Anda di halaman 1dari 8

PENGERTIAN ANEMIA

Anemia adalah suatu kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah yang mengandung
hemoglobin untuk menyebarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Dengan kondisi
tersebut, penderita biasanya akan merasa letih dan lelah, sehingga tidak dapat
melakukan aktivitas secara optimal.

Anemia dapat terjadi dalam jangka waktu pendek maupun panjang, dengan tingkat
keparahan ringan sampai berat. Pengobatan kondisi ini bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Anemia dapat diobati dengan mengonsumsi suplemen secara rutin
atau prosedur pengobatan khusus.

Gejala Anemia
Anemia dapat dikenali dari gejala-gejala berikut ini:
 Badan terasa lemas dan cepat lelah.

 Kulit terlihat pucat atau kekuningan.

 Detak jantung tidak beraturan.

 Napas pendek.

 Pusing dan berkunang-kunang.


 Nyeri dada.

 Tangan dan kaki terasa dingin.

 Sakit kepala.

 Sulit Berkonsentrasi.

 Insomnia.
 Kaki kram.
Pada awalnya, gejala anemia sering kali tidak disadari oleh penderita. Gejala
anemia akan semakin terasa apabila kondisi yang diderita semakin memburuk.
Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan jika seseorang kerap merasakan lelah
tanpa sebab yang jelas.

Penyebab Anemia
Anemia terjadi pada saat tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang
mengandung hemoglobin. Terdapat sekitar 400 kondisi yang dapat menyebabkan
anemia pada seseorang dan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
 Tubuh tidak cukup memproduksi sel darah merah.

 Terjadi perdarahan yang menyebabkan tubuh kehilangan darah lebih cepat


dibanding kemampuan tubuh untuk memproduksi darah.

 Kelainan pada reaksi tubuh dengan menghancurkan sel darah merah yang sehat.
Berikut ini adalah uraian singkat mengenai jenis-jenis anemia berdasarkan
penyebabnya, di antaranya:
 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini merupakan yang paling
umum terjadi di seluruh dunia. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh
mengalami anemia dikarenakan sumsum tulang membutuhkan zat besi untuk
membuat sel darah. Anemia dapat terjadi pada wanita hamil yang tidak
mengonsumsi suplemen penambah zat besi. Anemia juga dapat terjadi pada
perdarahan menstruasi yang banyak, tukak organ (luka), kanker, dan penggunaan
obat pereda nyeri seperti aspirin. Gejala-gejala yang umumnya dialami penderita
anemia kekurangan zat besi adalah:
 Memiliki nafsu makan terhadap benda-benda aneh seperti kertas, cat atau es
(kondisi ini dinamakan pica).
 Mulut terasa kering dan pecah-pecah di bagian sudutnya.

 Kuku yang melengkung ke atas (koilonychia).


 Anemia akibat kekurangan vitamin. Selain membutuhkan zat besi, tubuh juga
membutuhkan vitamin B12 dan asam folat untuk membuat sel darah merah.
Kekurangan dua unsur nutrisi tersebut dapat menyebabkan tubuh tidak dapat
memproduksi sel darah merah sehat dalam jumlah cukup sehingga terjadi anemia.
Pada beberapa kasus, terdapat penderita anemia akibat lambung tidak dapat
menyerap vitamin B12 dari makanan yang dicerna. Kondisi tersebut dinamakan
anemia pernisiosa. Gejala-gejala yang umumnya dialami oleh penderita anemia
kekurangan vitamin B-12 dan asam folat adalah:
 Geli dan rasa menggelenyar di bagian tangan dan kaki.

 Kehilangan kepekaan pada indera peraba.

 Sulit berjalan.

 Mengalami kekakuan pada kaki dan tangan.

 Mengalami demensia.
 Anemia akibat penyakit kronis. Sejumlah penyakit dapat menyebabkan anemia
karena terjadinya gangguan pada proses pembentukan dan penghancuran sel darah
merah. Contoh-contoh penyakit tersebut adalah HIV/AIDS, kanker, rheumatoid
arthritis, penyakit ginjal, penyakit Crohn, dan penyakit peradangan kronis. Gejala-
gejala yang dapat muncul pada kasus anemia akibat penyakit kronis di antaranya
adalah:
 Warna mata dan kulit menjadi kekuningan.

