Anda di halaman 1dari 9

RESEKSI SEGMENTAL MANDIBULA DENGAN MENGGUNAKAN PLAT REKONSTRUKSI PADA

KASUS AMELOBLASTOMA TERINFEKSI TIPE PLEXIFORM


(LAPORAN KASUS)

HarpindoYusa, drg*, Masykur Rahmat, drg.,Sp.BM(K).**, Cahya Yustisia Hasan, drg.,Sp.BM(K). ***
*Residen Program Studi Bedah Mulut dan maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
**Staf Pengajar Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah
Mada
***Ketua Program Studi Ilmu Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah
Mada

ABSTRAK
Pendahulan.Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering ditemukan, terjadi kira-kira 1%
dari seluruh kista dan tumor rahang. Tumor ini berasal dari epitelial odontogenik yang mempunyai ciri khusus
sebagai tumor jinak tetapi bersifat invasive lokal, destruktif, mempunyai tingkat rekurensi yang tinggi dan
pernah dilaporkan mempunyai kemampuan bermetastasis. Ameloblastoma dapat terjadi pada setiap tingkat
usia, tapi kejadian tertinggi usia 20-49 tahun dan rata-rata 34,5 tahun. Pertumbuhan tumor pada stadium
awal, sangat lambat dan tidak memberikan keluhan. Penderita datang pada stadium lanjut karena sudah terjadi
nyeri akibat desakan tumor, atau adanya keluhan terjadi perubahan bentuk wajah.Presentasi kasus. Seorang
laki-laki 19 tahun rujukan RS. Swasta dengan keluhan adanya benjolan pada rahang bawah kanan dan kiri yang
dirasakan sejak +/- 3 tahun yang lalu dan mengeluarkan pus sejak +/- 1 bulan sebelum ke RSUP Dr. Sardjito.
Penegakkan diagnosis dilakukan biopsi insisi dan pemeriksaan histopatologi anatomi dengan hasil
ameloblastoma tipe flexiform. Berdasarkan pemeriksaan klinis, OPG, MSCT 3D konsentrasi mandibuladan
pemeriksaan histopatologi anatomi dilakukan reseksi segmental mandibula dengan pemasangan plat
rekonstruksi mandibula. Pemeriksaan histopatologi anatomi post operasi adalah ameloblastoma tipe flexiform.
Observasi terhadap proses penyembuhan luka operasi, dilanjutkan dengan evaluasi 3 bulan post operasi
pasien menyatakan nyaman untuk mengunyah makanan dan tidak ada keluhan buka tutup
mulut.Kesimpulan.Tindakan reseksi segmental mandibula dengan menggunakan plat rekonstruksi mandibula
memberikan hasil perawatan yang baik dengan menghilangkan keluhan dan meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Kata kunci : Ameloblastoma Plexiform, reseksi segmental, rekonstruksi mandibula
ABSTRACT
Introduction. Ameloblastoma is the most commonly odontogenic tumor, occurring approximately 1% of all
cysts and tumors in the jaw. These tumors originate from odontogenic epithelials that have special
characteristics as benign tumors but are local invasive, destructive, have high recurrence rates and have been
reported to have metastatic ability. Ameloblastoma can occur at any age level, but the highest incidence is
aged 20-49 years and on average 34.5 years. Growth of tumor In the early stages, is very slow and gives no
complaints. Thepatient comes at an advanced stage because there has been pain due to tumor insistence, or a
complaint of facial changes occur. Case Presentation. a male 19 years old referral from privatehospitalwith
chief complaints of lumps on the right and left jaw had been felt since +/- 3 years ago and release pus since +/-
1 month before to Dr. Sardjito hospital. Diagnosis is performed by incisional biopsy and histopathologic
anatomi examination with flexiform ameloblastoma. Based on clinical examination, OPG, MSCT 3D mandibular
concentration and histopathologicanatomi examination performed mandibular segmental resection with
mandibular reconstruction plate installation. The histopathologic anatomiexamination was flexiform type of
ameloblastoma. Observation of the surgical wound healing process, followed by a 3 month postoperative
evaluation the patient declared it convenient to chew food and there were no complaints open
mouth.Conclusions. The action of segmental resection of the mandible by using the reconstruction plate
provides a good treatment result by eliminating complaints and improving quality of life.
Keywords: Plexiform ameloblastoma, segmental resection, mandibular reconstruction

