Anda di halaman 1dari 24

ENSIKLOPEDIA

BAHASA DAN
SASTRA
INDONESIA
KELOMPOK 1: KATA
KATA
Kata adalah unsur bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem. Setiap kata memiliki
makna, baik makna leksikal maupun makna gramatikal.
Kata terdiri atas satu atau lebih morfem. Morfem Penambahan
Fonem
merupakan satuan gramatikal terkecil. Kata digunakan
dalam Bahasa tulis maupun dalam bahasa lisan. Kata Perubahan Penghilangan
dibentuk dari unsur-unsur tertentu. Fonem Fonem

Proses pembentukan kata disebut proses morfologis.


Proses morfologis terjadi ketika kata dasar mendapat afiks Proses
Morfofonemik
atau imbuhan tertentu sehingga menghasilkan kata baru.
Kata baru tersebut berbeda dari kata sebelumnya baik dari
segi bentuk maupun arti. Untuk menghasilkan kata baru,
kata dasar dan imbuhan harus disesuaikan agar mudah
diucapkan. Proses tersebut disebut proses morfonemik.
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 2
Pemetaan Imbuhan
Imbuhan (Afiks) merupakan
Awalan pembentukan kata dalam
Bahasa Indonesia berkaitan

Sisipan dengan morferm terikat


berupa imbuhan. Proses
pengimbuhan disebut
Akhiran
Imbuhan afiksasi. Imbuhan dibagi
menjadi empat, yaitu awalan
Gabungan
(prefiks), sisipan (infiks),
akhiran (sufiks), dan
Kombinasi
gabungan awalan akhiran
Imbuhan Bahasa (konfliks).
Asing

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 3


a. Awalan (Prefiks)
Awalan merupakan morfem terikat yang ditempatkan di depan suatu morfem
bebas yang berupa bentuk dasar. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa
awalan, yaitu meN-, di-, ke-, ber-, ter-, per-, peN-, dan se-.

