Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kaki merupakan salah satu bagian tubuh terpenting. Kaki merupakan
penopang berat badan dan beban yang paling besar baik saat berdiri, berjalan,
ataupun saat berlari, dan menjadi alat transportasi yang penting dalan aktifitas
sehari-hari. Apabila terdapat suatu gangguan atau kelainan pada kaki, maka
aktivitas sehari-hari akan terhambat. Terhambatnya aktivitas ini sering
dikarenakan oleh rasa nyeri pada tumit yang datang secara tiba-tiba.
Salah satu gangguan yang relatif sering terjadi pada kaki adalah calcaneus spur dan
plantar fasciitis. Calcaneus spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak semestinya)
di daerah tubercalcanues, yang bentuknya seperti jalu ayam. Plantar fascitis adalah peradangan
fasia plantaris dan otot-otot fleksor pendek kaki di perlekatannya pada calcaneus. Calcaneus
spur sendiri bisa simtomatik dan asimtomatik, jadi yang menyebabkan nyeri bukan dari spur
tapi karena adanyaplantar fasciitis setempat.
Kondisi calcaneus spur di Amerika Serikat mencapai 11% dari populasi,
tetapi calcaneus spur tidak selau disebabkan oleh terjadinya fasitis plantaris.
Gejala yang timbul pada satu kaki biasanya terjadi 20-30% pasien dengan pasitis
plantaris. Calcaneus spur sering terjadi pada usia pertengahan dan pemuda atau
atlit 40% pada laki-laki.
Calcaneus spur dan plantar fasciitis adalah dua hal yang berbeda tetapi merupakan satu
kesatuan sebab akibat yang saling berhubungan. Calcaneus spur terjadi pada lebih dari 50%
orang berusia diatas 50 tahun, dengan atau tanpa keluhan nyeri. Mayoritas penderita calcaneus
spur yang disertai keluhan nyeri (atau terjadi plantarfasciitis) adalah pada wanita, terutama yang
berusia 40-60 tahun. Sementara itu, lebih dari 50% pasien plantar fasciitis mempunyai
calcaneus spur.
Keluhan utama akibat calcaneus spur adalah nyeri yang hebat pada waktu permulaan
berdiri dan berjalan terutama pada pagi hari setelah bangun tidur atau istirahat/duduk lama, yang
kemudian akan berkurang setelah berjalan beberapa langkah.
2

Penanganan calcaneus spur terdiri dari operatif dan non operatif. Pada non
operatif dilakukan dengan manipulasi biomechanical untuk kesalahan melangkah,
lokal injeksi steroid dan peranan fisioterapi adalah mengurangi nyeri dengan
menggunakan manual dan modalitas terapi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari calcaneal spur?
2. Apa yang menjadi penyebab/etiologi dari calcaneal spur?
3. Bagaimana patogenesa dari calcaneal spur?
4. Bagaimana penegakan diagnosa dari calcaneal spur?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada calcaneal spur?
6. Apa saja program rehabilitasi medik yang dapat dikerjakan?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari calcaneal spur.
2. Mengetahui penyebab/etiologi dari calcaneal spur.
3. Mengetahui patogenesa dari calcaneal spur.
4. Mengetahui penegakan diagnosa dari calcaneal spur.
5. Mengetahui penatalaksanaan pada calcaneal spur.
6. Mengetahui program rehabilitasi medik pada calcaneal spur.

1.4. Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang calcaneal spur dengan
lebih memfokuskan pada penatalaksanaan dibidang rehabilitasi medik.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi
1) Struktur Tulang
Kaki adalah suatu kesatuan unit yang kompleks dan terdiri dari 26 buah
tulang yang dapat menyangga berat badan secara penuh saat berdiri dan
mampu memindahkan tubuh pada semua keadaan tempat berpijak. Ke-26
tulang itu terdiri dari: 14 falang, 5 metatarsal dan 7 tarsal. Kaki dapat
dibagi menjadi 3 segmen fungsional.
a) Hindfoot (segmen posterior)
Bagian ini terletak langsung dibawah os tibia dan berfungsi sebagai
penyangganya. Terdiri dari:
 Talus yang terletak di apeks kaki dan merupakan bagian
dari sendi pergelangan kaki
 Calcaneus yang terletak dibagian belakang dan kontak
dengan tanah
b) Midfoot (segmen tengah)
Terdiri dari 5 tulang tarsal yaitu:
 3 cuneiforme : medial, intermedium dan lateral
 Cuboid
 Navikulare
Ke-5 tulang tersebut membentuk persegi empat ireguler dengan
dasar medial dan apeks lateral. 3 cuneiforme dan bagian anterior
cuboid serta naviculare dan bagian belakang tulang cuboid
membentuk suatu garis.
c) Forefoot (segmen anterior)
Bagian ini terdiri dari:
 5 metatarsal : I, II, III, IV, V
 14 falang. Dimana ibu jari kaki mempunyai 2 falang
sedangkan setiap jari lainnya 3 falang
4

