Buku Saku Resep Obatpdf PDF
Buku Saku Resep Obatpdf PDF
UPDATED VERS.I.II
ASAL USUL LESCIUS-MEDICUS
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmatnya yang
telah memberikan segalanya untuk diriku, kemudian kepada orang tua, adik,
dan para dosen2ku dan semua orang yang banyak membantuku selama ini.
Berawal dari ketidaksengajaanku yang hobi jeprat-jepret les pasien,
nyatetan sakti, atau keisenganku merekam suara visite besar para senior-
supervisor. Setelah sekian lama pengalamanku beberapa kali jaga, ikutan
diajak ke klinik dan yankes, pada awalnya sempat bingung, ehmm…
pasiennya dikasih apa nih ya??? dikasih obat apa ya yang cespleng, mau
dikasih antibiotik, mana yang bagus nih, atau obat simptomatis apa ya yang
bagus to pasien ini, merk obat belum hafal lagi, he5…???? Dan kuyakin
semua “dokter muda” alias “koas awal” alias “pekerja setengah dokter” pasti
bingung, obat apa yang bakal diberi. Tanggung jawab dokter emang tidak
ringan, kalo dipikir2, setelah kita menganamnesa, lalu px/ fisik dan kalo perlu
penunjang, barulah kepikiran diagnosa. Nah anggap aja tau diagnosa, terus
obat yang “Mak Nyuussss” apa ya ??? he5. Walaupun teori hafal mati tapi
dalam hal peresepan, tentulah hal itu juga harus besar pengaruhnya didapat
dari pengalaman toh. Apalagi merk banyak. Akhirnya selama masa dokter
muda 2 tahun keblesit ide untuk mengumpulkan catatan resep2 “Cakti” yang
sebenarnya berawal dari suatu keisenganku sambil mengisi waktu senggang,.
Catatatan resep “Cakti”, dibuat hanya sekedar CONTOH beberapa kasus
yang didapat selama masa belajar. Buku ini hanya berisi resep-resep saja,
dengan sedikit tambahan teori obat-obatan, teori lebih detail silakan baca
dibuku textbook. Catatan ini berisi contoh resep para senior berpengalaman
yang ahli dibidangnya berjudul “LESCIUS-MEDICUS” terdiri dari 2 inti
yaitu:
1. Inti I. Lescius-Medicus Minor: Berisi catatan dasar-dasar ilmu farmasi dan
contoh resep selama stase siklus kecil.
2. Inti II. Lescius-Medicus Mayor: Berisi contoh resep selama stase siklus
besar; Kompilasi kasus UGD: Interna, Bedah-UGD, Pediatri-UGD, Neuro-
UGD, Obsgyn.
Lescius-Medicus ini hanya sebatas contoh resep saja, Bukan patokan
untuk menggunakannya karena kedokteran adalah ARTS and SCIENCES.
Jadi saya yakin Pengetahuan pada dokter insya Allah sama, tetapi Seni dalam
Dibuat pada waktu senggang alias lagi iseng every time every day every
moment
(0402005114/Axoneme)
1.Cairan
Glu Lak Osmol Ase
Na K Cl Ca HCO3 Mg
kosa tat ariti tat
mEq mEq mEq mEq mEq Mosmo mEq mEq
g/dL MEq/L
/L /L /L /L /L l/L /L /L
D5% - - - - 5 - - 257 - -
0,9% salin 154 - 154 - - - - 308 - -
RL 130 4 109 3 - 28 - 273 - -
Plasmalit B 140 5 98 - 23 - 50 294 3 27
2. Pain Management
a. Golongan Analgetik non narkotik, Antipiretik
No Nama (sediaan) Merk Dosis R/ Keterangan
maks
1. Asam asetil salisilat
(asetosal) Asetosal (1x1) 15 tab Untuk
- Tab 100 mg Aspilet/80mg 1 tab/hari antitrombotik
Asetosal Dosis lazim 80- dan
- Tab 200 mg 160/hr profilaksis
MI s/d
angina
300mg/hr
pectoris &
TIA s/d
MI
1000mg/hr
2. Fenilbutasol Dibatasi to
- Tab salut 200 Fenilbutazon/ (3x1) kead. Akut,
mg Phenylbutazon sesudah
makan to 1
minggu
3. Ibuprofen Antipiretik
- Tab 200 mg Ibuprofen/ (3x1) >>, analgetik
- Tab 400 mg Prifen. sakit gigi,
#Proris: #Dewasa 200 nyeri otot
Caps 200mg mg 3-4x/hr
Supp 125mg Anak: 5-
Syr 100mg/5mg 10mg/kgBB
Sir forte 50 ml (3-4x/hr)
4. Metampiron Analgetik >>,
- Tab/caps 500 Metampiron/Antalgin/ (3x1) 15 tabs antipiretik,
mg Lexagin 1-2 caps anti reumatik
Metampiron inj 3x/hari 3 amp
A. Cream, Zalf
Golongan Merk Dagang Komposisi utama/Generik Sediaan
Visancort Tiap gr cr mengand Tube 10 g cr
1. Steroid Hidrokortison 1%,
iodoklorohidroksikinolina 1%,
kamfer 1%.
Inerson Desoksimetason 0,25 % Tube 15 g zalf
Locoid cr Hydrocortisone 17-butyrate Cr 10 gr
Nerilon Diflukortolon valerat 0,1 % Tube 10 g cr
2.Antibiotik, Betasin Betamethasone dipropionate Cr 10 gr
Kombinasi 0,05%
Gentamysin sulfate 0,1 %
Digenta Tiap gr mengand Gentamisin 1
mg dan betametason 0,5 mg
Salticin 1 mg/gr cr: Gentamisin sulfat 40
mg/ml
3. Antifungi Mycoderm/mycoral/ Ketoconazol 2% cr Tube 5 g cr
Interzol/formyco/Fungor
al
4. Lain2 Scabimite Permetin 5% 10 gr, 30 gr
B. Oral
Golongan Merk Komposisi utama/Generik Sediaan
1. Steroid Somerol Metylprednisolon 4 mg 4 mg, 16 mg/tab
Prednison Prednison 5 mg 5 mg
Triamcort Triamcinolone tab 4 mg
2. Antibiotik Interdoxin Doxycyclinehydrate caps
50mg/100 mg
Robamox Amoxycillin trihydrate 500 mg
3. Antifungi Interzol, Fungoral Ketoconazol 200 mg 200 mg
Adult 1 tab/hr,
Anak > 2 th: 5 mg/kgBB/hr
4. Antihistamin Interhistin Mebhidrolin napadisilat 50 50 mg/tab
mg/tablet 50mg/5 ml syr
50 mg/5ml sirup
Inclarin/sohotin/ Loratadin 10 mg/tab
Aloris 5 mg/5 ml syr
Obat Lokal
Bactroban zalf kulit (mupirocin 2% to infeksi bakter)
Betason-N zalf kulit 5 gr (Betametasone, Neomycin)
Fusidic acid zalf (R/Fuladic)
Lactacyd liquid
Neoderma zalf kulit 5 gr (Fluociolone, Neomycin)
Nebacetine (NB zalf) 5 gr, (Neomycin, Bacitracin)
Rowadermat oral gel, to anak > 3 th
Tarivid otic ear drop
Lain-Lain
Cara membuat D12,5% 500 cc: D 10% 460 cc + D 40% 40 cc
63 Metronidazole Antiamoeba Oral, Dws. 3 x 250 mg/hr ~ 7- Tab. 250 mg, 500 mg;
parenteral 10 hr; giardiasis 3 x Sup. 500 mg; Lar.
250 mg/hr ~ 7 hr. Infus 5 mg/ml, 10
ml/vial
64 Nifedipin Antihipertensi Oral 3 x 5 mg/hr, maks 30 Tab. 10 mg.
mg/hr
65 Nitrofurantoin Antiseptik Oral Dws. 3-4 x 50-100 Kaps. 50 mg
ISK mg/hr
66 Nitrogliserin Antiangina Oral 0,15-0,6 mg Tab. sublingual 0,5
mg.
67 OBH Ekspetoran- Oral Dws. 3 x 5 ml/hr Cairan btl 200 ml;
mukolitik konsentrat btl 1 L.
68 Oksimetazolin Dekongestan Nasal 1-2 x/hr Tts hidung 0,025%,
HCl btl 10 ml, 0,0050% btl
15 ml.
69 Pirantel Antihelmentik Oral 10 mg/kgBB, dosis Tab. 125 mg; Susp.
tunggal 125 mg/5 ml.
70 Prednison Antiinflamasi Oral Artitis 7,5 mg/hr; RHD Tab. 5 mg
40 mg/hr; Asma 2 x 30
mg/hr ~ 5 hr.
