Anda di halaman 1dari 10

Instrumentasi adalah peralatan yang digunakan dalam pengukuran dan

pengendalian suatu proses agar nilai suatu variabel sesuai dengan yang diharapkan.
Secara umum instrumentasi memiliki 2 fungsi utama, yaitu sebagai alat pengukuran
dan alat kontrol atau kendali.

A. Sistem Pengukuran

Pengukuran adalah proses pengumpulan informasi dari besaran fisis.


Pengumpulan informasi ini berupa tindakan membandingkan harga variabel yang
diukur dengan variabel lain yang harganya sudah diketahui. Besaran fisis yang
dimaksud adalah besaran panjang, waktu, temperatur, tekanan, kecepatan dan
sebagainya. Pengukuran diperlukan untuk mengindikasi dan monitoring suat proses,
kontrol dan otomasi serta untuk billing dan custody transfer.

Berikut adalah diagram blok dari sistem pengukuran.

1. Pengondisian besaran
Sebelum dilakukan pengukuran, perlu adanya pengondisian besaran yang
akan diukur. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pengukuran.
2. Sensor
Sensor adalah suatu instrumen yang digunakan untuk merasakan suatu
besaran fisis. Besaran fisis yang diukur dapat berupa bentuk energi listrik, termal,
mekanik dsb. Sensor dilengkapi dengan transduser, yaitu suatu instrumen yang
mengubah bentuk suatu energi besaran fisika menjadi besaran sinyal. Sinyal ini
kemudian mengalami pengolahan sehingga dapat digunakan dalam proses
selanjutnya.
3. Transmisi data
Yang dimaksud dengan transmisi data adalah mengirim sinyal dari satu
elemen ke elemen lainnya pada sistem pengukuran. Sinyal ditransmisikan melalui
media transmisi seperti pipa untuk transmisi sinyal pneumatik, kabel untuk sinyal
listrik, serat optik untuk sinyal optik dsb.
4. Pengontrol
Besaran fisika yang terukur kemudian ingin dikontrol agar nilainya sesuai
dengan yang diharapkan. Sinyal yang telah ditransmisikan kemudian dibandingkan
dengan set point (nilai yang diinginkan) kemudian akan dilakukan pengontrolan agar
perbedaan nilai yang diukur dengan set point adalah sekecil mungkin.
5. Aktuator
Setelah diputuskan tindakan apa yang akan dilakukan agar sinyal yang terukur
mendekati nilai yang diharapkan, maka sinyal dari pengontrol akan dikirim ke
aktuator. Aktuator adalah suatu instrumen yang akan melaksanakan perintah atau
tindakan yang dikehendaki oleh pengontrol.
6. Sistem
Sistem yang dimaksud dalam pengukuran ini adalah sesuatu yang ingin
diukur. Aktuator akan menerapkan tindakannya pada sistem.
7. Sistem Kontrol
Di industri, sistem kontrol sangat diperlukan untuk memastikan semua proses
berjalan dengan baik. Pengontrolan pada umumnya meliputi pengontrolan level,
pressure, temperature dan flow aliran. Terdapat dua jenis pengontrolan, yaitu feed
forward dan feed back controller. Pengontrolan yang banyak digunakan adalah
pengontrol jenis PID, yaitu kepanjangan dari Proportional, Integral, Derivative.
8. Pengontrol proportional dapat memperkecil offset, yaitu perbedaan nilai
output dengan set point yang telah ditentukan, dan mempercepat respon. Akan tetapi
pada sistem orde tinggi, ketika nilai proportional gain semakin besar maka ada
kemungkinan terjadinya overshoot dan osilasi.
9. Pengontrol integral dapat digunakan untuk menghilangkan offset, akan tetapi
akan memperlambat respon. Ketika pengontrol integral dipadukan dengan pengontol
proportional membentuk PI, maka didapat respon yang cepat dan offset sangat kecil.
10. Pengontrol derivative berfungsi untuk meningkatkan kestabilan dan
memperbesar redaman sehingga meminimalisir terjadinya overshoot. Paduannya
dengan pengontrol proportional akan membuat respon yang cepat dan sistem yang
stabil. Biasanya pengontrol PD digunakan untuk proses yang lambat, misalnya
pengontrol temperatur. Pengontrolan derivative saja tidak digunakan karena akan
memperkuat noise (sinyal frekuensi tinggi).