Gambar 1. Anatomi Pedis Tampak Anterior

Gambar 2. Anatomi Pedis Tampak Lateral

2) Sendi dan Ligamen


Tulang-tulang tersebut diatas membentuk persendian-persendian sebagai
berikut:
a. Artikulatio talocruralis
Merupakan sendi antara tibia dan fibula dengan trachlea talus.
Sendi ini distabilkan oleh ligamen-ligamen:
 Sisi medial
Lig. Deltoid yang terdiri dari:
 Lig. tibionavikularis
 Lig. calcaneotibialis
 Lig. talotibialis anterior dan posterior

Gambar 3. Ligamen Sisi Medial


 Sisi lateral:
 Lig. talofibularis anterior dan posterior
 Lig. calcaneofibularis
Gerak sendi ini:  Plantar fleksi
5

 Dorsofleksi
 Sedikit abduksi dan adduksi pergelangan kaki

Gambar 4. Ligamen Sisi Lateral


b. Artikulatio talotarsalis
Terdiri dari 2 buah sendi yang terpisah akan tetapi secara fisiologi
keduanya merupakan 1 kesatuan, yaitu:
 Bagian belakang :
Artikulatio talocalcanearis/subtalar
Ligamen yang memperkuat adalah :
 Lig. talocalcanearis anterior
 Lig. talocalcanearis posterior
 Lig. talocalcanearis medial
 Lig. talocalcanearis lateral
 Bagian depan :
Artikulatio talocalcaneonavicularis
Ligamen yang memperkuat adalah :
 Lig. tibionavikularis
 Lig. Calcaneonaviculare plantaris
 Lig. Bifurcatum : pars calcaneonavicularis (medial) dan
pars calcaneocuboid (lateral) berbentuk huruf V
Gerak sendi ini:  Inversi pergelangan kaki
 Eversi pergelangan kaki

c. Articulatio tarsotransversa (CHOPART)


6

Disebut juga sendi midtarsal atau ‘surgeon’s tarsal joint’ yang sering
menjadi tempat amputasi kaki
Terdiri dari 2 sendi, yaitu:
 Articulatio talonavicularis
 Articulatio calcaneocuboid, yang diperkuat oleh:
 Pars calcaneocuboid lig. bifurcati di medial
 Lig. calcaneocuboid dorsalis di sebelah dorsal
 Lig. calcaneocuboid di sebelah plantar
Gerak sendi ini :  Rotasi kaki sekeliling aksis
 Memperluas inversi dan eversi art. Talotarsalis

d. Artikulatio tarsometatarsal (LISFRANC)


Adalah sendi diantara basis os metatarsal I-V dengan permukaan sendi
distal pada os cuneiformis I-III
Rongga sendi ada 3 buah, yaitu:
 Diantara os metatarsal I dan cuneoformis I
 Diantara os metatarsal II dan III dengan cuneiformis II dan III
 Diantara os metatarsal IV dan V dengan cuboid
Ligamentum pengikatnya adalah:
 Ligg. Tarsi plantaris
 Ligg. Tarsi dorsalis
 Ligg. Basium os metatarsal dorsalis, interosea dan
plantaris
e. Articulatio metacarpofalangeal
Ligamen pengikatnya adalah : lig. collateralia pada kedua sisi tiap sendi
Gerak sendi ini:  Fleksi-ekstensi sendi metacarpal
 Abduksi-adduksi sendi metacarpal

f. Artculatio interfalangeal
Ligamen pengikat: lig. colateral di sebelah plantar pedis
Gerak sendi ini:  Fleksi-ekstensi interfalang
 Abduksi-adduksi interfalang
7

