Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP DERAJAT IKTERIK

PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. MOEWARDI


SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Oleh :

Oleh:
DAHRU BUNYANIAH
J210110210

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 1
( Dahru Bunyaniah )

PENELITIAN

PENGARUH FOTOTERAPI TERHADAP DERAJAT IKTERIK


PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA

Dahru Bunyaniah*
Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep.,Ns.,ETN.,M.Kep **
Dewi Suryandari S.Kep. Ns***

Abstrak

Fototerapi rumah sakit merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah


kadar Total Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji klinis telah divalidasi
kemanjuran fototerapi dalam mengurangi hiperbilirubinemia tak terkonjugasi yang
berlebihan, dan implementasinya telah secara drastis membatasi penggunaan
transfusi tukar (Bhutani, 2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
derajat ikterik pada bayi baru lahir sebelum dilakukan fototerapi, untuk
mengetahui derajat ikterik pada bayi baru lahir setelah dilakukan fototerapi,
untuk mengetahui pengaruh fototerapi terhadap derajat ikterik pada bayi baru
lahir. Jenis penelitian adalah pre eksperimental dengan menggunakan
pendekatan rancangan penelitian one group pretest – post test design. Populasi
penelitian ini adalah semua bayi ikterik yang dilakukan fototerapi dan dirawat
Ruang Kamar Bayi Resiko Tinggi (KBRT) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada
bulan April dan Mei 2013 . Sampel penelitian sebanyak 35 responden dengan
teknik acsidental sampling. Metode analisis data univariate dengan deskriptif
persentase dan analisis bivariat dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan
hasil pada fototerapi jam ke 24 diperoleh p = 0,000 dan pada fototerapi jam ke
36 diperoleh p = 0,000. Hasil penelitian adalah derajat ikterik sebelum dilakukan
fototerapi sebagian besar 5 (60%), derajat ikterik setelah dilakukan fototerapi
pada jam ke 24 sejumlah 20 responden semua mengalami penurunan derajat
ikterik dan sebagian besar memiliki derajat ikterik 3 (55%), derajat ikterik setelah
dilakukan fototerapi pada jam ke 36 sejumlah 15 responden semua mengalami
penurunan derajat ikterik dan sebagian besar memiliki derajat ikterik 3 (86,7%).
Terdapat pengaruh fototerapi terhadap derajat ikterik pada bayi baru lahir di
RSUD Dr. Moewardi.

Kata kunci: Fototerapi, derajat ikterik.


Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 2
( Dahru Bunyaniah )

THE EFFECT OF PHOTOTH ERAPY ON THE DEGREE OF JAUNDICE IN


NEWBORNS IN HOSPITAL Dr. MOEWARDI SURAKARTA

Dahru Bunyaniah*
Winarsih Nur Ambarwati, S.Kep.,Ns.,ETN.,M.Kep **
Dewi Suryandari S.Kep. Ns***

Abstract

Hospital phototherapy is an effective measure to prevent the levels of total


serum bilirubin (TSB) increased. Clinical trials have validated the efficacy of
phototherapy in reducing excessive unconjugated hyperbilirubinemia, and its
implementation has been Drastically restrict the use of exchange transfusion
(Bhutani, 2011). The purpose of this study was to determine the degree of
jaundice in newborns prior to phototherapy, to determine a degree of jaundice in
newborn infants after phototherapy, phototherapy to determine the effect of the
degree of jaundice in newborns. This type of research is to use the pre
experimental research design approach one group pretest - post-test design. The
study population was all done baby jaundice phototherapy and cared for High
Risk Nursery Room (KBRT) in Hospital Dr. Moewardi Surakarta in April and May
2013. Samples are 35 respondents with a accidental sampling technique.
Methods of data analysis with descriptive univariate and bivariate analysis with
the percentage of Wilcoxon Signed Ranks test results on phototherapy
Testdengan 24 hours to obtain p = 0.000 and on phototherapy 36 hours to obtain
p = 0.000. . The result is a degree of jaundice prior to phototherapy mostly 5
(60%), the degree of jaundice after phototherapy at 24 to 20 respondents all
experienced a decrease in the degree of jaundice and most have a degree of
jaundice 3 (55%), the degree of jaundice after phototherapy at 36 to 15
respondents all experienced some degree of jaundice and decreased most have
degrees of jaundice 3 (86.7%). There is a degree of influence of phototherapy for
jaundice in newborn babies in hospitals Dr. Moewardi.

Keywords: Phototherapy, the degree of jaundice.


Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 3
( Dahru Bunyaniah )

PENDAHULUAN kematian adalah asfiksia bayi baru


lahir 27%, prematuritas dan berat
Fototerapi rumah sakit badan lahir rendah (BBLR) 29%,
merupakan tindakan yang efektif masalah pemberian makan 10%,
untuk mencegah kadar Total tetanus neonatorum 10%, masalah
Bilirubin Serum (TSB) meningkat. Uji hematologi 6%, infeksi 5%, dan
klinis telah divalidasi kemanjuran lainnya 13%. Kematian neonatus
fototerapi dalam mengurangi yang disebabkan karena masalah
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi hematologi adalah ikterus dan
yang berlebihan, dan defisiensi vitamin K (Kemenkes,
implementasinya telah secara 2011).
drastis membatasi penggunaan Kecenderungan pulang awal
transfusi tukar (Bhutani, 2011). pada bayi cukup bulan akhir - akhir
Penelitian menunjukkan bahwa ini semakin meningkat karena
ketika fototerapi belum dilakukan, alasan medis, sosial, dan ekonomi.
36% bayi dengan berat kelahiran Beberapa penelitian menunjukkan
kurang dari 1500 gram memerlukan bahwa pulang awal meningkatkan
transfusi tukar (Newman, et al , resiko rawat inap ulang, dan
2009). penyebab tersering rawat inap ulang
Penelitian berbasis rumah sakit selama periode neonatal awal
di USA menyimpulkan bahwa 5 s.d adalah hiperbilirubinemia (Triasih,
40 bayi dari 1000 bayi kelahiran 2003). Pada awal era 90an,
cukup bulan dan kurang bulan diperkenalkan program pemberian
memperoleh fototerapi sebelum ASI eksklusif dan rumah sakit
dipulangkan dari perawatan sayang bayi. Seiring dengan mulai
(Maisels, et al 2008). Ketika diterapkannya praktik sedini
fototerapi telah digunakan, hanya 2 mungkin dan ASI eksklusif, frekuensi
dari 833 bayi (0,24%) yang kejadian ikterik neonatorum semakin
menerima transfusi tukar. Pada sering ditemui (Uhudiah, 2003).
bulan Januari 1988 dan Oktober Sekitar 60% bayi yang lahir
2007, tidak ada transfusi tukar yang normal menjadi ikterik pada minggu
dibutuhkan di NICU Rumah Sakit pertama kelahiran.
William Beaumont, Royal Oak, Hiperbilirubinemia (indirect) yang tak
Michigan untuk 2425 bayi yang berat terkonjugasi terjadi sebagai hasil
lahirnya kurang dari 1500 gram dari pembentukan bilirubin yang
(Maisels, et al 2008). berlebihan karena hati neonatus
Dalam kurun waktu 20 tahun belum dapat membersihkan bilirubin
angka kematian bayi (AKB) telah cukup cepat dalam darah. Walaupun
berhasil diturunkan secara tajam, sebagian besar bayi lahir dengan
namun AKB menurut Survei ikterik normal, tapi mereka butuh
Demografi Kesehatan Indonesia monitoring karena bilirubin memiliki
(SDKI) 2002 – 2003 adalah 35 per potensi meracuni sistem saraf pusat
1000 KH. Angka tersebut masih (Maisels, et al 2008).
tinggi, dan saat ini mengalami Bilirubin serum dapat naik ke
penurunan cukup lambat. Jika dilihat tingkat berbahaya yang
dari umur saat bayi meninggal menimbulkan ancaman langsung
berdasarkan Survei Kesehatan dari kerusakan otak. Akut
Rumah Tangga (SKRT) 2001 sekitar ensefalopati bilirubin gangguan yang
57% kematian terjadi di masa mungkin jarang terjadi, namun
neonatal dengan penyebab utama sering dapat berkembang menjadi
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 4
( Dahru Bunyaniah )

