Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH ILMU BUDAYA DASAR

REVIEW FILM
DENIAS, SENANDUNG DIATAS AWAN

DISUSUN OLEH

ANDRA Y. MULYONO (10315704)

ESAB RAHCMAT TAMA (12315276)


RIZKY MAULANA (16315188)
SAFRUDIN N. ARIPBILAH (16315330)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar.
Dalam makalah ini kami mereview film “Denias, Senandung Diatas Awan” yang meliputi
identitas, sinopsis dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Dan kami juga
membahas kelebihan dan kekurangan film tersebut.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Depok, April 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................................vii

BAB 1 ........................................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang Film .................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1

BAB 2 ........................................................................................................................................ 2

2.1. Identitas Film............................................................................................................... 2

2.2. Sinopsis Film ............................................................................................................... 3

2.3. Resensi Film ................................................................................................................ 6

2.4. Nilai-nilai Pendidikan ................................................................................................. 8

2.5. Perbedaan Film dengan Kenyataan ............................................................................. 9

BAB 3 ...................................................................................................................................... 11

3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 11

3.2. Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Film
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Identitas Film
Sutradara John de Rantau
Produser Nia Zulkarnaen
Ari Sihasale
Penulis Jeremias Nyangoen
Monty Tiwa
Pemeran Albert Thom Joshua Fakdawer
Ari Sihasale
Nia Zulkarnaen
Marcella Zalianty
Michael Jakarimilena
Pevita Eileen Pearce
Mathias Muchus
Audrey Papilaya
Musik Dian HP
Sinematografi Yudi Datau
Penyunting Andhy Pulung
Distributor Alenia Pictures
Durasi 110 menit
Negara Indonesia
Penghargaan
Festival Film Indonesia 2006
 Pemeran Pria Terbaik : Albert Fakdawer
 Skenario Asli Terbaik : Monty Tiwa
 Skenario Adaptasi Terbaik : Jeremias Nyangoen, Masree
Ruliat, Monty Tiwa dan John de Rantau
 Tata Sinematografi Terbaik : Yudi Datau

2
2.2. Sinopsis Film
Film ini mengisahkan sebuah perjalanan hidup seorang anak kecil dalam menggapai
cita-cita dan impiannya. Usia anak itu adalah usia anak Sekolah Dasar. Kira-kira sembilan
sampai dua belas tahunan. Ia hidup dalam lingkungan masyarakat suku Boneo. Tepatnya di
daerah Papua, Irian Jaya.
Nama anak itu adalah Denias. Ia tergolong seorang anak dari keluarga miskin.
Meskipun demikian, ia memiliki cita-cita dan impian yang tinggi, yaitu bersekolah. Di
daerahnya tida ada lembaga sekolah secara resmi dan layak dijadikan sarana belajar dan
pembelajaran. Selama itu, ia dan anak-anak kampung yang lain bersekolah di sebuah Honei.
Yaitu sebuah bangunan rumah yang saat itu dijadikan tempat belajar darurat yang kondisinya
sangat memprihatinkan.
Denias merupakan seorang anak yang pandai, cekatan, berbakti kepada orang tua, serta
berobsesi tinggi. Di sekolah dan di lingkungan bermain, ia memiliki seorang teman yang selalu
mencuranginya dan berbuat tidak baik kepadanya. Dia adalah Noel. Suatu ketika, saat di
sekolah,mereka sempat berkelahi. Hal itu disebabkan oleh Noel yang bersikap curang dan culas
saat bermain.
Sebagai anak orang yang miskin, Denias berani melawan siapapun demi kebenaran, tak
perduli dengan siapa ia berhadapan. Hal itu ia tunjukan kepada Noel yang notabenenya adalah
anak seorang Kepala Suku yang bermartabat tinggi dan diyakini memiliki kekuatan
supranatural di kampungnya.
Pada mulanya Denias dan teman-temannya di Honei tersebut diajar oleh seorang guru
yang berasal dari Jawa. Ia terlihat cerdas dibanding dengan teman-temannya yang lain. Ia rajin
dalam bersekolah. Bersekolahnya Denias itu tidak cukup lama. Karena Istru guru tersebut sakit
keras di Jawa, ia akhirnya pulang ke Jawa. Honei itupun sekarang sepi. Sesepi hati Denias.
Tidak ada yang bersekolah lagi.
Denias bingung. Harus kemana lagi ia akan bersekolah. Ia kemudian menemui seorang
tentara RI yang bernama Pak Leo. Itu panggilan yang dilakukan oleh Denias kepada tentara
itu. Sebenarnya namanya bukan Pak Leo. Yang benar adalah Maleo. Yaitu suatu nama untuk
satu korps pasukan khusus TNI yang di tugaskan di kepulauan Irian Jaya. Pasukan itu terdiri
dari cukup banyak orang. Namun yang di tugaskan di daerah Denias hanya satu orang itu saja.
Denis kemudian mencurahkan isi hatinya yang merasa kalut sebab tidak dapat bersekolah lagi.
Mendengar keluhan tersebut, Pak Leo pun hatinya tersentuh. Ia kemudian memutuskan diri
untuk mengajar Denias dan teman-temannya di Honei itu.

