Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM PROFESI NERS

PENERAPAN HEAD IMMOBILIZER TERHADAP STATUS


HEMODINAMIK PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD AJIBARANG

Dilaksanakan dan disusun sebagai salah satu tugas akhir memperoleh gelar profesi Ners,
Universitas Jenderal Soedirman

DISUSUN OLEH:
FACHRUDIN
I14016093

PROGRAM PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INDEPENDENT PRACTICE


PENERAPAN HEAD IMMOBILIZER TERHADAP STATUS
HEMODINAMIK PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD AJIBARANG

Oleh:
Fachrudin
I14016093

disetujui tanggal Januari 2018

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Sidik Awaludin, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.MB Kalifah Mahardika, S.Kep, Ners.


NIP. 19800914 201 404 1 002 NIP. 19830812 200903 1 002

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan

Lutfatul Latifah, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Mat


NIP. 19780716 200501 2 001

A. LATAR BELAKANG
Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi
pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia
berat dan gagal napas. Ventilator mekanik banyak digunakan pada perawatan pasien yang
kritis di Intensive Care Unit (ICU) (Purnawan dan Saryono, 2010). Salah satu komplikasi
pemberian volume/tekanan positif dengan ventilator mekanik dapat meningkatkan tekanan
intra torakal yang dapat berpengaruh terhadap kerja jantung dan penurunan fungsi
sirkulasi/hemodinamik (Michard, 2005; Bronicki, 2009; dalam Helmi, 2012).
Hemodinamik merupakan pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakterisitik fisiologis vaskular perifer. Pemantauan Hemodinamik dapat dikelompokkan
menjadi noninvasif dan invasif. Pengukuran hemodinamik penting untuk menegakkan
diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan pemantauan respons terhadap
terapi yang diberikan (Smeltzer, 2001).
Salah satu masalah keperawatan pada pasien tidak sadar yang terpasang
Ventilator mekanik adalah posisi kepala flexi. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu
dengan posisi Head Up (15-300) (Sunardi, 2011). dan mempertahankan posisi kepala
netra/Midline Position (tidak flexi, ekstensi maupun rotasi). Menurut Savitri (2012)
perubahan pada satu sisi kepala dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis
(Venous Outflow) dan menghambat aliran darah otak sehingga dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intra kranial. Rosjidi dalam Alfianto (2015) menyebutkan
peningkatan tekananan intra kranial dapat menyebabkan perubahan Mean Arterial
Pressure (MAP). MAP dipengaruhi oleh systolic dan dyastolic Bullock et al (2007) dalam
Rayvita (2010). Penelitian Supadi (2012) juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh
signifikan antara elevasi kepala 15-300 pada pasien strok hemoragik dengan penurunan
MAP, tekanan darah dan tekanan intra kranial. Oleh karena itu posisi kepala head up (15-
300) dan netral/midline position pada pasien dapat menimbulkan respon hemodinamik
yang baik.
Hasil observasi dari tanggal 5 – 8 Januari 2018 di ICU RSUD Ajibarang, terdapat
satu pasien post cardiac arrest pasca resusitasi jantung paru dengan GCS E1V1M1 yang
terpasang ventilator mekanik. Pada saat observasi pasien sudah diposisikan head up 300,
namun posisi kepala tidak netral atau midline position, posisi kepala flexi ke salah satu
sisi. Posisi ini dapat menyebabkan penekanan vena jugularis yang dapat mengganggu
perfusi darah ke otak dan peningkatan tekanan intra kranial. Perawat tidak dapat
sepenuhnya dan setiap saat melakukan penstabilan posisi kepala pada pasien tidak sadar