kernikterus yaitu suatu kondisi yang ikterik atau jaundice pada bayi baru
dapat melumpuhkan dan lahir diantaranya dimulai dari grade
menimbulkan kerusakan kronis yang 1 daerah muka atau wajah dan
ditandai oleh tetrad klinis cerebral leher, grade 2 daerah dada dan
palsy choreoathetoid, kehilangan punggung, grade 3 daerah perut
pendengaran saraf pusat, saraf dibawah pusar sampai lutut, grade 4
penglihatan vertikal, dan hypoplasia daerah lengan dan betis dibawah
enamel gigi sebagai hasilnya lutut, grade 5 daerah sampai telapak
keracunan bilirubin (Wathcko, et al tangan dan kaki (Keren,et al 2008).
2006). Pemantauan bilirubin secara
Insidensi ikterus di Indonesia klinis ini adalah langkah awal agar
pada bayi cukup bulan di beberapa dapat dilakukan intervensi
RS pendidikan antara lain RSCM, selanjutnya, apakah ada indikasi
RS Sardjito, RS Dr. Soetomo,RS Dr. bayi dilakukan fototerapi atau tidak.
Kariadi Semarang dari 13,7% hingga Cara ini dianggap lebih mudah dan
85%. Insidensi ikterus non fisiologis murah sebagai deteksi awal
di RSU Dr. Soetomo Surabaya 9,8% dilakukannya fototerapi. Menurut
(tahun 2002) dan 15,66% (Kosim, Prosedur Tetap Perinatal Resiko
2008). Berdasarkan catatan rekam Tinggi (PTPRT) RSUD Dr.Moewardi
medik, insidensi ikterus di RSUD Dr. Surakarta, bayi yang dilakukan
Moewardi sebanyak 243 bayi yang fototerapi diletakkan dibawah lampu
dilakukan fototerapi pada tahun terapi sinar dengan penutup mata
2011. dan diusahakan permukaan tubuh
Faktor resiko terjadinya seluas - luasnya terpapar sinar,
hiperbilirubinemia pada Bayi Baru ubah posisi setiap 3 jam, perhatikan
Lahir Cukup (BBLC) yang secara intake dan output cairan. Ketika
statistik bermakna adalah orang tua mengunjungi bayinya,
keterlambatan pemberian ASI, fototerapi dihentikan sementara dan
efektifitas menetek dan asfiksia membuka pelindung mata untuk
neonatorum menit ke-1 (Lasmani, memudahkan interaksi alami bayi
2000). Peningkatan yang lebih besar dan orangtuanya. Tidak ada
dan lebih berkepanjangan di tingkat prosedur tertulis untuk berapa lama
bilirubin dapat disebabkan oleh fototerapi dilakukan. Pada penelitian
gangguan hemolitik (Inkompatibilitas ini penulis tertarik melakukan
ABO atau faktor Rh), glukosa-6- penelitian tentang pengaruh
fosfat dehidrogenase kekurangan, fototerapi terhadap derajat ikterik.
atau trauma kelahiran. Secara klinis
hiperbilirubinemia relevan juga
terlihat di antara pemberian ASI bayi
baru lahir cukup bulan atau prematur LANDASAN TEORI
(Grohmanna, et al, 2006).
Ada beberapa cara untuk Pengertian Ikterus Neonatorum
menentukan derajat ikterus yang 1. Ikterus Neonatorum
merupakan faktor resiko terjadinya Ikterus adalah kondisi umum
kernikterus, misalnya kadar bilirubin diantara neonatus, disebabkan
bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau oleh kombinasi heme meningkat
secara klinis (kramer) dilakukan di dan ketidakdewasaan fisiologis
bawah sinar biasa atau day light hati dalam konjugasi dan ekskresi
(Hindryawati, 2011). Gambaran bilirubin. Untuk bayi cukup bulan
untuk penilaian perkembangan yang paling sehat, tingkat bilirubin
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 5
( Dahru Bunyaniah )

tak terkonjugasi meningkat diatas Hiperbilirubinemia fisiologis


17 umol/L (10 mg/dL) antara hari dapat disebabkan oleh
ketiga dan keenam hidup dan beberapa mekanisme :
penurunan pada hari – hari peningkatan produksi bilirubin
berikutnya (Grohmanna,et al, (yang disebabkan oleh masa
2008). hidup eritrosit yang lebih
Ikterus neonatorum adalah singkat, peningkatan
keadaan klinis pada bayi yang eritopoiesis inefektif),
ditandai oleh pewarnaan ikterus peningkatan sirkulasi
pada kulit dan sklera akibat enterohepatik, defek uptake
akumulasi bilirubin tak bilirubin oleh hati, defek
terkonjugasi yang berlebih. konjugasi karena aktifitas
Ikterus secara klinis akan mulai uridine difosfat glukuronil
tampak pada bayi baru lahir bila transferase (UDPG-T) yang
kadar bilirubin darah 5-7 mg/dL rendah, penurunan ekskresi
(Kosim, dkk, 2012). hepatik
Hiperbilirubinemia merujuk pada
tingginya kadar bilirubin b. Ikterus Nonfisiologis
terakumulasi dalam dan ditandai Keadaan dibawah ini
dengan jaundis atau ikterus, menandakan kemungkinan
suatu pewarnaan kuning pada hiperbilirubinemia
kulit, sklera, dan kuku (Wong, nonofisiologis dan
2009) membutuhkan pemeriksaan
Macam Ikterus Neonatorum ada lebih lanjut : Awitan ikterus
2 yaitu : terjadi sebelum usia 24 jam,
a. Ikterus Fisiologis peningkatan bilirubin serum
Kadar bilirubin tidak yang membutuhkan fototerapi,
terkonjugasi (unconjugated peningkatan bilirubin serum >
bilirubin, UCB) pada neonatus 5 mg/dL/24 jam, kadar bilirubin
cukup bulan dapat mencapai terkonjugasi > 2mg/dL, bayi
6-8 mg/dL pada usia 3 hari, menunjukkan tanda sakit
setelah itu berangsur turun. (muntah, letargi, kesulitan
Pada bayi prematur, awitan minum, penurunan berat
ikterus terjadi lebih dini, kadar badan, apnea, takipnea,
bilirubin naik perlahan tetapi instabilitas suhu), ikterus yang
dengan kadar puncak yang menetap > 2 minggu
lebih tinggi, serta memiliki (Sudarmanto, 2011)
waktu yang lama untuk 2. Metabolisme Bilirubin
menghilang, mencapai 2 Metabolisme bilirubin menurut
minggu. Kadar bilirubin pada Wong (2009). Bilirubin
neonatus prematur dapat merupakan salah satu hasil
mencapai 10-12 mg/dL pada pemecahan hemoglobin yang
hari ke-5 dan masih dapat naik disebabkan oleh kerusakan sel
> 15mg/dL tanpa adanya darah merah (SDM). Ketika SDM
kelainan tertentu. Kadar dihancurkan, hasil
bilirubin akan mencapai < pemecahannya terlepas ke
2mg/dL setelah usia 1 bulan, sirkulasi, tempat hemoglobin
baik pada bayi cukup bulan terpecah menjadi 2 fraksi : heme
maupun prematur. dan globin. Bagian globin
(protein) digunakan lagi oleh
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 6
( Dahru Bunyaniah )