Gambar 5. Sendi-sendi pada Pedis


3) Otot
Otot-otot penggerak kaki dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Otot-otot ekstrinsik
Adalah otot-otot yang berorigo dan bekerja di luar kaki. Otot-otot
tersebut adalah otot-otot tungkai bawah, yaitu:
 M. gastrocnemius
Otot ini berorigo pada condylus femoralis medialis dan lateralis
dan berakhir sebagai tendon Achilles yang berinsersi di sisi
posterior calcaneus.
Berfungsi untuk:
 Plantarfleksi
 Bersama dengan soleus, membantu supinasi sendi subtalar
saat segmen anterior kaki menapak di tanah
 M. soleus
Otot ini terletak dibawah gastrocnemius dan berorigo pada tibia
dan fibula bagian atas, dibawah sendi lutut. Berakhir sebagai
bagian dalam tendo Achilles.
Berfungsi untuk : plantarfleksi
Otot ekstrinsik yang lain dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
 Kelompok lateral terdiri dari :
M. peroneus longus dan brevis : berorigo pada sisi lateral fibula.
Peroneus brevis berinsersi di basis metatarsal V sedangkan
peroneus longus pada basis metatarsal I dan suneiformis medialis
di permukaan plantar.
Berfungsi untuk: eversi pergelangan kaki.
 Kelompok anterior terdiri dari:
 M. tibialis anterior: berorigo pada sisi lateral tibia dan
berinsersi di cuneiformis medialis dan basis metatarsal I.
8

Berfungsi untuk: inversi pergelangan kaki dan dorsofleksi


pergelangan kaki
 M. ekstensor hallucis longus: berorigo pada permukaan
anterior fibula dan membran interoseus dan berinsersi di
atas falang distal ibu jari kaki.
Berfungsi untuk: ektensi ibu jari kaki dan membantu
dorsofleksi pergelangan kaki
 M. ekstensor digitorum longus: berorigo pada condylus
tibia lateralis dan permukaan anterior fibula dan berakhir
sebagai 4 tendon yang melekat disisi dorsal ke-4 jari-jari
kaki. Di ujung tiap tendon terbagi tiga, 1 berinsersi di atas
falang tengah dan 2 lainnya berinsersi di atas falang distal.
Berfungsi untuk: ekstensi jari-jari kaki dan bersama-sama
dengan m. peroneus tertius, yang merupakan bagian
dari ekstensor digirotum longus membantu dorsofleksi
dan eversi pergelangan kaki.
 Kelompok medial terdiri dari:
 M. tibialis posterior:berorigo pada tibia dan sisi posterior
fibula dan berinsersi di tarsal dan metatarsal medial.
Berfungsi untuk : inversi pergelangan kaki dan
plantarfleksi
 M. fleksor hallucis longus: berorigo pada sisi lateral fibula
dan tibia, berinsersi di falang distal ibu jari kaki.
Berfungsi untuk : fleksi falang distal ibu jari kaki
 M. fleksor digitorum longus: berorigo pada sisi posterior
tibia dan berinsersi di sisi lateral falang distal ke-4 jari
kaki.
Berfungsi untuk : fleksi jari-jari kaki
b. Otot-otot intrinsik
Adalah otot-otot yang berorigo dan berinsersi pada kaki. Otot-otot
tersebut adalah otot-otot kaki. Otot-otot ini tidak dapat diperiksa
secara individual dan untuk detailnya, dapat merujuk ke buku-buku
anatomi. Yang termasuk otot-otot intrinsik yaitu :

 Lapis I
 M. Abduktor digiti kuinti
 M. abduktor hallucis
9

 M. Fleksor digitorum brevis


 Lapis II
 M. Kuadratus plantaris
 Mm. Lumbricales
 Lapis III
 M. Adduktor hallucis kaput transversal dan oblik
 M. Fleksor hallucis brevis
 M. Fleksor digiti kuinti brevis
 Lapis IV
 Mm. Interosseus plantaris dan dorsalis

Gambar 6. Otot Pedis Tampak Superfisial dan Intermediet

Gambar 7. Otot Pedis Tampak Bagian Dalam


4) Fascia
Fascia plantaris merupakan sebuah ligamentous/jaringan ikat yang
kuat yang yang menghubungakan dua tulang di bawah kaki yang
membentuk lengkungan (arkus), melekat atau berorigo pada bagian medial
tubercalcaneum dan menyebar ke anterior dan bergabung atau berinsersio
10

dengan ligamen-ligamen dari sendi metatarsophalangeal I-V. Fascia


plantaris memiliki dua fungsi, yaitu fungsi statis arkus longitudinal medial
dan secara dinamis mengembalikan arcus dan membantu
mengkonfigurasikan kaki saat berjalan.