 Warna urine yang berubah menjadi merah atau cokelat.

 Borok pada kaki.

 Gejala batu empedu.


 Keterlambatan perkembangan pada anak-anak.

 Anemia aplastik. Anemia aplastik merupakan kondisi yang langka terjadi namun
berbahaya bagi hidup penderita. Pada anemia aplastik, tubuh tidak mampu
memproduksi sel darah merah dengan optimal. Anemia aplastik dapat disebabkan
oleh infeksi, efek samping obat, penyakit autoimun, atau paparan zat kimia beracun.
 Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Beberapa penyakit seperti leukemiaatau
mielofibriosis dapat mengganggu produksi sel darah merah di sumsum tulang dan
menimbulkan anemia. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi, dari ringan hingga
berbahaya.
 Anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi pada saat sel darah merah dihancurkan
oleh tubuh lebih cepat dibanding waktu produksinya. Beberapa penyakit dapat
mengganggu proses dan kecepatan penghancuran sel darah merah. Anemia
hemolitik dapat diturunkan secara genetik atau bisa juga didapat setelah lahir.
 Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Anemia ini bersifat genetis dan disebabkan
oleh bentuk hemoglobin yang tidak normal sehingga menyebabkan sel darah merah
berbentuk seperti bulan sabit, bukan bulat bikonkaf seperti sel darah merah Sel
darah merah berbentuk sabit memiliki waktu hidup lebih pendek dibanding sel darah
merah normal. Gejala yang dialami oleh penderita anemia sel sabit adalah:
 Kelelahan.

 Mudah terkena infeksi.

 Nyeri tajam pada bagian sendi, perut, dan anggota gerak.

 Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada anak-anak.

 Anemia jenis lain, yang disebabkan oleh thalassemia atau penyakit malaria.
Beberapa fakor risiko yang dapat meningkatkan risiko munculnya anemia pada diri
seseorang adalah:
 Kekurangan vitamin dan zat besi. Membiasakan diri mengonsumsi makanan yang
rendah vitamin B12, asam folat, dan zat besi dapat meningkatkan risiko terkena
anemia.
 Gangguan pencernaan pada usus. Beberapa penyakit seperti penyakit Crohn
dan penyakit celiac dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi di usus
sehingga meningkatkan risiko terkena anemia.
 Menstruasi. Umumnya wanita yang masih mengalami menstruasi memiliki risiko
terkena anemia lebih besar dibandingkan dengan wanita yang sudah menopause
atau pria. Hal tersebut disebabkan oleh kehilangan darah pada saat terjadinya
menstruasi.
 Mengandung. Ibu hamil yang tidak mengonsumsi suplemen asam folat dalam
jumlah cukup memiliki risiko terkena anemia yang lebih tinggi.
 Penyakit kronis. Jika seseorang menderita kanker, gagal ginjal, atau penyakit
kronis lainnya, maka risiko terkena anemia akan meningkat akibat kekurangan sel
darah merah. Luka pada organ dalam yang diiringi perdarahan juga dapat
menyebabkan tubuh kekurangan zat besi sehingga meningkatkan risiko terjadinya
anemia akibat kekurangan zat besi.
 Riwayat anemia di keluarga. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan
riwayat anemia bawaan, memiliki risiko tinggi untuk terkena kondisi yang sama.
Umumnya anemia yang diwariskan adalah anemia sel sabit (sickle cell anemia).
 Usia. Penambahan usia akan meningkatkan risiko seseorang terkena anemia.
Anemia karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat lebih umum terjadi pada
lansia di atas 75 tahun.
 Faktor lain, seperti infeksi, kelainan darah, penyakit autoimun, kecanduan alkohol,
terkena zat kimia beracun, dan efek samping dari obat dapat meningkatkan risiko
anemia pada seseorang.