tubuh, dan bagian heme diubah dengan pemberian ASI, produksi


menjadi bilirubin tidak bilirubin berlebihan (misal
terkonjugasi, suatu zat tidak larut penyakit hemolitik, defek
yang terikat oleh albumin. biokimia, memar), gangguan
Di hati bilirubin dilepas dari kapasitas hati untuk menyekresi
molekul albumin dan dengan bilirubin terkonjugasi (misal
adanya enzim glukuronil defisiensi enzim, obstruksi duktus
transferase, dikonjugasikan empedu), kombinasi kelebihan
dengan asam glukoronat produksi dan kurang sekresi
menghasilkan larutan dengan (misal sepsis), beberapa keadaan
kelarutan tinggi, bilirubin penyakit (misal hipotiroidisme,
glukuronat terkonjugasi, yang galaktosemia, bayi dari ibu
kemudian diekskresi dalam diabetes), predisposisi genetik
empedu. Di usus kerja bakteri terhadap peningkatan produksi
mereduksi bilirubin terkonjugasi (penduduk asli Amerika, Asia).
menjadi urobilinogen, pigmen 3. Pemeriksaan Fisik
yang memberi warna khas pada Salah satu pemeriksaan derajat
tinja. Sebagian besar bilirubin ikterus pada bayi baru lahir
tereduksi diekskresikan ke feses, secara klinis yang sederhana dan
sebagian kecil dieliminasi ke urin. mudah dengan penilaian visual
Normalnya tubuh dapat menurut Kramer. Caranya adalah
mempertahankan keseimbangan dengan menekankan jari telunjuk
antara dekstruksi SDM dan pada tempat – tempat yang
penggunaan atau ekspresi tulangnya menonjol seperti tulang
produk tinja. Tetapi bila hidung, tulang dada, lutut, dan
keterbatasan perkembangan atau sebagainya. Tempat yang ditekan
proses patologis mempengaruhi itu akan tampak pucat dan kuning
keseimbangan ini, bilirubin akan (Triasih, 2003)
terakumulasi dalam jaringan dan Selain digunakan untuk
mengakibatkan jaundis. menentukan ada tidaknya ikterus,
pemeriksaan fisik juga dilakukan
untuk mencari penyebabnya.
Adanya hematoma sefal, petekie,
atau ekimosis menunjukkan
adanya darah ekstravaskular.
Hepatomegali mungkin
menunjukkan adanya penyakit
hemolitik, penyakit hepar atau
infeksi. Gejala dan tanda klinis
prematuritas, retardasi
perkembangan intrauterin dan
postmaturitas dapat membantu
juga untuk menentukan penyebab
ikterus (Triasih, 2003).
Gambar. 1. Metabolisme Bilirubin WHO dalam panduannya
Sumber : Kosim (2012)
menerangkan cara menentukan
Penyebab hiperbilirubinemia ikterus secara visual, sebagai
pada bayi baru lahir menurut berikut: Pemeriksaan dilakukan
Wong (2009) adalah faktor
dengan pencahayaan yang cukup
fisiologis (perkembangan – (di siang hari dengan cahaya
prematuritas), berhubungan
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 7
( Dahru Bunyaniah )

matahari) karena ikterus bisa


terlihat lebih parah bila dilihat
dengan pencahayaan buatan dan
bisa tidak terlihat pada
pencahayaan yang kurang, tekan
kulit bayi dengan lembut dengan
jari untuk mengetahui warna di
bawah kulit dan jaringan
subkutan, tentukan keparahan
ikterus berdasarkan umur bayi
Gambar.2.Skema Untuk Penilaian
dan bagian tubuh yang tampak
Tingkat Perkembangan Jaundis
kuning (Sastroasmoro, 2004).
Sumber : Keren, et al (2008)
4. Faktor Resiko Hiperbilirubinemia
Tabel.1. Derajat Ikterus Menurut
Menurut American Academy Of
Kramer
Pediatric (2004) faktor resiko
Derjat Perkir
hiperbilirubinemia berat pada bayi
ikterus aan
Daerah usia kehamilan > 35 minggu
kadar
ikterus adalah :
bilirubi
a. Faktor resiko mayor :
n
Sebelum pulang, kadar
I Kepala dan 5,4
bilirubin serum total atau
leher mg%
bilirubin transkutaneus terletak
II Sampai 9,4
pada daerah resiko tinggi,
badan atas mg% ikterus yang muncul pada 24
(di atas jam pertama kehidupan,
umbilikus) inkomptabilitas golongan
III Sampai 11,4 darah dengan tes antiglobulin
badan mg% direk yang positif atau penyakit
bawah (di hemolitik lainnya (defisiensi
bawah G6PD, peningkatan ETCO),
umbilikus) umur kehamilan 35 – 36
hingga minggu, riwayat anak
tungkai sebelumnya yang mendapat
atas (di fototerapi, sefalhematome atau
atas lutut) memar yang bermakna, ASI
IV Sampai 13,3 eksklusif dengan cara
lengan, mg% perawatan yang tidak baik dan
tungkai kehilangan berat badan yang
bawah lutut berlebihan, ras Asia Timur.
V Sampai 15,8 b. Faktor resiko minor :
telapak mg% Sebelum pulang, kadar
tangan dan bilirubin serum total atau
kaki bilirubin transkutaneus terletak
pada daerah resiko sedang,
Sumber : Dikutip Uhudiah (2003) umur kehamilan 37-38 minggu,
sebelum pulang, bayi tampak
kuning, riwayat anak
sebelumnya kuning, bayi
makrosomia dari ibu DM, umur
ibu > 25 tahun, laki – laki.
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 8
( Dahru Bunyaniah )

