Teori Magnet PDF
Teori Magnet PDF
TINJAUAN PUSTAKA
(a) (b)
Gambar 2.1. (a) Momen magnetik spin dan (b) momen magnetik orbital
(Coey, 2009).
Pada model atom klasik klasik dengan satu elektron bermassa me dan bermuatan
– e yang berputar mengelilingi inti atom dengan periode τ pada luasan A, momen
magnetik orbital didefinisikan dengan mo, yang dinyatakan pada persamaan (2.1)
mo = A I (2.1)
4
mo = – e A / τ (2.2)
A = (½) po τ / me (2.3)
sehingga momen magnetik orbital mo untuk satu elektron dapat ditunjukkan dengan
persamaan (2.4)
mo = – (e / 2me) po (2.4)
ms = – e p s / me (2.5)
dengan demikian momen magnetik total untuk satu elektron adalah jumlah dari momen
magnetik orbital dan momen magnetik spin, dinyatakan dengan persamaan (2.6)
mtot = ms + mo
= – (e / 2me) 2p s – (e / 2me) p o (2.6)
po = l ℏ (2.7)
5
dengan l = 0, 1, 2, 3 … (n-1) dan ℏ = 1,055 10 -34 Js. Untuk momentum spin diberikan
dengan bilangan kuantum spin s. Dengan nilai s selalu ½ untuk satu elektron. Sehingga
momentum spin elektron dinyatakan pada persamaan (2.8)
ps = sℏ (2.8)
Momentum sudut total diberikan dengan bilangan kuantum j. Sehingga momentum total
dinyatakan dengan persamaan (2.9)
p j = j ℏ = (l + s) ℏ (2.9)
Sesuai dengan model mekanika kuantum di atas, momen magnetik orbital dapat
dituliskan dengan persamaan (2.10)
mo = − =− (2.10)
mo = − (2.11)
ms = − = −2 (2.12)
mo = −2
6
Dengan demikian momen magnetik total pada suatu atom dengan satu elektron dapat
dituliskan dengan persamaan (2.13)
mtot = mo + ms
= −( + 2 )
= − ( + 2 ) (2.13)
Jika dalam suatu atom memiliki lebih dari satu elektron, maka untuk
menentukan momen magnetik total mengikuti aturan Hund. Aturan ini mengidentifikasi
state elektron yang mungkin terisi dan dapat digunakan untuk menghitung momen
orbital L, momen spin S dan momen total J untuk suatu atom dari konfigurasi
elektronnya dan kulit yang tidak terisi.
Aturan Hund dapat diterapkan pada elektron dalam kulit partikel untuk
menjelaskan keadaan dasar suatu atom. Tiga aturan berlaku untuk momen spin S,
momen orbital L, dan momen total J untuk masing-masing atom. Elektron mengisi
keadaan yang tersedia dengan mengikuti aturan berikut :
1. Total momen spin atomik maksimum yang diperbolehkan adalah S = Ʃ ms
diperoleh tanpa melanggar prinsip larangan Pauli.
2. Total momen orbital maksimum L = Ʃ ml .
3. Jika kulit atom terisi kurang dari setengah penuh maka momen total
J = |L – S| , jika terisi lebih dari setengah penuh J = |L + S|. Ketika kulit tepat
terisi setengah penuh L = 0 maka J = S .
Hal ini berarti bahwa elektron akan mengisi suatu kulit atom dengan semua spin
sejajar. Elektron tersebut juga akan mulai mengisi keadaan dengan momen orbital
terbesar kemudian diikuti momen orbital yang lebih kecil, begitu seterusnya.
Momen magnetik per satuan volume adalah perkalian antara jumlah atom per
satuan volume n dengan momen magnetik m dari setiap molekul. Kondisi ini disebut
dengan magnetisasi saturasi Ms yang dirumuskan dengan
Ms = nm (2.14)
7
Pendekatan lain untuk memahami konsep tentang momen magnetik ini dapat
digambarkan dengan sebuah magnet dengan kutub-kutub berkekuatan p terletak
berdekatan satu sama lain terpisah sejauh l. Kemudian magnet tersebut diletakkan pada
sudut θ terhadap suatu medan magnet seragam H. Sehingga torsi bekerja pada magnet
untuk menyearahkan magnet agar sejajar dengan medan. Ilustrasi dari kondisi ini
ditunjukkan oleh Gambar 2.2.