1) Awalan meN- merupakan morfem yang terdiri atas beberapa alomorf, yaitu me-, mem-, men-, meng-, menge-, dan meny-,. Alomorf merupakan bentuk
variasi morfem yang diakibatkan proses morfofonemik.
a) Alomorf meng-
Awalan meN- menjadi alomorf meng- ketika digabungkan dengan kata berfonem awal /a/, /e/, /g/, /h/, /i/, /k/, /o/, /u/, atau /x/.
contoh: meN- + kaji  mengkaji
meN- + kuning  menguning
b) Alomorf meny-
Awalan meN- berubah menjadi alomorf meny- jika digabungkan dengan monem berawalan fonem /c/, /j/, dan /s/.
contoh: meN- + curi  mencuri
meN- + sikat  menyikat
c) Alomorf me-
Awalan meN- berubah menjadi alomorf me- jika digabungkan dengan morfem berawalan fonem /l/, /m/, /n/, /𝑛/, ෤ /r/, /y/ dan /w/.
contoh: meN- + lukis  melukis
meN- + nyatakan  menyatakan
d) Alomorf men-
Awalan meN- berubah menjadi alomorf men- jika digabungkan dengan morfem berawalan fonem /d/ dan /t/.
contoh: meN- + data  mendata
meN- + tari  menari
e) Alomorf mem-
Awalan meN- berubah menjadi alomorf mem- jika digabungkan dengan morfem berawalan fonem /b/, /p/, dan /f/.
contoh: meN- + batu  membatu
meN- + paku  memaku
f) Alomorf menge-
Awalan meN- berubah menjadi alomorf menge- jika digabungkan dengan morfem berawalan fonem bersuku satu.
contoh: meN- + lap  mengelap
meN- + tik  mengetik
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 4
2) Awalan di-
Awalan di- tidak mengalami perubahan ketika digabungkan dengan morfem atau bentuk dasar apapun.
Contoh: di- + cuci  dicuci
di- + pajang  dipajang
3) Awalan ke-
Awalan ke- tidak mengalami perubahan ketika digabungkan dengan bentuk tertentu.
Contoh: ke- + kasih  kekasih
ke- + dua  kedua
4) Awalan ber-
Awalan ber- memiliki beberapa alomorf, yaitu be-, bel-, dan ber-.
a) Alomorf be-
Awalan ber- berubah menjadi alomorf be- jika digabungkan dengan morfem yang berawalan fonem /r/.
Contoh: ber- + rambut  berambut
Awalan ber- juga berubah menjadi alomorf be- jika digabungkan dengan bentuk dasar tertentu.
Contoh: ber- + kerja  bekerja
b) Alomorf bel-
Awalan ber- berubah menjadi alomorf bel- jika digabungkan dengan bentuk dasar tertentu.
Contoh: ber- + ajar  belajar
c) Alomorf ber-
Awalan ber- menjadi alomorf ber-. Alomorf ber- terbentuk jika awalan ber- digabungkan dengan morfem yang tidak memiliki kriteria seperti dalam proses
morfofonemik pada alomorf be- dan bel-.
Contoh: ber- + angkat  berangkat
ber- + main  bermain
5) Awalan ter-
Awalan ter- membentuk fungsi dan makna tertentu dalam pembentukan kata.
a) Alomorf te-
Awalan ter- berubah menjadi alomorf te- jika digabungkan dengan morfem berfonem awal /r/.
Contoh: ter- + rasa  terasa
b) Alomorf ter-
Awalan ter- berubah menjadi alomorf ter- jika digabungkan dengan morfem bersuku awal /er/. Dalam kasus tertentu, fonem /r/ pada awalan ter- hilang.
Contoh: ter- + perangkap  terperangkap
ter- + pergok  tepergok
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 5
7) Awalan peN-
Awalan peN- memiliki beberapa alomorf, yaitu pen-, pem-, peny-, peng-, pe-, dan penge-. Awalan peN- mengalami perubahan jika digabungkan dengan berbagai morfem
berfonem awal tertentu.
a) Alomorf pen-
Awalan peN- berubah menjadi alomorf pen- jika digabungkan dengan morfem berfonem awal /t/ dan /d/.
Contoh: peN- + tutup  penutup
peN- + daftar  pendaftar
b) Alomorf pem-
Awalan peN- berubah menjadi alomorf pem- jika digabungkan dengan morfem berfonem awal /p/, /b/, /f/.
Contoh: peN- + pukul  pemukul
peN- + bantu  pembantu
peN- + fitnah  pemfitnah
c) Alomorf peny-
Awalan peN- berubah menjadi alomorf peny- jika digabungkan dengan morfem berfonem awal /s/, /c/, /j/.
Contoh: peN- + sunting  penyunting
peN- + cari  pencari
peN- + jala  penjala
d) Alomorf peng-
Awalan peN- berubah menjadi alomorf peng- jika digabungkan dengan morfem berfonem awal /k/, /g/, /x/, /h/, dan bunyi-bunyi vokal.
Contoh: peN- + kasih  pengasih
peN- + ganggu  pengganggu
e) Alomorf pe-
Awalan peN- berubah menjadi alomorf pe- jika digabungkan dengan morfem berfonem awal /y/, /r/, /l/, /w/, /n/, /m/, dan nasal.
Contoh: peN- + ramu  peramu
peN- + makan  pemakan
f) Alomorf penge-
Awalan peN- berubah menjadi alomorf penge- jika digabungkan dengan morfem bersuku satu.
Contoh: peN- + cat  pengecat
peN- + bor  pengebor
8) Awalan se-
Awalan se- merupakan salah satu morfem terikat dan tidak memiliki makna leksikal. Awalan se- hanya memiliki satu alomorf yaitu se-.
Contoh: se- + ruangan  seruangan (se- bermakna ‘satu’)
se- + kota  sekota (se- bermakna ‘segenap atau seluruh’)
se- + lebar  lebar (se- bermakna ‘sama dengan atau menyerupai’)
se- + sudah  sudah (se- bermakna ‘aktu’)
se- + tiba  setiba (se- bermakna ‘setelah’)
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 6
Sisipa
Pembentukan kata dapat dilakukan melalui penyisipan
n
morfem terikat didalam morfem bebas tertentu. Proses
(Infik
penyisipan biasanya terjadi pada suku kata pertama.
s)