71 Probenesid AntiGA, Oral 2 x 250 mg/hr ~ 1 mgg Tab. 500 mg
hiperusemia diikuti 2 x 500 mg/hr
Terapi tambahan
• Vasopressor
Therapi
1. Istirahat baring
2. Diet lunak
3. IVFD bila keadaan toksis/dehidrasi
4. Untuk amebiasis : metronidazol 3 x 500 – 100mg (7 – 10 hari)
Untuk sigelosis : tetrasiklin 4 x 250 – 500mg/hari
Planing Dx/
• Biakan feces
• Endoskopi
Planing Mn/
• Vital sign
Planing Dx/
1. DL/FL ulang pemeriksaan sputum
2. Spirometri/tes provokasi bronikal
3. Tes alergi kulit, kadar IgE serum
4. Analisa gas darah
5. Hitung cosinopil
Planing monitoring
1. Vital sign
2. Parameter klinik bertanya serangan
AMINOFILIN
Merupakan gram teofilin. Dosis untuk status asmatikus 6mg/BB dalam 20-30 menit
Maintenance ; bukan perokok ; 0,5mg/BB/jam, perokok ; 0,8-0,9mg/BB/jam
Efek samping ; mual, muntah, sakit kepala
I. Bilirubin
Bilirubin conjugated dapat dieksresikan dalam urine bilirubin unconjugated tak dapat
dikeksresikan dalam urine. Uroblin pada ikterus kolestatik tak dapat dalam urine.
II. Kolestrol
Normalnya : 150 – 250 mg/100 cc
Pada ikterus kolestatik : kolesterol meningkat 3 – 4 kali
Pada kolestatis kronik : kolestrol > meningkat
III. Fosfatase
Alkali pospatase merupakan indek yang sangat sensitif bagi statis empedu Kadar normal
: 3 – 13 kA unit
Pada ikterus kolestatik kadarnya meningkat : 10 kali
Pada ikterus hepatoseluler kadarnya meningkat : < 10 kali
IV. Transaminase
a) SGOT normal : 5 – 17 10/100 cc. Banyak terdapat pada jantung, otot sklet hinjal
kadar meningkat pada hepatoseluler nekrosis atau intark myokard
b) SGPT normal : 4 – 13 10/100 cc. Banyak terdapat pada hati pada otot, jantung agak
kurang pada hepatitis meningkat
c) < DH (normal : 500 unit). Terdapat terutama pada otot skelet, jantung, hati, eritrosit
d) Cholin esterasi. Pada sirosis kadarnya menurun
Laboratorium :
1 Darah tepi
3
a Leukosis berat : 20.000 - 50.000 pada permulaan kemudian biasanya >100.000 /mm
b Anemi mula-mula ringan menjadi progresif pada fase lanjut besifat normokrotik -
normokrotik
c Trombosit bisa meningkat, normal atau menurun
d Fosfatase alkali netrofil selalu rendah
e Hapusan darah tepi menunjukkan spektrum lengkap
2 Sumsum tulang
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan. Gambarannya mirip dengan hapusan
darah tepi.
3 Sitogenetik : adanya philadelpia kromosom
4 Vit B12 serum dan B12 binding capacity meningkat
Therapi
1. Istirahat baring
2. Diet rendah protein, rendah garam (bila ada tanda hipertensi portal)
Diet TKTP bila tanpa hipertensi portal
3. Diuretika furosemid 40 mg/hari+spironolakton 2 x 25 mg/hari
4. Simptomatis, Roburantia
Planing dx/
DL/UL/FL
< FT, Bilirubin direk/indirek
USG
Upper GI pada kecurigaan adanya varices esopagus
Gradasi DHF :
1. Demam + gangguan konstitusional tidak khas perdarahan
berupa RL positif atau easybrushing
2. Derajat I + perdarahan spontan
3. Gagal sirkulasi Tensi ↓ , Nadi cepat dan lemah, kulit dingin
dan lembab, dan gelisah
4. Syok Tekanan darah ↓ dan Nadi ↑ yang fluktuatif
(derajat 3 & 4 = DSS)
Planing Dx/
• DL/UL
• Tes HI
• Hematokrit
Planing monitoring
• Vital sign
• Tanda dini renjatan
- KU memburuk
- Hati makin membesar
- Bleeding time memanjang
- Hematokrit meningkat pada pemeriksaan berkala
• Therapi
1. Istirahat
2. Diet lunak
3. IFD : 5% RL untuk life line/mengatasi dehidrasi
4. Antasida syrup 3 x CI
5. Simetidine 3 x 200 mg iv/oral
Planning Dx/
• Barium enema
• Endoskopi
Planning monitoring
• Vital sign
• Anamnesa yang teliti dari demam 7 hari, kedalam toksis dan gangguan
gastrointestinal
• Perlu dicari kardinal rign : typoid tengue, bradikardia, relatif, hepatosplenomegali,
meteorismus, gangguan sensorium, demam > 7 hari
• Cari kemungkinan adanya komplikasi
Therapi
• Istirahat baring
• Diet lunak renda serat sampai 7 hari bebas demam
• Khlorampenicol 4 x 250 mg hari I selanjutnya 4 x 500 mg
• Vit B komplek 3 x 1
• Parasetamol K/P
Bila melena
• Penderita diperaskan
• Nutrisi darah samapi Hb diatas 10 gr%
• Bila terjadi perporasi usus seperti pada melena + NGT untuk decompresi dan
kosul bedah sito
• Bila terjadi syok septik
• Puasa
• IVFD : RL berikan dulu loading dose 1 liter dalam 30 menit kemudian tambahkan
dopamin 10 - 20meq/Kg BB/menit (50 tts/menit)
• 02 2 - 4 liter/menit
• Dexametason 3 mg/kg BB bolus
• Klorampeniol 4 x 500 mg atau 3 x 1000 mg iv
• Vit BC parenteral
• Monitoring CVP
Planning therapi
• Vital sign
Mekanisme terjadinya diduga oleh karena pengaruh sitokine (mediator) disamping
secara mekanik waktu bakteri masuk ke liver
K. Indikasi : Kortimoksazol
Indikasi : Chlorampenicol/thiampenicol
Kriteria pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
BSN 80 – 120 120 – 140 > 140
BS 2 jam pp 80 – 160 160 – 200 > 200
Kolesterol total < 200 200 – 240 > 240
HDL kolesterol > 40 35 – 50 < 35
Trigliserid
• Tanpa PJK < 200 200 – 400 > 400
• Dengan PJK < 150 150 – 200 > 200
Hb Al c (5) 4–6 6–8 > 8
Tensi < 140/90 <160/95 > 160/95
BMI
Wanita 19 – 23 23 – 25 > 25
Pria 20 – 25 25 – 27 > 27
BB
BMI
TB
Klasifikasi infeksi pada diabetik foot :
Grade 0 : tidak ada luka
1 : ulkus dengan infeksi yang superficial
2 : ulkus sampai tendon dan tulang tapi infeksi minimal
3 : ulkus sampai tendon dan tulang dengan abces dan osteomyelitis
4 : ulcus dan menimbulkan gangren lokal pada jari laki atau kaki
bagi depan
5 : lesi/ulcus dengan gangren dari seluruh kaki
DOPAMIN
(prekusor NE)
- Pada dosis rendah (infuse) akan meningkatkan aliran darah ginjal,
mesenterium dan pembuluh darah koroner (vasodilatasi)
- Meningkatkan LFG dan ekskresi Na+
- Pada dosis sedikit lebih tinggi akan meningkatkan kontraktilitas
miokard
- Pada dosis rendah sampai sedang resistensi perifer total tidak
berubah
- Meningkatkan tekanan sistolik dan tekanan nadi tanpa
meningkatkan tekanan diastolic ( atau sedikit meningkat )
- Sangat berguna pada keadaan curah jantung lemah dan disertai
gangguan fungsi ginjal ( syok kardiogenik dan hopovolemik)
- Pada dosis tinggi berakibat vasokonstriksi shg bila digunakan
pada syok yang mengancam jiwa , tekanan darah dan fungsi ginjal
harus dikontrol terus.
- Tidak memberikan efek di otak walaupun ada reseptornya karena
dopamine sukar melewati sawar otak.
- Sebelum diberikan pada syok hipovolemik, hipovolemiknya harus
dikoreksi dahulu
- Efek samping ; nausea, muntah, takikardi, aritmia, nyeri dada,
hipertensi dan peningkatkan tekanan diastolic.
- Dosis lebih dari 10-20 mikrogram/BB/menit ; efek vasokonstriksi
timbul
- Meningkatkan kontraktilitas miokard, tidak banyak meningkatkat
denyut jantung.
Obat harus dapat larut dalam lemak agar bisa diserap oleh usus.
Kemudian dikonversi didalam hati agar dapat diekskresikan ke dalam
urin.
Bila kita mencurigai adanya suatu hepatitis oleh karena obat,
anamnesis tentang pemakaiaan obat selama 3 bulan terakhir sangat
penting.
Respon obat terhadap hati tergantung dari factor :
- absorbsi
- lingkungan
- genetik
Farmakokinetik
Klirens obat Dallam hepar tergantung dari :
- enzim metabolisme obat
- aliran darah hati
- adanya protein plasma binding
Ada jenis obat yang termasuk kedalam “high first pass” (high intrinsic
clearance) yaitu golongan obat yang diserap secara cepat dan
tergantung dari hepatic blood flow. Bila aliran melambat seperti pada
CH atau gagal jantung menyebabkan terjadinya peningkatan
penyerapan contohnya propanilil , cimetidine. Karena bersifat hfp
maka sebaiknya obat tersbut diberikan secara sublingual ataupun
injeksi untuk menghindari obat tersebut memasuki system portal.