Gambar 8. Fascia Plantaris


Fungsi utama dari fascia plantaris adalah untuk menstabilkan arcus
longitudinal pada kaki, yang bekerja seperti pegas. Untuk menahan
tekanan ke dasar/landasan tumit dan telapak kaki berikut jari-jari kaki,
dilengkapi dengan jaringan-jaringan lunak yang merupakan bantalan
penahan beban yang menekan pada landasan berupa bursa subcalcaneus
dan heel pad dari jaringan lemak yang tebal.
Secara normal, beban tubuh sewaktu berdiri jatuh lurus ke talus
dan kemudian dibagi ke calcaneus, ke anterior medial dan ke anterior
lateral, sehingga terlihat cetakan kaki dimana sisi medial tidak terlihat.
Bila diumpamakan berat yang membebani talus adalah 6 kg makan beban
yang jatuh ke calcaneus 3 kg, ke anterior media 2 kg, dan ke anterior
lateral 1 kg.
Pada kondisi tertentu dimana beban dari tibia ke talus
menyebabkan talus cenderung bergeser ke anterior dan ke medial di atas
calcaneus, maka calcaneus akan terputar ke posterior dan ke lateral atau
tidak pada posisinya. Keadaan ini membuat arcus longitudinal akan
memanjang sehingga fascia plantaris akan bertambah tegang. Hal ini
11

membuat tarikan di periosteum juga meningkat. Dengan adanya rotasi


calcaneus ke posterior, naviculare akan turun oleh tarikan ligamen
calcaneonaviculare. Dengan adanya tarikan calcaneus ke lateral (calcaneus
valgus) pada awalnya akan mengakibatkan terjadi peregangan pada
ligamen colateral medial, apabila keadaan ini berlanjut akan
mengakibatkan pula peregangan pada ligamen talocalcaneal. Ketegangan
pada tendon Achilles turut memberikan tekanan pada fascia plantaris dan
ini sering dihubungkan dengan nyeri tumit.

2.2. Definisi
Secara harafiah calcaneal spur artinya, bagian tulang yang mengeras
menjadi taji. Jadi calcaneus spur adalah pembentukan tulang kecil seperti taji di
tumit. Calcaneal spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak
semestinya) di daerah tuber calcaneus, yang bentuknya seperti jalu ayam.

2.3. Etiologi
Penyebab calcaneal spur :
 Gerakan yang abnormal pada sendi dari waktu ke waktu dapat
menyebabkan spur.
 Ketegangan yang berlebihan pada fascia palntaris tulang calcaneus dapat
menyebabkan spur (seperti dalam kasus plantar fasciitis, plantar fasia
menjadi meradang karena stres yang berlebihan dan dapat menyebabkan
calcaneal spur). Peregangan fasia plantar sering terjadi karena over-
pronasi (flat foot), tetapi orang-orang dengan lengkungan yang sangat
tinggi juga dapat menyebabkan calcaneal spur.
 Trauma, baik yang parah dan berulang (every day wear and tear), dapat
menyebabkan calcaneal spur.
 Penyakit seperti osteomielitis dan Charcot foot bisa menyebabkan
calcaneal spur.
 Arthritis dan infalamasi yang luas dapat menyebabkan calcaneal spur.

Faktor resiko calcaneal spur :