Komplikasi Anemia
Jika tidak ditangani, anemia berisiko menyebabkan beberapa komplikasi berikut ini:
 Kelelahan berat. Tanpa penanganan yang baik, anemia dapat menimbulkan
kelelahan berat pada penderitanya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
 Rentan terkena infeksi. Kekurangan zat besi yang menyebabkan anemia dapat
berpengaruh pada kemampuan sistem imun dalam memerangi berbagai patogen,
sehingga penderita anemia lebih rentan terkena penyakit infeksi.
 Komplikasi dan gangguan kehamilan. Wanita hamil yang kekurangan asam folat
berisiko mengalami gangguan kehamilan dan perkembangan janin. Selain itu,
anemia juga dapat menyebabkan sang ibu mengalami depresi pasca kelahiran
melahirkan dan gangguan pada bayi yang dilahirkan, seperti:
 Kelahiran prematur sebelum minggu 37.
 Berat badan di bawah normal.

 Masalah pada kandungan zat besi dalam darah.

 Hasil tes kemampuan mental yang kurang

 Gangguan jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung menjadi tidak


beraturan (aritmia) akibat harus memompa darah lebih keras untuk mengompensasi
kekurangan oksigen dalam darah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
pembesaran jantung atau gagal jantung.
 Kematian. Beberapa anemia yang bersifat bawaan, seperti anemia sel sabit, bisa
menjadi serius dan mengancam hidup penderitanya. Kehilangan darah dengan
tanpa penanganan yang baik dapat menyebabkan anemia berat dan kematian.

Diagnosis Anemia
Untuk mengetahui apakah seorang pasien mengalami anemia atau tidak, dokter
akan melakukan langkah-langkah diagnosis sebagai berikut:
 Pemeriksaan darah lengkap. Metode penghitungan sel darah digunakan untuk
menghitung jumlah sel darah merah yang ada di dalam darah. Pada diagnosis
anemia, parameter yang diukur oleh dokter adalah hematokrit dan hemogloboin
dalam darah. Patokan jumlah hematokrit normal pada orang dewasa berbeda-beda
di setiap laboratorium, akan tetapi umumnya berkisar di 40-52% untuk pria dan 35-
47% untuk wanita. Hemoglobin normal pada orang dewasa pria berkisar di 14-18
gram/desiliter dan 12-16 gram/desiliter untuk wanita. Pada pemeriksaan darah
lengkap, dapat juga diperiksa:
 Bentuk dan ukuran sel darah. Tes ini bertujuan untuk melihat struktur sel darah
merah guna menentukan apakah struktur dan warna sel darah merah tersebut
nomal atau tidak, terutama pada pasien anemia sel sabit.
 Kandungan vitamin B12 dan asam folat. Jika dokter menduga penyebab anemia
adalah kekurangan vitamin B12 dan asam folat, maka dokter akan memeriksa
kandungan kedua zat tersebut dalam tubuh penderita untuk memastikannya.
 Kandungan zat besi dalam darah. Apabila ada dugaan anemia diakibatkan oleh
kekurangan zat besi, dokter akan melakukan pemeriksaan kadar protein besi dalam
darah yang disebut serum ferritin. Kadar serum ferritinyang rendah mengindikasikan
bahwa anemia yang diderita disebabkkan oleh kekurangan zat besi.
 Pemeriksaan tambahan lain untuk menentukan penyebab utama terjadinya
anemia. Beberapa kasus anemia didasari oleh masalah kesehatan tertentu, seperti
luka pada suatu organ, sehingga diharuskan untuk dilakukannya pemeriksaan guna
memastikannya. Pemeriksaan sumsum tulang dapat dilakukan untuk menilai fungsi
sumsum tulang dalam meregenerasi sel darah.
Pada saat melakukan diagnosis, dokter juga akan menanyakan beberapa hal
kepada pasien untuk membantu mengetahui penyebab utama anemia, yaitu:
 Pola makan untuk menentukan apakah pasien mengonsumsi makanan dengan
kandungan zat besi, vitamin B-12, dan asam folat yang tinggi.
 Pengobatan yang sedang dijalani. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan pada lambung atau usus, misalnya aspirin atau ibuprofen.
 Siklus menstruasi. Jarak menstruasi yang terlalu dekat, durasi yang panjang dan
jumlah perdarahan yang banyak dapat menyebabkan anemia.
 Riwayat dalam keluarga. Untuk mencari informasi apakah ada anggota keluarga
yang mengalami anemia, perdarahan gastrointestinal, atau kelainan pada darah.
 Jadwal donor darah. Dokter akan menanyakan apakah pasien melakukan donor
darah secara rutin.
Jika dokter tidak menemukan penyebab yang pasti setelah melakukan pengecekan
riwayat medis serta gejala anemia pada pasien, dokter dapat melakukan
pemeriksaan fisik. Jenis-jenis pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan adalah:
 Pemeriksaan pada bagian perut untuk memeriksa apakah ada perdarahan internal
pada saluran pencernaan pada pasien.