Sebaliknya obat yang bersifat Low Intrinsic clearance tidak begitu
tergantung dari hepatic blood flow. Perubahan dari HBF ini
mempunyai efek yang kecil.
Plasma binding protein membatasi presentasi dari obat dengan enzim
hepar.
FASE 1
System utama metabolisme obat di hepar terjadi dalam reticulum
endoplasma halus. Enzim yang terlibat adalah kesatuan fungsi dari mono
cytokrom C reduktase dan cytokrom p450. NAPDH sebagai ko factor. Obat
diubah menjadi lebih polar(mudah larut dalam air) dengan proses
hidroksilasi atau oksidasi. Fase 1 alternatif termasuk terjadinya konversi
alcohol menjadi asetildehid yang terutama terjadi di fraksi sitosolik.
Enzyme inducers seperti ; barboturat, alcohol, anestetik, hipoglikemik, anti
konvulsan agen, griseofulvin, rifampisin, fenilbutason dan meprobamat.
FASE 2
Biotransformasi termasuk konjugasi atau metabolit obat dengan molekul
endogen kecil. Enzim diasanya tisah tertahan di hepar tapi tetap ada dalam
hepar dalam konsentrasi yang tinggi.
Transport aktif
Terjadi di biliary pole of hepatosit. Proses ini tergantung ada tidaknya energi
dan bisa tersaturasi.
Obat yang sudah termetabolisme akan dikeluarkan baik lewat ginjal maupu
empedu tergantung dari berbagai factor dan banyk yang masih belum jelas
dan tergantung juga dari berat molekulnya, <200 lewat ginjal, bila lebih
dikeluarkan lewat system empedu.
P450 system
Obat dimetabolisme dan terbentuk juga zat toksik terjadi dalam system p450
yang terletak dalam reticulum endoplasmic hepatosit. Telah diidentifikasi 50
buah tapi diyakini masih ada lagi. Terbagi menjadi tiga golongan yaitu
p4501,2 dan 3. masing2 mempunyai kemapuan mengikat obat tertentu tapi
yang jelas tidak semua obat. P450 ini dikode oleh gen tertntu , perbedaan
dalam aktivitas katalitik dari masing2 inilah yang dapat menyebabkan
terjadinya reaksi seperti idiosinkrasi,outward reaction. Biasanya pada p450
tipe tertentu mempunyai reaksi yang abnormal dan bila dihubungkan dengan
gen pengkodenya hal ini memungkinkan dimasa depan untuk meramalkan
akan terjadinya reaksi yang abnormal tersebut.
Therapi
1. Bed rest baring ½ duduk
2. Diet TKTP
3. IVFD DS : RL = 1 : untuk life line
4. Analgetika
5. Antibiotika
Planing diagnostik ; DL/UL, sitologi cairan pleura
Planing monitoring : vital sign.
GCS ANAK
Membuka mata: Motorik
• Membuka mata spontan 4 • Gerakan spontan norm al 6
• Diajak bicara/perabaan halus 3 • Mengelak dengan sentuhan 5
• Dengan nyeri 2 • Mengelak dengan nyeri 4
• Tidak ada respon 1 • Fleksi abnormal 3
• Ekstensi abnormal 2
Verbal • Tidak ada respon 1
• Ngoceh 5
• Nangis iritatif 4
• Nangis dengan nyeri 3
• Menggeram dengan nyeri 2
• Tidak ada respon 1
1. Tentukan dulu penyebab GGA: prerenal, post renal, atau renal ( pada
anamnesis sangat perlu dicari
Pemeriksaan yang perlu dikerjakan
1. DL, UL, asam urat, elektrolit urine
2. BUN/serum creatinin, elektrolit (hiper K, hiper P04, hiponatrium, hipokalemi)
3. BOF pol kecurigaan post renal
Therapi
1. Pada kecurigaan post renal segara hilangkan penyebabnya. Kontra indikasi
diuretik
2. Pada penyebab prerenal :
3. Rehidrasi cairan yang cukup
(berdasarkan Bj plasma atau CVP)
1. Tes lasix.
Tentukan dulu diuresis selama 1 2 jam kemudian diberikan furosemid 40 mg iv. Tentukan
diuresis 1 2 jam berikutnya. Bila diuresis menjadi 500 ml (atau 20 ml/jam) boleh diberikan
cairan lagi. Bila tidak pengelolaan renal
1. Renal
2. Diet tinggi kalori (2500 3000 kal) rendah protein (25 30 gram)
3. Pembatasan cairan : cairan masuk = 500 ml + kehilangan cairan hari
kemarinnya.
4. Furosemid dosis tinggi 200 2000 mg/hari untuk merubah oligouri ( poliuri.
5. Pengobatan lain berdasarkan indikasi
A1. Asidosis metabolik
(lemah, pusing, mual, muntah, nyeri perut, napas kusmaul)
CO2 hanya perlu dinaikkan sampai 18 meq/1 (jangan melebihi menaikkan 10
meq/1)
Cara menghitung kebutuhan Na bikarbonat
1. Tentukan defisit CO2 content
Deficit CD2 = deficid CO2 content x 20% x BB (meq/1)
Diobati dengan
1. Nabic 7,5% = deficit meq/1 x 50/45 = …….ml
• Tentukan apakah hanya GGK ataukah terjadi akut on cronik renal failure dimana produksi
urine tiba-tiba < 500cc/ hari pada penderita GGK
• Cari riwayat DM, pirai, batu ginjal, hipertensi, obat nepropotosik jangka lama.
• Perlu dicari penyakit dasarnya
Pemeriksaan yang perlu dikerjakan
• DL/UL
• BUN/Serum creatinin, asam urat
• BOF untuk cari kemungkinan batu
Therapi
1 Istirahat baring
2 Diet tinggi kalori (2500 kal) protein 40-50 gr/hari (pada keadaan berat protein 20 - 30 gr/hari)
3 Jaga keseimbangan cairan
4 Al (OH) 3 x 1 untuk hiperpospatemi
5 As folat 3 x 5 mg untuk mencegah anemia
6 Pengolahan sesuai keadaan/indikasi
Infeksi : Antibiotik pilih yang tidak neprotoksik
Hipertensi : Captopril 3 x 6,25 - 25 mg/hari
Hiperuricemia : Allopurinol 3 x 100 - 300 mg/hari
Pruritis : Dipenhidramin (CTM) 3 x 1
Vomiting : Klorpromasin/trimetobenzamin
Neuromuskuler : Vitamin, neurotropik
Planing Dx/
• Elektrolit
• Kliren kreatinin
• IVP
• USG Ginjal
Cara menghitung kliren keratinin :
Therapi
1 Istirahat posisi ½ duduk
2 Diet lunak rendah garam
3 Oksigen 4 - 6 liter/menit bila ada sesak napas
4 IVFD : D5 % 12 tts/menit untuk life line
5 Meningkatkan kontraktilitas
Bisa disertai AF:
Cedilanid 0,4 - 0,8 mg IV dilanjutkan tiap 6 - 8 jam sampai total 1,6
g. digoxin 3 x 0,5 mg/hari oral selama 1-2 hari dilanjutkan dengan
maintenance 0,25 mg/hari
Bila ada hipotesis: dopamin 3 - 5 mg/kg BB/menit/ infus.
6 Menurunkan preload
• Furosemide 20 - 40 mg/hari IV
• ISDN 3 x 5 - 10 mg/hari
7 Menurunkan after load
• Hidralazin 3 x 25 - 50 mg/hari
• Captopril 3 x 6,25 - 50 mg/hari
8 Koreksi faktor pencetus :
Infus ; antibiotik
Anemi ; transfusi
P/monitoring ; elektrolit pada pemberian diuretika
x 10% BB x 1 liter
Secara lab dengan Bj plasma
Bj Plasma
Defiat : x BB x 4cc
0,001
T/
• Colera : Tetra 4 x 5 mg (2 3 hari)
• Desentri : ampicilin 20 mg/KG BB/hari (4 x pemberian
sulfaquanidin 0,1 gr/Kg BB, Kotri.
• Amubiasis : metro + tetra.
Krisis hipertensi
1. Hipertensi gawat - tekanan darah harus diturunkan dalam waktu
kurang dari 1 jam
• ensefalopati hipertensip
• perdarahan intrasebral/subarakhnoid
• aorta disekan
• payah jantung kiri akut
• angina pektoris yang unstabel
• eklamsi
• epistaksis berat
Therapi
1. Klonidin 0,1- 0,2 mg loading dose kemudian ditambah 0,1 mg tiap
jam sampai total dosis 0,5 mg atau
2. Nifedipine 10 mg sublingual bila dalam 30 menit belum ada
respon tambah 10 mg lagi ( teruskan dengan 2 x 10 mg/hari
Therapi umum hipertensi
1. Therapi berjenjang
Diuretika tiazied, ( blocker, ACE inhibitor, Ca antagonist)
Pemberian obat-obatan
1. Bila penyebabnya oleh karena varices esopagus
1. Sterilisasi usus : Neomicin 4 x 1 gr
Laktulosa 4 x 30 cc
1. Hemostatik : Vit K 4 x 1 amp
Tranexamic acid 4 x 1 amp
1. Antasida 4 x 1 sendok dan Cimetidan 3 x 1 amp
2. Bila ada melena lakukan Lavemen 2 x sehari
Planing Diagnosis
1. DL, UL
2. Feal hemostasis
3. HbsAg
4. LFT
5. Endoskopi
6. USG
Planing Monitoring
1. vital sign
2. Hb, HCT
Therapi
Istirahat baring
Diet TKTP
IVFD : bila memang ada indikasi
Simptomatis : paracetamol, metoclopramid, BC
Planing Dx/
DL/UL/FL
Bilirubin direk/indirek
Alkali pospatase
Virus marker : IgH anti HAV, HbsAG, IgM anti HBC
Planing monitoring
Vital sign
Therapy ;
Sadar ; berikan glukosa oral (20 g karbohidrat )
Tidak sadar ; bolus IV glukosa 12,5-25 gr, dilanjutkan dengan
glukosa infuse.