F = pH
+p
θ
-p
2
F = pH
Gambar 2.2. Sebatang magnet yang berada pada medan magnet seragam
(Cullity dan Graham, 2009)
Total momen gaya pada gambar 2.2 dapat ditunjukkan pada persamaan (2.15)
m = pl (2.16)
dengan m adalah momen magnetik. Ini adalah momen gaya yang bekerja pada magnet
yang ditempatkan pada medan magnet seragam sebesar 1 Oe.
8
Pada Gambar 2.2 batang magnet tersebut tidak sejajar dengan medan magnet,
sehingga harus mempunyai suatu energi potensial Ep tertentu relatif terhadap posisi
sejajar. Usaha yang dilakukan untuk memutar batang magnet melalui sudut sebesar dθ
melawan medan ditunjukkan pada persamaan (2.17)
Sehingga pada posisi θ = 90 o nilai energinya adalah nol. Sehingga persamaan energi
potensial dapat ditunjukkan dengan persamaan (2.18)
M=m/V (2.19)
Sebatang magnet dengan rapat fluks Φ di bagian pusat, panjang dipole l dan luas
penampang A mempunyai momen magnetik m sebesar m = Φl/µ0. Sehingga magnetisasi
M sebesar M = m/Al , sehingga hubungan antara magnetisasi M dengan medan magnet
luar ditunjukkan pada persamaan (2.20)
Dalam kasus ini tidak ada arus listrik untuk menghasilkan medan magnet
sehingga B = µ0M. Jika magnetisasi dan medan magnet keduanya muncul maka
kontribusi keduanya dapat dijumlahkan (Jiles, 1998), ditunjukkan pada (2.21)
B = H + 4πM (2.21)
9
B. Klasifikasi Bahan Magnetik
Klasifikasi bahan magnetik dapat dikelompokkan berdasarkan suseptibilitas
magnetiknya didefinisikan menurut persamaan (2.22) (Jiles, 1998)
χ=M/H (2.22)
10
magnetik yang sulit untuk dimagnetisasi dan didemagnetisasi (Cullity dan Graham,
2009).
Karakteristik yang membedakan bahan softmagnetic dengan bahan
hardmagnetic adalah permeabilitasnya yang tinggi. Hubungan antara permeabilitas
bahan softmagnetik dengan medan magnetik mirip seperti hubungan antara
konduktifitas logam dengan arus listrik (Coey, 2009). Secara metematis, permeabilitas
magnetik µ menunjukkan rasio antara rapat fluks magnetik B dengan medan magnet H,
ditunjukan oleh persamaan (2.23) (Cullity dan Graham, 2009)
= (2.23)
Jika dihubungkan dengan persamaan (2.21) dan (2.22), induksi magnet B dapat
dinyatakan dengan B = (1 + 4π χ) H. Seingga permeabilitas dapat dinyatakan pula
dengan persamaan (2.24)
µ = (1 + 4π χ) (2.24)
11
domain (domain wall) atau proses magnetisasi dalam arah melingkar (Phan & Peng,
2008).
Sebaliknya, dengan memberikan medan magnetik luar yang sejajar dengan
sumbu kawat juga akan sedikit meningkatkan permeabilitas kawat ketika medan
magnetik luar tersebut lebih kecil dari medan pembalik (switching field). Namun jika
medan magnetik luar terlalu besar akan menurunkan permeabilitas bahan.
Domain magnetik
Dinding magnetik
12
Struktur domain suatu bahan magnetik satu dengan yang lain berbeda-beda.
Sehingga proses magnetisasi dan sifat kemagnetan bahan magnet juga berbeda-beda.
Untuk bahan magnet berbentuk kawat terdapat dua model struktur domain magnetik.
Struktur domain yang pertama adalah pada inti silindernya membujur (longitudinal easy
axis) dan radial di bagian kulitnya. Struktur domain untuk jenis kawat ini ditunjukkan
oleh Gambar 2.4.
Gambar 2.4. Struktur domain magnetik membujur di bagian inti dan radial di bagian
kulit (Phan dan Peng, 2008).
Gambar 2.5. Struktur domain magnetik di bagian inti tegak lurus dan melingkar di
bagian kulit (Phan dan Peng, 2008).