3
Denias memang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Hal itu dilakukannya
sehari-hari. Suatu ketika ibunya terjatuh sebab kondisi kesehatannya yang kurang membaik.
Melihat hal itu, Denias langsung sigap menghampirinya dan menolongnya. Ia berteriak histeris.
Kebaktiannya terlihat sangat mendalam saat ia berkenan merawat ibunya. Dengan tulus dan
ikhlas ia merawatnya.
Beberapa saat kemudian ibunya pun tertidur. Saat itu Denias tiba-tiba dipanggil oleh
beberapa orang temannya. Yang namannya pasti pernah melakukan kesalahan dan keteledoran.
Apalagi seorang anak kecil seusia Denias. Denias dipanggil dan rencanannya diajak berburu
ke hutan. Ia dipaksa ikut oleh teman-temannya. Ia bingung. Ia berada dalam sebuah dilema
antara merawat ibunya dengan paksaan teman-temannya.
Melihat ibunya yang sedang tidur pulas, rasa solidaritasnya muncul. Ia kemudian
bersedia berburu ke hutan bersama teman-temannya. Namun sungguh naas, ia lupa bahwa
sebelum berangkat berburu, ia menggantungkan bajunya di atas perapian dekat ibunya yang
sedang tidur pulas. Baju tersebut kemudian terjatuh ke perapian. Api yang tadinya kecil kini
menjadi besar oleh baju itu. ibunya tidak menyadari hal itu sebab sedang tidur. Kobaran api itu
semakin membesar dan membakar rumah begitu juga ibunya. Denias melihat dari kejauhan ada
rumah yang terbakar. Ia memastikan bahwa arah rumah tersebut adalah rumahnya. Ia lalu
berlari dari hutan untuk pulang. Sesampainya di rumah, ia dikejutkan oleh kondisi fisik ibunya.
Ibunya meninggal sebab terbakar api. Tubuhnya hangus. Derai air mata tak sanggup tertahan.
Ia mengalami sok berat selama beberapa hari. Ia hanya bisa bermurung durja, meski ayahnya
kerap menasehati dan memotivasinya. Pak Leo pun juga menasehatinya dan memberi semangat
hidup yang baru kepada Denias. Akhirnya ia pun dapat menikmati hari-harinya dengan ceria
lagi. Dan bersekolah lagi.
Denias kembali belajar bersama-sama dengan temannya. Ia bersemangat. Tapi
semangatnya itu tidak didukung oleh orang tuanya. Ia kerap dilarang untuk bersekolah. Ia
disuruh membantu bapaknya di rumah. Dalam kondisi semacam itu, semangatnya tidak
kunjung padam. Ia bersekolah dengan sembunyi-sembunyi dari bapaknya.
Tidak lama kemudian, honei itu roboh dan hancur oleh gempa bumi. Denias dan teman-
temannya tidak punya tempat sekolah lagi. Pak Leo lalu berinisiatif untuk membangun tempat
sekolah yang sangat sederhana. Yang penting dapat dijadikan tempat belajar dan pembelajaran.
Pembangunan tempat itu ternyata mendapat hujatan dari beberapa warga dan kepala
suku. Tempat itu dilarang berdiri di sana. Tidak lama dari kejadian itu, Pak Leo pun
dipindahtugaskan dari kampung enias. Kini Denias kembali dirundung duka sebab tidak dapat
belajar dan bersekolah lagi.
4
Dalam kondisi semacam itu, Denias terobsesi oleh kata-kata Pak Leo bahwa di balik
gunung ada tempat sekolah. Tepatnya di kota. Denias hatinya merasa terpanggil. Ia kemudian
memutuskan diri untuk meningalkan kampung halamannya dan juga orang tuanya. Ia pergi
dengan sembunyi-sembunyi. Ia melewati gunung dan lembah untuk sampai ke kota. Ia berlari
kencang untuk segera sampai di kota. Sungguh jauh tempat yang ditempuh Denias, namun
tidak menyurutkan api semangatnya untuk bersekolah.
Sesampainya di kota, mendapat seorang teman yang bernama Enos. Ia adalah
gelandangan. Untuk sementara waktu, Denias tinggal bersama Enos di pingguran jalan. Ia
kemudian pergi kesekolah yang dimaksud. Di sana ia bertemu dengan Bu Sam. Seorang wanita
cantik dan berbudi luhur. Bu Sam meanyakan tujuan Denias datang ke sekolah itu. setelah
panjang lebar dijelaskan, Bu Sam pun tahu maksid dan tujuan Denias ke tempat itu. yaitu tidak
lain untuk bersekolah.
Bu Sam dalam dilema. Berdasarkan aturan sekolah yang ada, Denias tidak dapat masuk