 Orang yang overweight atau obesitas
 Orang tua
12

 Wanita
 Pemakain sepatu yang tidak tepat

2.4. Patogenesis
Patofisiologi calcaneal spur masih belum begitu jelas. Beberapa hipotesis
menjelaskan terjadinya calcaneal spur. Longitudinal traction hypothesis
menyebutkan bahwa adanya traksi yang berulang-ulang pada insersi fascia
plantaris di tulang kalkaneus menyebabkan terjadinya inflamasi dan osifikasi
reaktif. Bukti yang mendukung hipotesis ini berdasarkan penelitian yang
menyebutkan bahwa ketegangan fascia plantaris akan meningkat jika
kelengkungan telapak kaki bagian medial rendah (flat foot), hal ini akan
menyebabkan nyeri pada tumit (heel pain). Namun validitas dari hipotesis ini
masih dipertanyakan, karena beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa : 1.)
sebagian besar spur berada pada bagian dalam fascia plantaris (khususnya pada
insersi m. fleksor digitorum brevis, m. quadratus plantar, dan m. abduktor
hallucis, juga berada di dalam fibrokartilago dan jaringan ikat longgar), 2.)
analisis histologis pada plantar fascia yang dieksisi tidak menujukkan adanya
tanda-tanda inflamasi, 3.) trabekula tulang dari spur tidak sejajar dengan arah dari
traksi fascia plantaris, 4.) spur yang telah dieksisi dapat terjadi kembali pada
pasien yang fascia plantarisnya telah dilepas dengan operasi.
Adanya penguluran yang berulang-ulang dari fasia plantaris atau
aponeurosis akan menyebabkan kerobekan mikroskopis jaringan yang disertai
tarikan periosteum dari tulang (calcaneus), sehingga daerah subperiosteum akan
bertambah lebar. Kemudian terjadi peradangan subperiosteum yang juga
menyebabkan nyeri. Setelah itu akan terjadi pembentukan jaringan fibrous yang
akan memicu penumpukan kalsium di subperiosteum, dan selanjutnya terbentuk
spur. Pada pemulaannya, nyeri kemungkinan disebabkan oleh peradangan dari
jaringan tendofascioperoeosteal, pada stadium lanjut nyeri disebabkan oleh spur
yang memicu peradangan tendofascio plantaris
Hipotesis lain diajukan oleh Kumai dan Benjamin, yang disebut vertical
compression hypothesis. Hipotesis ini menyebutkan bahwa calcaneal spur dapat
terjadi akibat kompresi yang berulang-ulang dibanding akibat suatu traksi.
Calcaneal spur adalah suatu jaringan fibrokartilago yang tumbuh berlebihan
13

akibat stress fraktur pada kalkaneus, dengan tujuan melindungi kalkaneus dari
suatu retakan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang menujukkan bahwa
calcaneal spur lebih sering terjadi pada orang yang obesitas dan pada orang yang
mengalami penurunan elastisitas lapisan lemak di telapak kaki, contohnya pada
orang tua. Selain itu, analisis histologis juga menujukkan bahwa trabekula dari
spur mengarah secara vertical, membuktikan bahwa adanya stres yang
menyebabkan terjadinya spur berasal dari beban yang vertikal.

2.5. Gejala Klinis


Pasien dengan calcaneal spur belum tentu merasa bermasalah dengan
kakinya. Bahkan sangat mungkin tidak merasakan keluhan apapun meski sudah
terbentuk spur di tulang tumitnya. Adapun gejala yang sering timbul adalah nyeri
di tumit sewaktu bangun pagi atau sesudah duduk. Menapakkan kaki pertama kali
setelah bangun tidur yang seringkali membangkitkan nyeri tumitnya. Hal ini
merupakan pertanda khas pada kasus calcaneal spur.
Pada beberapa kasus, keluhan nyeri juga sering muncul setelah duduk atau berbaring
lama. Keluhan juga bisa muncul setelah kaki menapak ke lantai lagi setelah lama
tidak menapak. Seiring berjalannya waktu, rasa sakit ini bisa reda pada siang hari.
Intensitas rasa sakit bervariasi, bisa ringan sampai berat. Rasa nyeri ini tentu saja
sangat berpengaruh terhadap kehidupan penderitanya. Selain tidak leluasa
melakukan aktifitas, gerakan tubuh pun jadi terbatas karena calcaneal spur.
Keluhan lain juga berupa kaki terasa lelah dan tidak nyaman, kadang berjalan
dengan pincang. Pada beberapa kasus timbul nyeri pada daerah betis dan terjadi
kram. Karena seringkali muncul tanpa gejala, para penderita tidak tahu jika
dirinya terkena penyakit ini.