yang terpasang ventilator mekanik, serta belum tersedianya alat untuk membantu menjaga
posisi kepala tetap netral. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengatasi masalah
tersebut dengan cara membuat Head Imobilizer, sehingga posisi kepala pasien dalam
posisi netral/midline position, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran yang
terpasang ventilator mekanik di ICU RSUD Ajibarang.
B. TUJUAN BELAJAR
Tujuan pembelajaran yang dilakukan adalah dalam jangka waktu 4 minggu penulis dapat
mengaplikasikan Head Immobilizer terhadap status hemodinamik pasien yang terpasang
ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Ajibarang.
C. LEARNING OUTCOMES
1. Mengetahui peran dan fungsi perawat di ruang ICU
2. Mengetahui gambaran pasien yang terpasang ventilator mekanik di ruang ICU RSUD
Ajibarang.
3. Mengetahui perbedaan status hemodinamik pasien sebelum dan setelah pemasangan
head Immobilizer di ruang ICU RSUD Ajibarang.
4. Menganalisis pengaruh Head Immobilizer terhadap status hemodinamik pasien yang
terpasang ventilator mekanik di ruang ICU RSUD Ajibarang.
D. KAJIAN LITERATUR
1. Ventilator Mekanik
a. Definisi
Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positf atau
negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga
mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu yang
lama (Purnawan dan Saryono, 2010).
Tujuan pemasangan ventilator mekanik adalah mempertahankan ventilasi
alveolar secara optimal dalam rangka memenuhi kebutuhan metabolik pasien,
memperbaiki hipoksemia, dan memaksimalkan transportsi oksigen (Purnawan &
Saryono, 2010).
b. Istilah-Istilah Dalam Ventilator Mekanik
1. FiO2 dan PaO2. FiO2 adalah fraksi atau konsentrasi oksigen dalam udara yang
diberikan kepada pasien. Sedangkan PaO2 adalah tekanan parsial oksigen yaitu
perbedaan konsentrasi antara oksigen di alveolus dan membran.
2. I:E Ratio Perbandingan antara waktu inspirasi dan ekspirasi. Nilai normal 1:2
3. Volume Tidal. Jumlah udara yang keluar masuk paru dalam satu kali nafas, atau
sama dengan jumlah udara yang diberikan ventilator dalam satu kali nafas. Nilai
normal 10 –15 ml per kgBB untuk dewasa dan 6-8 ml per kgBB untuk anak.
4. Minute Volume. Jumlah udara yang keluar masuk dalam satu menit, atau jumlah
udara yang diberikan ventilator dalam satu menit. Nilainya = volume tidal x RR
5. PEEP dan CPAP. Positive end expiratory pressure (PEEP) atau tekanan positif
akhir ekspirasi digunakan untuk mepertahankan tekanan paru positif pada akhir
ekspirasi untuk mencegah terjadiya kolaps paru dan meningkatkan pertukaran gas
dalam alveoli. Nilai antara 5-15 mmHg, maksimal 12 mmHg untuk anak.
Continuous positive airway pressure (CPAP) identik dengan PEEP, yaitu
pemberian tekanan positif pada saluran nafas selama siklus pernafasan.
6. Pressure atau Volume Limit. Batas atas tekanan atau volume yang diberikan
pada pasien. Volume limit yang terlalu tinggi dapat berakibat trauma paru.
c. Masalah-Masalah yang Dapat Terjadi Selama Menggunakan Ventilator
1. Mechanical Malfunction
2. Airway Malfunction
3. Pulmonary Barotrauma
4. Perubahan Hemodinamik ( Penurunan cardiac output dan venouse return )
5. Pulmonary atelektasis, Pneumonia
6. Infeksi
7. Kegagalan Weaning.
2. Hemodinamik
Hemodinamik adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakterisitik fisiologis vaskular perifer. Pemantauan Hemodinamik dapat
dikelompokkan menjadi noninvasif, invasif, dan turunan. Pengukuran hemodinamik
penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat, menentukan terapi yang sesuai, dan
pemantauan respons terhadap terapi yang diberikan. Pengukuran hemodinamik ini