di sekolah tersebut. Hal itu disebabkan Denias tidak punya cukup uang untuk biaya sekolah.
Lebih dari itu, Denias tidak memiliki buku raport. Bu Sam berusaha keras untuk bisa
memasukkan Denias ke sekolah tersebut. Ia mensosialisasikannya kepada semua guru dan
pengurus sekolah. Dan untuk sementara waktu, Denias tinggal di rumah Bu Sam. Namun tidak
lama. Ia kemudian tinggal di asrama sekolah.
Bu Sam berjanji kepada Denias bahwa ia akan dapat masuk di sekolah itu. Selama
berada di lingkungan sekolah, denias bertemu dengan seorang anak gadis yang berama Angel.
Ia baik hati. Ia berteman akrab dengan Denias. Hal itu menyebabkan hati Noel sakit. Dan saat
itulah Denias tahu bahwa Noel juga sekolah di tempat itu.
Denias mendapat syarat dari Bu Sam, bahwa jika ia ingin diterima bersekolah di tempat
itu, ia tidak boleh nakal dan membuat ulah. Meski ia mendapat perlakuan kurang baik dari
teman-temannya, ia harus dapat menahan emosinya. Ia harus mengalah jika ingin diterima.
Saat inilah perjuangan keras Denias diuji. Di sekolah dan di asramah itu, ia masih tetap
sama seperti di kampungnya. Ia masih mendapat perlakukan yang tidak baik dan culas dari
Noel. Kini ia harus sabar dan tidak menanggapi segala perlakuan Noel. Ia bahkan sempat
dihajar habis-habisan oleh Noel dan teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas. Demi bisa
diterima sekolah di tempat itu, ia rela dipukuli dan tidak membalasnya. Bukannya dia tidak
berani dengan Noel dan teman-temannya. Demi impian dan cita-citanya, ia harus besabar. Saat
di asrama, Noel juga bersikap sama. Ia bahkan lebih kejam. Ia membuat peraturan sendiri untuk
tidak memperkenankan teman-temannya memberi tempat tidur pada Denias. Tempat tidur
yang semestinya diperuntukkan Denias ia ambil alih. Sedangkan tempat tidurnya dibiarkan
5
kosong. Denias dalam setiap malamnya selalu tidur di lantai tanpa alas suatu apapun. Dengan
kondisi seperti itu, denias akhirnya jatuh sakit. Tapi tidak lama kemudian dia sembuh.
Di sekolah itu Denias masih belum diterima sebagai murid. Ia di sana difungsikan
sebagai pelayan kantin. Melayani seluruh siswa yang sedang makan dan berjajan di sana. Suatu
ketika, saat jam istirahat dan makan, denias mengantarkan hidangan kepada siswa-siswa
tersebut. Denias dalam menjalankan tugasnya kembali mendapat perlakuan yang kurang baik
dari Noel. Denias dijatuhkan oleh Noel, denias tidak menghiraukannya, tapi Noel malah
mengajaknya berkelahi. Denias maunya dipukul oleh Noel, tapi kali ini ia sedikit membela diri.
Piring yang masih ada di genggaman tangannya, ia jadikan alat untuk menangkis pukulan Noel.
Tangan Noel pun patah dan berdarah sebab menghantam piring.
Denias merasa bersalah. Dalam hatinya, terbersit rasa salah yang begitu besar. Ia
beranggapan bahwa telah melanggar nasehat Bu Sam. Dan ia pasti tidak akan diterima
bersekolah di tempat itu. ia kemudian berlari kencang keluar. Entah kemana ia pergi. Sungguh
jauh ia berlari.
Bu Sam mencarinya kesana-kemari, namun tidak kunjung menemukannya. Denias
pada saat itu berencana untuk kembali ke kampung halamannya. Ia putus asa. Ia merasa bahwa
impian dan cita-citanya untuk bersekolah kini telah pupus oleh satu kesalahan yang
dilakukannya, yaitu dengan melukai Noel.
Denias adalah anak yang berbudi baik. Ia tidak lupa dengan orang yang menolongnya.
Dalam kepedihan hati dan keputusasaannya, ia masih menyempatkan diri berpamitan kepada
Bu Sam. Ia berpamit untuk pulang ke kampung halamannya. Saat itulah, Denias mendapat
kabar gembira dari Bu Sam, bahwa ia diterima bersekolah di tempat itu. Hati Denias berbunga-
bunga. Impian dan cita-citanya kini tercapai juga. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pulang
ke kampung halamannya. Ia bersekolah dan mulai mengukir masa depannya. Denias menari di
atas awan.