B. Jenis-Jenis Instrumen
1. Pengukuran Tekanan (Pressure Measurements)
Pada dasarnya, dalam ilmu fisika, tekanan merupakan fungsi dari gaya (F) per
satuan luas(A). Tekanan terjadi karena terdapat gaya yang bekerja terhadap suatu
bidang. Tekanan dapat diukur dengan alat ukur yang disebut sebagai Manometer.
Terdapat pula alat ukur untuk tekanan udara, yaitu Barometer. Pada umumnya,
tekanan yang diukur di industri proses adalah tekanan fluida. Tekanan dibagi menjadi
4 jenis, yaitu Absolute Pressure (diukur dari tekanan nol), Gauge Pressure (diukur
relatif terhadap tekanan atmosfer), Vacuum Pressure (lebih rendah dari tekanan
atmosfer), dan Differential Pressure (diukur dari tekanan lain). Penggunaan alat ukur
tekanan tergantung pada prinsip kerja, jenis tekanan yang diukur, dan kebutuhan
penggunaannya. Pada umumnya, tekanan fluida yang diukur di industri proses adalah
cairan dan gas.
Salah satu contoh alat pengukuran tekanan yaitu Diaphragm Pressure
Gauge. Diaphragm Pressure Gauge merupakan Alat ini menggunakan deformasi
elastis dari suatu diafragma (membran) untuk mengukur perbedaan tekanan yang
tidak diketahui dengan tekanan referensi. Salah satu bentuk Diaphragm Pressure
Gauge terdiri dari sebuah kapsul yang terbagi atas sebuah diafragm. Salah satu sisi
diafragma terbuka pada tekanan eksternal target, dan di sisi lain dihubungkan dengan
tekanan yang diketahui. Tekanan diukur berdasarkan perubahan tekanan yang terjadi
antara tekanan luar dengan tekanan referensi. Berikut adalah gambar dari Diaphragm
Pressure Gauge.

Gambar 1 Diaphragm Pressure Gauge

Perubahan tekanan terjadi dengan menggunakan rumus

ΔP = Pext – Pref

Diaphragm Pressure Gauge memiliki beberapa keuntungan, yaitu respon


lebih cepat, dan hasil lebih akurat (0.5%). Namun, Diaphragm Pressure Gauge relatif
mahal.
Dua jenis alat ukur tekanan digital tersebut, yaitu :
a. Pressure transmitter (Cerabar)
b. Differential pressure transmitter (Deltabar)
Berikut penjelasan mengenai dua jenis alat ukur tekanan digital atau Pressure
Transmitter tersebut.

a. Pressure Transmitter (Cerabar)


Pressure Transmitter biasa juga disebut dengan Cerabar. Cerabar Adalah suatu
alat sensor untuk mengetahui nilai Tekanan dengan prinsip kerja menerima tekanan
dari benda cair atau Gas yang akan diukur.
Lalu hasil pengukuran tekanan tersebut dikonversikan menjadi nilai Analog
dalam bentuk arus listrik, dengan nilai arus yang sangat kecil yaitu mili Ampere.
Perubahan tekanan yang diukur Pressure Transmitter, akan diubah sebagai perubahan
nilai arus yang dihasilkan, dan biasanya range antara 4 mA s/d 20 mA. Hasil dari
perubahan arus mA ini kemudian dikirimkan ke alat penerima sinyal yang biasa
disebut Temperature controller. Temperature Controller akan mengkonversikan nilai
arus 4mA s/d 20mA yang diterimanya dari sensor Cerabar untuk kemudian diubah
menjadi tampilan nilai aktual tekanan terukur dalam berbagai satuan, seperti mmH20,
Bar, Psi, kg/cm2, dan lainnya. Dan menampilkan hasil pengukuran tersebut pada
display controller dalam bentuk angka digital. Namun, pada beberapa Pressure
Transmitter saat ini, sudah dilengkapi dengan display controller yang terpasang pada
pressure transmitter tersebut, sehingga tidak lagi memerlukan Temperature Controller
eksternal tambahan.