terutama dapat membantu untuk mengenali syok sedini mungkin, sehingga dapat
dilakukan tindakan yang tepat terhadap bantuan sirkulasi (Smeltzer, 2001).
a. Tekanan darah Arteri
Tekanan darah arterial (arterial blood pressure, ABP) adalah gaya yang ditimbulkan
oleh volume darah yang bersirkulasi pada dinding arteri. Perubahan pada curah
jantung atau resistensi perifer dapat mempengaruhi tekanan darah. Pasien dengan
curah jatung yang rendah dapat mempertahankan tekanan darah normalnya melaui
vasokontriksi, sedangkan pasien dengan vasodilatasi mungkin mengalami hipotensi
walaupun curah jantungnya tinggi, misanya pada sepsis. Tekanan arterial rata-rata
(mean arterial presure, MAP) merupakan hasil pembacaan tekanan rata-rata didalam
sistem arterial juga berfungsi sebagai indikator yang bermanfaat karena dapat
memperkirakan perfusi menuju organ-organ yang esensial seperti ginjal. Banyak
faktor yang mempengaruhi tekanan darah, misalnya nikotin, ansietas, nyeri, posisi
pasien, obat-obatan, dan latihan fisik..
b. Denyut Nadi
- Denyut nadi harus dihitung selama 30 detik atau lebih (1 menit) jika ritme tidak
teratur.
- Denyut nadi normal untuk orang dewasa adalah 60-100 bpm.
c. Tekanan Darah
- Dewasa Blood Pressure ≤ 140 mmHg sistolik dan ≤ 90mmHg diastolik.
- Perbedaan antara sistolik dan diastolik adalah antara 30 - 50 mmHg.
3. Head Immobilizer
Head immobilizer biasa digunakan bersama tandu Stretcer yang berfungsi untuk
imobilisasi kepala (terkunci dari gerakan kesamping dan kedepan/belakang) (Carvalho
et al, 2003). Idealnya Head immobilizer dapat menyesuaikan bentuk kepala pasien.
Head immobilizer yang digunakan penulis merupakan Head immobilizer modifikasi
yang mengadopsi prinsip Head stabilizer pada situasi darurat untuk memfiksasi kepala
pasien agar tetap pada posisi netral. Head immobilizer dibuat dari bahan busa dan
bahan luar anti air dengan bentuk menyesuaikan anatomi kepala. Terdapat perekat di
bagian bawahyang bertujuan agar bagian dagu dan Head immobilizer terfiksasi dengan
baik.
E. METODE
Tanggal
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Mahasiswa :
Observasi peran
dan fungsi perawat
di ruang ICU
Pembimbing :
- Bed-site
teaching
Mengajarkan dan
mengarahkan
mahasiswa
memenuhi target
kompetensi
pemberi asuhan
keperawatan di
ruang ICU.
-Target kompetensi
:
Pengkajian
fenomena di ICU,
Setting ventilator,
syring pump dan
infus pump,
perhitungan rumus
dan dosis obat,
interpretasi EKG,
serta penerapan
Head immobilizer.
2. Implementasi
Mahasiswa :
Memfokuskan
intervensi head
immobilizer
terhadap status
hemodinamik
pasien yang
terpasang
ventilator mekanik
Pembimbing :
Observasi kinerja
mahasiswa
3. Evaluasi
Mahasiswa :
Melakukan
evaluasi kegiatan
terhadap pasien
kelolaan
pembimbing
Pembimbing :
Mengarahkan
mahasiswa
4. Pembuatan
laporan akhir
stase
Mahasiswa :
Membuat laporan
akhir dan
konsultasi ke
pembimbing lahan
maupun akademik,
serta presentasi
laporan
Pembimbing :
Mengarahkan dan
koreksi
5.
Pengumpulan
laporan akhir
stase
Mahasiswa :
Mengumpulkan
tepat waktu
Pembimbing :
Tanda tangan
pengesahan dan
penilaian
F. IMPLEMENTASI
1. Gambaran Penerapan Implementasi
Responden implementasi adalah pasien dengan diagnosa post Hysterektomy dan post
Laparatomy Eksplorasi dengan GCS E1 M1 Vt yang terpasang ventilator mekanik
dengan di ruang ICU RSUD Ajibarang. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 5-16
Januari 2018 dengan sampel 3 responden. Berikut adalah karakteristik responden
dalam penerapan implementasi :
Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Karakteristik Freekuensi Presentasi
Laki-Laki 2 75 %
Perempuan 1 25 %