2.3. Resensi Film


Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang anak pedalaman Papua yang
bernama Denias untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Seluruh setting lokasi dilakukan
di Pulau Cendrawasih ini. Cerita dalam film ini merupakan adaptasi dari kisah nyata seorang
anak Papua yang bernama Janias.
Sebuah film yang harus ditonton oleh mereka yang mengaku peduli dengan dunia
pendidikan di Indonesia. Sebuah film yang membuka pandangan kita tentang betapa

6
pendidikan yang layak di negeri ini masih sangat mahal, masih sangat rumit dan masih banyak
diskriminasi-diskriminasi yang tidak masuk akal. Dalam film ini juga dapat kita lihat
keindahan Provinsi Papua yang berhasil direkam dengan begitu indahnya.
Keunggulan film DENIAS “Senandung di Atas Awan” adalah dari tema yang diangkat
adalah pendidikan. Ini memberikan nilai positif dari film tersebut, karena sangat sedikitnya
film pendidikan yang di angkat dengan kenyataan sekarang yang maraknya film horror dan
cinta yang di angkat menjadi tema. Film DENIAS ini bisa dijadikan contoh sebagai produser-
produser lain agar tetap menjalankan nilai pendidikan dalam film mereka. Sedangkan
kelemahan dari film ini adalah karena ceritanya sangat sederhana dan penyampaiannya sangat
monoton. Kadang membuat orang malas untuk menonton walaupun tema yang di angkat
bagus.
Tema yang diangkat oleh cerota ini adalah tentang film pendidikan, yaitu perjuangan
seorang anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan usaha yang dia lakukan
sehingga mendapatkan sekolah gratis. Amanat yang terkandung dalam film ini, yaitu
memberikan semangat yang luar biasa dari seorang anak pedalaman Papua untuk sekolah
kepada kita dan memberikan semangat untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan. Alur
ceritanya menggunakan alur maju atau progresif, karena ceritanya runtut dari Denias
mendapatkan pendidikan di sekolah darurat dekat tempat tinggalnya sampai mendapatkan
sekolah di kota. Tokoh-tokoh dengan karakter yang diperankan dalam film tersebut menjadi
kekuatan dalam film tersebut. Sudut pandang cerita ini berdasarkan kisah nyata seorang anak
pedalaman Papua yang bernama Janias yang mempunyai semangat tinggi untuk mendapatkan
pendidikan dan sekarang Janias kuliah di Australia.
Sebagian besar lokasi syuting film ini ertempat di daerah kerja PT. Freeport Indonesia,
sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan tembaga dan emas di Papua.
Lokasi perkampungan Denias mengambil tempat di kawasan pegunungan Wamena. Rumah-