c. Faktor resiko kurang (faktor – Fotoisomer bilirubin lebih polar


faktor ini berhubungan dengan dibandingkan bentuk asalnya dan
menurunnya resiko yang secara langsung bisa
signifikan, besarnya sesuai dieksreksikan melalui empedu.
dengan urutan yang tertulis Hanya produk foto oksidan saja
makin kebawah resiko makin yang bisa diekskresikan lewat
rendah) : urin (Sastroasmoro, dkk, 2004).
Kadar bilirubin serum total a. Jenis Lampu
atau bilirubin transkuteneus Beberapa studi menunjukkan
berada pada daerah resiko bahwa lampu flouresen biru
rendah, umur kehamilan > 41 lebih efektif dalam
minggu, bayi mendapat susu menurunkan bilirubin. Akan
formula penuh, kulit hitam, tetapi karena cahaya biru
bayi dipulangkan setelah 72 dapat mengubah warna bayi,
jam. maka yang lebih disukai
adalah lampu flouresen
cahaya normal dengan
spektrum 420 – 460 nm
sehingga asuhan kulit bayi
dapat diobservasi baik
mengenai warnanya (jaundis,
palor, sianosis) atau kondisi
lainnya. Agar fototerapi efektif,
kulit bayi harus terpajan penuh
Gambar.3. Nomogram Penentuan terhadap sumber cahaya
Resiko Hiperbilirubinemia dengan jumlah yang adekuat.
Sumber : Sastroasmoro, dkk. (2004) Bila kadar bilirubin serum
meningkat sangat cepat atau
Pengertian Fototerapi mencapai kadar kritis,
dianjurkan untuk
1. Mekanisme Kerja Fototerapi menggunakan fototerapi dosis
Bilirubin tidak larut dalam air. ganda atau intensif, teknik ini
Cara kerja terapi sinar adalah melibatkan dengan
dengan mengubah bilirubin menggunakan lampu overhead
menjadi bentuk yang larut dalam konvensional sementara itu
air untuk dieksresikan melalui bayi berbaring dalam selimut
empedu atau urin. Ketika bilirubin fiberoptik. Warna kulit bayi
mengabsorbsi cahaya, terjadi tidak mempengaruhi efisiensi
reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. pemberian fototerapi. Hasil
Juga terdapat konversi ireversibel terbaik terjadi dalam 24
menjadi isomer kimia lainnya sampai 48 jam pertama
bernama lumirubin yang dengan fototerapi (Wong, 2009).
cepat dibersihkan dari plasma Fototerapi intensif adalah
melalui empedu. Lumirubin fototerapi dengan
adalah produk terbanyak menggunakan sinar bluegreen
degradasi bilirubin akibat terapi spectrum (panjang gelombang
sinar pada manusia. Sejumlah 430-490 nm) dengan kekuatan
kecil bilirubin plasma tak paling kurang 30 uW/cm2
terkonjugasi diubah oleh cahaya (diperiksa dengan radio meter,
menjadi dipyrole yang atau diperkirakan dengan
diekskresikan lewat urin.
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 9
( Dahru Bunyaniah )

menempatkan bayi langsung lampu (semakin dekat sumber


di bawah sumber sinar dan cahaya, semakin besar
kulit bayi yang terpajan lebih irradiasinya) dan permukaan
luas. Bila konsentrasi bilirubin kulit yang terkena cahaya,
tidak menurun atau cenderung karena itu dibutuhkan sumber
naik pada bayi – bayi yang cahaya di bawah bayi pada
mendapat fototerapi intensif, fototerapi intensif (Maisels,et
kemungkinan besar terjadi al, 2008).
proses hemolisis (Kosim, dkk, Jarak antara kulit bayi dan
2012). sumber cahaya. Dengan
Jenis-jenis lampu yang lampu neon, jarak harus tidak
digunakan untuk fototerapi lebih besar dari 50 cm (20 in).
menurut Judarwanto (2012) Jarak ini dapat dikurangi
adalah: sampai 10-20 cm jika
1) Tabung neon biru, dapat homeostasis suhu dipantau
bekerja dengan baik jika untuk mengurangi resiko
digunakan untuk fototerapi overheating (Judarwanto,
namun dapat menyebabkan 2012).
ketidaknyamanan pada
anggota staf rumah sakit c. Berat badan dan usia
2) Tabung neon putih ,kurang Tabel.2.Petunjuk Penatalaksanaan
efisien daripada lampu biru, Hiperbilirubinemia Berdasarkan
namun, mengurangi jarak Berat Badan Dan Bayi Baru Lahir
antara bayi dan lampu Yang Relative Sehat
dapat mengkompensasi Kadar Bilirubin Total Serum (mg/dL)
efisiensi yang lebih rendah
Sehat Sakit
3) Lampu kuarsa putih
Berat Badan Fototerapi Transfusi Fototerapi Transfusi
merupakan bagian tidak tukar tukar
terpisahkan dari beberapa Kurang bulan
penghangat cerah dan <1000g 5-7 Bervariasi 4-6 Bervariasi
inkubator. Mereka memiliki 1001-1500g 7-10 Bervariasi 6-8 Bervariasi
komponen biru signifikan 1501-2000g 10-12 Bervariasi 8-10 Bervariasi
dalam spektrum cahaya. 2001-2500g 12-15 Bervariasi 10-12 Bervariasi
4) Lampu kuarsa ganda, Cukup bulan
lampu 3-4 melekat pada > 2500g 15-18 20-25 12-15 18-20
sumber panas overhead
dari beberapa penghangat Sumber : Kosim,dkk. (2012)
bercahaya.
5) Light-emitting diode (LED), Untuk bayi dengan berat lahir
konsumsi daya rendah, kurang dari 1000 gram, memulai
produksi panas rendah, dan fototerapi sebesar 5 - 6 mg / dL
masa hidup lebih lama pada usia 24 jam, kemudian
6) Cahaya serat optik, meningkat secara bertahap
memberikan tingkat energi sampai usia 4 hari. Efisiensi
yang tinggi, tetapi untuk fototerapi tergantung pada jumlah
luas permukaan terbatas. bilirubin yang diradiasi.
b. Jarak Penyinaran area kulit permukaan
Dosis dan kemanjuran dari besar lebih efisien daripada
fototerapi biasanya penyinaran daerah kecil, dan
dipengaruhi oleh jarak antara efisiensi meningkat fototerapi
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 10
( Dahru Bunyaniah )

dengan konsentrasi bilirubin (430 mmol/L), dianjurkan untuk


serum. dilakukan tranfusi tukar. Bila
kadar bilirubin serum total > 18
Tabel. 3. Petunjuk Penatalaksanaan mg/dl (> 310 mmol/L) fototerapi
Hiperbilirubinemia Pada Bayi Sehat dilakukan sambil mempersiapkan
Cukup Bulan tindakan tranfusi tukar. Bila kadar
bilirubin serum total > 25 mg/dl (>
Kadar bilirubin total serum (mg/dL [umol/L]) 430 mmol/L) pada 49-72 jam
Transfusi Transfusi
tukar jika tukar &
pasca kelahiran, mengindikasikan
Usia Pertimbangan
Fototerapi Fototerapi Fototerapi perlunya pemeriksaan
(jam) fototerapi Intensif Intensif laboratorium ke arah penyakit
Gagal hemolisis. Selanjutnya pada usia
25- > 72 jam pasca kelahiran,
48 ≥ 12 (170) ≥ 15 (260) ≥ 20 (340) ≥ 25 (430) fototerapi harus dilaksanakan bila
49- kadar bilirubin serum total > 17
72 ≥ 15 (260) ≥ 18 (310) ≥ 25 (430) ≥ 30 (510)
mg/dl (290mmol/L). Bila fototerapi
>72 2 x 24 jam gagal menurunkan
≥ 17 (290) ≥ 20 (340) ≥ 25(430) ≥ 30 (510)
kadar bilirubin serum total < 20
Sumber : Kosim, dkk. (2012)
mg/dl (340 mmol/L), dianjurkan
untuk dilakukan tranfusi tukar.
Ikterus yang timbul pada usia 25-
Bila kadar bilirubin serum total
48 jam pasca kelahiran, fototerapi
sudah mencapai > 20 mg/dl (>
dianjurkan bila kadar bilirubin
340 mmol/L) dilakukan fototerapi
serum total > 12 mg/dl
sambil mempersiapkan tindakan
(170mmol/L). Fototerapi harus
tranfusi tukar. Bila kadar bilirubin
dilaksanakan bila kadar bilirubin
serum total > 25 mg/dl (> 430
serum total ≥ 15 mg/dl
mmol/L) pada usia > 72 jam
(260mmol/L). Bila fototerapi 2 x
pasca kelahiran, masih
24 jam gagal menurunkan kadar
dianjurkan untuk pemeriksaan
bilirubin serum total < 20 mg/dl
laboratorium ke arah penyakit
(340 mmol/L), dianjurkan untuk
hemolisis.
dilakukan tranfusi tukar. Bila
d. Luas permukaan fototerapi
kadar bilirubin serum total 20
Hal penting dalam pelaksanaan
mg/dl (> 340 mmol/L) dilakukan
praktis dari fototerapi termasuk
fototerapi dan mempersiapkan
pengiriman energi dan
tindakan tranfusi tukar. Bila kadar
memaksimalkan luas permukaan
bilirubin serum total > 15 mg/dl (>
yang tersedia harus
260 mmol/L) pada 25-48 jam
mempertimbangkan bahwa bayi
pasca kelahiran, mengindikasikan
harus telanjang kecuali popok
perlunya pemeriksaan
dan mata harus ditutup untuk
laboratorium ke arah penyakit
mengurangi resiko kerusakan
hemolisis.
retina. Bila menggunakan lampu
Usia 49-72 jam pasca kelahiran,
sorot, pastikan bahwa bayi
fototerapi dianjurkan bila kadar
ditempatkan di pusat lingkaran
bilirubin serum total > 15 mg/dl
cahaya, karena photoenergy
(260mmol/L). Fototerapi harus
tetes dari arah perimeter
dilaksanakan bila kadar bilirubin
lingkaran. Amati bayi erat untuk
serum total 18 mg/dl
memastikan bahwa bayi tidak
(310mmol/L). Bila fototerapi 2 x
bergerak jauh dari daerah energi
24 jam gagal menurunkan kadar
tinggi. Lampu sorot mungkin lebih
bilirubin serum total < 25 mg/dl
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 11
( Dahru Bunyaniah )