2.6. Penegakan Diagnosis


Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan pada perlekatan fasia plantaris yaitu di
tuber calcaneus sisi antero-medial. Nyeri terjadi pada perlekatan fasia plantaris dan akan
bertambah bila jari kaki digerakkan pasif ke arah dorsi fleksi. Nyeri juga bertambah jika
kaki atau ibu jari pada posisi fleksi atau ekstensi.
14

Gambar 9. Nyeri Tekan pada Tumit

Cara untuk mendeteksi kondisi ini dengan melakukan pemeriksaan foto rontgen pada
pedis secara AP dan lateral. Hasil pemeriksaan akan tampak jelas pada foto lateral.
Hasil foto menunjukkan seberapa besar spur yang sudah tumbuh. Akan
tetapi, besarnya spur yang tumbuh tidak ada hubungannya dengan nyeri.
Misalnya, spur di kaki kiri lebih besar daripada kaki kanan. Tapi, kaki kanan lebih
terasa nyeri dibanding kaki kiri.

Gambar 10. Gambaran Foto Rontgen Pedis Lateral, A : tulang kalkaneus


normal, B : terdapat plantar calcaneal spur

Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengevaluasi adanya perubahan pada


fascia plantaris dan untuk mengidentifikasi adanya inflamsi pada bursa.
15

Gambar 11. Hasil USG dapat Mendeteksi Abnormalitas pada


Plantar Fascia dan Bursa

2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan calcaneal spur sama seperti pengobatan plantar fasciitis.
Karena penyebabnya berhubungan, maka pengobatannya sama. Langkah pertama
dalam pengobatan adalah mengistirahatkan tumit dalam jangka pendek dan
mengontrol peradangan. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengobati gejala plantar fasciitis dan calcaneal spur :
1. Istirahat
Langkah pengobatan pertama adalah menghindari kegiatan yang
memperburuk gejala. Misalnya, tidak melakukan joging atau berdiri terlalu
lama untuk sementara agar mengistirahatkan tumit yang sakit. Hanya
dengan beristirahat biasanya dapat membantu menghilangkan rasa sakit
yang parah dan tidak memperberat proses inflamasi.
2. Obat-obatan
a) NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drugs) yang dapat digunakan
antara lain adalah Ibuprofen. Ibuprofen berfungsi untuk menghambat
reaksi peradangan dan nyeri dengan menurunkan sintesa prostaglandin
digunakan sebagai anti inflamasi dan analgesik, diberikan per oral.
Pengobatan ini merupakan cara yang paling baik dan aman. Contoh lain
obat golongan ini adalah aspirin. Aspirin berfungsi untuk menurunkan
respon peradangan dan efek sistemik yang mengawali terjadinya
peradangan selanjutnya.
b) Injeksi 25 mg Cortison acetat (IV)
Injeksi 25 mg cortison acetat (IV) dilakukan pada insersio paponeurosis
plantaris pada tulang calcaneus atau tepat pada samping tubulus medial
16

tulang calcaneus. Injeksi yang terlalu banyak dapat melemahkan serta


merusak plantar fascia serta menyusutkan bantalan lemak di sekeliling
tumit. Injeksi kortikosteroid diindikasikan jika dengan pengobatan oral
selama 3 bulan tidak mengalami perbaikan.
c) Methylprednisolon topical
Methylprednisolon topical berfungsi untuk menurunkan peradangan
dengan menekan migrasi dari sel PMN dan menurunkan permeabilitas
kapiler.
3. Fisioterapi
a) Terapi dingin
Kompres es akan membantu mengurangi beberapa gejala dan
mengontrol nyeri pada tumit. Hal ini berguna pada kondisi nyeri dan
spasme yang akut dan tidak dianjurkan untuk terapi jangka panjang.
b) Terapi Panas
Terapi panas ini diberikan melalui Ultrasound massage atau Short
Wave Diathermy selama 2-3 minggu tergantung pada beratnya nyeri.
Terapi panas membantu untuk meringankan nyeri dan spasme otot.
c) TENS (Transcutaneous electrical nerve stimulation)
TENS adalah bentuk lain dari terapi panas yang berguna pada kondisi
nyeri yang akut.
d) Infra Merah
Terapi ini lebih rendah daripada terapi panas yang disebutkan di atas.
Infra merah hanya memanaskan struktur yang superfisial seperti kulit
dan jaringan subkutan. Pasien dapat melakukan sendiri di rumah.
e) ESWT (Extracorporeal Shock Wave Therapy)
ESWT adalah terapi gelombang kejut yang diarahkan ke lokasi rasa
sakit untuk merangsang peredaran darah sehingga terjadi perbaikan
jaringan, menghilangkan peradangan, dan menghilangkan nyeri
sehingga pasien bisa beraktivitas lagi.
17