 Pengecekan gejala-gejala gagal jantung seperti pembengkakan pada pergelangan


kaki. Gagal jantung memiliki gejala yang mirip dengan anemia
 Pemeriksaan rektal (colok dubur) untuk memeriksa perdarahan atau kelainan pada
usus bagian bawah dan anus.

 Pemeriksaan pelvis untuk memeriksa perdarahan yang menyebabkan anemia saat


menstruasi. Pemeriksaan pelvis tidak akan dilakukan tanpa persetujuan dari pasien.

Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia berbeda-beda tergantung jenis anemia yang diderita oleh
pasien. Prinsip pengobatan anemia adalah menemukan penyebab utama anemia.
Pengobatan terhadap anemia sebaiknya tidak dilakukan hingga diketahui penyebab
utamanya. Hal ini dikarenakan pengobatan untuk satu jenis anemia bisa berbahaya
untuk anemia jenis lain. Beberapa contoh pengobatan anemia berdasarkan jenisnya
antara lain:
 Anemia akibat kekurangan zat besi. Anemia jenis ini dapat diatasi dengan
mengonsumsi suplemen penambah zat besi, serta memperbanyak
konsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu, pasien juga dapat diberikan
vitamin C untuk meningkatkan penyerapan zat besi. Perlu diperhatikan bahwa
suplemen yang mengandung kalsium dapat menghambat penyerapan zat
besi.Konsultasikan dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen penambah zat
besi untuk mendapatkan dosis yang tepat. Kelebihan zat besi pada tubuh dapat
berbahaya bagi pasien karena dapat menimbulkan kelelahan, mual, diare, sakit
kepala, penyakit jantung dan nyeri sendi. Untuk meringankan efek samping dari
konsumsi suplemen zat besi, pasien dapat mengonsumsi suplemen setelah makan.
Jika efek samping berlanjut segera temui dokter kembali.
 Anemia akibat kekurangan vitamin. Anemia jenis ini dapat diobati dengan
mengonsumsi makanan yang kaya akan asam folat dan vitamin B12, serta
mengonsumsi suplemen yang mengandung keduanya. Jika tubuh pasien memiliki
gangguan penyerapan asam folat dan vitamin B12, pengobatan dapat melibatkan
injeksi vitamin B12 setiap hari. Setelah itu pasien akan diberikan injeksi vitamin B12
setiap bulan satu kali yang dapat berlangsung sepanjang hidup atau tergantung
kepada kondisi pasien.
 Anemia akibat penyakit kronis. Tidak ada pengobatan yang spesifik pada jenis ini
karena tergantung pada penyakit yang mendasari terjadinya anemia. Jika anemia
bertambah parah, dokter dapat memberikan transfusi darah atau injeksi eritropoietin,
yaitu suatu hormon peningkat produksi darah dan penghilang rasa lelah.
 Anemia akibat perdarahan. Jika seseorang mengalami perdarahan dan kehilangan
darah dalam jumlah banyak, pengobatan utama yang harus dilakukan adalah
mencari dan mengobati sumber perdarahan. Setelah sumber perdarahan diatasi,
pasien dapat diberikan transfusi darah, oksigen, dan suplemen penambah darah
yang mengandung zat besi dan vitamin.
 Anemia Aplastik. Pengobatan anemia aplastik dapat diawali dengan transfusi darah
untuk meningkatkan jumlah sel darah merah. Jika diperlukan, dapat dilakukan
pencangkokan sumsum tulang apabila sumsum tulang tidak bisa lagi memproduksi
sel darah merah yang sehat.
 Anemia akibat penyakit sumsum tulang. Pengobatan anemia jenis ini dapat
bervariasi sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Pengobatan dapat
melibatkan kemoterapi dan pencangkokan sumsum tulang.
 Anemia Hemolitik. Penanganan anemia hemolitik dapat dilakukan dengan
beberapa cara tergantung faktor penyebabnya. Penanganan bisa dengan
menghindari obat-obatan yang memiliki efek samping hemolisis, dengan mencari
dan mengobati infeksi yg menjadi penyebab hemolitik, atau dengan imunosupresan
untuk menekan sistem imun yang diduga merusak sel darah.
 Anemia sel sabit (sickle cell anemia). Pengobatan utama anemia sel sabit adalah
dengan mengganti sel darah merah yang hancur melalui transfusi darah, suplemen
asam folat, dan antibiotik. Pengobatan lainnya adalah dengan mengonsumsi obat
penghilang rasa sakit serta menambahkan cairan melalui oral maupun intravena
untuk mengurangi nyeri dan menghindari komplikasi. Pencangkokan sumsum tulang
dapat digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada kondisi tertentu. Obat untuk
kanker hidroksiurea dapat juga digunakan untuk mengobati anemia sel sabit.
 Thalassemia. Thalassemia dapat diobati melalui transfusi darah, konsumsi
suplemen asam folat, splenektomi untuk mengambil limpa, serta pencangkokan sel
punca darah dan sumsum tulang.

