Anda di halaman 1dari 14

Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang
dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah peraturan sekolah yang
disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di
dalam menuju keberhasilan proses belajar mengajar, membentuk karakteristik
siswa, agar disiplin dan bertanggung jawab. Tata tertib sekolah dapat berjalan
dengan baik apabila sikap disiplin terhadap tata tertib dan peraturan sekolah,
berperan sebagai faktor eksternal siswa, dan sebagai dasar berperilaku.
Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekolah, mengontrol diri dan bertanggung jawab dan berperilaku sesuai dengan
tutntutan lingkungan sekolah. Disiplin sekolah dianggap sebagai sarana agar
proses belajar dapat efektif. Karena tujuan disiplin di sekolah adalah efektifitas
proses belajar mengajar, maka perilaku yang dianggap mendukung proses
belajar mengajar dianggap masalah disiplin. Faktor kedisiplinan dalam
lingkungan sekolah menjadi pangkal utama dari proses pembelajaran di sekolah.
kedisiplinan siswa terhadap tata tertib membuat siswa tahu tentang hak dan
kewajibannya di sekolah, mematuhi aturan sekolah dan diberi sanksi apabila
siswa melanggar tata tertib yang telah ditentukan sekolah. Kedisiplinan siswa
terhadap tata tertib dalam lingkungan sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor,
faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh kondisi/latar belakang suasana
lingkungan sekolah, struktur tata tertib sekolah. pola penerapan tata tertib
sekolah yang dijalankan dan proses pelaksanaan tata tertib sekolah sebagai
upaya kedisiplinan siswa terhadap tata tertib sekolah.
Kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah mutlak diperlukan dan dijalankan
oleh seluruh komponen sub sistem dalam lingkungan sekolah, mulai dari kepala
sekolah, staf guru, karyawan dan petugas lainnya, serta para siswa secara
keseluruhan, dengan demikian akan tercipta suatu keadaan yang harmonis dan
dinamis dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar menuju terwujudnya

1
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

tujuan sekolah secara khusus dan tujuan pendidikan secara umum.


Realitas yang terjadi pada aktivitas belajar-mengajar yang berlangsung di
SMA Negeri 67 Jakarta, menunjukan bahwa terdapat sebagian siswa secara
sengaja atau tidak sengaja melakukan atau bertindak tidak sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam tata tertib sekolah, masih banyak siswa yang
bertingkah laku kurang baik dan kurang benar serta tidak dapat mengendalikan
dorongan dirinya yang selalu berubah-ubah. Pelanggaran terhadap kedisplinan di
sekolah yang sering terjadi meliputi jenis pelanggaran terlambat masuk sekolah,
bolos saat jam pelajaran, berpakaian tidak sesuai dengan ketentuan, dan
merokok.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis
diperoleh data dari pihak SMA Negeri 67 Jakarta bahwa jumlah siswa
keseluruhan SMAN 67 Jakarta sebanyak 864 siswa, terkhusus untuk jumlah
siswa kelas XI berjumlah 288 siswa. Berdasarkan wawancara yang penulis
lakukan pada saat observasi kepada guru BK pada tahun ajaran 2018 diketahui
bahwa masih banyak siswa yang tidak berdisiplin di sekolah, adapun jenis
pelanggaran yang biasa dilakukan yaitu terlambat mengikuti apel pagi/ upacara
bendera, bolos pada saat jam pelajaran berlangsung, membuang sampah di
sembarang tempat sebanyak siswa, tidak memakai atribut yang lengkap . Dari
keseluruhan pelanggaran yang dilakukan, jumlah siswa yang dominan
melakukan pelanggaran adalah siswa dari jenjang kelas XI. Berdasarkan latar
belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka kelompok kami akan
melakukan Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Tata Tertib di Sekolah
Menengah Atas Negeri 67 Jakarta yang telah mencapai jumlah skor komulatif
sebanyak 100 poin.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang keadaan sosial ekonomi, dan keluarga Klien?
2. Jenis pelanggaran apa saja yang sudah dilakukan klien?
3. Hal apa yang melatarbelakangi Klien melakukan berbagai pelanggaran
tersebut?
4. Upaya apa saja yang telah dilaksanakan sekolah?