Jika tidak berhasil berikan suntikan glukagon 1 mg subkutan, iv
atau im atau
Efedrin 25-50mg.
2. Breating (pernapasan)
Jaga agar pasien dapat bernapasan dengan baik, bila perlu berikan bantuan pernapasan
4. Decontamination (pembersihan)
Tergantung cara masuk zat racun
• Melalui kulit : lepas seluruh pakaian, mandi dengan sabun atau keramas
• Melalui saluran cerna/tertelan : dilakukan pengosongan lambang dengan cara
a. Emesis :
• Secara mekanik dengan merangsang daerah oroparing
• 1 pekak 10-20 cc dalam 1 gelas air hangat dapat diulang setelah 30 menit
• apomorfin 0,6 mg/Kg/BB IM atau 0,01 mg/Kg BB iv
Kontraindikasi emesis : keracunan bahan koresif (air acc), kesadaran menurun, kejang
kejang dan keracunan minyak tanah
d. Eliminasi
Bila diperkirakan racun telah beredar dalam darah dengan cara :
1. Diuresis paksa : berguna pada keracunan yang dpat dikeluarkan melalui ginjal
2. Kontraindikasi : syok, DC, edema paru, gagal ginjal, bahan yang tidak dapat dieskkresi
melalui ginjal.
Jenis diuresis paksa :
• DP ½ dan DP Satu
DP ½ = cairan 3 liter dalam 12 jam
FDP 1 = cairan 6 liter dalam 24 jam
• DP netral
Dengan cara memberikan : Ca glukonas iv, D10% 3 liter
• DP alkali
Cara sama dengan DP netral hanya perlu ditambahkan ½ ampul Nabic pada setiap
cairan infus D5%. Digunakan pada keracunan bahan dengan kadar asam lemah mis :
luminal, salisilat, inoiasid, dan litium
• DP asam
Diberikan 1,5 amonium klorida dalam D5% 500cc. Pemberian D5% 500 ml dan Nacl
0,9% 500cc secara bergantian dengan kecepatan 1 liter pada jam pertama dan
dilanjutkan 500cc perjam. Pantau elektrolit serum dan darah setiap jam. Bila PH urine
f. Pemberian Antidote
• Alkaloid opium : Nalokson
• Paracetamol : Sisteamin asetil sistein, metionin
• Sianda : Dikobal edetat
• Organopospat : Atropin dan pralidoksin
• Karbamat : Atropin dan abideksin
• Logam berat arsen : Dimerkaprol
• Logam air raksa : N asetil penisilamin
• Tembaga : D penisilamin
• Timbel : dimerkaprol, Ca disodium edetat
• Metanol : etanol
• Antidepresan trisiklik : fros stigmin
• Anti koagulan kumarin : Vitamin K
B. Perawatan suportif
Keracunan insektisida organopospat
• Infus D5% sulfat atropin 2,5 mg bolus iv dilanjutkan atropinisasim kemudian dosis
dijarangkan setiap
1 2 4 6 jam ( dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam)
C. Perawatan khusus
1. Keracunan insektisida fosfat organik
• Infus D5% hisap lendir, aksigenasi yang baik
• SA 2,5mg iv bolus kemudian diteruskan 0,5 mg iv tiap 5 menit sampai tanda tanda
atropinisasi kemudian dijarangkan tiap 1 2 4 6 jam dihentikan setelah 2 x 24 jam
• Kumbah lambung
4. Koma derajat I II
KL dengan NG tube
Diuresis paksa selama 12 jam caranya :
• Berikan 1 ampul Ca glukosa iv
• Infus D5% + 10ml Kcl 15% (untuk setiap 500ml) diberikan dengan kecepatan 3 liter
dalam 12 jam
• Furosemid 40 mg iv setiap 6 jam
• Untuk keracunan salisilat dan luminal dapat ditambahkan 10 meq Nabic untuk setiap
500cc D5% ( ½ ampul meylon)
5. Koma derajat II IV
• Kalau perlu dengan pipa endotrakeal berbalon selanjutnya DP netral/ alkali atau
diasis tergantung dosis dan jenis obat yang diminum penderita
• Bila timbul gejala ekstrapiramidal dapat diberikan deladry 50 100 ng iv
• Bila kejang : valium 5 10 mg iv atau luminal 50 100 mg iv
7. Keracunan INH
• Vit B6 iv 1500 mg sehari selama 5 hari
• Valium 10 mg iv bila timbul konvulsi
• Dapat dicoba FDN dalam 12 jam
Catatan :
Fluimusil :
- Granule = 200 J yang dipakai
- Capsule
Planing Dx/
1. Barium enerma (pada kolitis corhn : prednison 60 mg pagi hari
2. Endoskopi
3. Biopsi mukosa
4. Sigmoidskopi
Diagnosis dugaan
1. Dehidrasi berat, hipotensi ( syok, napas kusmaul (-) Neurologi
(+), reduksi +++, keton (-)
2. BS > 600 mg % (600- 1000 mg%)
Bikarbonat > 15 meq/1
PH darah normal
Ketonemia (-)
Diagnosa pasti
1. Diagnosa dugaan + osmolaritas darah > 350 mosm/I
Planing monitoring
• Vita sign
• Produksi urine
Therapi
Bila masih sadar :
Pisang/Roti/komplek karbohidrat lain
Teh gula
Bila gagal : glukosa 40% 25cc diencerkan 2 kali intra vena
Bila gagal : IVFD D5% kecepatan disesuaikan bila belum sadar diulang
glukosa 40% 25 cc iv setiap ½ jam sampai sadar
Bila gagal : efedrin 25 – 50 mg IM atau glukogon 1 mg 1
Planing Dx/
• BSN/BS 2 jam/BS acak
Planing monitoring
• Vita sign
• Kesadaran
Therapi
• IVFD : D5%
• Nabic 1 ampul meylon
• Bila perlu RI 4 unit iv/jam
• Methyline blue injeksi iv
• Atasi penyebabnya
Therapi
1. IVFD : D5% insaline 3 – 4 liter → evaluasi
2. Acetosal 3 x 500 mg (kompres es alkohol)
3. Hidrokrotison 100 – 300 mg IM/IV
4. PTU : 3 x 100 mg/hari atau
Metimazol 3 x 15 mg/hari
Lugol 30 tetes/hari atau
Na yodida : 1 – 2 gram iv
5. Propanolol 3 x 20 mg/oral
6. Diazepam 3 x 5 mg/oral
7. Antibiotika bila ada infeksi
8. Digitalis bila ada gagal jantung
Planning monitoring : Vital sign
Klasifikasi
a. Acute
I. AML/ANLL
Acut myeloid leukemia/acut non lympoblastik leukemia :
b. Kronik
1. CML (khronic myelocytic leukemia)
2. CLL (chronic lympocytik leukemia)
- Hairy cell leukemia
- Prolymphocytic
- Cutanecuis Teell leukemia
Mycosis funguides/sezary syndrom
EFEK
Efek pada saluran cerna
• meningkatkan amplitude kontraksi sfingter esophagus.
• mempercepat pengosongan lambung
• tidak mempengaruhi sekresi asam lambung.
.
Efek antiemetik
• mempertinggi ambang rangsang Cheoreceptors Trigger Zone (CTZ)
• menurunkan kepekaan saraf visceral yg mengantarkan impuls
aferen dari saluran cerna ke pusat muntah
INDIKASI
• memperlancar jalannya kontras pada pemeriksaan lambung n
duodenum
• mengurangi mual, muntah, rasa terbakar di ulu hati, perasaan
penuh setelah makan.
KONTRA INDIKASI
• obstruksi, perdarahan, dan perforasi saluran cerna, epilepsy dan
gangguan ekstrapiramidal
EFEK SAMPING
• umumnya ringan ; kantuk, diare, sembelit dan gejala
ekstrapiramidal
• sebaiknya tidak diberikan pada kehamilan trimester I
Therapi
1. Istirahat baring
2. Puasa
3. NG Tube untuk deecompresi dan memasukkan obat-obatan
4. IVFD : Nacl 0,9% atau cairan koloid
5. Analgetika : Meperidine 75 – 100 IV 4 x sehari atau pethidine
50 mg IM 4 x sehari
6. Antibiotika : Ampisilin 4 x 1 gr iv
Gentam 2 x 80 mg iv
7. Obat – obatan lain :
• Atropim mg/buscupon
• Antasida 3 x CI
• Cimetidin 4 x 200 mg iv
Bila keadaan membaik setelah 72 jam mulai dengan diet cair rendah lemak lewat
sonde
Planing Dx/
• DL/UL/FL
• Elektrolit : kalsium, magnesium
• LFT lengkap
• BUN/screatinin
• USG
Planing monitoring
• Vital sign
• Tada syok (perpusi jaringan)
• Produksi urine (gangguan fatal ginjal akut)
Therapi
1. Rehidrasi (minum banyak)
2. Sambil menunggu hasil semitritas test dapat diberikan salah satu
dari :
• Nitrofurantion 3 x 100mg
• Asam nalidiksat 3 x 1 tab
• Asam pipemedik 2 x 1 kapsul
Antibiotik : kotrimoksazol 2 x 2 tab (7 – 10 hari)
Planing Dx/
• UL
• Kultur urine dan sensitivitas tes, koloni count
• IVP
Planing mn/
• Vital sign
Planing Dx/
1. DL/UL ulang
2. Kultur sputum & sensitivitas test
3. Pengecatan sputum gram
Planing : vital sign
Tentukan tipenya
Cari kemungkinan penyebab penyakit dasarnya pada pneumotorak
spontan
Therapi
1. Fistel tertutup
a) Kolaps < 20% konservatif tirah baring + fisioterapi
b) Kolaps > 20% : iv SD
c) Bila 3 hari belum berkembang → fisioterapi bronkoskopi bila > 7
hari belum mengembang → torakotomi
2. Pneumotorak ventil
a) Pasang kontra ventil (WSD)
b) Bila 7 hari belum mengembang → torakotomi
3. Pneumotorak fistel terbuka
a) Konservatif : tirah baring
b) Bila > 7 hari belum menutup → torakotomi
4. Pengobatan penyakit dasar
Therapi :
1. Istirahat baring
2. Diet TKTP rendah garam
3. Prednison bila Dx/ sudah tegak (kontra pada etiologi oleh karena
DM, amiloidis)
2 mg/kg BB/ hari (max/80mg/hari) selama 4 Minggu diturunkan
bertahap 5 10 mg/hari.
1. Furosemid 40 80 mg iv
2. Dipiridamol 3 x 75 mg/hari (mulai 3 x 25 mg/hari)
3. Infus albumin
4. Therapi penyakit dasarnya
Paning dx/
1. Ekskresi protein 24 jam (esbach test)
2. Elektroforesa protein
3. Kolesterol
4. IVP
5. Biopsi ginjal
Plaining monitoring : vital sign
Therapi
1. Istirahat dengan kepala sedikit ditinggikan (1/5 duduk)
2. Diet lunak TKTP
3. O2 4 – 6 liter/menit
4. IVFD D5 % untuk life line (loding doses untuk tes cairan) +
Dopamin 4-6 ng/Kg BB/menit (12-16 tetes/menit) atau dobutamin
7,5 ng/Kg/BB/menit supaya tensi >90 mmHg.
5. Pasang foley cateter
6. Kurangi rasa sakit dengan meperidine 75 mg im (morpin
kontraindikasi).
7. Kurangi gelisah : dipenhidramin 50 mg im 3-4 x/hari (kontraindikasi
diazepam, luuminal)
8. Digitalis bila disertai dengan edema paru, payah jantung
9. Diuretika bila disertai dengan edema paru
10. Metylprednisole 30 mg/kg BB single dose.
Planing dx/ : elektrolit, gula darah/BUN/SC,LFT
Plening monitoring
• Vital sign
• Perpusi jaringan
• Produksi urine
• Monitor EKD
Darah Lengkap
Jenis Px/ Nilai Normal
RDW 11,5-14,5 L%
MPV 6,3-11,1 fL
PCT 0,150-0,400 %
2. Follow up px antitrombotik
R/ Ranitidin tab X
S 2 dd I
R/ Aspirin 80 mg XX
S 1 dd I
NB: Asam Asetil Salisilat (Aspirin, asetosal, aspilet): analgetik, antiinflamasi. Efek
samping: merangsang mukosa lambung dengan resiko perdarahan.
Dosis: Anti nyeri 3 dd 500 mg, antiradang 3-4 g/hr (merk aspirin (bayer) 3 dd (500
mg).
Anti trombotika: 1 dd 75-100 mg Aspilet 1 dd (80mg)
c. R/ Kaltrofen 50 mg no X
S 2 dd I
R/ Diazepam 2 mg no X
S 2 dd I
R/ Forneuro no X
S 2 dd I
NB: Ketoprofen: sediaan 50 mg, 100 mg. Merk: Ketoprofen, Kaltrofen (Kalb)
7. Pasien vertigo
R/ Cafergot tab no X
S 3 dd I
NB: Obat anti migraine. Isi: ergotamine 1 mg, caffeine 100mg. Indikasi: Imgrain,
vascular headache. Hati2 wanita hamil.
1. Lk, 49 th, nyeri telinga kiri, Px/: Perforasi subtotal S dan perforasi
sentral D. Dx: OMSK benigna fase aktif D/S.
R/Ciprofloxacin 500 mg no X
S 2 dd I
R/ Tremenza tab no X Pseudoefedrin (Dekongestan)
S 3 dd I
R/ Ambroxol tab 30 mg no X
S 3 dd I
KIE: Jangan kemasukan air.
2. Pr, 3 th, Batuk, pilek, panas, di UGD diberi kloram, PCT, dan
cefadroxil syrup, sudah 3 hari lalu ditelinga sakit, awalnya kanan lalu
kiri.
Px/: Hidung mukosa hiperemis, Tenggorok mukosa merah hiperemis
T1/T1 merah muda
Dx/: Rhinofaringitis akut
Tx/:
R/ Cefadroxyl syrp 2 x 1
Paracetamol 3 x 1
Ambroxol 3 x 1
Alco Syrp 3 x 1 cth (pseudoefedrin)
3. Serumen kering
R/ forumen ear drops no I
S 3 dd gtt III
4. Px Rhinitis alergi
R/ Rysen no X
S 2 dd I
R/ Lamerson no XV
S 3 dd I
9. Lk, 28 th, telinga kiri keluar cairan sejak 2 bulan, nyeri (+), hilang timbul
Px/: Telinga kiri: Discharge (+) purulen, MT perforasi, secret (+)
Telinga kanan: Discharge (-), MT perforasi, kering
Dx/: Perforasi kering MT (D) + OMSK exaserbasi akut (S)
Tx/: Oto toilet: tetesin dengan H2O2 3 % pada telinga kiri (A.S) lalu suction.
R/ Otopain ear drop no I
S 3 dd gtt III
R/ Prolic tab mg 300 no VIII
S 2 dd I (habis)
R/ Trifed tab no XII
S 3 dd I
R/ Indexon no XII
S 3 dd I
KIE: jangan kemasukan air, kontrol obat habis.
Kumpulan kasus dan foto (gambar ada di file foto px kulit & kelamin)
1. Dx/ Erosi Vulva
R/ Digenta cr gr 7,5
Visancort cr gr 5
Md S 2 dd ue
R/ Prednison tab 1,5
Interhistin tab 1
Mfla pulv dtd da in caps no XIV
S 2 dd 1
9. Lk, 44 th, gatal kumat2an di kaki >> 1 minggu. Sudah diberi bokasih
membaik. Istri dan kakak kandung juga gitu. Dipuskesmas diberi ctm +
salep dibilang alergi. Biasa makan ikan laut. Px/ St. derm kaki s/d paha
ka/ki, eff/ patch hiperpigmentasi batas tegas 1-1,5 cm, bulat, likenifikasi,
papul (+).
DD: DA/DKA
R/ Prednison no XXI
S 2-1-0
R/ Interhistin no XXI
S 3 dd I
R/ Inerson cr gr 15
Fuson cr gr 10
Md S 2 dd ue
13. Lk, 30th, Px/ plak eritema dengan skuama berlapis putih perak.
Dx/psoariasis vulgaris.
R/ Prednison tab no XXX
S 2-2-0 (p.c)
R/ Interhistin tab no XXI
S 3 dd I
R/ Asam salisilat 3%
Asam benzoate 6%
Oil codeni 9%
Inerson cr gr 30
Vaselin album ad gr 60
Mfla unguentum S 2 dd ue
KIE: Jangan banyak berjemur, kumat2an kepekaan imunitas.
14. Lk, 43 th. Plantar. Eff/ Plak eritema, skuama, hyperkeratosis, fissure. Dx/
Keratoderma
R/ Inerson cr gr 15
Carmed cr gr 10
Md S 2 dd ue
R/ Somerol tab no XXI
S 2-1-0 (p.c)
R/ Interhistin tab no XXI
S 3 dd I
15. Pr, 27 th, Dx/ Keratodermal palmo-plantar DD/ DKI kumulatif, T.manum
R/ Nerilon cr 15
17. Pr, 3,5 th. KU: timbul bisul dikaki ka/ki 2 hr, terasa sakit. Eff/ pustule inti
core uk 0,1-0,2 cm, disekitarnya daerah eritema. Dx/ Folikulitis
R/ Robamox mg 150
Prednison tab no 1/2
Interhistin tab no 1/4
Sacarum lactic Q.S
Mfla pulv dtd no XX
S 3 dd pulv I
R/ Dygenta cr gr 7,5
Saltisin cr gr 5
Md S 2 dd ue
19. Lk, 24 th. KU: Bintik2 gatal di wajah. Dx/ Acne Vulgaris
R/ Dygenta cr gr 7,5
Tracne cr 0,05% gr 5
Benzolat Cl gr 5
Md S 1 dd ue
Kasus Kelamin
21. Lk, 30an, KU: Disuria. Dx/ Susp. UNG (Urethritis Non GO)
R/ Uroxal tab XV
S 3 dd I
R/ Interdoxin cap no XIV
S 2 dd I
Kasus Lain2
24. Bayi, 4 bln, KU: bercak pada kulit kepala, memberat stlh diberi baby oil.
Eff/ patch eritema batas tak tegas, diatanya skuama kuning kasar. Dx/ D.
seboroik + cradle cap (D.infantil)
R/ Dygenta cr gr 10
Locoid cr gr 5
Md S 2 dd ue
KIE: bersihkan dengan minyak kelapa
R/ Parasol cr tube no I
S 1 dd ue (pagi) cream pagi (tabir surya)
•
DSS
Penderita Lk, 5 th 6 bln, datang untuk berobat ke triage anak dengan keluhan tangan serta kakinya dingin sejak tadi pagi,
sebelum muncul keluhan tersebut penderita dikatakan mengalami panas badan sejak hari Sabtu (26/5) pukul 18.00 wita, panas
badan dikatakan mendadak tinggi dan tidak membaik saat penderita diberikan obat penurun panas. Panas badan dikatakan
baru turun tadi pagi (30/5) diserta badan dingin, tangan dan kaki dingin, berkeringat banyak namun tidak disertai menggigil.
Penderita juga dikeluhkan nyeri kepala, nyeri pada sendi saat panas (+), dan saat ini penderita mengeluh nyeri pada perutnya.
• Bintik merah pada tubuh penderita, tidak terdapat gusi berdarah, mimisan, BAB berwarna hitam, ataupun BAK berwarna merah
disangkal. Penderita juga dikeluhkan muntah-muntah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, frekwensi muntah 2-3 kali tiap
harinya, dengan volume kurang lebih ¼ gelas/hari. Muntah tidak disertai dengan pengeluaran darah. Dikatakan penderita
kurang makan dan minum semenjak sakit.Aktivitas penderita juga dikatakan menurun semenjak sakit.
• Penderita sempat berobat ke dokter pada hari Senin (28/5), disana penderita diberikan obat penurun panas namun panas
penderita tidak turun, selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pasien kemudian dirujuk ke RS Sanglah.
• RPS, RK (-).Riwayat persalinan NCB N. BBL : 2900, PBL : Lupa. Riwayat Imunisasi lengkap.
• terasa lemas, dan kadamerasa nyeri kepala ringan. Nyeri otot dan
• Ass/:
• DSS (hari ke-4 saat pukul 18.00)
• Tx/:
• O2 sungkup 5 liter/menit
• Infus 2 jalur : IVFD RL 20 cckgBB/ jam ~380 cc/jam~126 tetes/menit,
• Line I 60 tetes, Line II 66 tetes. (16.15 – 16.45)
• Px/
• Periksa DL,
• BS,
• Ig G-Ig M anti Dengue,
• Thorax foto AP/LDD,
• Pasang lingkar abdomen.
• Mx/
• Vital Sign,
• Balance cairan,
• Tanda-tanda perdarahan dan syok.
- -
TES WIDAL :
Px Hasil Titer
Salmonella thypi O (+) 1/320
Salmonella thypi H (+) 1/320
Salmonella parathypi A-O (+) 1/320
Salmonella parathypi A-H (+) 1/80
Salmonella parathypi B-O (+) 1/160
Salmonella parathypi B-H (+) 1/80
• Ass/:
• Demam Tifoid
• Diagnosis Banding:Paratifus, Bruselosis, Meningoensefalitis, Tbc
• Tx/:
• Masuk Rumah Sakit
• Infus KAEN III B 20 tts/mnt
• Chloramphenicol inj. 3 x 250 mg
• Parasetamol Syr. 3 x 1 ½ cth
• Px/
• DL, Widal
• Mx/
• Vital Sign,
• Balance cairan,
• Tanda-tanda perdarahan dan syok.
- -
• MIKROSKOPIS
•
Leukosit: 3-4
• Eritrosit : 1-2
• Ass/:
• Amoeba: veg &kista (-)
• Kejang Demam Kompleks e.c. Tonsilofaringitis akut + diare akut tanpa dehidrasi
• Telor cacing : neg
•
• Lain-lain : gist cell (+)
• Tx/:
• Fat(+)
• • MRS
• - IVFD Dextrose 10 % 1100 cc/hari 12 tts/mnt
• Dumin rektal 125 mg/Paracetamol sirup 4 x Cth I (K/P)
• - Ampicilin injeksi 3 x 400 mg
• - Luminal oral 2 x 30 mg
• - Parasetamol 4 x ¾ cth
• - Diazepam 6 mg diencerkan diberi pelan-pelan bila kejang
• Px/ LP
• Mx/
• Vital Sign,
• Balance cairan,
• Kejang
•
MALARIA
Penderita laki-laki, 42 tahun, Hindu, Bali, mengeluh panas badan sejak 2 minggu SMRS. Panas badan hilang
timbul setiap 1 hari. Penderita merasakan mulai menggigil sejak pukul 8 pagi, sekitar jam 10 pagi, penderita
merasa badannya panas tinggi. Kurang lebih jam 6 sore, penderita merasakan panas badannya mulai turun
disertai dengan berkeringat banyak, kejadian ini terus berulang setiap harinya.
• Nyeri kepala timbul menyertai panas badan sejak 2 minggu SMRS, dirasakan seperti tertekan. Nyeri kepala
dirasakan terus menerus, memberat ketika panas meninggi dan berkurang bila panas turun.
• Penderita merasakan mual semenjak 1 minggu yang lalu, tidak sampai muntah. Nafsu makan penderita menurun,
penderita hanya makan sebanyak 2 sendok tiap kali makan. Riwayat rasa nyeri ulu hati disangkal.
• Kulit penderita tampak kekuningan sejak 5 hari SMRS. Kuning diawali pada bagian badan kemudian meluas
hingga ke bagian lengan bawah. Pasien juga mengeluhkan merasa gatal diseluruh tubuh menyertai timbulnya
warna kekuningan pada tubuh.
• Penderita mengatakan bahwa air kencingnya berwarna cokelat seperti air teh sejak 5 hari SMRS. Penderita
kencing 5-6 kali/hari, volume ½ - 1 gelas setiap kalinya. Riwayat kencing darah (-), nyeri saat kencing (-). BAB
seperti biasanya, namun sejak kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita buang air besar hanya 1 kali dalam 2 hari.
Konsistensi lunak, darah (-), lendir (-), warna kuning kecoklatan.
• Penderita bekerja di proyek mercusuar di Pulau Sumbawa dan kembali ke Bali kurang lebih empat minggu yang
lalu karena menderita panas badan. Penderita mengatakan tidak pendapatkan obat pencegahan malaria sebelum
berangkat ke Pulau Sumbawa.
• turun, badan terasa lemas, dan kadamerasa nyeri kepala ringan. Nyeri otot dan
Mata : An (+/+), Ikt (-/-)
Status Present THT : Kesan tenang
KU : Compos mentis (E4, V5, M6) Thorax:
Cor: S1S2 tgl, reg, m (-)
TD : 110/80 mmHg Po: Inspeksi : Simetris S/D
Palpasi : VF N/N
N : 84 x/menit Perkusi : Sonor +/+
R : 20 x/menit Auskultasi: Ves +/+ Rh -/- Wh -/-
Abdomen: Distensi (-)
Tax : 37,1 ºC Ascites (-)
BU(+) N
H/L tidak teraba
Extremitas: Akral hangat +|+
+|+
Edema -|-
-|-
• DARAH LENGKAP
O H • KIMIA KLINIK
WBC 6,38 S.typhi - 1/320 GLU 94
BUN 8
RBC 4,08 S.paratyphi A - 1/40
UREA 0,7
HGB 11,7 S.paratyphi B 1/80 1/160
AST 48
PLT 213 S.paratyphi C 1/60 -
ALT 43
Natrium 131,3
Kalium 3,38
Ureum 17,1
25 26 26 27 27 27 28 29
DARAH LENGKAP (06.38) (16.55) (09.16) (15.35 (23.37) (10.15 (17.39
) ) )
WBC (K/uL) 7,7 5,21 7,2 7,24 7,3 6,4 8,54 9,04
6
RBC (x10 /uL) 5,58 5,24 4,6 4,61 4,43 5,19 4,03 4,25
HGB (g/dl) 14,9 14,9 12,5 12,9 12,1 9,5 11,4 11,6
HCT (%) 41,7 41,2 37,2 35,1 36 42,2 31,9 33,1
MCV (fl) 74,7 78,7 80,8 76,1 81,2 81,4 79 77,9
MCH (pg) 26,7 28,5 27,1 28 27,4 18,3 28,1 27,4
PLT (K/uL) 23 35,9 22 37 43 61 66,7 149
• Ass/:
• DHF Gr II hari ke 5 Pemeriksaan
Tanggal 29 januari
• Tx/: 2007
• MRS
• IVFD RL → 30tetes/menit IgM DHF (+)
• Paracetamol 3 x 500 mg IgG DHF (+)
• Minum banyak 1,5 – 2L
• Vit BC 3x1 tab
• Px/
• DL @ 8 jam
• Serology DHF hari ke 7
• Consul THT
• Mx/
• VS
• Keluhan
• Bleeding (epistaksis)
DARAH LENGKAP
• WBC 17,1 K/uL, HgB 14,0 gr/dL, HCT 36,6 %, PLT 232 K/uL, CKMB 20,5 U/L, LDHI 3935 U/L, AST 186 U/L, ALT
71 U/L, BUN 18 mg/dL, SC 1,4 mg/dL, Glukosa sewaktu 106 mg/dL, kolesterol 260 mg/dL, kolesterol HDL 43
mg/dL, kolesterol LDL 193 mg/dL, dan trigliserida 126 mg/dL.