1. Sisipan –el- 3. Sisipan –em- Dalam Bahasa Indonesia, pembentukan kata dengan
Laki  Lelaki Getar  Gemetar proses sisipan tidak produktif lagi. Kata bersisipan
Tapak  Telapak Gilang  Gemilang sering digunakan pengarang karya sastra untuk
menambah estetik karyanya. Contohnya :
2. Sisipan –er- 4. Sisipan –in- a. Gunung Gemunung  banyak dan bermacam-
Gigi  Gerigi Kerja  Kinerja macam gunung
Suling  Seruling Sambung  Sinambung b. Gemetar  berulang-ulang getar
c. Gemilang  sangat gilang
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 7
Akhiran merupakan proses pembentukan kata dengan
menambahkan morfem terikat di belakang morfem bebas.
Morfem bebas tersebut biasanya berupa bentuk dasar.
Akhira
n
(Sufik
Akhiran –an
1)
s)
Fungsi akhiran –an adalah
2) Akhiran –i
membentuk kata benda. Akhiran –
Akhiran –i dapat melekat pada
an tidak mengalami perubahan
bentuk dasar berupa morfem
bentuk jika digabungkan dengan
bebas tertentu. Bentuk dasar yang
bentuk dasar. Jika suatu bentuk 3) Akhiran –kan
dilekati akhiran –i tidak mengalami
dasar bersuku akhir fonem /a/, Akhiran –kan juga tidak merubah
perubahan apapun. Fungsi akhiran
akhiran –an ditambahkan tanpa bentuk dasar yang dilekati. Fungsi
–i adalah membentuk kata kerja
mengubah fonem apapun. Misal: akhiran –kan adalah membentuk
perintah. Misal: cabuti, basahi,
ayunan, pegangan, harian, buatan, kata kerja perintah dan transitif.
hadiahi dll.
ribuan, kiloan, 2014-an dll. Misal: rendahkan, letakkan,
dewakan dll

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 8


Gabungan
Imbuhan gabungan terdiri dari awalan dan akhiran. awalan
Proses pembentukan kata pada imbuhan gabungan tidak akhiran
sama dengan awalan dan akhiran. Oleh karena itu, ciri- (Konfiks)
ciri imbuhan gabungan perlu diketahui

1) Imbuhan gabungan melekat pada bentuk dasar secara bersamaan. Contohnya, kata berdatangan terdiri
dari gabungan ber-an dan bentuk dasar dating. Kata tersebut tidak berasal dari pembentukan awalan ber-
dan bentuk datangan ataupun sebaliknya.
2) Imbuhan gabungan menyatakan satu makna gramatikal. Oleh karena itu, imbuhan gabungan tidak dapat
dipisah atau dipenggal salah satu bagiannya. Contohnya pemisahan kata berdatangan menjadi berdatang
atau datangan mengakibatkan tidak berarti.

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 9


1) Gabungan ke-an
Gabungan ini dapat melekat pada berbagai bentuk dasar. Imbuhan ke-an memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Membentuk kata benda konkret
b) Membentuk kata benda abstrak
c) Membentuk kata kerja pasif
d) Membentuk kata sifat
Contoh gabungan ke-an yaitu: kemalasan, keagamaan, kepanasan, ketiduran dll.
2) Gabungan peN-an
Fungsi gabungan ini adalah untuk membentuk kata benda. Bisa melekat pada berbagai bentuk dasar. Bisa berubah menjadi bentuk pe-an,
pem-an, pen-an, peng-an, peny-an, dan penge-an. Misal: penamaan, pemalsuan, pendaftaran, penghasilan, penyadapan, pengeboman
dll.
3) Gabungan per-an
Gabungan per-an memiliki fungsi untuk membentuk kata benda, seperti perhubungan dan percakapan. Dalam proses pembentukan kata,
imbuhan gabungan per-an mengalami perubahan bentuk. Imbuhan ini dapat berubah menjadi pe-an, pel-an dan per-an. Misal: pergaulan,
persetujuan, pemukiman, perdesaan, pengurangan dll.
4) Gabungan ber-an
Gabungan ber-an memiliki fungsi untuk membentuk kata kerja. Imbuhan ini dapat juga berubah menjadi be-an tergantung fonem dasar
yang dilekatinya. Misal: berpegangan, berjatuhan, berkilauan dll.
5) Gabungan se-nya
Fungsi imbuhan se-nya adalah membentuk kata keterangan. Imbuhan gabungan se-nya hanya memiliki satu alomorf, yaitu se-nya.
Imbuhan gabungan tersebut biasanya digunakan dalam bentuk dasar berulang. Pada umumnya imbuhan gabungan ini dibentuk dari kata
sifat. Misal: sehebat-hebatnya, sepulangnya dll.
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 10
Kombinasi
Dalam kombinasi imbuhan, bentuk dasar berupa morfem bebas Imbuhan
dapat dilekati lebih dari satu atau dua morfem terikat berupa
imbuhan. Kombinasi imbuhan berbeda dengan imbuhan
gabungan (konfiks). Dalam kombinasi gabungan, imbuhan
dapat melekat pada awal atau akhir bentuk dasar secara bebas
dan tidak perlu bersamaan.