Alamat Koresponden
Departement Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada
Jl. Denta, Sekip Utara, Yogyakarta 55281
Nomor Telp. +62 81266297507, Fax. +62 274 547130
E-mail:harpindo.yusa@gmail.com

1
PENDAHULUAN multikistik (solid), unikistik, periferal dan
malignan (Neville dkk, 2002).
Ameloblastoma merupakan tumor
odontogenik yang paling sering
WHO 2005 membagi klasifikasi
ditemukan, (Kumamoto, 2004), terjadi
ameloblastoma menjadi 4 tipe, yaitu
kira-kira 1% dari seluruh kista dan tumor
solid/multikistik, extraosseous/peripheral,
rahang. (Rosai dan Ackermans, 2004).
desmoplastik dan unikistik (Hertog
Tumor ini berasal dari epitelial
dkk.,2012). Secara histopatologi, tipe
odontogenik yang mempunyai ciri khusus
solid/multikistik terbagi menjadi folikuler
sebagai tumor jinak tetapi bersifat
dan pleksiform, folikuler menjadi sub tipe
invasive lokal, destruktif, mempunyai
berdasarkan tipe sel spindel menjadi tipe
tingkat rekurensi yang tinggi (Neville,
akantomatus, tipe granular dan tipe sel
dkk., 2002; Kumamoto, 2004), dan pernah
basal. Ameloblastoma unikistik dibagi
dilaporkan mempunyai kemampuan
menjadi tipe luminal, intraluminal, dan
bermetastasis. (Laskin, 1985; Philip, dkk.,
mural.
2005; Gillijamse, 2007). Ameloblastoma
Ameloblastoma tipe pleksiform
dapat terjadi pada setiap tingkat usia, tapi
ditandai dengan epitel tumor yang
kejadian tertinggi usia 20-49 tahun dan
tersusun seperti suatu jaringan yang
rata-rata 34,5 tahun. Pertumbuhan tumor
dikelilingi oleh suatu lapisan sel berbentuk
pada stadium awal, sangat lambat dan
kuboid atau kolumnar. Stroma di
tidak memberikan keluhan. Penderita
sekelilingnya terlihat dalam susunan yang
datang pada stadium lanjut karena sudah
longgar dan akan mengalami degenerasi
terjadi nyeri akibat desakan tumor, atau
kistik (Ghom, 2007).
adanya keluhan terjadi perubahan bentuk
Penelitian meta-analisis terbaru
wajah. (Eversole, 1994).
menyebutkan tingkat kekambuhan
Istilah “ameloblastoma” pertama
ameloblastoma solid dan kistik yang
kali dikenalkan oleh Churchill pada tahun
dirawat secara konservatif hampir sama,
1934 sebagai pengganti istilah
yaitu; tipe solid 60-80%, tipe kistik 60%
“adamantinoma”, digunakan untuk tipe
(Pogrel, 2009). Pada ameloblastoma jenis
tumor terutama pada mandibula (Madhup
multikistik sering terjadi pada pasien
dkk, 2006). Secara klinis subtipe
dewasa antara umur 30-70 tahun dan
ameloblastoma diklasifikasikan menjadi;
sering terjadi pada regio posterior