tepat untuk bayi prematur kecil 2. Efek Samping Fototerapi


daripada yang lebih besar jangka Efek samping ringan yang harus
dekat bayi (Judarwanto, 2012). diwaspadai perawat meliputi
Secara umum penatalaksanaan feses encer kehijauan, ruam kulit
hiperbilirubinemia pada bayi berat transien, hipertermia,
lahir rendah digambarkan grafik peningkatan kecepatan
sebagai berikut: metabolisme,seperti hipokalsemia
dan priaspismus. Untuk
mencegah atau meminimalkan
efek tersebut, suhu dipantau
untuk mendeteksi tanda awal
hipotermia atau hipertermia, dan
kulit diobservasi mengenai
dehiDrasi dan kekeringan, yang
Sumber : Kosim, dkk (2012) dapat menyebabkan ekskoriasi
Gambar. 4. Panduan Fototerapi dan luka (Wong, 2009).
Pada Bayi Dengan Usia Kehamilan Komplikasi terapi sinar umumnya
>35 Minggu ringan, sangat jarang terjadi dan
reversibel. Komplikasi yang
a. Sebagai patokan gunakan sering terjadi menurut
kadar bilirubin total Sastroasmoro 2004 diantaranya
b. Faktor resiko : isoimune yaitu :
hemolytic disease, defisiensi a. Bronze baby sindrom :
G6PD, asfiksia, letargi, suhu mekanisme berkurangnya
tubuh yang tidak stabil, sepsis, ekresi hepatik hasil penyinaran
asidosis, atau kadar albumin < bilirubin
3mg/dL b. Diare : bilirubin indirek
c. Pada bayi dengan usia menghambat laktase
kehamilan 35 – 37 6/7 minggu c. Hemolisis : fotosensitivitas
diperbolehkan untuk mengganggu sirkulasi eritrosit
melakukan fototerapi pada d. Dehidrasi : Insesible Water
kadar bilirubin total sekitar Loss ↑ (30-100%) karena
medium risk line. Merupakan menyerap energi foton
pilihan untuk melakukan e. Ruam kulit : Gangguan
intervensi pada kadar bilirubin fotosensitasi terhadap sel mast
totak serum yang lebih rendah kulit dengan pelepasan
untuk bayi – bayi yang histamin
mendekati usia 35 minggu dan Pelumas minyak atau losion tidak
dengan kadar bilirubin total boleh dioleskan ke kulit untuk
serum yang lebih tinggi untuk menghindari kulit menjadi cokelat
bayi yang berusia mendekati atau efek ―gosong‖. Bayi cukup
37 6/7 minggu bulan yang mendapat fototerapi
d. Diperbolehkan melakukan mungkin perlu tambahan volume
fototerapi baik dirumah sakit cairan untuk mengompensasi
atau dirumah pada kadar kehilangan caian isensibel dan
bilirubin total 2 -3 mg/dL intestinal. Karena fototerapi
dibawah garis yang ditunjukan, meningkatkan ekskresi bilirubin
namun pada bayi – bayi yang yang tak terkonjugasi melalui
memiliki faktor resiko fototerapi usus, feses cair menunjukkan
sebaiknya tidak dilakukan peningkatan pengeluaran
dirumah (Kosim,dkk,2012)
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 12
( Dahru Bunyaniah )

bilirubin. Sering defekasi lahir di RSUD Dr.


menyebabkan iritasi perianal, Moewardi Surakarta
sehingga pentng dilakukan
asuhan kulit yang teliti terutama METODE PENELITIAN
menjaga kulit bersih dan kering
(Wong, 2009). Jenis penelitian adalah pre
eksperimental dengan
KERANGKA KONSEP menggunakan pendekatan
rancangan penelitian one group
Berdasarkan kerangka teori pretest – post test design. Penelitian
maka dapat digambarkan kerangka pre eksperimental belum merupakan
konsep penelitian sebagai berikut : eksperimen sungguh-sungguh
karena masih terdapat variabel luar
Ikterik Pada Bayi
yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen
(Sugiyono, 2011).
Pre Foto Post
Derajat 4 Terapi Derajat 1 LOKASI DAN WAKTU
Derajat 5 -24 jam Derajat 2 PENELITIAN
-36 jam Derajat 3
Derajat 4
Derajat 5 Tempat penelitian dilakukan
di Kamar Bayi Resiko Tinggi (KBRT)
RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Gambar .5 Kerangka Konsep Penelitian dilakukan selama 2 bulan
yaitu bulan April - Mei 2013.
HIPOTESIS
POPULASI DAN SAMPEL
Berdasarkan landasan teori,
maka diajukan hipotesis sebagai Populasi penelitian ini adalah
berikut: semua bayi ikterik yang dilakukan
H0 =a) Tidak ada pengaruh fototerapi fototerapi dan dirawat Ruang Kamar
24 jam terhadap derajat Bayi Resiko Tinggi (KBRT) di RSUD
ikterik pada bayi baru lahir Dr. Moewardi Surakarta. Teknik
di RSUD Dr. Moewardi pengambilan sampel menggunakan
Surakarta acsidental sampling, sampel pada
b) Tidak ada pengaruh penelitian ini adalah 35 responden.
fototerapi 36 jam terhadap
derajat ikterik pada bayi baru
lahir di RSUD Dr. Moewardi ANALISA DATA
Surakarta
Ha =a) Ada pengaruh Penelitian ini menggunakan
fototerapi 24 jam instrumen berupa pedoman
terhadap derajat observasi yang disusun oleh peneliti
ikterik pada bayi baru sendiri. Penelitian ini bermaksud
lahir di RSUD Dr. untuk mendeskripsikan derajat
Moewardi Surakarta ikterik sebelum dan setelah
b) Ada pengaruh dilakukan fototerapi dengan
fototerapi 36 jam menggunakan analisis deskripsi dan
terhadap derajat mengetahui perbedaan derajat
ikterik pada bayi baru ikterik pada bayi baru lahir yang
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 13
( Dahru Bunyaniah )

dilakukan fototerapi, dengan jenis derajat ikterik 4 sejumlah 14


hipotesis komparatif berpasangan 2 responden (70%). Setelah dilakukan
kelompok dengan data katagorik perlakuan fototerapi 24 jam
(ordinal) dengan uji hipotesis diperoleh responden dengan derajat
Wilcoxon Signed Ranks Test. ikterik 3 sejumlah 11 (55%) dan
sejumlah 9 responden (45%)
HASIL PENELITIAN memiliki derajat ikterik 2.