Gambar 12. ESWT pada tumit


f) Masase
Masase yang regular dan ritmis pada tumit yang sakit dengan
menggunakan salep anti nyeri (topikal) dapat menstimulasi relaksasi
otot-otot dan menghilangkan nyeri. Selama masase kekuatan yang
digunakan tidak boleh terlalu kuat. Masase dilakukan selama 15 menit.
Setelah selesai masase, kaki direndam di air hangat selama 10-15 menit.
Kemudian kaki di letakkan pada lantai selama beberapa menit.
Selanjutnya mulai melangkah secara perlahan.

Gambar 13. Teknik Masase Kaki


4. Latihan dan peregangan
a) Latihan Wall Stretches
Latihan ini dilakukan untuk merenggangkan otot gastrocnemius dan
otot hamstring. Latihan dilakukan dengan cara posisi tubuh menghadap
ke dinding, berdiri sekitar dua sampai tiga kaki dari tembok, kemudian
lakukan dorongan dengan tangan pada tembok. Dengan kaki yang sakit
di belakang dan kaki lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki
yang depan sebagai tumpuan, sementara meregangkan kaki yang
belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai. Posisi
ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi
setidaknya 10 kali dan lakukan selama 3 kali sehari.
18

Gambar 14. Latihan Wall Stretches


Metode lain yang dapat digunakan untuk merenggangkan otot
gastrocnemius dan otot hamstring dengan stetching exercise berikut :

Gambar 15. Stretching exercise untuk otot gastrocnemius dan otot


hamstring.
b) Latihan Peregangan dengan Counter Top
Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki
terpisah dengan satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut
sampai dalam posisi jongkok dan tahan. Posisi tumit ditahan dilantai
selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan posisi
ini selama 10 detik. Setelah 10 detik kaki rileks, kemudian luruskan
kembali, ulangi sampai 20 kali.
19

Gambar 16. Latihan Peregangan dengan Counter Top

c) Latihan Rolling the foot


Latihan dilakukan dengan cara memutar sebuah bola atau kaleng bekas
yang diletakkan di telapak kaki ke arah depan dan belakang. Latihan ini
dapat membantu masase tumit yang nyeri dan kekakuan kaki.

Gambar 17. Latihan Rolling the foot


d) Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage
Latihan ini dilakukan sebelum pasien turun dari tempat tidur, baik saat
bangun tidur atau setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat
tidur plantar fascia semakin mengencang.

Gambar 18. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage


e) Latihan mobilisasi
Latihan dilakukan dengan menggerakkan seluruh sendi pada kaki dan
pergelangan kaki secara aktif selama 5 menit. Hal ini akan
meningkatkan ROM dari sendi kaki.
20

Gambar 19. Latihan mobilisasi


5. Alat bantu
1. Heel pad dan heel cup
Heel pad adalah sol yang diletakkan di dalam sandal atau sepatu. Heel
pad berupa bantalan untuk tumit sepatu yang bentuknya mirip donat
dengan lubang ditengahnya. Fungsi heel pad berguna untuk menyerap
goncangan yang terjadi selama berjalan. Selain itu juga mengurangi
tekanan pada tumit, sehingga mengurangi nyeri. Heel cup memiliki
bentuk yang sedikit berbeda, dengan bagian posterior yang lebih tinggi
dan bagian tengahnya tidak berlubang, namun mebih lunak.

Gambar 20. Heel Pad (kiri) dan Heel Cup (kanan)


2. Arch support
Pasien dengan kaki yang datar secara teori memiliki kemampuan untuk
mengabsorbsi tekanan dari kaki. Untuk memperbaiki hal ini dapat
dibantu dengan Arch support yang berfungsi untuk mengurangi tekanan
pada kaki dan mengontrol biomekanik dari kaki.
21

Gambar 21. Arch Support

3. Night splints (Bidai malam)


Night splints dirancang untuk menjaga telapak kaki seseorang dalam
posisi netral sepanjang malam. Kebanyakan individu biasanya tidur
dengan telapak kaki dalam posisi flexi, sebuah posisi yang menyebabkan
plantar fascia dalam posisi yang memendek. Penggunaan Night
dorsiflexion splint (bidai dorsoflixi malam) memungkinkan peregangan
pasif dari betis dan plantar fascia selama tidur. Peregangan yang terjadi
dapat memungkinkan untuk penyembuhan karena saat itu plantar fascia
dalam posisi dipanjangkan, sehingga terjadi pengurangan tegangan saat
melangkah pertama di pagi hari.