rumah yang dipakai syuting merupakan rumah asli masyarakat setempat, namun ada sebagian
yang dibangun untuk kebutuhan syuting. Sebagian penduduk setempat juga merupakan
figuran. Syuting sekolah Denias bertempat di SD-SMP YPJ Kuala Kencana. Sebagian besar
figuran dalam adegan sekolah film ini merupakan siswa-siswi YPJ Kuala Kencana. Tempat-
tempat lain yang juga digunakan dalam film ini adalah Kota Timika dan Kuala Kencana.

7
Film Senandung di Atas Awan, memperlihatkan sisi kehidupan papua yang benar-benar
masih murni suku pedalaman. Hal ini dapat dilihat dari pakaian. Pakaian penduduk asli
pedalaman masih di tunjukan dengan pakaian adat Papua, masih menggunakan koteka walupun
sebagian sudah mengenal pakaian penutup. Tapi di dalam film ini benar-benar tidak merubah
adat kebiasaan orang pedalaman disana, rumah adat desa Wamena, logat bahasa juga sangat
kental sekali. Sehingga film ini terlihat benar-benar murni. Dalam film ini di gambarkan secara
jelas kehidupan di suku pedalamannya dari kebudayaannya. Contoh dalam film tersebut di
gambarkan anak yang sudah beranjak dewasa diwajibkan memakai koteka dan setelah upacara
pemakaian koteka tersebut dipisahkan tempat untuk laki-laki dan perempuan dan juga dalam
upacara berkabung di Papua, suami yang istrinya meninggal, jarinya dipotong untuk
menandakan bahwa suami itu duda dan tradisi mandi Lumpur, dll. Ilustrasi Musik yang dipakai
sekaligus soundtrack film ini dinyanyikan langsung oleh Albert pemeran Denias. Lumayan
bagus sesuai dengan isi film tersebut, kesan dramatik lumayan muncul dalam film tersebut
tetapi sedikit terlalu berlebihan dalam film tersebut. Teknik pengambilan gambar lumayan
bagus saat seluruh wilayah kepulauan Cendrawasih di tampilkan seluruhnya sangat bagus. Dan
pengambilan gambar di sekitar desa di pedalaman itu sangat bagus. Dalam film ini benar- benar
ingin menonjolkan keindahan kepulauan Cendrawasih.

2.4. Nilai-nilai Pendidikan

Film “Denias” ini mengangkat pendidikan menjadi tema dalam cerita tersebut, yaitu
perjuangan seorang anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dengan usaha yang dia
lakukan sehingga dapat mendapatkan sekolah gratis. Jalan cerita yang digambarkan sangat
sederhana, sehingga kita sebagai penonton mudah untuk memahami dan mengambil
kesimpulan dari film tersebut. Cerita film ini memberikan pendidikan yang baik bahwa untuk
ingin menjadi orang berhasil harus berjuang mendapatkan pendidikan. Menurut saya film ini
sangat bagus ditonton untuk semua kalangan masyarakat baik anak-anak, remaja, ataupun
dewasa.