2
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

5. Bagaimana tindak lanjut permasalahan tersebut?


C. Tujuan Pelaksanaan Studi Kasus
Adapun tujuan dilaksanakannya Studi Kasus ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui masalah pelanggaran tata tertib peserta didik.
2. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keadaan pribadi siswa
yang melanggar tata tertib sekolah.
3. Membantu peserta didik dalam menyesuaiakan diri dengan lingkungan.
4. Membantu siswa memecahkan masalah yang sedang dihadapinya

D. Manfaat Pelaksanaan Studi Kasus


Adapun manfaat yang kami harapkan dari penyusunan laporan
studi Kasus ini ialah sebagai berikut:
1. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk mempelajari, mengamati,
dan mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi anak SMA kelas XI
2. Membantu siswa yang bermasalah supaya dapat memahami masalah yang
dihadapinya.

E. Metode Pelaksanaan Penulisan Laporan Studi Kasus


Adapun metode penulisan Laporan Studi kasus yang kami lakukan ialah
dengan melakukan metode observasi, wawancara, pengumpulan data, dan
kepustakaan.

3
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Anak Berperilaku Bermasalah


Nama (Inisial) : Anton (A)
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kelas : XI
Jurusan : IPS
Nama Sekolah : SMA Negeri 67 Jakarta
Tempat Wawancara : Ruang Konseling

B. Jenis Masalah yang Dihadapi


Adapun jenis permasalahan yang menjadi topik Studi Kasus kami ialah
pada pelanggaran kedisiplinan Peserta didik atas nama Anton yang telah
mencapai jumlah skor komulatif sebanyak 100 poin sehingga pihak Orang tua
peserta didik tersebut pada akhirnya memilih untuk mencabut kembali
putranya yang sebelumnya telah dititipkan di Sekolah.

C. Uraian Permasalahan
Klien merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja
sebagai Dosen di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta, sedangkan
Ibundanya sebagai Ibu rumah tangga saja. Keadaan sosial ekonomi Klien dapat
dikatakan masih dalam taraf ekonomi menengah ke bawah, bahkan Klien pun
tercatat sebagai salah satu siswa penerima program bantuan Kartu Jakarta
Pintar (KJP) dari Pemerintah. Sejak awal tahun pelajaran 2017/ 2018 yaitu
sejak diri Klien memangku kelas XI di SMAN 67 Jakarta, Klien sudah
terdeteksi kerap melanggar tata tertib dan aturan yang berlaku di sekolah.

4
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

Berbagai jenis pelanggaran tata tertib dan pelanggaran lainnya yang


sering dilakukan oleh Klien ialah diantaranya sebagai berikut:
a. datang sering terlambat
b. sering menggunakan celana pensil
c. sering keluar kelas saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tidak
seizin guru pengampu
d. tidak mengikuti kegiatan ekskul wajib pramuka
e. sering meninggalkan pelajaran agama
f. tidak mengikuti upacara
g. melecehkan kepada guru.

Pihak guru BK dan Wali Kelas pun selalu berupaya mengingatkan Klien
agar dapat mematuhi tata tertib kedisiplinan di sekolah. Namun, Klien hanya
kurang memperhatikan himbauan dan arahan tersebut, sehingga pada akhirnya
terkumpulah sejumlah 100 poin pelanggaran secara komulatif.
Dalam permasalahan ini, pihak guru BK dan Wali Kelas pun bekerja
sama dengan pihak orang tua klien. Orang tua klien pun memahami
permasalahan putranya. Langkah yang di ambil selanjutnya adalah pembuatan
surat pernyataan bermaterai untuk mengambil kembali putranya yang dititipkan
disekolah. Karena kejadian pelanggaran yang terakhir ini terjadi menjelang
Kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS) maka pihak sekolah masih
memberikan kebijakan untuk mengikutsertakan Klien pada Kegiatan PAS
tersebut. Klien diberi kesempatan hingga akhir semester Genap tahun ajaran
2017/2018.
Berdasarkan hasil Pleno Dewan Guru, diputuskan bahwa Klien masih
belum dapat memperoleh kesempatan untuk Naik Kelas. Klien diberi
kesempatan untuk mengulang kembali sebagai peserta didik di Kelas XI. Hal
yang menjadi pertimbangan mendasar ialah bahwa Klien memiliki lima (%)
bidang Studi (Mata Pelajaran) yang nilainya masih Kurang dari Nilai Kriteria

5
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

Ketuntasan Mengajar (KKM). Pada akhirnya Klien dikembalikan kepada orang


tuanya.