2
mandibula. Hammarfjord dkk (2013) dan fungsional yang mempengaruhi
menyimpulkan bahwa reseksi radikal kualitas hidup. Kasus yang kompleks dan
adalah pilihan perawatan kuratif yang sulit untuk dikelola melibatkan Defek yang
paling baik. Penelitiannya menunjukkan melibatkan garis tengah mandibula
bahwa bedah radikal menurunkan merupakan karena kompleksnya anatomi
rekurensi secara signifikan, bahkan tidak yang berpasangan dengan tarikan otot
ada kekambuhan pada pasien yang pada banyak arah (Smith, 2012).
diterapi dengan bedah. Rekonstruksi merupakan hal yang penting
Pendekatan radikal meliputi pada defek mandibula pasca reseksi,
reseksi marginal, segmental maupun karena dapat mengembalikan oklusi, oral
mandibulektomi parsial atau total competence, kontur wajah dan
(Ghandhi,2006;Ballaji,2013).Diskontinuitas meningkatkan kualitas hidup pasien
mandibula menyebabkan terjadinya (Blackwell, 1999; Urken dkk., 1998 ), selain
deviasi mandibula kearah yang dilakukan itu tujuan utama dari rekonstruksi
reseksi oleh karenatidak adanya kekuatan mandibula untuk mengembalikan fungsi
tarikan otot, adanya kontraktur jaringan estetik dan fungsi perlekatan otot
lunak dan bentukan jaringan parut sehingga mengembalikan fungsi
(Pramono, 2008). Pada reseksi mandibula mandibula kearah normal dan bebas dari
yag melibatkan kedua sisi lateral dan masalah sendi rahang.
bagian depan mandibula (LCL= Lateral Tulisan ini melaporkan suatu kasus
Central Lateral), mandibula akan ameloblastoma terinfeksi rujukan RS.
kehilangan fungsi sebagai tempat swasta dengan hasil pemeriksaan
perlekatan otot-otot lidah dan otot histopatologi anatomi dari biopsi insisi,
suprahioid. Otot-otot suprahioid akan didiagnosis ameloblastoma plexiform.
tertarik keposterior dan menyebabkan Tindakan bedah yang dilakukan adalah
obstruksi jalan nafas, sehingga reseksi segmental mandibula dan
dibutuhkan perencanaan sebelum operasi rekonstruksi mandibula dengan bridging
yang baik untuk mengindari komplikasi plate.
tersebut. LAPORAN KASUS
Reseksi segmental tanpa disertai
Seorang laki-laki 19 tahun rujukan
rekonstruksi yang adekuat dapat
RS. Swasta dengan keluhan adanya
menimbulkan masalah serius pada estetik

3
benjolan pada rahang bawah kanan dan
kiri dengan diameter +/- 6 cm yang
dirasakan sejak +/- 3 tahun yang lalu dan
mengeluarkan pus sejak +/- 1 bulan
sebelum ke RSUP Dr. Sardjito. Penegakkan
diagnosis dilakukan biopsi insisi dan
Gambar 1.Foto ekstra oral dan intra oral
pemeriksaan histopatologi anatomi
wajah asimetris, bengkak pada pipi kanan meluas
dengan hasil ameloblastoma tipe pipi kiri, sewarna jaringan sekitar, diameter +/- 6
cm, konsistensi keras-lunak
flexiform.
Berdasarkan pemeriksaan klinis,
OPG, MSCT 3D konsentrasi mandibula dan
pemeriksaan histopatologi anatomi
dilakukan reseksi segmental mandibula
dengan pemasangan plat rekonstruksi
mandibula. Penanganan infeksi pada Gambar OPG
pasien ini sebelumnya dilakukan kultur
sensitifitas bakteri dari pus yang terdapat
dalam rongga mulut. Pengobatan dengan
pemberian antibiotik disesuaikan dengan
hasil kultur sensitifitas bakteri yang
sensitif terhadap bakteri yang terlibat
dalam sampel pus yang diperiksa.
Pemeriksaan histopatologi anatomi
post operasi adalah ameloblastoma tipe
flexiform. Observasi terhadap proses
penyembuhan luka operasi, tanda-tanda
infeksi berlanjut serta evaluasi 3 bulan
post operasi, pasien menyatakan nyaman Gambar 3. MSCT 3D Mandibula
untuk mengunyah makanan dan tidak ada
Tindakan bedah pada kasus ini
keluhan buka tutup mulut.
dilakukan reseksi segmental mandibula
dengan pemasangan plat rekonstruksi