Selain domain magnetik, juga terdapat domain yang merupakan hasil interaksi
antar domain magnetik. Domain ini disebut dengan domain walls. Domain walls ini
13
juga muncul pada transisi arah spin up menjadi arah spin down dan kebanyakan
perubahan magnetik di bawah pengaruh medan magnetik luar muncul pada domain
walls, sehingga pemahaman tentang domain walls ini sangat penting untuk
menggambarkan proses magnetisasi (Jiles, 1998). Domain walls dengan lebar W yang
terletak diantara dua domain magnetik secara skematik ditunjukkan oleh Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Gambar skematik domain wall (Bloch Walls) (Jiles, 1998)
(2)
(3)
(4)
Gambar 2.7. Tipikal kurva histeresis (a) Soft ferromagnetic & (b) Hard ferromagnetik
(Greiner, 1998).
14
Pada Gambar 2.7(b), mula-mula bahan magnetik dalam keadaan tidak
termagnetisasi (H = 0, M = 0), kemudian diberi medan magnet pengimbas dengan kuat
medan H yang ditingkatkan mengikuti garis putus-putus yang disebut dengan juvenile
curve. Hal ini menyebabkan bahan magnetik mencapai kondisi saturasi (1). Kuat medan
H yang menyebabkan bahan magnetik mencapai saturasi adalah Msat. Pada kondisi
saturasi ini seluruh momen magnetik telah disearahkan sesuai dengan arah medan
magnet pengimbas. Jika medan pengimbas tersebut kemudian diperkecil hingga nol,
atau dengan kata lain medan pengimbas dihilangkan, masih terdapat medan sisa
(magnetik remanen) pada bahan magnetik (2). Untuk menghilangkan medan sisa ini
diperlukan medan magnet luar dengan kuat medan tertentu dengan arah yang
berlawanan dengan arah semula, sehingga M = 0 (3). Jika medan magnet luar ini terus
diperbesar, maka momen magnetik mulai berbalik arah dan akhirnya mencapai kondisi
saturasi dengan arah yang berlawanan (4). Medan yang diperlukan untuk
menghilangkan magnetisasi sisa dan membalik arah magnetisasi ini disebut dengan
medan koersif (Hc). Sedangkan untuk bahan soft ferromagnetik tidak terdapat magnetik
remanen dan medan koersifnya sangat kecil (Greiner, 1998).
15
Dimana Nd adalah faktor demagnetisasi atau koefisien demagnetisasi yang sangat
bergantung pada bentuk geometri sampel. Nilai faktor demagnetisasi pada beberapa
bentuk sampel ditunjukkan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1. Faktor demagnetisasi pada beberapa bentuk geometri sampel (Jiles, 1998)
Bentuk geometri Faktor demagnetiasi Nd
Toroid 0
Silinder panjang 0
Silinder l/d = 20 0,00617
Silinder l/d = 10 0,0172
Silinder l/d = 8 0,02
Silinder l/d = 5 0,040
Silinder l/d = 1 0,27
Bola 0,33
Pada bahan berbentuk kawat, medan efektif Heff yang bekerja pada kawat
merupakan penjumlahan dari medan luar yang diterapkan Happ pada bahan dan medan
demagnetisasi Hd. Pernyataan ini dapat dituliskan dengan persamaan (2.26) (Vazquez,
2002)
dengan Nd merupakan faktor demagnetisasi. Untuk bahan berbentuk kawat atau bentuk
geometri silinder, faktor demagnetisasi Nd pada silinder merupakan rasio antara panjang
l dengan diameter d. Semakin besar rasio l/d maka semakin kecil faktor
demagnetisasinya, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.1. Untuk menghilangkan efek
medan demagnetisasi ini diperlukan kawat yang cukup panjang. Namun untuk kawat
yang pendek efek medan demagnetisasi secara substansial akan selalu muncul.
= √ + (2.27)
16
dengan R adalah resistansi dan X adalah reaktansi. Satuan impedansi adalah Ohm.
Dengan demikian impedansi bergantung pada resistansi, reaktansi, dan frekuensi
(karena reaktansi bergantung pada frekuensi) (Halliday dan Resnick, 2009). Sedangkan
magnetoimpedansi adalah perubahan impedansi pada bahan magnetik yang dialiri arus
AC karena pengaruh medan magnet luar (Cortes et al., 2015). Fenomena
magnetoimpedansi ini secara grafis ditunjukkan pada Gambar 2.8.