Perilaku bermasalah yang dilakukan oleh Anton tidak semata-mata


terjadi begitu saja dengan sendirinya, ada faktor-faktor yang melatar
belakanginya yaitu:

a. Faktor dari dalam diri (internal) :


 Minat untuk belajar kurang.
 Lemahnya kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
 Kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

b. Faktor dari luar (eksternal) :


 Faktor Keluarga
Berdasakan hasil wawancara Anton kurang perhatian dan kasih sayang
dari orang tuanya khususnya ayahnya karna setiap memanggil orang
tuanya banyak tidak tahu yang dilakukan anaknya di rumah dan
sering saling berargumentasi di depan hadapan guru BK.
 Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik menjai salah satu
penyebab Anton berperilaku bermasalah di sekolah, terjadi beberapa
kemungkinan bisa jadi karena penghasilan dari ayah Anton yang tidak
sesuai dengan jumlah beban tanggungan daam keluarga, sehingga
kebutuhan kadang tidak terpenuhi.

Pragnosa
Dari kasus tersebut maka Anton sedang mengalami masalah yaitu
pelanggaran tata tertib baik itu kehadiran, keterlambatan maupun kepribaian
dan kurang motivasi untuk belajar karena kurangnya perhatian dan kasih
sayang dari orang tua. Dari rumusan, jenis, dan bentuk masalah yang sedang
dihadapi Anton, maka dibuat alternatif yaitu berupa tindakan bantuan seperti
diberikannya motivasi yang cukup dan juga kasih sayang kepada Anton baik

6
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

orang tua, guru, teman, dan oran-orang yang ada disekitarnya. Terutama yang
paling berpengaruh dan diperlukan Klien ialah perhatian dari pihak orang tua.

D. Cara Menangani Masalah


Dalam menangani permasalahan ini pihak sekolah telah berupaya
memberikan bantuan dan pembinaan, yang antara lain ialah sebagai berikut:
1. Pemberian Layanan Individual
Pada tahap pertama, diadakan pendekatan secara pribadi terhadap
diri Klien, yaitu dengan melakukan Layanan Konseling Individu, Konselor
menggali informasi sebanyak – banyaknya mengenai keadaan keluarganya,
baik orang tuanya maupun saudara kandungnya. Konselor mencari tahu
bagaimana hubungan Klien dengan orang tuanya. Selain itu, Konselor juga
merangkul dan mengajak serta memberi perhatian bahkan kasih sayang
yang lebih kepada diri Klien sehingga Klien mau terbuka dan mau
menceritakan semua masalah yang sedang dihadapinya.
Pemberian bantuan ini tidak hanya dilakukan sekali saja, melainkan
beberapa kali dan terus berkelanjutan sampai diri Klien mampu keluar dari
masalahnya terebut. Dalam teknik ini pemberian bantuan dilaksanakan
dalam bentuk hubungan yang bersifat face to face yaitu antara peserta didik
dengan konselor. Layanan ini yang bertujuan untuk membantu peserta didik
dalam memecahkan masalah, dengan bantuan yang diberikan konselor
terhadap peserta didik. Maka praktikan dapat mengharapkan terjadi
perubahan yang terjadi pada diri peserta didik agar tidak mengulangi
kembali masalah yang sudah terjadi. Maka dengan itu praktikan
memberikan nasehat agar peserta didik mulai memperhatikan saat proses
belajar berlangsung. Dalam proses konseling, konselor memberi masukan
bahwa setiap manusia pasti mempunyai masalah mamun berat dan
ringannya permasalahan tesebut tergantung pada diri kita sendiri. untuk
menyikapinya, maka jalan yang disarankan adalah mendekatkan diri
kepada Tuhan agar diberikan pikiran yang jernih dan lapang, agar masalah
yang dihadapinya menemukan jalan keluar dan mengganggap bahwa semua

7
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

itu pasti ada hikmahnya. Selain itu sifat keterbukaan dan pikiran yang
dewasa akan menyelesaikan segala persoalan.

2. Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok


Konselor perlu melakukan Layanan Bimbingan Kelompok untuk
membahas permasalahan kedisiplinan, mengupas manfaat dan keuntungan
yang didapat jika kita menjadi seorang pribadi yang disiplin dan mandiri.
Pemberikan layanan ini diharapkan dapat merubah pola pikir klien dan
memberikan semangat agar mau melakukan perubahan terhadap dirinya.
Selain layanan Individual, jenis layanan kelompok, Bimbingan Kelompok
slah satunya maka diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk
memperbaiki hubungan sosial Klien dengan teman – teman sebayanya.

3. Pemberian Layanan Konseling Kelompok


Dalam permasalahan yang dihadapi oleh diri Klien ini, pihak Konselor
perlu juga untuk melakukan layanan Konseling Kelompok, yaitu dengan
mengundang Klien dan beberapa teman dekatnya guna mengutarakan
permasalahan yang sedang dihadapinya. Bahkan jika memungkinkan
permasalahan diri Klien dapat dibahas bersama dengan teman – teman
kelompoknya maka kiranya hal tersebut dapat membuat Klien menjadi
tergugah dan sadar akan perilaku salah suai yang ia alami. Kegiatan ini pun
dapat membuka cakrawala berpikir Klien untuk mau membuka diri, beranni
berpendapat, mendengarkan dan menghargai pendapat dan masukan dari
orang lain yang pada akhirnya tujuan pengentasan masalah Klien pun akan
tercapai, dan membentuk pribadi yang lebih mandiri dan disiplin.

4. Pendekatan terhadap Teman – teman Terdekat Klien


Konselor juga melakukan pendekatan terhadap teman – teman
terdekat Klien tanpa sepengetahuan Klien guna mendapatkan informasi
sebanyak – banyaknya dan seakurat mungkin tentang diri Klien karena
biasanya hal – hal yang diungkapkan dari teman – teman sebaya Klien

8
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

dapat lebih memberikan banyak informasi yang diperlukan Konselor guna


penentuan bantuan yang akan diberikan selanjutnya kepada diri Klien.

5. Melakukan Kerja sama dengan pihak Orang Tua Klien


Pihak Sekolah, dalam hal ini Guru BK dan Wali Kelas harus
melakukan pendekatan dan kerja sama yang intensif kepada kedua orang
tua Klien. Bahwa pihak keluarga yang dalam hal ini adlah orang tua Klien
sangat memegang peranan penting dalam membantu Klien mengatasi
permasalahaannya. Sebisa mungkin pihak orang tua menciptakan
lingkungan yang menyenangkan kepada anaknya serta suasana yang
kondusif dan menunjang anaknya untuk dapat belajaratau mengulang
kembali materi pelajaran di rumah.
Kerja sama yang dimaksudkan misalnya: Pihak wali kelas/ orang tua
Klien memastikan dengan benar bahwa Klien setiap harinya benar – benar
berangkat ke sekolah, mengerjakan tugas – tugas, serta mematuhi aturan
kedisiplinan pemakaian atribut sekolah, dan aturan – aturan lainnya.
Dengan adanya kerja sama ini maka diharapkan dapat meminimalisir atau
bahkan menghilangkan sikap salah suai Klien.

6. Memberikan Layanan Home Visit


Pihak sekolah, yaitu Guru BK dan Wali Kelas telah melakukan
layanan home visit/ berkunjung ke rumah Klien untuk melihat secara
langsung keadaan diri Klien di Lingkungan keluarganya. Dari kunjungan
rumah ini, pihak konselor dapat memperoleh gambaran akan keadaan
perekonomian keluarganya, keadaan lingkungan masyarakatnya, serta
beberapa budaya atau aturan – aturan yang berlaku di lingkungan keluarga
Klien. Hal ini tentunya sangat membantu diri Klien dalam proses
pengentasan permasalahan Klien.