Pencegahan Anemia
Beberapa jenis anemia tidak dapat dihindari, akan tetapi anemia yang disebabkan
oleh kekurangan vitamin dan zat besi dapat dicegah dengan cara mengatur pola
makan. Beberapa makanan yang dapat membantu mencegah anemia antara lain
adalah:
 Makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging sapi, kacang-kacangan, sereal
yang diperkaya zat besi, sayuran berdaun hijau gelap, dan buah kering.

 Makanan yang kaya akan asam folat, seperti buah-buahan, sayuran berdaun hijau
gelap, kacang hijau, kacang merah, kacang tanah, gandum, sereal, pasta, dan nasi.

 Makanan yang kaya akan vitamin B12, seperti daging, susu, keju, sereal, dan
makanan dari kedelai (tempe atau tahu).

 Makanan yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, merica, brokoli, tomat, melon, dan
stroberi. Makanan-makanan tersebut dapat membantu penyerapan zat besi.
Jika terdapat kekhawatiran bahwa makanan yang dikonsumsi tidak mengandung
cukup vitamin, disarankan untuk mengonsumsi multivitamin. Bagi vegetarian,
hendaknya berkonsultasi kepada ahli gizi untuk mengatur pola makan agar
kebutuhan zat besi bagi tubuh tetap tercukupi dengan baik.
Jika pada keluarga terdapat riwayat munculnya penderita anemia bawaan seperti
anemia sel sabit atau thalassemia, hendakya dikonsultasikan kepada dokter.
Konsultasi ini bertujuan untuk memperkirakan jika terdapat risiko anemia serupa
yang dapat muncul pada anak.
Anemia juga dapat muncul sebagai komplikasi dari penyakit malaria. Jika akan
bepergian ke tempat yang umum ditemukan penyakit malaria, konsultasikan ke
dokter terkait obat pencegah malaria. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan
cara menghindari gigitan nyamuk, misalnya menggunakan kelambu, obat anti
nyamuk, atau insektisida.

Anda mungkin juga menyukai