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan usia


Karakteristik Frekuensi Presentasi
45 tahun 1 33 %
46 tahun 1 33 %
25 tahun 1 33 %

Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan diagnosa medis


Karakteristik Frekuensi Presentasi
Post Histerektomy 1 25 %
Post Laparatomy 2 75 %

Penulis memilih pasien berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan yaitu pasien
dengan penurunan kesadaran yang terpasang ventilator mekanik. Sebelum dilakukan
implementasi penulis mengobservasi tanda-tanda klinis pasien yang meliputi GCS,
TTV, saturasi O2, dan MAP.
2. Implementasi Pemasangan Head Immobilizer
Jumlah responden sebanyak 2 pasien, sebelum dilakukan implementasi pemasangan
head immobilizer posisi kepala dan leher pasien cenderung fleksi pada salah satu sisi.
Berikut adalah penjabaran kondisi masing-masing pasien.
a. Ny. S usia 45 tahun dengan diagnosa medis post histerektomy. GCS E1 M1 V
Intubasi. Posisi head up300, posisi leher fleksi ke arah kiri. Setelah dilakukan
implementasi pemasangan head immobilizer posisi kepala dan leher dipertahankan
netral/midline position untuk menghindari obstruksi vena jugularis. Berikut tabel
observasi taanda-tanda klinis pasien sebelum dan sesudah dilakukan pemasangan
head immobilizer.
NO Tanda Klinis Sebelum Setelah dilakukan
dilakukan Implementasi
Implementasi
1 Tingkat kesadaran (GCS) E1 M1 Vt E1 M1 Vt
2 Tekanan darah 131/78 mmHg 131/76 mmHg
3 Nadi 111 x/m 109 x/m
4 RR (Setting ventilator 12x/m) 14 x/m 12 x/m
5 Suhu 36.80 C 36.50 C
6 MAP 98 96
7 SpO2 98 % 98 %

Dari hasil observasi tersebut terdapat perubahan hemodinamik sebelum dan setelah
implementasi. Tekanan darah sistol, nadi, respiratory rate, dan MAP. Sementara Suhu
dan SpO2 tidak mengalami perubahan.
b. Tn. S usia 45 tahun dengan diagnosa medis post laparatomy eksplorasi pasien
masih tersedasi dan mendapat muscle relaxan, GCS E1 M1 Vt. Posisi kepala head up
tetapi tidak dalam posisi netral, posisi kepala fleksi ke arah kanan. Setelah dilakukan
implementasi pemasangan head immobilizer posisi kepala dan leher dipertahankan
netral/midline position. Berikut tabel observasi hemodinamik sebelum dan setelah
dilakukan pemasangan head immobilizer.
NO Tanda Klinis Sebelum dilakukan Setelah dilakukan
Implementasi Implementasi
1 Tingkat kesadaran (GCS) E1 M1 Vt E1 M1 Vt
2 Tekanan darah 104/67 mmHg 110/77 mmHg
3 Nadi 93 x/m 102 x/m
4 RR (Setting ventilator 14 x/m 13 x/m
12x/m)
5 Suhu 36.50 C 36.50 C
6 MAP 80 88
7 SpO2 99 % 99 %

Dari hasil observasi tersebut tekanan darah, nadi, respirasi rate, dan MAP mengalami
perubahan sebelum dan setelah implementasi. sementara suhu dan SpO2 tidak
mengalami perubahan.
c. Sdr. K usia 16 tahun dengan diagnosa medis post Laparatomy eskplorasi et causa
suspect peritonitis, pasien masih tersedasi dan mendapat muscle relaksan, GCS E1
M1 Vt. Posisi kepala head up tetapi tidak dalam posisi netral, posisi kepala fleksi ke
arah kiri. Setelah dilakukan implementasi pemasangan head immobilizer posisi kepala
dan leher dipertahankan netral/midline position. Berikut tabel observasi hemodinamik
sebelum dan setelah dilakukan pemasangan head immobilizer.

NO Tanda Klinis Sebelum dilakukan Setelah dilakukan


Implementasi Implementasi
1 Tingkat kesadaran (GCS) E1 M1 Vt E1 M1 Vt
2 Tekanan darah 113/72 mmHg 111/70 mmHg
3 Nadi 69 74
4 RR (Setting ventilator 12x/m) 16 15
5 Suhu 36.50 C 36.50 C
6 MAP 85 83
7 SpO2 99 % 99 %

Dari hasil observasi tersebut tekanan darah, nadi, respirasi rate, dan MAP mengalami
perubahan sebelum dan setelah implementasi. sementara suhu dan SpO2 tidak
mengalami perubahan.