Gambar 22. Night splints (Bidai malam)


6. Tindakan operasi
Jika pengobatan konservatif tidak dapat mengurangi rasa sakit di tumit,
operasi mungkin diperlukan. Prosedur yang paling umum endoscopic
plantar fascia release, yang mampu mengurangi ketegangan struktur di
sekitar tumit. Setelah tulang kalkaneus bebas dari fascia plantaris, maka
spur dapat di-remove.
7. Intervensi dan edukasi
22

a) Berolah raga yang mengurangi beban pada tumit contohnya berenang.


b) Diet dan menurunkan berat badan pada penderita obesitas atau
kegemukan.
c) Melakukan latihan peregangan otot setiap hari akan meningkatkan
fleksibelitas plantar fascia, otot achilles dan otot betis. Beberapa
latihan peregangan diantaranya adalah :
 Membersihkan jari-jari kaki dengan handuk
 Meregangkan jari-jari kaki dengan bantuan jari tangan
 Meregangkan betis dan tumit pada lantai
d) Setelah bangun tidur pagi hari hendaknya duduk dengan rileks dengan
kaki ditaruh di lantai
e) Memakai sepatu bertumit rendah antara 2,5-5 cm. Kokoh dan
mendukung bagian tengah dan telapak kaki, pilih kualitas sepatu yang
baik dan berkualitas untuk berjalan dan berlari.
f) Jangan memberikan beban terlalu berat terhadap kaki
g) Pemberian kompres es pada kaki setelah melakukan aktivitas berat
h) Melakukan pemanasan yang cukup sebelum melakukan olah raga atau
aktivitas yang berat.
23

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
 Calcaneal spur adalah eksostosis (pertumbuhan tulang yang tidak
semestinya) di daerah tuber calcaneus, yang bentuknya seperti jalu
ayam.
 Penyebab calcaneal spur adalah gerakan yang abnormal pada sendi dari
waktu ke waktu dapat menyebabkan spur, ketegangan yang berlebihan
pada fascia plantaris tulang, trauma, penyakit seperti osteomielitis dan
Charcot foot.
 Gejala yang sering timbul adalah nyeri di tumit sewaktu bangun pagi
atau sesudah duduk, Menapakkan kaki pertama kali setelah bangun
tidur yang seringkali membangkitkan nyeri tumitnya, keluhan nyeri juga
sering muncul setelah duduk atau berbaring lama dan setelah kaki menapak ke
lantai lagi setelah lama tidak menapak. Seiring berjalannya waktu, rasa
sakit ini bisa reda pada siang hari.
 Penegakan diagnosis dengan menggunakan foto rontgen pedis AP dan
lateral. Pada posisi lateral calcaneal spur lebih jelas terlihat.
 Penatalaksanaan calcaneal spur meliputi istirahat, medikamentosa,
fisioterapi, latihan dan peregangan, menggunakan alat bantu atau ortesa,
dan tindakan operasi.
24

3.2. Saran
Tindakan non medikamentosa sangat berpengaruh terhadap penanganan
calcaneal spur. Untuk itu, tindakan fisioterapi, latihan dan peregangan, serta
penggunaan alat bantu atau ortesa sangat perlu untuk dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Edmund, M., Kosmahl, PT. 1987. Painful plantar heel, plantar fasciitis,
and calcaneal spur: etiology and treatment. The journal of orthopedic
and sports physical therapy Vol 9 (1)
2. James L. Thomas, Jeffrey C. Christensen. 2010. The Diagnosis and
Treatment of Heel Pain : A Clinical Practice Guideline. The Journal of
Ankle and Foot Surgery Vol 49 (3)
3. Maisie. 2009. Heel Spurs: Calcaneal Spur Treatment. Available at
http://www.buzzle.com/articles/heel-spur-treatment.html.
4. Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum..
Jakarta : Dian Rakyat
5. Snell, Richard. 1998. Anatomi Klinik. Jakarta : EGC
6. Tooney EP. 2009. Plantar Heel Pain. Journal of Foot Ankle Clin Vol 14
(2): 229-45

Anda mungkin juga menyukai