Amanat yang disampaikan banyak sekali dalam film “Senandung di Atas Awan”, yaitu
memberikan semangat yang luar biasa dari seorang anak dipedalamam papua untuk sekolah
kepada kita, semangat juang yang tinggi untuk mendapatkan pendidikan yang baik, bekerja
keras dan memberikan semangat untuk memperjuangkan apa yang kita inginkan.
8
Dalam film ini memunculkan banyak nilai moral. Sikap Denias meminta izin kepada
ibunya untuk bermain, yang mengajarkan bersikap sopan kepada orang tua. Menghargai ibu
sebagai orang tua tidak langsung pergi ketika orang tua sedang berbicara. Hal tersebut bisa
mengajarkan anak untuk berbudi baik. Nilai pendidikan budaya digambarkan sutradara melalui
budaya yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, dalam film tersebut adalah budaya di Papua.
Tokoh Denias dalam film tersebut diceritakan sebagai salah seorang anak yang berasal dari
suku pedalaman Papua, seperti upacara pemasangan koteka. Nilai religius digambarkan salah
satunya pada saat adegan Ibu Gembala mengajarkan kepada Denias untuk berserah diri kepada
Tuhan dengan cara berdoa agar keinginan bisa terkabul. Nilai sosial dapat dilihat pada adegan
yang memperlihatkan kepedulian Ibu Gembala kepada Denias. Ibu Gembala yang melihat
keinginan kuat dari Denias berusaha keras untuk bisa memasukkan Denias ke sekolah tersebut.
Ia mensosialisasikannya kepada semua guru dan pengurus sekolah. Serta Nilai estetis yang
mengajarkan untuk menghargai keindahan dari sisi yang berbeda dari Papua. Keindahan yang
tidak kita temukan di tempat lain.

2.5. Perbedaan Film dengan Kenyataan

 Di dalam film ibu gembala diperankan oleh seorang wanita (Marcella Zalianty). Dalam
kejadian sebenarnya sang penolong Denias dalam memperjuangkan haknya bersekolah,
adalah seorang pendeta/gembala pria.

 Di dalam film Denias mengunjungi kakaknya di kampung bernama Banti. Banti


digambarkan sebagai sebuah kampung dikelilingi oleh rerumputan hijau dan berada di
tempat landai. Banti yang sebenarnya merupakan sebuah kampung di lereng perbukitan
yang terjal dan dikelilingi oleh pepohonan tinggi.

 Di dalam film ibu gembala mengunjungi kakak Denias di kampung Banti dengan hanya
berjalan beberapa meter menuju pintu kampung. Banti yang sebenarnya hanya dapat
dijangkau setelah melewati sebuah jembatan gantung yang melintasi sebuah sungai besar.

 Di dalam film Denias dan Enos dapat menyusup dengan mudahnya ke kota dengan hanya
bersembunyi di bak belakang mobil. Dalam keadaan sebenarnya petugas keamanan
PT.Freeport Indonesia (lokasi di mana adegan ini diambil) melakukan pengawasan ekstra

9
ketat termasuk mengecek setiap bak belakang mobil bahkan dengan menggunakan
detektor anti bom.

10
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

 http://sastra-indonesia.com/2009/01/sinopsis-film-denias-senandung-di-atas-awan/

 http://mendra-digitaldiary.blogspot.co.id/2008/05/denias-senandung-di-atas-

awan.html

 http://jayagoblok.blogspot.co.id/2012/11/resensi-film-denias-senandung-diatas.html

 https://id.wikipedia.org/wiki/Denias,_Senandung_di_Atas_Awan

 http://tini-nurmilasari.blogspot.co.id/2014/01/nilai-nilai-pendidikan-dalan-film.html

 https://fikarohmiyati.wordpress.com/2014/01/07/nilai-pendidikan-film-denias/

 http://mainsastra.blogspot.co.id/2012/03/resensi-film-denias-senandung-di-atas.html

12
LAMPIRAN

13
14
15

Anda mungkin juga menyukai