Gambar 2 Pressure Transitter Cerabar

b. Pressure Transmitter Deltabar


Deltabar terdiri dari dua kata yaitu Delta yang berarti selisih dan Bar yang
berarti Tekanan (Bar). Jadi dapat kita artikan bahwa pressure trasnmitter Deltabar
mengukur nilai tekanan dengan membandingkan selisih dari dua nilai yang diukur.
Dari namanya yakni Deltabar, mengambil selisih (Delta) tekanan (Bar). Deltabar
mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan Pressure transmitter, jika pada pressure
transmitter hanya memiliki satu titik sensor namun pada alat Deltabar memiliki dua
titik sensor diaphragm.

Dengan prinsip kerja yaitu mengukur selisih (Delta) dari nilai tekanan tertingi
(High level) & nilai tekanan terendah (Low Level). Lalu alat ukur tekanan Deltabar
mengambil nilai selisih tekanan yang ada, dan mengubah nilai tersebut menjadi nilai
Analog dalam bentuk arus listrik (mA). Dan selanjutnya mengirimkan perubahan dari
nilai sinyal analog tersebut ke alat Controller. Kedua alat ukur tekanan digital yakni
Cerabar dan Deltabar sudah memiliki berbagai keunggulan dan fungsi-fungsi untuk
digunakan dalam sistem otomatis atau automatic process. Dan alat ukur ini juga dapat
digunakan untuk melakukan pengukuran tekanan pada benda cair, gas seperti steam
(Uap) bertekanan tinggi (High pressure) dan juga dapat digunakan untuk mengukur
pada kondisi kerja dengan suhu yang sangat tinggi.

2. Pengukuran Aliran Fluida (Flow Measurements)


Instrumen untuk melakukan pengukuran kuantitas aliran fluida ini
disebut flowmeter.Pengukuran aliran fluida merupakan hal penting dalam flow
control (pengendalian aliran). Aliran diukur berdasarkan besarnya kecepatan fluida
yang melewati luas penampang tertentu.
dengan QV adalah laju aliran (m3/det), A merupakan luas penampang (m2),
dan V adalah kecepatan aliran (m/det). Empat faktor penting dalam pengukuran aliran
fluida dalam pipa adalah Kecepatan fluida, Friksi atau gesekan fluida dengan pipa,
Viskositas atau kekentalan fluida, dan kerapatan fluida. Salah satu alat ukur aliran
fluida adalah Pitot Tubes. Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan
menghasilkan beda tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri. Pitot
tubes membutuhkan dua lubang pengukuran tekanan untuk menghasilkan suatu beda
tekanan. Pada pitot tubes ini biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan
gas. Pitot tubes terbuat dari stainless steel dan kuningan. Berikut ini adalah gambar
dari pitot tubes.
Gambar 2 Pitot Tubes