4
mandibula dengan anestesi umum. Pasien Plat rekonstruksi yang digunakan
mulai rawat inap dua hari sebelum adalah bridging plate bentuk “U”
dilakukan tindakan operasi untuk berbahan titanium. Titanium tidak
penanganan infeksi. Medikasi pre operasi menyebabkan alergi, toksisitas maupun
disesuaikan dengan hasil kultur sensitifitas tumorigenesis. Titanium diproduksi
bakteri yaitu kombinasi dua antibiotik sebagai titanium murni maupun alloy
ceftriaxon dan metrondazol. dengan sejumlah kecil metal lainnya untuk
Penentuan oklusi saat durante memperbaiki kekuatan tariknya.
operasi menggunakan ramus fixator yang Kontrol pasca reseksi segmental
dipasangkan sebelum tindakan mandibula di poli Bedah Mulut RSUP Dr.
pemotongan rahang. Sardjito hari ke-7 terlihat luka bekas incisi
ekstra oral dan intra oral dalam proses
penyembuhan, masih terlihat kemerahan.

Gambar 4. Pemasangan ramus fixator

Gambar 7. Foto post OP H+7

Gambar 5. Pemasangan bridging plate

Gambar 8. Foto OPG 1 bulan post OP

Gambar 6. Penutupan ekstra oral dan intra oral

5
gancaramenyuntikkanbahansklerotikkedal
Gambar 5.Foto intra oral satu bulan amlesi. Salah satubahansklerotik yang
setelah tindakan injeksi boiling water dapatdigunakanadalahboiling water
pertama (Srivathsa, 2017., Archer, 1975). Tujuan
tindakan ini adalah
Setelah dilakukan tindakan injeksi menciptakankerusakandindingpembuluh
boiling water kedua, pasien tidak ada darah (Goldman, Weiss, et al, 2017).
keluhan, pada mukosabukal dekstra tidak Mekanismetindakan
terlihat lagi adanya lesi yang berwarna skleroterapisecara umum
biru keunguan, permukaan mukosa licin, akanmenghasilkankerusakanendotel yang
warna sama dengan jaringan sekitar, menyebabkan fibrosis (gambar 7).
palpasi dirasakan sedikit jaringan kenyal Kehancuran total
dan tidak keras, nyeri tekan tidak ada endotelmenyebabkanterpaparnyaseratkol
(Gambar 6). agensubendotel, agregasitrombosit,
danpelepasanfaktorplateletterkait.
Rangkaiankejadianinimemulaijalurintrinsik
pembekuandarahdenganmengaktifkanfakt
or XII.Namun,
trombosisbiasanyaterjadisampaitingkatter
tentusebagaihasilskleroterapi.Selainitu,
setelahskleroterapi,
ketebalanpenuhfibrosis darisegmen yang
dirawatakan terjadisetelahkompresi 6
Gambar 6.Foto intra oral satu bulan
minggu.(Goldman, Weiss, et al, 2017).
setelah tindakan injeksi boiling
waterkedua

PEMBAHASAN
Skleroterapimerupakan salah
satuprosedur yang
dapatdigunakanuntukmengobatipembulu
hdarahataumalformasipembuluhdarahden

6
pH intravaskularatauosmolalitas.
Endothelium
dapatdihancurkansecaralangsungolehbah
ankimiakaustikatauolehfaktorfisiklainnyas
epertipanasdandingin. Agar
skleroterapiefektiftanparekanalizationpem
buluhtrombotik,
Kerusakanendoteldannekrosisvaskularhar
uscukupluasuntukmenghancurkanseluruh
dindingpembuluhdarah.Pemusnahanselur
uhdindingpembuluhdanbukanhanya
endothelium yang diperlukan(Goldman,
Weiss, et al, 2017).
Pada kasus pasien
ini,dilakukantindakanskleroterapi
sebanyak dua tahapdenganjarak 1 bulan

Gambar 7.Gambaran diagram menggunakanboiling water yang

mekanismetindakanskleroterapi. A, diinjeksikan pada intra lesi di sisi anterior

Penempatanjarum yang sebanyak 2,5 ml dan 2,5 ml pada sisi

benarkepembuluhdarahdanpelepasanlaru posterior di intra lesi. Hal ini dilakukan

tansklerosis. B, Tahapawalpenghancuran dengan pertimbangan besarnya lesi dan

endothelial penyuntikan yang dilakukan pada

danpengaturantrombosisminimal. C, beberapa tempat.