Misal kata berpakaian. Kata dasar pakai dilekati akhiran –an


sehingga menjadi pakaian. Kemudian awalan ber- dilekatkan
pada bentuk turunan pakaian sehingga menjadi berpakaian

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 11


1) Kombinasi Imbuhan memper-kan
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja intransitive. Misal: mempersatukan, memperlihatkan dll.
2) Kombinasi Imbuhan meN-i
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja aktif. Imbuhan meN-I dapat mengalami perubahan bentuk menjadi lima
alomorf, yaitu mem-i, me-i, meng-i, meny-i, dan menge-i. Misal: memotongi, menaiki, menguliti, menyampuli, dll.
3) Kombinasi Imbuhan di-I
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja pasif. Misal: dikuahi, dikuliti, disirami, disukai, disopiri, diasini, dicabuti
dll.
4) Kombinasi Imbuhan meN-kan
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja transitif. Misal: menghancurkan, membelikan, medaratkan,
mendewakan dll.
5) Kombinasi Imbuhan di-kan
Fungsi imbuhan ini adalah membentuk kata kerja bentuk pasif. Misal: dilebarkan, dikecilkan dll.
6) Kombinasi Imbuhan ber-kan
Fungsi imbuhan ini adalah untuk membentuk kata kerja. Misal: berdasarkan, bertahtakan dll.
7) Kombinasi Imbuhan diper-kan
Fungsi imbuhan ini adalah untuk membentuk kata kerja pasif. Misal: dipertemukan, diperbincangkan dll.
8) Kombinasi Imbuhan memper-I
Fungsi imbuhan ini adalah untuk membentuk kata kerja. Misal: memperbaiki, mempersenjatai dll.
9) Kombinasi Imbuhan diper-I
Fungsi imbuhan ini adalah untuk membentuk kata kerja. Misal: dipersenjatai, diperbarui dll.

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 12


f. Imbuhan Serapan dari Bahasa Asing

• Serapan dari bahasa Inggris dan bahasa Arab


• Imbuhan serapan dari bahasa asing memiliki makna gramatikal ketika bergabung dengan
kata tertentu.

Seperti:
1. Imbuhan –is bermakna ‘sifat’
Contoh: egois → bersifat ego
2. Imbuhan –isme bermakna ’paham’ dan ‘aliran’
Contoh: liberalisme → berpaham liberal
3. Imbuhan –isasi bermakna ’proses’
Contoh: modernisasi → proses pemodernan

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 13


2. Kata Ulang/ Reduplikasi
• Proses pembentukan kata dapat dilakukan dengan pengulangan kata
• Terdapat 4 macam kata ulang yang memiliki bentuk dan makna yang berbeda-beda
1. Pengulangan utuh (Dwilingga), yaitu proses pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar.
Contoh: meja → meja-meja
2. Pengulangan sebagian, yaitu proses pengulangan dengan mengulang sebagian bentuk dasar.
Contoh: luhur → leluhur (Dwipurwa); sekali → sekali-kali (Dwiwasana)
3. Pengulangan berimbuhan, yaitu proses pengulangan dengan menambah imbuhan.
Contoh: mobil → mobil-mobilan; tipu → tipu-menipu
4. Pengulangan berubah bunyi, yaitu proses pengulangan dengan mengulang seluruh bentuk dasar disertai perubahan bunyi.
Contoh: warna → warna-warni (pengulangan vokal); sayur → sayur-mayur (pengulangan konsonan)
5. Pengulangan semu
• Pengulangan yang tidak menimbulkan makna apapun (contoh: kupu-kupu)
• Pengulangan yang menimbulkan perubahan bentuk dan makna
Contoh: rumah-rumah → banyak rumah
kebiru-biruan → agak biru