• EKG (saat masuk rumah sakit) didapatkan irama sinus 105 kali per menit, axis normal. ST elevasi pada I, II, AVL,
V2, V3, V4, V5, V6. QS pada V1, V2, V3, V4, V5, V6.
• Ass/:
• PJK/IMA anterior luas + inferior/ K I, Lokasi Sadapan Perubahan EKG
Dislipidemia, Hipertensi terkontrol. Anterior V1-V4 ST- elevasi,
• Tx/: Gelombang Q
• Tirah baring, rawat ICCU,
• IVFD NS 8 tetes per menit, Anteroseptal V1-V3 ST-elevasi,
• O2 4 – 5 liter per menit, Gelombang Q
• Diet jantung I,
• ISDN 5 mg sublingual dilanjutkan dengan ISDN Anterior ekstensif V1-V6 ST-elevasi,
drip 20 ug/kgBB/jam, Gelombang Q
• Asetosal 1 x 160 mg,
• Clopidogrel 300 mg dilanjutkan 1 x 75 mg, Posterior V1-V2 ST-depresi,
• Bisoprolol 1 x 2,5 mg, Gelombang R tinggi
• Fondaparinux 1 x 0,5 cc SC,
• Diazepam 3 x 5 mg, Lateral I, aVL, ST-elevasi,
• Laxadine 3 x CI, V5-V6 Gelombang Q
• Simvastatin 1 x 20 mg.
• Px/ Inferior II, III, ST-elevasi,
• Coronary angiografi. aVF Gelombang Q
• ISDN diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dada, selain itu ISDN juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen
miokard dengan menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang
terkena infark dan kolateralnya. Pada kasus ini tidak ditemukan kontra indikasi pemberian nitrat (hipotensi, bradikardi, infark
ventrikel kanan, penggunaan sildenafil dalam 24 jam) sehingga pemberian ISDN dapat dilanjutkan. 1,4,6,14
• Propanolol merupakan penyekat beta. Manfaat dari penyekat beta pada pasien AMI adalah dapat mengurangi kebutuhan
oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya infark dan menurunkan risiko kejadian aritmia ventrikel yang luas.
Pada kasus ini tidak ditemukan adanya kontraindikasi dari pemberian penyekat beta (bradikardi, tekanan sistolik <100 mmHg,
bendungan paru, tanda-tanda hipoperfusi perifer, blok AV, PPOK atau asma, dan penyakit vaskuler perifer yang berat) sehingga
pemberian atenolol dapat dilanjutkan. 1,4,6,14
• Bed rest total dimaksudkan agar penderita tidak berakitivitas terutama dalam beberapa jam setelah infark karena aktivitas dapat
meningkatkan permintaan (demand) oksigen di jantung yang dapat memperberat atau memperluas infark. Oleh karena itu
penderita dengan AMI harus paling tidak bed rest total selama 12 jam pertama. Mobilisasi dini sudah dapat dilakukan dalam 24
jam pada infark tanpa komplikasi. 1,4,6,14
• Diet cair diberikan karena terdapat risiko muntah dan aspirasi setelah infark.Selain itu pemberian diet cair (diet jantung I) ini
juga akan mengurangi kerja saluran pencernaan, dan mengurangi risiko konstipasi sehingga dapat mengurangi permintaan
oksigen jantung. Diet yang diberikan mencakup lemak < 30% dari kalori total dengan kandungan kolesterol ≤ 300 mg/hari, kadar
karbohidrat dianjurkan 55 % dari kalori total, banyak serat, kalium, magnesium,dan rendah natrium. 1,4,6,14
• Laxadine diberikan sebagai pelunak tinja. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penderita dalam buang air besar dan
mencegah konstipasi. Karena mengedan yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan hemodinamik dan elektrokardiografik
yang berbahaya. 1,4,6,14
• Diazepam diberikan dengan tujuan untuk mengurangi aktivitas dan kecemasan penderita, sehingga penderita dapat beristirahat
dengan baik, dengan demikian kebutuhan akan oksigen juga akan dapat menurun. 1,4,6,14
• Asetosal dan Clopidogrel juga merupakan antitrombotik tetapi dengan cara kerja yang berbeda. Clopidogel bekerja dengan
menghambat ADP (adenosine diphospate) yang berikatan dengan reseptor platelet sehingga akhirnya akan menghambat
agregasi platelet. Tujuan primer dari penggunaan antitrombotik ini adalah untuk memantapkan dan mempertahankan patensi
arteri koroner yang terkait infark. Tujuan sekunder adalah untuk menurunkan tendensi pasien untuk menjadi trombosis. 1,4,6,14
• Fondaparinux merupakan low molecular weight heparin (LMWH) yang merupakan antitrombin atau antikoagulan. Pemberian
fondaparinux ini dimaksudkan untuk untuk mencegah reoklusi. Heparin mempunyai peranan dalam mencegah aktivasi
koagulasi dengan membentuk kompleks dengan antitrombin III yang menghambat aktivasi faktor IIa, Xa, dan IXa. 1,4,6,14
• Simvastatin merupakan agen penurun kadar kolesterol dalam darah yang bekerja sebagai penghambat HMG-CoA reduktase
sehingga menurunkan sistesis kolesterol dalam liver. Pemberian simvastatin pada kasus ini karena dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan hiperkolesterolemia yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya IMA. 1,4,6,14
TINDAKAN UMUM:
• Ass/: DILAKUKAN RESUSITASI,
• OBSERVASI HEMATEMIS-MELENA E.C ULKUS
GASTRIK.
OBSERVASI VITAL SIGN, MUAL MUNTAH
DAN HB,
• ANEMIA SEDANG NORMO-NORMO E.C DIBERIKAN CAIRAN INFUS (IVFD), NACL
ACUTE BLEEDING 0,9 % 30 TETES,
• TROMBOSITOPENIA E.C SUSPEK DRUG- DILAKUKAN PEMERIKSAAN HB: 7,65
INDUCED. HCT: 21,1 PLT: 109,
• Tx/:
• MRS TINDAKAN KUSUS :
• IVFD, NACL 0,9 % 30 TETES/MNT, DILAKUKAN KUMBAH LAMBUNG
• NGT GC ~ PROTOKOL, DENGAN NGT MENGGUNAKAN AIR ES
150 CC SAMPAI LAMBUNG BERSIH,
• OMEPRAZOLE 2 X 40 G, DIBERIKAN ASAM TRANEXAMAT TAB 3 X
• TRANEXAMIDE ACID TAB 3X 500 MG, 500 MG SEBAGAI HEMOSTATIK,
• ANTACIDA SYR 3 X CI, DIBERIKAN TRANSFUSI PRC 2
• SUKRALFAT SYR 3 X CI, KOLF/HARI,
• TRANSFUSI PRC 2 KOLV/HARI. ~ Hb > 8 gr/dl DIBERIKAN ANTASIDA 3X CI ,
OMEPRAZOLE 2 X 40G, SUKRALFAT 3 X
• Px/ EGD CI SEBAGAI OBAT-OBATAN PELINDUNG
MUKOSA LAMBUNG ATAU PENETRAL
• Mx/ VS, KEL, CM-CK ASAM,
Gula darah acak : 69,8 mg/dl Jenis Pemeriksaan 29 12 2006 Hasil (Nilai Normal)
Fungsi ginjal :
Urea : 36,4 mg/dl ( 10-50 ) WBC 8,8 (3,5 - 10)
Creatinine : 1,3 ( 0,6-1,1 )
Fungsi Hati : RBC 5,43 (3,8 - 5,8)
SGOT : 532 U/L ( ≤ 37 )
SGPT : 593 U/L ( ≤ 42 ) HGB 14,6 (11 - 16,5)
1.Pemeriksaan USG ( 30 desember 2006 )
USG :Hepar : - struktur echo kasar HCT 42,9
a.Permukaan licin, tepi rata, sudut lancip,
b.Vena Hepatika dan Vena porta tidah melabar. PLT 228 (150 - 390)
GB: Batu (-)
Kesan : ∼Gambaran Hepatitis.
