Cidera Ligamen Dan Meniskus
Cidera Ligamen Dan Meniskus
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 DEFENISI
Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang
yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang
mengandung serat kolagen nonextensile sehingga dikenal sebagai jaringan ikat
fibrosa. Berkas serat kolagen sejajar dengan arah kontraksi, sehingga ideal untuk
ligament yang menahan gaya dari satu tulang ke tulang lain pada sebuah sendi.
Sehingga ligament memiliki kekuatan tahanan yang luar biasa. Gambaran
histologi ligament didominasi oleh bundle parallel padat dengan deretan fibroblast
yang tersebar merata.
Isltilah awam cedera ligamen yang paling umum ialah terkilir, dan terjadi
ketika jaringan ikat ini diduga membentang melewati kapasitas normal. Hal ini
sering bercampur dengan regangan, yang ketika otot telah membentang terlalu
3
jauh. Terkilir sering disebabkan oleh gerakan tiba-tiba dan kekerasan atau dengan
teknik peregangan yang tidak tepat. Ketika ligamen rusak lebih parah, dapat robek
atau pecah, mengalami cedera yang lebih serius. Karena ligamen memainkan
peran penting dalam menstabilkan sendi, sehingga sangat rentan terhadap cedera
jika penggunaannya berlebihan atau pegerakan yang tiba-tiba. Banyak atlet
profesional melukai lutut, siku, dan bahu terutama karena tindakan yang diambil
sambil berlari, melompat, melempar , dan lain sebagainya.
2.1.2 ETIOLOGI
robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan
untuk melakukan gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas. Cedera ligamen
biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan pergelangan kaki. Hal ini
dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan otot sehingga mudah
terjadi cedera. Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkan cedera pada
ligamen.
3) Mengangkat badan secara tiba-tiba dari satu kaki ke kaki yang lain
4
5) Berhenti secara tiba-tiba saat berlari
6) Dislokasi
Lutut pada dasarnya adalah sendi engsel yang dapat bergerak secara fleksi,
ekstensi, dan rotasi derajat kecil. Stabilitas pada bagian medial dan lateralnya
dijaga oleh ligamen kolateral medial dan lateral yang kuat, dan stabilitas anterior
dan posteriornya oleh ligamen krusiat anterior dan posterior. Sehingga, ligamen-
ligamen tersebut rentan terhadap cedera parah akibat gaya yang memaksa lutut
bergerak pada posisi yang abnormal atau di luar rentang gerak normalnya. Cedera
seperti ini biasanya terjadi pada olahraga, contohnya sepakbola dan hoki. Ligamen
5
mungkin hanya keseleo (tertarik dengan robekan pada beberapa serat) atau bisa
saja terjadi robekan sebagian atau robekan penuh.
6
Mekanisme cidera
Saat memutar lutut dengan kaki yang ditahan umunya dapat menyebabkan
cidera ligamen karena tekanan tersebut menyebabkan robekan pada ligamen
,namun hal itu dapat dicegah dengan melakukan peregangan da latihan kekuatan
sebelum dan sesudah aktifitas fisik, dan lakukan perubahan aktifitas secara
bertahap.
Pada anak yang berjalan pincang juga bisa disebabkan karena cidera
ligamen dan bisa juga disebabkan dislokasi kongenital. Tindakan perawat pada
pasien yang pincang yaitu : Melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa
penyakit,kaji nyeri dan bentuk ekstremitas,anjurkan untuk merendam kaki yang
nyeri dengan air hangat,anjurkan pasien untuk istirahat,melakukan terapi es untuk
mengurangi rasa sakit,melakukan kompresi menggunakan perban dan
meninggikan anggota tubuh yang terkilir.
7
Ruptur pada ligamen deltoid biasanya berhubungan dengan fraktur pada
ujung distal fibula atau robekan pada ligamen tibiofibula distal (atau
keduanya).Robekan terjadi karena adanya trauma abduksi. Robekan dapat
bersama-sama dengan lepasnya fragmen kecil dari maleolus medialis (avulsi).