7. Pelaksanaan Reveral / Alih Tangan Kasus

9
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

Dalam menangani permasalah Kasus ini, pihak Konselor melakukan


alih tangan Kasus kepada pihak terkait di Sekolah, yaitu denagn melakukan
kerjasama dengan Wali Kelas, Staf bidang Kesiswaan, Wakil Kepala
Sekolah, Kepala Sekolah, dan juga termasuk konsultasi dengan pihak
pengawas sekolah.

8. Pengolahan/ Pengumpulan Data Klien


Konselor melakukan pengumpulan data – data Klien guna mengetahui
sejauh mana keadaan diri Klien. Data – data Klien dapat berupa lembar
biodatanya, rekap absensi kehadirannya, kartu skor pelanggarannya, data
rekapitulasi nilai – nilai Klien, catatan dari beberapa Guru Bidang Studi
lainnya, dan termasuk mengumpulkan kembali data – data isian
permasalahan Klien.

9. Evaluasi dan follow-up


Selama Konselor memberikan layanan maka Konselor juga
melakukan Evaluasi dan Penilaian, baik Penilaian dalam Proses, Penilaian
Segera, Penilaian Jangka Panjang guna melihat perkembangan pengentasan
permasalahan yang dihadapi Klien. Follow up adalah usaha yang di lakukan
konselor untuk mengikuti perkembangan peserta didik setelah peserta didik
mengambil suatu keputusan sendiri untuk bertindak. Selain itu dalam upaya
tindak lanjut konselor juga mengevaluasi perubahan kepribadiannya
keberhasilan atau tidaknya upaya bantuan yang di berikan kepada peserta
didik tentang masalah pelanggran tata tertib sekolah, pribadi, belajar dan
juga sosial yang di hadapi.

E. Tindak Lanjut dan Follow Up


1. Guru (Konselor dan Wali Kelas) harus berkomunikasi dengan orang tua dan
bekerja sama untuk melihat perkembangan diri Klien selanjutnya. Konselor
juga perlu memantau perkembangan Klien secara langsung, yaitu termasuk
memeberikan reward/ pujian jika klien melakukan kebaikan, dan juga
bersikap tegas guna membangun kedisiplinan dan kemandirian Klien jika
Klien kembali melanggar janjinya.

10
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

2. Jika memungkinkan konselor dapat melakukan kerja sama dengan pihak –


pihak terkait guna memberikan motivasi ataupun masukan – masukan kepada
diri Klien, yaitu dengan Psikolog misalnya, ataupun pihak Motivator Remaja
lainnya untuk melakukan seminar/ pembahasan mengenai kedisiplinan atau
membahas tentang Pribadi yang mandiri. Ataupun pihak – pihak terkait
lainnya.

3. Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar mampu menjadi pribadi
yang disiplin dan taat dalam menjalankan aturan kehidupan yang berlaku baik
di keluarga, masyarakat, dan termasuk aturan-aturan (kedisiplinan) yang
berlaku di sekolah. Orang tua dapat mengantar siswa setiap harinya. Dan jika
memungkinkan melakukan komunikasi baik melalui telepon ataupun SMS
kepada Wali Kelas ataupun guru BK untuk setiap harinya dapat memantai
perkembangan anaknya.

4. Setiap pelanggaran baru yang dilakukan Klien akan mendapat sanksi dan
disertakan dengan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi kembali
atas apa yang dilakukannya, serta diketahui dan ditandatangani oleh orang tua
siswa, wali kelas dan guru BK.