PCT (100 - 500)
MCV (80 - 97)
1.Hasil Laboratorium ( 4 Januari 2007 )
Fungsi hati Bilirubin Total : 25 ( < 1,00 ) MCH (26,5 - 33,5)
Bilirubin direct : 10,5 ( < 0,2 )
SGOT : 116,0 U/L MCHC (31,5 - 35)
SGPT : 277,6 U/L
Prot total : 77,6 RDW (10 - 15)
Albumin : 40,0
Globulin : 37,6 MPV (6,5 - 11)
PDW (10 - 18)
LYM 22,4 (1,2 - 3,2)
• Ass/:
• Hepatitis akut karena alkohol MONO (0,3 - 0,8)
Granulosit (1,2 - 6,8)
• Tx/:
Gula Darah Acak 69,8 (<140)
• Tirah baring
• Diit tinggi kalori tinggi protein Urea 36,9 (10 - 50)
• Ranitidin 2 x 1 Crea 1,3 (0,6 - 1,1)
• Methioson 3 x 1
SGOT 532 (≤37)
• Curcuma 3 x 1
SGPT 593 (≤42)
• Px/
• Darah lengkap
•
•
UL
FL
1.Tes Serologi ( 8 Januari 2007 )
• Tes Faal Hati. Anti HCV (-)
• Tes fungsi biokimia hati ( alkali fosfatase dan γ
GT ) Anti HAV IgM ( - )
• Mx/ VS, KEL, CM-CK
HbsAg (-)
Status present dengan kesan sakit Status general pasien, mata tampak anemis, telinga hidung
tenggorokan tampak kesan tenang, thorak jantung dalam batas
berat, kesadaran komposmentis, normal sedangkan pada paru dari Inpeksi didapatkan simetris baik
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi statis maupun dinamis, dari palpasi VF menurun pada kedua sisi,
84x/menit, respirasi 26x/menit, suhu dari perkusi didapatkan redup pada kedua sisi dan dari auskultasi
didapatkan suara napas vesikuler, terdapat ronki pada kedua sisi
badan 36,4 0C, tinggi badan 170 pada basal paru dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan
cm, berat badan 50 kg dengan abdomen dari inspeksi distensi tidak ada, warna kulit normal, dari
keadaan gizi IMT=17,30. palpasi hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium tidak
ada, dari pemeriksaan perkusi didapatkan suara timpani dan pada
auskultasi didapatkan bising usus normal. Pada pemeriksaan
ekstremitas didapatkan akral hangat dan tampak odema pada
kedua kaki.
9/8/07 10/8/07 12/8/07 Analisis Gas Darah pada tanggal 10 Agustus 2007
WBC (K/uL) 7,0 6,4 4.6 didapatkan PH 7,50, pCO2 34, pO2 63, Natrium 128, Kalium
RBC (M/uL) 1,46 2,28 2,40 7,0, HCO3 26,5,. Dari pemeriksaan urinalisis lengkap pada
HGB (g/dL) 4,4 6,6 6,9 tanggal 13 Agustus 2007 didapatkan urin warna kuning, keruh,
HCT (%) 13,1 19,0 20,7 pH 8.0, nitrit tidak ada, keton tidak ada, reduksi tidak ada,
MCV (fl) 89,7 83,7 86,3 protein 500 (+4), bilirubin tidak ada, urobilin tidak ada,
MCH (pg) 30,1 29,0 28,7 glukosa tidak ada, urobilinogen tidak ada, eritrosit 150,
PLT 96 83 92 leukosit tidak ada. Dari hasil pemeriksaan sedimen urine
didapatkan silinder granula cast (+1), eritrosit 8-10, kristal
9/8/07 10/8/07 12/8/07
tidak ada, lekosit 6-8, tubulus cell (+1) dan bakteri (+1).
BUN 323 101 86,0
Dari hasil pemeriksaan thoraks foto AP tanggal 9
SC 16,4 15,6 13,59
Agustus 2007 didapatkan CTR 53,85% dan tampak infiltrat
Na 133 134.3 136,2
dipus di kedua lapangan paru. Kesan foto thorak yaitu jantung
K 6,66 6,4 5,4
tidak membesar dan edema paru.
• Ass/:
• Penyakit Ginjal Kronik Stadium V ec. Susp. GNC, GFR (ml/mnt/1,73m2) = (140-umur) x Berat badan
• Edem paru,
72 x kreatinin plasma(mg/dl)
• Anemia berat N-N e.c on CKD,
• Hiperkalemia,
• Hipertensi stadium I. Klasifikasi PGK
• Tx/:
• MRS Stadium Penjelasan GFR (ml/mnt/1,73m2)
• O2 1-2 liter/menit,
• IVFD NaCl 0,9% 12 tetes/menit,
• Diet 35 Kcal 0,8 g protein/kgBB/hari, 1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau ↑ ≥ 90
• Asam folat 2 x II, 2 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ ringan 60-89
• CaCO3 3 x I,
3 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ sedang 30-59
• Captopril 2 x 25 mg,
4 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ berat 15-29
• Furosemide 2 ampul,
• Kalsium glukonas 10% 3x1 gram IV, 5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
• Dekstrose 50% ditambah insulin 20 IU,
• HD cito,
• Transfusi PRC sampai Hb ≥ 10gr/dL.
• Px/
• cek darah lengkap ulang, cek elektrolit ulang,
dan operasi AV Shunt.
• Mx/ Vs, keluhan terutama sesak napas, CM-CK, BUN
dan serum kreatinin
Kesadaran E4V5M6, tekanan darah Pemeriksaan mata dan THT: DBN. Dari
80/60 mmHg, denyut nadi teratur, isi pemeriksaan mulut didapatkan bibir bengkak
cukup 100 kali/menit, pernafasan
spontan 20kali/menit, temperatur (+). Pada pemeriksaan thoraks, abdomen dan
axila 36,7 0C, tinggi badan 162 cm, ekstremitas: DBN. Dari pemeriksaan kulit
berat badan 55 kg, BBI 57,5 kg dan didapatkan eritema dengan permukaan kulit
IMT 20,95 kg/m2.
meninggi, batas tidak tegas, tersebar pada
seluruh tubuh.
• Ass/:
• Syok anafilaktik e.c sengatan lebah.
• Tx/:
• Loading cairan sebanyak 1 fles,
• Adrenalin 0,3 cc (i.m) 3 kali dan rawat inap
• Saat di ruangan, terapi yang diberikan
adalah
• IVFD NaCl 0,9% 20 tetes/menit,
• Dexametasone 20 mg 3x10 mg,
• Dipenhidramin 20 mg 3x10 mg setelah
hipotensi teratasi.
• Ass/:
Nervous +2 Tangan basah +1 -1
-Grave’s disease
-Hipertensi Grade I Nafsu makan naik +3 Tangan panas +2 -2
Atrial fibrilasi +4 -
• Px/
< 11 : EUTIROID
• Pemeriksaan TSHs dan FT4
11-18 : EQUIVOCAL
> 19 : HIPERTIROID
• Mx/ Vs, KEL
Lk, 57, lemah separuh tubuh kiri sejak 6 jam SMRS sewaktu aktivitas,
mendadak lemas. Rwyt mual (+), muntah (+) 3x, nyeri kepala (+), HT (+)
tak terkontrol.
E3V4M5, TD 180/110, N 78x, RR 20.
Klinis Neurologis:
Kesan lateralisasi (S)
Reflek patologis (+) babinsky (S)
Parese N VII (S) SN
Dx/: Topik: Capsula Interna (D)
Dx/: SH ICB/IVH
Tx/: - MRS
- RL 12 tpm
- Head up 30 derajat
- O2 2-3 lpm
- Manitol 200cc lalu (6x100cc)
- Citicholin 2 x 250 mg
- Metamizole 3 x 1amp
- Asam Tranexamat 4 x 1 amp
- Ranitide 2 x 1 amp
- Vit B1B6B12 1x1
- KIE
Mx/ Kel, Vs
Pr, 50, lemah separuh tubuh kanan sejak 4 hr SMRS. Pasien datang ke
rRS dalam kondisi sadar. Keluhan disertai suara pelo dan bibir
mencong ke kanan. Keluhan ini baru pertama kali, mendadak. Rwyt HT
(+). Rwyt mual muntah sakit kepala (-).
St. Present: E4V5M6, TD 210/60, N 82X, RR 20X.
St. General: dbn
St. Neurologis: Paresis N. VII (D) SN
Paresis N. XII (D) SN
Hemiparesis flaksid (D) grade I.
Tenaga 222/555 Tonus turun/normal
222/555 turun/normal
Skor siriraj: (2,5x0)+(2x0)+(2x0)+(0,1x60)-(3x1)-12 = -8
Diagnosa topis: Capsula Interna Sinistra
DD: SNH e.c trombus
SNH e.c emboli
SNH e.c periarteritis tuberculosa
Dx kerja: SNH e.c trombus
Tx/ umum: Breath-Brain-Blood-Bladder-Bowel
Khusus:- MRS
- Head up 30 derajat
- IVFD RL 12 tetes/menit
- Neurotam/piracetam 4 x 3 gr IV
- Asetosal 1x100mg
- Forneuro (Vit B1 B6 B12 as folat) 2x1 caps
- Simvastatin 1x20mg
Mx/ Kel, Vs