Z ( Z Z H max )
(%) H 0 100% (2.28)
Z Z H max
17
sampel (Vazquez et al., 2002), diameter sampel (Garcia et al., 2005), ketebalan sampel
(Zhong et al., 2008) dan frekuensi arus AC yang mengalir pada sampel (Sinnecker et
al., 2000). Untuk pengukuran magnetoimpedansi pada kawat konduktor magnetik
ditunjukkan pada Gambar 2.9.
= = 〈 〉
= 〈 〉
(2.29)
dengan E adalah medan listrik, j adalah rapat arus dan Rdc adalah hambatan dc.
Sedangkan 〈 〉 adalah rata-rata nilai pada penampang q. Lebih lanjut, jika dikaitkan
dengan keberadaan efek kulit (skin effect), perhitungan tentang impedansi untuk kawat
konduktor magnetik berbentuk silinder secara khusus dinyatakan dengan persamaan
(2.30)
18
dengan Rdc adalah hambatan dc, r adalah jari-jari kawat, dan k = (1 + j) / δ dengan j
adalah bagian imaginer, J0 dan J1 merupakan fungsi Bessel orde 1, dan δ adalah
kedalaman penetrasi pada suatu medium magnetik yang akan dijelaskan selanjutnya.
G. Skin Depth
Skin depth merupakan kedalaman di bawah permukaan kawat konduktor dimana
nilai B atau H turun 37% dari nilainya di permukaan kawat (Culity & Graham, 2009).
Pada bahan soft magnetic perubahan impedansi dipengaruhi oleh perubahan skin depth,
dimana skin depth sendiri dipengaruhi oleh permeabilitas bahan magnetik yang
ditunjukkan oleh persamaan (2.31)
1
(2.31)
f
19
dimana bahan telah mengalami magnetisasi saturasi. Arus yang mengalir pada bahan
terkonsentrasi di dekat permukaan bahan (Peng et al, 2015).
Berdasarkan persamaan (2.28) dan (2.29), magnetoimpedansi dapat dipahami
sebagai konsekuensi dari peningkatan skin depth hingga mencapai jari-jari kawat
melalui penurunan permeabilitas circumferential kawat konduktor di bawah pengaruh
medan magnet searah. Untuk mendapatkan nilai magnetoimpedansi yang besar perlu
untuk mengurangi skin depth dengan cara memilih bahan magnetik yang mempunyai
permeabilitas besar. Hal ini jelas menunjukkan bahwa permeabilitas yang semakin besar
akan mengurangi skin depth yang ditingkatkan oleh medan magnet luar. Fenomena ini
ditunjukkan oleh gambar 2.10 (Phan dan Peng, 2008).
Gambar 2.10. Ketergantungan antara skin depth dan permeabilitas dengan medan
magnet luar (Phan dan Peng, 2008).
= (2.32)
( )
Dengan ρ adalah resistivitas atau hambatan jenis bahan, l adalah panjang kawat
konduktor, r adalah jari-jari kawat konduktor dan δ adalah skin depth. Persamaan (2.32)
memberikan pengertian bahwa perubahan skin depth yang disebabkan oleh medan
magnet luar searah, HDC, melalui permeabilitas bahan akan merubah resistansi bahan
20
begitu pula impedansinya. Sehingga skin depth dapat dievaluasi sebagai fungsi medan
magnet melalui pengukuran nilai resistansi R. Oleh karena itu, perubahan pada R
berperan untuk merubah impedansi Z begitu pula pada magnetoimpedansi.
d2 NiFe
d1 Cu
NiFe
Gambar 2.11. Skema sistem multi lapisan yang terdiri atas dua lapisan magnetik (NiFe)
dengan tebal d 2 yang disisipi oleh lapisan konduktif non-magnetik (Cu) dengan tebal d1
(Fernandez et al., 2012).
Z = R – jωΦ/cI (2.33)
21
dengan R adalah resistansi dari lapisan konduktif, Φ adalah fluks magnetik yang
dihasilkan oleh arus AC ketika mengalir pada lapisan magnetik, c adalah kecepatan
cahaya, dan I adalah arus AC yang mengalir. Resistansi (R) sendiri diyatakan persamaan
(2.34).
R = l / 2σ1d1b (2.34)
= ( ℎ) (2.35)
dengan µ adalah permeabilitas dan d 2 adalah tebal lapisan magnetik. Pada umumnya
medan magnet h memiliki komponen ke arah sumbu y dan x. Nilai dari komponen pada
sumbu y memiliki hubungan dengan arus yaitu h y = 2 πI / cb, dan hubungan antara hy
dan h x ditentukan dengan kondisi bahwa nilai dari fluks magnetik ke arah sumbu x
adalah nol, yang bersesuaian dengan persamaan (2.36)
sehingga impedansi pada sistem multi lapisan dapat dinyatakan dengan persamaan
(2.37)
= (1 − 2 ) (2.37)
22
I. Arus Eddy
Untuk memahami konsep arus Eddy dapat dijelaskan dengan Gambar 2.12.
Gambar 2.12. Sebuah bahan magnet diliit dengan kawat kondutor berarus listrik
e = – A dB/dt (2.38)
dengan A adalah luas penampang batang silinder magnet (π r2), B adalah induksi
magnetik dan t adalah waktu. Yang perlu diperhatian bahwa gaya gerak listrik e ini akan
diinduksikan di semua bahan, baik itu bahan magnet atau non-magnet. Selain itu gaya
gerak listrik e akan semakin besar untuk bahan dengan permeabilitas µ yang besar. Hal
ini disebabkan karena gaya gerak listrik e bergantung pada dB/dt dan dengan
memperhatikan kembali persamaan B = µH, sehingga arus Eddy menjadi semakin kuat
23
pada bahan softmagnetik yang mempunyai permeabilitas yang besar. Berikutnya arus
Eddy juga semakin besar untuk bahan dengan resistivitas yang kecil.
Sesuai dengan Gambar 2.12, arus Eddy mengalir melalui tampang lintang batang
silinder magnet membentuk serangkaian cincin lingkaran konsentris. Disetiap cincin
arus Eddy menghasilkan medan Hec yang sejajar namun berlawanan arah dengan medan
dari arus luar. Sehingga medan oleh arus Eddy yang paling kuat adalah di tengah-tengah
batang magnet dan semakin melemah pada bagian permukaan batang magnet.
Penggambaran total medan sebenarnya yang terjadi di sepanjang batang magnet dapat
ditampilkan pada Gambar 2.13.
Ha Hec Htot
diameter
Gambar 2.13. Penggambaran total medan pada batang magnet dengan pengaruh medan
arus eddy.
Dengan ilustrasi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13, dapat dipahami
bahwa medan yang dihasilkan oleh arus eddy Hed seakan-akan melindungi bahan
magnet di bagian interior dari pengaruh medan magnet luar. Akibatnya proses
magnetisasi dibagian interior batang dipelambar oleh arus Eddy. Sehingga medan
demagnetisasi Hd awal lebih kecil dari nilai akhirnya, dan kuat medan H pada
permukaan batang pada kondisi awal lebih besar dari kondisi akhirnya karena tidak
dilindungi oleh arus Eddy. Akibatnya pada lapisan permukaan menjadi lebih cepat
untuk dimagnetisasi (Cullity dan Graham, 2009). Dengan demikian medan efektif yang
bekerja pada bahan magnet akhirnya dapat dinyatakan oleh persamaan (2.39).
24
J. Redaman Arus Eddy
Redaman arus Eddy disebabkan oleh medan arus Eddy Hec yang dihasilkan oleh
arus Eddy disekitar pergerakan domain wall seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.14.
Gambar 2.14. Ilustrasi proses terjadinya redaman arus Eddy pada bahan magnetik.
25
pergerakan dinding domain. Pada frekuensi yang cukup rendah, penurunan
permeabilitas dengan frekuensi adalah berhubungan dengan pergerakan dinding domain
yang teredam akibat dari arus eddy.
Pada frekuensi rendah (di bawah 1 MHz), ketergantungan antara medan magnet
luar dengan impedansi sebanding dengan permeabilitas circumferntial. Hal ini juga
menandai pula bahwa kerugian arus eddy pada sampel berbentuk kawat lebih kecil
karena memiliki struktur domain sirkular.
26