11
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penegakan peraturan kedisiplinan di sekolah sangat diperlukan guna
pencapaian tujuan visi misi dan tujuan sekolah. Seluruh peserta didik diwajibkan
untuk mematuhi setiap peraturan yang berlaku. Pihak orang tua pun perlu
diberikan sosialisasi/ pengenalan terhadap aturan-aturan apa saja yang berlaku di
sekolah. Terhadap peserta didik yang melanggar peraturan kedisiplinan, pihak
sekolah selalu mengupayakan untuk memberikan bantuan dan pembinaan agar
peserta didik tersebut mampu mengentaskan permasalahan ketidakdisiplinannya.
Dalam hal ini, di SMA 67 terdapat satu peserta didik yang telah melakukan
rangkaian pelanggaran hingga pada akhirnya orang tua peserta didik tersebut
harus mengambil kembali anaknya dari pihak sekolah. Dibalik berbagai
pelanggaran yang dilakukan peserta didik (Klien) tersebut, pada dasarnya Klien
tersebut memiliki permasalahan baik dalam diri maupun dari luar dirinya, seperti
permasalahan kerenggangan dengan keluarganya, faktor ekonomi, dan pergaulan
yang kurang baik dari lingkungannya. Pihak sekolah telah memberikan berbagai
bantuan berupa pembinaan bimbingan serta konseling atas permasalahan diri
Klien agar Klien mampu mengentaskan permasalahannya.
Dari pengamatan yang dilakukan oleh konselor dengan menggunakan
metode observasi dan wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik
(Klien) yang bernama Anton mengalami permasalahan sebagai berikut:
1. Prestasi belajar menurun.
2. Tidak mau memperbaiki kesalahannya yaitu pelanggaran tata tertib di sekolah
SMAN 67 Jakarta

12
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

3. Tidak mau mensyukuri bahwa ia telah bersekolah di sekolah Negeri yang


gratis dan mendapatkan layanan KJP dari Pemerintah.
4. Kurang mau berkomunikasi dengan baik dengan guru dan teman sebayanya.
5. Tinggal kelas dan orang tua mengambil kembali dari pihak sekolah.

B. Saran
Usaha pemberian bantuan kepada peserta didik dalam memecahkan masalah
menuju perkembangan yang optimal perlu adanya kerja sama dengan seluruh
pihak, yaitu: orang tua siswa, wali kelas, Konselor, teman - teman sebaya, dan
yang terpenting ialah si peserta didik itu sendiri. Beberapa saran yang dapat
kami sampaikan ialah sebagai berikut:
1. Kepada diri Klien: Agar mau bersikap terbuka dan dekat kepada kedua orang
tuanya, bapak/ ibu guru, wali kelas, konselor, dan teman – teman sebayanya,
serta mau lebih disiplin dan bersemangat dalam menjalankan pendidikan di
mana pun nanti ia mengampu.
2. Orang Tua Siswa: Agar kiranya mau memberikan waktu, pendekatan, dan
perhatian yang maksimal kepada anaknya, serta memberikan bimbingan
belajar saat berada di rumah, serta berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan
anaknya dalam menunjang proses belajarnya.
3. Pihak Sekolah: Agar kiranya dapat melakukan tindakan preventif agar
kejadian seperti permasalahan Klien tidak terulang kembali. Serta jika
memungkinkan melakukan review ulang terhadap program skor/ penambahan
akumulasi jumlah point atas permasalahan peserta didik agar kiranya tidak
menjadi hal yang juga dapat merugikan Sekolah.
4. Masyarakat: Diharapkan pihak masyarakat mau bekerja sama dan membantu
sekolah untuk memberikan informasi jika terdapat peserta didik yang berada
di lingkungan luar sekolah pada saat jam belajar berlangsung
5. Pemerintah: Agar kiranya pemerintah dapat memberi tambahan dana kepada
pihak sekolah agar pihak sekolah dapat lebih sering kembali mengundang
Motivator dan mengadakan pelatihan-pelatihan kedisiplinan lainnya dalam
berbagai kegiatan ekstrakurikuler guna membentuk kepribadian peserta didik
yang lebih mandiri dan disiplin.

13
Studi Kasus Pelanggaran Kedisiplinan Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Buku Tata Tertib Peserta Didik SMAN 67 Jakarta tahun Pelajaran 2017/2018

Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Asdi


Mahasatya.

http://ririulfadesti.blogspot.com/2015/04/studi-kasus-anak-yang-bermasalah.html

14

Anda mungkin juga menyukai