Analisis Univariat
15 0

Jumlah Responden
Derajat Ikterik 10
15
5 13
Tabel 4. Distribusi Tingkat Derajat
Ikterik 24 Jamdan 36 Jam 0 2
0 0 0 Post 36 Jam
0

Derajat 5
Derajat 4
pre 36 Jam

Derajat 3
Derajat 2
Derajat 1
Tingk Jam ke 24 Jam ke 36
at
Pre Post Pre Post
Ikterik Derajat Ikterik
5 6 (30%) 0 15 0
4 14 (70%) 0 (100%) 0
3 0 11 (55%) 0 13 Gambar 4.2 Derajat Ikterik Sebelum
2 0 9 (45%) 0 (86,7%) Dan Setelah Dilakukan Fototerapi 36
0 2 (13,3%) Jam
Total 20 20 15 15 Berdasarkan tabel 4.3 dan
(100%) (100%) Gambar 4.2 memperlihatkan pada
Ket tetap = 0 tetap = 0 pengukuran 36 jam sebelum
naik = 0 naik = 0 dilakukan perlakuan keseluruhan
turun = 20 turun = 15 responden dengan derajat ikterik 5
sejumlah 15 responden (100%)
setelah dilakukan perlakuan
fototerapi diperoleh responden
15 0 dengan derajat ikterik 3 sejumlah 13
Jumlah Responden

10 (86,7%) dan sejumlah 2 responden


5 0 14 11 (13,3%) memiliki derajat ikterik 2.
6 9
0 0 0 0 post 24 Jam Dengan hasil ini menunjukkan
tidak ada responden dengan derajat
Derajat 5
Derajat 4
Derajat 3
Derajat 2

pre 24 Jam
Derajat 1

ikterik tetap, tidak ada responden


dengan derajat ikterik naik dan
semua responden sejumlah 20
Derajat Ikterik
orang pada pengukuran 24 jam dan
15 responden pada 36 jam terjadi
Gambar 4.1 Derajat Ikterik Sebelum penurunan derajat ikteriknya setelah
Dan Setelah Dilakukan Fototerapi dilakukan fototerapi.
24 Jam
Berdasarkan tabel 4.3 dan Gambar PEMBAHASAN
4.1 memperlihatkan pada
pengukuran sebelum dilakukan Derajat Ikterik Sebelum Perlakuan
perlakuan fototerapi 24 jam
responden dengan derajat ikterik 5 Hasil penelitian pengukuran
sejumlah 6 responden (30%) dan derajat ikterik pada bayi ikterik
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 14
( Dahru Bunyaniah )

sebelum dilakukan fototerapi di yang mempengaruhi proses


Ruang Kamar Bayi Resiko Tinggi konjugasi dan ekskresi. Penyebab
(KBRT) di RSUD Dr. Moewardi late onset tidak diketahui, telah
Surakarta menunjukkan sebagian dihubungkan dengan adanya faktor
besar berada pada tingkat derajat 4 spesifik dari ASI yaitu : 2α-20β-
sebanyak 58,8% yaitu yang meliputi pregnidiol yang mempengaruhi
daerah ikterik sampai Sampai aktifitas enzim uridine disphospat
lengan, tungkai bawah lutut. glucuronocyl transferase (UDPGT)
Pengukuran derajat ikterik sebelum atau pelepasan bilirubin konjugasi
fototerapi tidak ada responden yang dari hepatosit; peningkatan aktifitas
mempunyai derjat ikterik 3 maupun lipoprotein lipase yang kemudian
2. Menurut Grohmanna, et al (2008) melepaskan asam lemak bebas ke
derajat ikterik merupakan kondisi dalam usus halus, penghambatan
umum diantara neonatus, konjugasi akibat peningkatan asam
disebabkan oleh kombinasi heme lemak unsaturated, atau B-
meningkat dan ketidakdewasaan glukorunidase atau faktor lain yang
fisiologis hati dalam konjugasi dan mungkin menyebabkan peningkatan
ekskresi bilirubin. Sedang menurut jalur enterohepatik. Sebagaimana
Kosim, dkk (2012) Ikterus pendapat yang dikemukakan oleh
neonatorum adalah keadaan klinis Lasmani (2000) yang mengatakan
pada bayi yang ditandai oleh faktor resiko terjadinya
pewarnaan ikterus pada kulit dan hiperbilirubinemia pada Bayi Baru
sklera akibat akumulasi bilirubin tak Lahir Cukup (BBLC) adalah
terkonjugasi yang berlebih. keterlambatan pemberian ASI,
Tingginya tingkat derajat ikterik efektifitas menetek dan asfiksia
pada bayi disebabkan oleh beberapa neonatorum pada menit ke-1.
permasalahan yang ditemui dalam
penelitian ini diantaranya adalah Derajat Ikterik Setelah Perlakuan
pemberian nutrisi pada bayi yang Fototerapi
memberikan campuran antara ASI
dan susu formula, kesibukan ibu Hasil penelitian pengukuran
yang sebagian besar bekerja, serta derajat ikterik pada bayi ikterik
masih banyaknya ibu yang baru setelah dilakukan fototerapi pada
mempunyai anak pertama yang pengukuran jam ke 24 dan 36 jam
menyebabkan masih kurang menunjukkan sebagian besar
pemahaman ibu tentang tata cara berada pada tingkat derajat 3
perawatan bayi pada saat setelah sebesar 43,5% yaitu yang meliputi
kelahiran bayi dan kurangnya daerah ikterik dibawah umbilikus
informasi mengenai mengurangi hingga tungkai atas. Pada
resiko terjadinya ikterik pada bayi. pengukuran jam ke 24 dari 20
Menurut Kosim (2012) pada bayi responden semua responden
yang mendapat ASI terdapat dua mengalami penurunan derajat ikterik
bentuk neonatal jaundice yaitu early setelah dilakukan fototerapi. Dan
(yang berhubungan dengan pada jam ke 36 dari sejumlah 15
breastfeeding) dan late responden semuanya mengalami
(berhubungan dengan ASI). Bentuk penurunan derajat ikterik setelah
early onset diyakini berhubungan dilakukan fototerapi. Sehingga
dengan proses pemberian minum. setelah dilakukan terapi
Bentuk late onset diyakini menggunakan fototerapi semua
dipengaruhi oleh kandungan ASI ibu reponden mengalami penurunan
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 15
( Dahru Bunyaniah )

tingkat derajat ikterik pada bayi (70%) mempunyai derajat ikterik 4.