Diagnosis dibuat dengan sinar – X : terdapat pelebaran ruang sendi medial pas
foto mortise; kadang-kadang talus miring, dan diastasis sendi tibiofibular dapat
tampak jelas.
- Nyeri, sering mendadak dan berat terutama pada jaringa yang robek.
- Pembengkakan
- Kekakuan
8
2.1.5 TINGKAT CEDERA LIGAMEN
1) Cedera ringan, nyeri ringan, sedikit bengkak, dan mungkin muncul kekakuan
sendi.
1) Nyeri yang sedang sampai nyeri hebat, pembengkakan, dan muncul kekakuan
sendi.
1) Timbul nyeri hebat setelah cidera, yang kemudian diikuti oleh sedikit nyeri
atau tanpa nyeri akibat kerusakan total dari serabut saraf.
9
2) Pembengkakan yang besar dan sendi menjadi kaku selama beberapa jam
setelah cidera.
7) Masa recovery selama 4 bulan Sementara itu. kronik cedera ligamen dapat
terjadi pada penderita atau olahragawan yang mengalami overstretch (injury)
ringan dan terjadi berulang kali tanpa mendapatkan pengobatan yang adequat.
Cedera ini sering menjadi kronik cedera karena pasien tidak begitu
memperhatikan cedera yang dialaminya sehingga tidak diobati atau
mendapatkan pengobatan yang tidak adequat. Pada kronik cedera ligamen,
nyeri yang dirasakan adalah dull aching (sakit tumpul), bersifat intermitten
atau kadang-kadang konstan, nyeri cenderung meningkat jika melakukan
aktivitas atau olahraga yang melibatkan lutut.
10
2) Pemeriksaan Radiologi
3) Pemeriksaan Artroskopi
Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi
tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat diagnosis dan
menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi
adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada
sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya
robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga.
4) Terapi
a. Robekan Sebagian
Serat yang utuh membebat serat yang robek dan akan terjadi
penyembuhan spontan. Perlekatan akan membahayakan, maka latihan aktif akan
dilakukan sejak awal, dibantu dengan aspirasi efusi yang tegang, aplikasi kompres
es pada lutut dan, kadang-kadang, injeksi anestesi lokal ke daerah yang nyeri.
Pembebanan diperbolehkan tetapi lutut dilindungi dari rotasi atas strain angulasi
dengan pembalutan berbantalan atau bebat posterior. Gips yang lengkap tidak
diperlukan dan merugikan; ini menghambat gerakan dan mencegah penilaian
ulang setiap minggu – suatu peringatan penting kalau kesalahan ingin dihindari.
Dengan program latihan itu, pasien biasanya dapat kembali berlatih olah raga
setelah 6-8 minggu.
b. Robekan Lengkap
11
hasilnya tak menentu. Lebih bijaksana bila dilakukan operasi dan merupakan
kesempatan terbaik untuk menghindari ketidakstabilan di masa mendatang.
Prinsip pedomannya adalah :
1. Melakukan operasi dini (lebih awal lebih baik dan harus dalam 14 hari)
Pasca operasi tungkai diimobilisasi dalam gips panjang dengan posisi lutut
fleksi 40 derajat (kaki harus berotasi ke medial terutama kalau struktur medial
12
terlibat, berotasi ke lateral bila terjadi kerusakan lateral). Gips ini biasanya dapat
diganti dengan gips penyangga berengsel setelah 3-4 minggu. Pembebanan bebas
tidak diperbolehkan hingga 8 minggu setelah perbaikan ligamen. Latihan
penguatan otot secara aktif diperlukan dan harus dilanjutkan sekurang-kurangnya
6 bulan.
5) Terapi Non-Operasi
Kalau pasien bukan atlet atau tidak lagi muda (atau jika diagnosa
meragukan), terapi non-operasi mungkin lebih baik. Tentu saja, robekan
ligamentum kolateral medial (yakni, bila lutut stabil dalam ekstensi penuh) dapat
diterapi secara efektif tanpa operasi. Tungkai demobilisasi dalam gips selama 6-8
minggu; selama waktu itu pasien diperbolehkan menahan beban dengan keruk
penopang. Hasilnya, meskipun hasilnya tidak sebaik hasil setelah operasi dengan
keahlian dan teknik yang modern, namun dapat diterima. Ketidakstabilan yang
tersisa dapat ditangani kemudian, kalau perlu dengan pembedahan rekonstruksi.
2.1.7 KOMPLIKASI
13
cedera abduksi diikuti dengan perkapuran dekat perlekatan bagian atas pada
ligamen medial (penyakit Pallegrini-Stieda).
2.2.1 DEFENISI
FUNGSI MENISKUS :
14
- Meniskus akan mendistribusikan beban yang di terima oleh sendi lutut.
Gejala yang timbul sering dianggap sebagai 'keseleo' biasa karena pasien
masih bisa jalan. Namun keadaan akan menjadi buruk karena akan timbul gejala
nyeri di sendi yang makin hebat sehingga
15
2.2.4 PENATALAKSANAAN CEDERA MENISKUS :
Terdapat 3 macam pilihan ketika seorang atlet cedera meniskus :
1. Rehabilitasi non-operatif
2. Pembedahan dengan cara membersihkan atau menghilangkan meniskus yang
robek
3. Pembedahan dengan cara menjahit meniskus yang robek.
- MRI
- RONTGEN
16
- CT SCAN
2.3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat Kesehatan
Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola
konseptual Gordon yang dikemukakan oleh Doengoes (2000) dan Carpenito
(2001).
a) Persepsi kesehatan
17
Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit apa
yang akan dilakukan, pengobatan apa yang akan diberikan.
Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status
nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien selama 24 jam, dan kaji
turgor kulit serta observasi adanya oedema anasarka.
c) Pola eliminasi
Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi
perubahan pola berkemih seperti peningkatan frekuensi, proteinuria.
d) Pola aktivitas
Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda
kelelahan,
Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal
diri, konsep diri.
Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klien satu ruang, dan
perawat.
i) Pola seksualitas
18
Kaji kebutuhan seksual klien
k) Pola spiritual
Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami
bahwa penyakitnya adalah ujian dari Tuhan.
4. Pemeriksaan fisik
19
2. 3. 3 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Kriteria Hasil:
Intervensi:
Kriteria Hasil:
20
Intervensi:
Intervensi:
21
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan
pembentukan trombus.
Kriteria Hasil:
Intervensi :
a. Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari
fraktur..
b. Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/fungsi sensorik.
c. Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.
d. Monitor posisi/lokasi ring penyangga bidai.
e. Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit
dingin, perubahan mental.
f. Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak
kontraindikasi dengan adanya compartemen syndrome.
Kriteria Hasil:
22
Intervensi:
6.1 Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.
6.2 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan
terapis fisik bila diindikasikan.
6.3 Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri
dan yang memerlukan bantuan.
6.4 Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di
bawah fraktur.
6.5 Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
BAB III
KASUS
23
tertekan ke tanah sehinga menyebabkan daerah disekitar sendi lutut luka dan
bengkak . Klien mengatakan sulit berjalan, dan beraktivitas seperti biasa . Dari
hasil pemeriksaan didapatkan daerah sendi lutut pasien kaku dan tidak bisa
digerakkan. Pasien juga terlihat memegang lututnya dan berjalan pincang saat
dibawa kerumah sakit. Pasien terlihat cemas dengan kondisinya saat ini dan
bertanya apakah kondisinya parah dan apakah dia masih bisa bermain bola lagi.
3.1 PENGKAJIAN
Nama : Tn. A
Umur : 25 tahun
Alamat : -
Tanggal MRS : -
Keluhan Utama : nyeri pada sendi lutut
Analisa Data
DATA MK ETIOLOGI
24
apakah dia masih bisa bermain bola Kurang pengetahuan tentang
lagi penyakit
DO : Pasien terlihat cemas dengan
kondisinya saat ini
Kriteria Hasil:
Intervensi:
25
e. Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
f. Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi
progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan
terapeutik.
g. Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai
indikasi.
h. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Kriteria Hasil:
Intervensi:
26
K. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
Kriteria Hasil:
Intervensi:
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
28
DAFTAR PUSTAKA
29