Tahapakhirterlihatpembentukanjaringan Jejas sel pada tindakan boiling

fibrosa. water terjadi disebabkan oleh karena


adanya trauma dari faktor fisik dari suhu

Kerusakan endothelial yang tinggi. Akibat jejas akan terjadi

dapatdipicuolehsejumlahmekanisme, kematian sel secara setempat dan terbatas

sepertiperubahanteganganpermukaanme mengenai hanya pada sel-sel tertentu

mbran plasma ataumodifikasifisik-kimia. saja, kematian sel yang terjadi adalah

lingkunganselendotelmelaluiperubahan berupa nekrosis (Kumar, Abbas, Aster,


2017).

7
Efekdari njeksiboiling water ini Archer W.H, 1975, Oral and Maxillofacial
adalah, saatdisuntikkankedalamlesi Surgery, 5th Ed Vol.1, W.B.
akanmenghasilkan (a) Saunders Company, Philadelphia
koagulasitermalintravaskuler; (b) London Toronto.
menghilangkandanmenghancurkan intima
Buckmiller L.M, 2004, Update on
ruangdarah; dan (c)
hemangioma and vascular
inflamasiperivaskularberlanjutke fibrosis
malformations, In: Current
(Cole and Hunt, 1948).
Opinion in Otolaryngology &
Head and Neck Surgery,
KESIMPULAN
Departement of Otolaryngology
Tindakaninjeksiboiling
University of Arkansas Children’s
watermenyebabkan jejas sel berupa
Hospital, Arkansas.
nekrosis setempat. Inflamasi terjadi
berlanjut menjadi fibrosis pada endotel
Cole P.P., Hunt A.H, 1948, The Treatment
dan diikuti dengan proses obliterasi
of Cavernous Hiemangiomas and
jaringan fibros. Cirsoid Aneurysms by the
Skleroterapi injeksi boiling water
Injection of Boiling Water, The
pada hemangioma British Journal of Surgery,
tipekavernosamukosabukaldapatmemberi London.
kanhasil yang
baikdengantidakterlihatadanyalesi dan Dilsiz A., Aydin T., Gursan N, 2009,
tidak ada lagi keluhan pada pasien. Capillary hemangioma as a rare
Tindakaninidapatdijadikanpilihanpenanga benign tumor of the oral cavity :
nan hemangioma tanpapembedahan, dan a case report. Cases Journal.

dapat
Goldman M.P., Weiss R.A., et al, 2017,
mempertahankanbentukdaristrukturdaera
Sclerotherapy Treatment of
h yang terkenasetelahdilakukantindakan,
Varicose and Telangiectatic Leg
sehinggamemberikanhasilestetik yang
Veins 6th Ed, Elsevier, China.
baik.

Hamzah M, 2005, Hemangioma, Dalam:


DAFTAR PUSTAKA Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

8
Edisi Ke-4, Penerbit Fakultas Srivathsa S.H, 2016, Sclerotherapy for
Kedokteran Universitas Hemangioma of the Labial
Indonesia, Jakarta. Mucosa, Indian J Paediatr
Dermatol, India.
Haskell R., Gayford J.J, 1990, Penyakit
Mulut. Ed. ke-2. Alih Bahasa. Syafriadi M, 2008, Patologi Mulut Tumor
Lilian Yuwono. Penerbit Buku Neoplastik & Non Neoplastik
Kedokteran EGC, Jakarta. Rongga Mulut, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Khunger N., Sacchidanand S, 2011,
Standard Guidelines for Care:
Sclerotherapy in Dermatology,
Indian Journal of Dermatology,
Venereology, and Leprology,
India.

Kumar V., Abbas A.K., Aster J.C, 2017,


Robbins Basic Pathology Ed.10th,
Elsevier, Canada.

Neville B.W., Damm D.D., Allen C.M.,


Bouquot J.E, 2015, Oral &
Maxillofacial Pathology. 8th ed,
W.B. Saunders Company,
Philadelphia.

Parvathidevi M.K., Koppal S., Rukmangada


T., Byatnal A.R, 2013,
Management of Haemangioma
with Sclerosing Agent: A Case
Report, BMJ Publishing Group,
India.

Anda mungkin juga menyukai