ikterik. Setelah dilakukan foto terapi semua
Menurut Bhutani (2011) responden responden telah
Fototerapi rumah sakit merupakan mengalami penurunan derajat ikterik
tindakan yang efektif untuk (100) menjadi derajat 3 dan 2.
mencegah kadar Total Bilirubin Dalam pengujian statistik dengan
Serum (TSB) meningkat. Uji klinis menggunakan analisis wilcoxon
telah divalidasi kemanjuran signed ranks test diperoleh nilai Z
fototerapi dalam mengurangi score sebesar 4,064 dengan p
hiperbilirubinemia tak terkonjugasi sebesar 0,000 (< 0,05). Sehingga
yang berlebihan, dan dapat terdapat pengaruh pemberian
implementasinya telah secara fototerapi terhadap derajat ikterik
Drastis membatasi penggunaan pada bayi baru lahir di RSUD Dr.
transfusi tukar. Menurut Keren, et al Moewardi pada jam ke 24.
(2008) gambaran untuk penilaian Pengukuran derajat ikterik jam
perkembangan ikterik atau jaundice ke 36 masih terdapat 15 responden
pada bayi baru lahir diantaranya yang perlu dilakukan fototerapi.
dimulai dari grade 1 daerah muka Setelah dilakukan fototerapi semua
atau wajah dan leher, grade 2 responden telah mengalami
daerah dada dan punggung, grade 3 penurunan derajat ikterik menjadi 2
daerah perut dibawah pusar sampai dan 3. Pada pengujian statistik
lutut, grade 4 daerah lengan dan dengan uji wilcoxon signed ranks
betis dibawah lutut, grade 5 daerah test pada jam ke 36 diperoleh nilai Z
sampai telapak tangan dan kaki. score sebesar 3,690 dengan p
sebesar 0,000 (< 0,05). Sehingga
Pengaruh Fototerapi terhadap terdapat pengaruh pemberian
Derajat Ikterik fototerapi terhadap derajat ikterik
pada bayi baru lahir di RSUD Dr.
Pengukuran derajat ikterik Moewardi pada jam ke 36.
dengan menggunakan lembar Hasil penelitian ini memberikan
observasi yaitu dengan ketentuan gambaran pemberian fototerapi
derajat 1 yaitu meliputi daerah ikterik dapat menurunkan derajat ikterik
mencapai kepala dan leher, derajat pada bayi baru lahir di RSUD Dr.
2 yaitu daerah ikterik mencapai Moewardi pada jam ke 24 dan 36.
badan atas, derajat 3 yaitu daerah Menurut Maisels, et al (2008) pada
ikterik mencapai badan bawah sebagian pasien, fototerapi yang
hingga tungkai atas, derajat 4 intensif dapat menurunkan 30
daerah ikterik mencapai lengan, hingga 40% pada 24 jam pertama,
tungkai bawah, dan lutut serta dengan penurunan terjadi pada 4 - 6
derajat 5 yang daerah ikterik jam pertama, fototerapi dapat
mencapai telapak tangan dan kaki. dihentikan jika jumlah total bilirubin
Hasil pengukuran derajat ikterik serum turun hingga dibawah 13
dilakukan pada jam ke 24 dan jam sampai 14 mg/dL. Menurut Kosim
ke 36. Perlakuan fototerapi (2012) fototerapi intensif adalah
dilaksanakan untuk responden fototerapi dengan menggunakan
dengan derajat ikterik kurang dari sinar bluegreen spectrum (panjang
atau sama dengan 3. Pada jam ke gelombang 430-490 nm) dengan
24 sebelum fototerapi terdapat 20 kekuatan paling kurang 30 uW/cm2
responden yang perlu dilakukan (diperiksa dengan radio meter, atau
perlakuan dengan sebagian besar diperkirakan dengan menempatkan
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 16
( Dahru Bunyaniah )

bayi langsung di bawah sumber oleh Triasih (2003), dengan hasil


sinar dan kulit bayi yang terpajan penelitian terdapat hubungan antara
lebih luas. kadar bilirubin total 24 jam pertama
Menurut Bhutani (2011) untuk dengan hari kelima yang dapat
mengurangi efek samping fototerapi digunakan untuk memprediksi
maka dokter dan rumah sakit harus terjadinya hiperbilirubunemia pada
memastikan bahwa perangkat bayi cukup bulan pada minggu
fototerapi digunakan harus pertama kehidupan.
sepenuhnya menerangi luas Penelitian ini juga mendukung
permukaan tubuh pasien, memiliki penelitian yang dilakukan oleh
tingkat radiasi dari ≥ 30 μW cm-2 nm- Pratita (2010) yang memberikan
1
(dikonfirmasi dengan akurasi hasil pemberian fototerapi efektif
dengan radiometer spektral yang dalam menurunkan kadar bilirubin
sesuai) selama waveband sekitar dengan jarak sinar lebih dekat ke
460-490 nm, dan diimplementasikan neonatus lebih efektif dalam
secara tepat waktu. menurunkan kadar bilirubin pada
Menurut Wong (2009) untuk bayi-bayi dengan hiperbilirubinemia.
mengefektifkan fototerapi, kulit bayi
harus terpajan penuh terhadap
sumber cahaya dengan jumlah yang SIMPULAN DAN SARAN
adekuat. Bila kadar bilirubin serum
meningkat sangat cepat atau Simpulan
mencapai kadar kritis, dianjurkan Berdasarkan hasil penelitian
untuk menggunakan fototerapi dosis dan pembahasan tentang pengaruh
ganda atau intensif, teknik ini fototerapi terhadap derajat ikterik
dengan menggunakan lampu pada bayi baru lahir di RSUD Dr.
overhead konvensional sementara Moewardi, dapat ditarik kesimpulan
itu bayi berbaring dalam selimut sebagai berikut:
fiberoptik. Warna kulit bayi tidak 1. Derajat ikterik sebelum dilakukan
mempengaruhi efisiensi pemberian fototerapi sebagian besar 5
fototerapi. Hasil terbaik terjadi dalam (60%).
24 sampai 48 jam pertama 2. Derajat ikterik setelah dilakukan
fototerapi. fototerapi pada jam ke 24
Penelitian ini sejalan dengan sejumlah 20 responden semua
pendapat yang dikemukakan oleh mengalami penurunan derajat
Hendryawati (2011) yang ikterik dan sebagian besar
mengatakan bahwa secara klinis memiliki derajat ikterik 3 (55%)
(kramer) pemberian fototerapi atau 3. Derajat ikterik setelah dilakukan
day light dapat menurunkan derajat fototerapi pada jam ke 36
ikterik pada bayi ikterik. Penelitian ini sejumlah 15 responden semua
sejalan dengan penelitian yang mengalami penurunan derajat
dilakukan oleh Lasmani (2000) yang ikterik dan sebagian besar
memberikan hasil penelitian faktor memiliki derajat ikterik 3 (86,7%)
resiko terjadinya hiperbilirubinemia 4. Terdapat pengaruh fototerapi
pada berat badan lahir cukup terhadap derajat ikterik pada
(BBLC) yang secara statistik bayi baru lahir di RSUD Dr.
bermakna adalah keterlambatan Moewardi.
pemberian ASI, efektifitas menetek
dan asfiksia neonatorum menit ke-1. Saran
Dan juga penelitian yang dilakukan
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 17
( Dahru Bunyaniah )