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 14


JENIS-JENIS KATA
• Kelas kata digolongkan berdasarkan sifat kata dalam kalimat

Kata
Benda
Kata Kata
Seru Kerja

Kata Kata
Sandang Sifat

Kelas
Kata
Kata
Kata Keterang
Sambung
an

Kata Kata
Depan Ganti
Kata
Bilangan

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 15


Kata Benda (Substantiva)
• Yaitu jenis kata yang menyatakan nama, tempat, benda atau sesuatu yang dibendakan
• Kata benda dibedakan menjadi 2, yaitu: kata benda konkret (cth: meja, logam) dan kata benda abstrak (cth: kejahatan, kelemahan)

K a t a K e r j a ( Ve r b a )
• Merupakan kata yang menyatakan perbuatan atau perilaku
• Terdapat 10 jenis kata kerja (cth: menanam, dirancang, berpelukan)

Kata Sifat (Adjektiva)


• Merupakan kata yang menyebutkan sifat atau keadaan suatu benda
• Kata sifat memiliki fungsi sebagai atribut, predikat dan substansif (cth: agak dingin, putih sekali, termalas)

Kata Keterangan (Adverbia)


• Kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan, kata tambahan, dan kata keterangan
• Dibagi menjadi 6 jenis, yaitu keterangan tempat, keterangan waktu, keterangan aspek, keterangan tujuan, keterangan kuantitatif, dan
keterangan sebab

Kata Ganti (Pronomina)


• Kata yang berfungsi menggantikan kata benda
• Dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu kata ganti orang, kata ganti pemilik, kata ganti penanya, kata ganti tidak tentu, dan kata ganti tunjuk

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 16


Kata Bilangan (Numeralia)
• Kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah, himpunan, atau urutan
• Dibedakan menjadi 4, yaitu bilangan utama, bilangan tingkat, bilangan kumpulan, dan bilangan tidak tentu
• Kata bilangan sering diikuti kata bantu bilangan (cth: seekor, sebutir)

Kata Depan (Preposisi)


• Kata depan merangkaikan kata dengan kata dalam kalimat
• Kata depan terletak di depan kata benda
• Kata depan dibedakan menjadi 3, yaitu kata depan sejati (di, ke, dari), tunggal (bagi, untuk, antara), dan gabungan (di dalam, daripada)

Kata Sambung (Konjungsi)

• Kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan
paragraf

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 17


Berdasarkan penjelasan tersebut konjungsi dibagi menjadi koordinatif, korelatif,subordintif,
antarkalimat dan antarparagraf. Konjungsi-konjungsi tersebut memiliki perbedaan dalam
penggunaannya.
A. Konjungsi Koordinatif
Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan dua unsur
atau lebih yang sama pentingnya atau berstatus sama.
B. Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frasa
dengan frasa dan klausa dengan klausa yang memiliki sintaksis sama.
C. Konjungsi Subordinatif
Konjungsi subordinatif adalah penghubug dua klausa atau lebih yang tidak memiliki
status sintaksis sama. Konjungsi subordinatif merupakan konjungsi yang memiliki
banyak ragam, diantaranya sebagai berikut:

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 18


1) Konjungsi Subordinatif Waktu → membentuk hubungan waktu antarklausa.
2) Konjungsi Subordinatif Syarat → membentuk hubungan antara dua klausa atau lebih.
3) Konjungsi Subordinatif Pengandaian → membentuk hubungan pengandaian antara
dua klausa atau lebih..
4) Konjungsi Subordinatif Tujuan → membentuk hubungan tujuan antara dua klausa atau
lebih.
5) Konjungsi Subordinatif Konsesif → membentuk hubungan konsesif antara dua klausa
atau lebih.
6) Konjungsi Subordinatif Pembandingan → membentuk hubungan perbandingan antara
dua klausa atau lebih.
7) Konjungsi Subordinatif Sebab → membentuk hubungan sebab antara dua klausa atau
lebih.
8) Konjungsi Subordinatif Akibat → membentuk hubungan hasil antara dua klausa atau
lebih.
9) Konjungsi Subordinatif Alat → membentuk hubungan alat antara dua klausa atau
lebih.
10) Konjungsi Subordinatif Komplementasi → membentuk hubungan komplemen atau
pelengkap antara dua klausa atau lebih.
11) Konjungsi Subordinatif Atributif → terdiri dari satu kata yaitu yang.
© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 19
D. Konjungsi Antarkalimat
Konjungsi antarkalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lain. Konjungsi antarkalimat dapat

dibedakan berdasarkan maknanya, yaitu sebagai berikut:


1) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Hubungan Pertentangan → terjadi antara kalimat satu dengan kalimat lain yang mendahuluinya.

2) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Kelanjutan Peristiwa → menyatakan kelanjutan peristiwa atau keadaan pada kalimat

sebelumnya.

3) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Hal, Peristiwa atau Keadaan → dapat digunakan untuk menyatakan hal, peristiwa, atau keadaan

lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya.

4) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Kebalikan → menyatkan kebalikan dari yang disampaikan oleh kalimat sebelumnya.

5) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Keadaan Sebenarnya → menyatakan keadaan sebenarnya.

6) Konjungsi Antarkalimat yang Menguatkan Keadaan → digunakan untuk menguatkan keadaan yang disampaikan pada kalimat sebelumnya.

7) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Konsekuensi → menyatakan konsekuensi pada kalimat sebelumnya.

8) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Akibat → menyatakan dapat digunakan untuk menyatakan akibat dari hal atau peristiwa yang

dijelaskan dalam kalimat sebelumnya.

9) Konjungsi Antarkalimat yang Menyatakan Kejadian yang Mendahului Kejadian Lain → menyatakan kejadian atau peristiwa yang terjadi

sebelum peristiwa
© 2018 Slidefabric.com lain
All rights reserved. terjadi. P A G E 20
E. Konjungsi Antarparagraf
Konjungsi Antarparagraf adalah penghubung atara paragraf satu dengan paragraf
lain.
Contoh:
Pemerintah harus serius mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia.
Kesejahteraan harrus merata dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu,
pemerintah harus adil sesuai sila ke-5 Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dalam pada itu, pemerintah harus dapat membuat kebijakan-kebijakan yang
menguntungkan rakyat menengah ke bawah. Jika kesenjangan social terus terjadi,
masyarakat kecil akan terus menderita. Kaum kaya semakin kaya, sedangkan
kaum miskin semakin miskin.
Dalam contoh tersebut paragraf pertama menjelaskan bahwa persoalan
kemiskinan harus segera diatasi. Sementara itu, paragraf kedua menjelaskan
Pemerintah harus lebih berpihak kepada masyarakat kecil. Konjungsi
yangdigunakan pada contoh tersebut adalah dalam pada itu .

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 21


Kata Sandang
Kata sandang merupakan kata yang membedakan kata di belakangnya. Kata sandang disebut juga artikel. Contohnya
adalah si dan sang. Misal si buaya dan sang raja.

Kata Seru
Kata seru merupakan kata yang digunakan untuk menyatakan perasaan. Kata seru disebut juga interjeksi. Jenis-jenis kata
seru antara lain adalah kata seru menunjukan perasaan sedih, senang, kekaguman, ajakan, kejijikan, kesyukuran,
pengampunan terhadap kesalahan, pengakuan, kaget, berbelasungkawa, sumpah serapah, ketidakpercayaan, panggilan,
heran dan simpulan.
Perubahan Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia
Setiap kata dalam bahasa Indonesia tergolong dalam kelas kata tertentu. Namun, kelas kata tersebut tidak bersifat mutlak
Contoh:
ajar + pen- + -an → pengajaran
rumah + sakit → rumah sakit
Selain dapat berpindah kelas kata, sebuah kata kadang-kadang menduduki kelas kata lebih dari satu, seperti kata sedang.

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 22


Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua buah morfem dasar atau lebih yang
mengandung satu pengertian baru.

Ciri-ciri Kata Majemuk


Berikut merupakan ciri-ciri kata majemuk.
1. Kata majemuk tidak dapat disisipi unsur kata lain.
2. Kata majemuk tidak dapat diperluas.
3. Kata majemuk tidak dapat dibalik.

Jenis-jenis Kata Majemuk


Kata majemuk dapat berupa gabungan dua morfem berbeda jenis. Kata majemuk
dapat berupa gabungan dua kata seperti sapu tangan.
Dapat pula berupa gabungan antara pokok kata dan pokok kata. Contoh kata
majemuk jenis ini adalah lomba renang.

© 2018 Slidefabric.com All rights reserved. P A G E 23


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai