Anda di halaman 1dari 2

Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan

Masyarakat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau pengenalan
hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu dan penemuan baru.

Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak sekali
kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang fungsinya
sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang, kegiatan ini juga
dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan sebelumnya.

Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan implementasi
pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di bawah ini 3 contoh
Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling sederhana dapat dilaksanakan
oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas
Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab
beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu
hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air
bersih pada suatu desa ).
2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan.
Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan
kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase
rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan
berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk pengadaan jamban bagi
masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua
sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga.
3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa dilakukan di indoor dan
outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh
Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka
Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan
pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi materinya
pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang penyakit
menular dan tidak menular.

Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan kedepan.
Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan punya daya ungkit
untuk masyarakat.

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan,
terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat dipertanggungjawabkan.
2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil
dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.
3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian
tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.
4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat
parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai
keseriusan pelaksanaan program tersebut.
5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan ide-ide perbaikan,
sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis guna
menyelesaikan masalah yang ada.

Anda mungkin juga menyukai