Berdasarkan hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA


dan temuan adanya keterbatasan
dalam penelitian, maka penulis American Academy of Pediatrics.
memberikan saran sebagai berikut: 2004. ―Subcomittee on
1. Bagi Institusi RSUD Dr. Hyperbilirubinemia.
Moewardi Management of
Diharapkan tetap Hyperbilirubinemia in the
mempertahankan fototerapi pada Newborn 35 or more weeks
pasien ikterik pada bayi baru of Gestation‖. Journal of the
lahir di RSUD Dr. Moewardi, American Academy of
dengan prosedur pelaksanaan Pediatrics, Vol. 104, No.1, PP
dan tatacara yang tepat, serta 297-316,
memberikan bimbingan kepada http://pediatrics.aappublicatio
ibu tentang cara pencegahan ns.org/content/114/1/297.
atau meminimalisir kejadian Diakses 26 Maret 2012
ikterik pada bayi baru lahir.
2. Bagi masyarakat Bhutani, V. 2011. ―Phototherapy to
Dapat mencari informasi Prevent Severe Neonatal
berkaitan dengan kejadian ikterik Hyperbilirubinemia in the
pada bayi baru lahir baik melalui Newborn Infant 35 or More
tenaga kesehatan, media Weeks of Gestation‖. Journal
maupun teman yang lain yang of the American Academy of
telah memiliki anak, sehingga Pediatrics, Vol. 128, No. 4,
dapat melakukan langkah dan PP e1046 - e1052,
penatalaksanaan bayi baru lahir. http://pediatrics.aappublicatio
3. Bagi Peneliti selanjutnya ns.org/content/128/4/e1046.
Untuk lebih luas dalam cakupan Diakses 26 Maret 2012
faktor yang mempengaruhi
derajat ikterik pada bayi selain Grohmanna, K., Roser, M., Rolinski,
faktor fototetapi dan B., Kadow, I., Müller, C.,
menggunakan jumlah sampel Goerlach-Graw, A.,
yang lebih banyak untuk hasil Nauck,M., Küster, H. 2006.
yang lebih baik. “Bilirubin Measurement for
Neonates: Comparison of 9
Frequently Used Methods”.
Journal of the American
Academy of Pediatrics, Vol.
117, No.4, PP 1174 — 1183
http://pediatrics.aappublicatio
ns.org/content/117/4/1174.
Diakses 26 Maret 2012

Hindryawati, Wiwin. 2011. Media


Sehat ( PPNI ). Edisi 35.,
Semarang : Arfmedia Grup

Judarwanto, Widodo. 2012.


Penanganan Terkini
Hiperbilirubinemia atau
Penyakit Kuning Pada Bayi
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 18
( Dahru Bunyaniah )

Baru Lahir. http://pediatrics.aappublicatio


http://childrengrowup.wordpre ns.org/content/121/1/e170.
ss.com/2012/05/07/. Jakarta : Diakses tanggal 26 Maret
Children Grow Up Clinic., 2012
Diakses 24 September 2012.
Lasmani, Patricia S. 2000. Faktor
KEMENKES. 2011. Pedoman Teknis Resiko Hiperbilirubinemia
Pemberian Injeksi Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir dengan
Profilaksis Pada Bayi Baru Berat Badan Lahir Cukup di
Lahir. RSUP DR. SARDJITO
kesehatananak.depkes.go.id YOGYAKARTA. Skripsi.
diakses 24 September PSIK Universitas Gajah
Mada Yogyakarta.
Komite Medik. 2010. Prosedur Tetap
Perinatal Resiko Tinggi Maisels J., McDonagh, A. 2008.
RSUD Dr. Moewardi “Phototherapy For Neonatal
Surakarta. Tidak Jaundice‖. Journal Nursing
dipublikasikan England Medical. No.358 pp
920 - 928
Kosim, S., Yunanto, A., Dewi, R., http://www.nejm.org/doi/full/1
Sarosa, G., Usman, A. 2012. 0.1056/NEJMct0708376,
Buku Ajar Neonatologi. Edisi Diakses 26 Maret 2012.
1. Cetakan 3., Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia Newman, T., Kuzniewicz, M.,
(IDAI) Liljestrand, P.,Soora Wi,
McCulloch, C., Escobar, G.
Kosim, S., Soetandio, R., 2009. ―Numbers Needed to
Sakundarno, M. 2008. Treat With Phototherapy
―Dampak Lama Fototerapi According to American
Terhadap Penurunan kadar Academy of Pediatrics
Bilirubin Total pada Guidelines‖. Journal of the
Hiperbilirubinemia Neonatal”. American Academy of
Jurnal Sari Pediatrik. Vol. 10. Pediatrics. Vol. 123, No. 5,
No. 3. Hal. 201-6 PP 1352 – 1359
http://saripediatri.idai.or.id/pdf http://pediatrics.aappublicatio
ile/10-3-10.pdf , Diakses ns.org/content/123/5/1352.
tanggal 26 Maret 2012 Diakses tanggal 26 Maret
2012.
Keren, R., Xianqun Luan., Friedman,
S.,Saddlemire, S., Cnaan, A., Pratita, W. 2010. Perbandingan
Bhutani, V. 2008. ―A Efektifitas Jarak Fototerapi
Comparison of Alternative Pada Neonatus Dengan
Risk-Assessment Strategies Hiperbilirubinemia Indirek.
for Predicting Significant Skripsi. Fakultas Ilmu
Neonatal Hyperbilirubinemia Kesehatan. Universitas
in Term and Near-Term Sumatera Utara.
Infants“.Journal of the
American Academy of
Pediatrics, Vol.121, No.1, PP
e170 – e179
Pengaruh Fototerapi Terhadap Derajat Ikterik Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta 19
( Dahru Bunyaniah )

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Watchko, F., J. 2006.‖Neonatal


Acuan Nasional Maternal dan Hyperbilirubinemia — What
Neonatal. Jakarta: JPNKR- Are the Risks?.‖ Journal
POGI Nursing England Medical.
No. 354 PP 1947 - 1949
Rekam Medik. 2011. RSUD Dr. http://www.nejm.org/doi/full/1
Moewardi Surakarta. Tidak 0.1056/NEJMe068053.
dipublikasikan Diakses 26 Maret 2012.

Sastroasmoro, S. 2004. Tata Wong, D.L. 2009. Buku Ajar


laksana ikterus neonatorum, Keperawatan Pediatrik.
www.pediatrik.com, 27 Maret Diterjemahkan oleh Agus S.,
2012 jam 21.00 WIB, 2004. Neti J., Kuncoro., Vol. 1.
Edisi 6. Cetakan 1., Jakarta :
Sudarmanto, B. 2011. Pedoman Penerbit Buku Kedokteran
Pelayanan Medis Ikatan EGC
Dokter Anak Indonesia. Jilid
2. Cetakan 1., Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk


Penelitian. Cetakan 16., *Dahru Bunyaniah : Mahasiswa S1
Bandung : Alfabeta Keperawatan FIK UMS. Jln A Yani
Tromol Post 1 Kartasura
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. **Winarsih Nur Ambarwati
Cetakan 14., Bandung : ,S.Kep.,Ns.,ETN. ,M.Kep :
Alfabeta
Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Triasih, Rina. 2003. Kadar Bilirubin Yani Tromol Post 1 Kartasura.
24 Jam Pertama Sebagai
Faktor prediksi ** Dewi Suryandari, S.Kep.Ns :
Hiperbilirubinemia Pada bayi Dosen Keperawatan FIK UMS. Jln A
Cukup Bulan. Tesis. PPDS Yani Tromol Post 1 Kartasura
Universitas Gajah Mada
Yogyakarta

Uhudiah, Uut. 2003. Pemberian


Terapi Sinar Berdasarkan
Penilaian Klinis Pada
Neonatus Dengan
Hiperbilirubinemia. Makalah
disajikan dalam Kongres
Nasional VIII Perinasia Dan
Simposium Internasional.
Perinasia, Medan, 5 – 8
Oktober.

Anda mungkin juga menyukai