3. Pengukuran Level (Level Measurements)


Secara umum, pengukuran level selalu didasarkan pada penentuan batas
(interface) dari dua fluida yang berbeda. Misalnya antara fluida cair satu dengan
fluida cair yang lain, antara fluida cair dengan gas/uap atau antara fluida gas dengan
gas. Dengan mengetahui letak batas tersebut, maka level dari fluida yang
bersangkutan akan dapat diketahui. Metode pengukuran level. Terdapat beberapa cara
yang dapat digunakan pada pengukuran level diantaranya adalah Pelampung,
Displacer, Hydrostatic head, Gelombang Ultrasonic, Radio Frequency (RF)
Capacitance, dan Radio Frequency (RF) Impedance.
Salah satu alat ukur Level adalah RF Capacitance. RF Capacitance
merupakan alat ukur yang menggunakan prinsip karakteristik kapasitor. Sebuah
kapasitor terbentuk ketika elektroda sensor level dipasang didalam sebuah vessel.
Tangkai metal dari elektroda bertindak sebagai satu plate dari kapasitor dan dinding
tangki bertindak sebagai plate yang lain Ketika level fluida naik, udara atau gas yang
semula melingkup electroda akan digantikan oleh material (fluida) yang mempunyai
konstanta dielektik yang berbeda. RF (Radio Frequency) capacitance
instrument mendeteksi perubahan tersebut dan mengkonversinya kedalam suatu
sinyal keluaran secara proporsional. Hubungan kapasitansi digambarkan dengan
persamaan sebagai berikut :
Dengan C adalah kapasitansi (pF), E adalah konstanta permitivitas, K adalah
konstanta dielektrik, A adalah area plate, dan D adalah jarak antar plate.

Gambar 3 RF Capacitance

4. Pengukuran Temperature (Temperature Measurements)


Temperatur adalah ukuran panas atau dingin suatu benda yang diukur
berdasarkan suatu acuan. Ada beberapa prinsip pengukuran temperatur, yaitu
Perubahan dimensi fisik benda (Bimetal, termometer gelas), Perubahan hambatan
listrik (RTD, Thermistor), Pembangkitan tegangan (Thermocouple), Perubahan emisi
radiasi termal (infrared Pyrometer), dan Perubahan fasa (Quartz Crystal
Thermometry).
Salah satu alat pengukur temperatur yaitu RTD (Resistance Temperature
Detector/Devices).RTD bekerja berdasarkan prinsip perubahan hambatan listrik jika
temperatur berubah. Jika temperatur naik, nilai hambatan listrik juga naik (hampir
secara linear). RTD terbuat dari metal konduktor (platinum) dan memiliki koefisien
hambatan positif. RTD sering juga disebut dengan PT-100 atau PTC (Positive
Temperature Coefficient). Pendekata linear untuk RTD diberikan oleh persamaan
berikut ini. Dengan Rt sebagai hambtan pada temperatur T(Ω), Ro sebagai hambatan
pada temperatur 0o C (Ω), α sebagai koefisien hambatan (Ω/ oC), dan sebagai
perubahan temperatur. Beberapa Kelebihan RTD adalah Nilai hambatan yang rendah,
range antara -200 oC sampai dengan 850 oC, sensitivitas yang tinggi, akurasi tinggi,
dan stabilitas dan repeatabilitas yang tinggi. Kelemahan RTD di antaranya adalah
Respon yang lambat, sensitif terhadap getaran, dan terdapat self
heating sehingga terdapat I2R jika arus terlalu besar. Terdapat beberapa
konfigurasi Wire yang digunakan pada RTD, yaitu 2 wire untuk pemasangan standar,
3-wire untuk akurasi yang lebih baik, dan 4 wire (1 pasang kabel untuk supply dan 1
pasang kabel untuk pengukuran tegangannya).

Gambar. 4 Gambar RTD


DAFTAR PUSTAKA

Soelaksono, Ir., 1990, Instrumentasi, Diktat matakuliah, FPTK IKIP Yogyakarta.


Halliday, David., Resnick, Robert, 1987, Instrumentation engeenering, John Wiley &
Sons, Inc
Karl Ehinger.2008. Industrial temperature measurement ABB Automation Product.

Raytek Corporation. 200.3 Principles of Non-Contact Temperature Measurement,.

Anda mungkin juga menyukai