Gambar 2. Setelah dilakukan pemasangan Head


Gambar 1. Sebelum dilakukan pemasangan
Head immobilizer immobilizer
Implementasi yang sudah dilakukan pada 3 pasien secara umum menunjukan terdapat
perbedaan hemodinamik sebelum dan setelah dilakukan pemasangan head
immobilizer namun masih dalam rentang normal. Hasil observasi juga menunjukan
head immobilizeryangg digunakan dapat menstabilkan posisi kepala dan leher pasien,
sehingga posisi head up (150-300) dapat dipertahankan secara sempurna tanpa fleksi,
ekstensi atau rotasi leher.
3. Analisis Perbedaan Hemodinamik Sebelum dan Setelah Pemasangan Head
Immobilizer
Hasil penerapan implementasi head immobilizer terdapat perbedaan hemodinamik
antara sebelum dan sesudah implementasi pada tekanan darah, nadi, mean arterial
pressure (MAP), respirasi. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Savitri (2012) bahwa
perubahan pada satu sisi kepala dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis
dan menghambat aliran darah dari otak sehingga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intra kranial. Rosjidi dalam Alfianto (2015) menyebutkan peningkatan
tekananan intra kranial dapat menyebabkan perubahan Mean Arterial Pressure (MAP).
MAP dipengaruhi oleh systolic dan dyastolic, serta secara langsung berhubungan
dengan perfusi otak Bullock et al (2007) dalam Rayvita (2010). Penelitian Supadi
(2012) juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara elevasi kepala 15-
300 pada pasien strok hemoragik dengan penurunan MAP, tekanan darah dan tekanan
intra kranial.
G. Kesimpulan
Head immobilizer dapat digunakan untuk menetralkan kepala pada saat posisi head up
(150-300) untuk mencegah penekanan pada vena jugularis sehingga hemodinamik stabil.
Karena penekanan vena jugularis dapat menyebabkan tidak adekuatnya aliran darah dari
otak sehingga terjadi peningkatan intra kranial, terutama pada pasien tidak sadar yang
terpasang ventilator.
H. Evaluasi
1. Faktor pendukung
Proses pembelajaran dan pelaksanaan implementasi secara umum berjalan dengan
baik, hal tersebut tidak terlepas dari peran institusi dan pembimbing akademik,
institusi dan pembimbing klinik serta sejawat perawat, dokter dan staf ruang ICU
RSUD Ajibarang.

2. Faktor penghambat
Desain dan pembuatan alat (Head Immobilizer) menjadi kendala. Desain beberapa kali
mengalami perubahan, karena menyesuaikan dengan anatomi kepala dan leher pasien.
Perubahan pertama karena ukura alat kurang lebar dan tidak terdapat perekat, alat
mudah berubah posisi akibatnya posisi kepala masih bisa sedikit fleksi. Perubahan
kedua, posisi perekat didesain di bagian atas alat (dibawah dagu pasien) sehingga pada
saat fiksasi perekat tidak menekan leher pasien. Perubahan desain tersebut
menyebabkan lamanya pembuatan alat sehingga proses implementasi sedikit
mengalami hambatan.
3. Saran
Implementasi pemasangan head immobilizer diharapkan dapat dilakukan oleh perawat
ICU pada pasien dengan penurunan kesadaran yang terpasang ventilator, disamping
mudah dilakukan juga agar posisi kepala pasien netral/midline position. Karena posisi
kepala tidak netral dapat menekan vena jugularis. Posisi netral juga secara
observasional dapat memberikan kenyamanan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianto, M.A. (2015). Pemberian posisi flat (00) dan elevasi (300) terhadap tekanan
intrakranial pada asuhan keperawatan Tn. K dengan stroke non hemoragik di
instalasi gawat darurat RS Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada.

Carvalho, Aurelio, M., Wei, C., & Savransky, S. (2003). 121 Heuristics for solving problem.
Library of Congres Cataloging in Publication Data.

Helmi, M. (2012). Peran Ventilasi Mekanik Terhadap Fungsi Jantung. Majalah Kedokteran
Terapi Intensif. Vol 2.

Purnawan, I., Saryono. (2010). Mengelola Pasien Dengan Ventilator Mekanik. Jakarta:
Rekatama

Rayvita. (2010). Mean Arterial Presure Post Resusitasi Sebagai Prediktor Keluaran Pasien
Cedera Otak Traumatik Berat dengan Gambaran CT Cidera Difus. Universitas Dipone
Egoro.

Savitri, N.C. (2012). Asuhan keperawatan pada Tn.S post craniotomy dengan diagnosa
cedera kepala berat (CKB) di intensive care unit RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
(Karya tulis Ilmiah), Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Smeltzer, S.C dan Brenda, G.B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Sunardi, Nelly. (2011). Pengaruh pemberian posisi kepala terhadap tekanan intrakranial
pasien stroke iskemik di RSCM Jakarta. Jurnal Publikasi dan Komunikasi Karya
Ilmiah Bidang Kesehatan. 7042 : 1-5.

Supadi. (2011). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik Terhadap
Tekanan Rata-Rata Arterial, Tekanan Darah dan Tekanan Intra Kranial Di Rumah
Sakit Prof. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Kesmasindo Vol. 2

Anda mungkin juga menyukai