Pemekatan Jus Jeruk Siam dengan Reverse Osmosis. Tesis. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.