Referat Bronkopneumonia
Referat Bronkopneumonia
KETERANGAN UMUM
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D
No. RM : 407053
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 8 bulan 12 hari
Anak ke- : 1 (pertama)
Alamat : Wargaluyu, Kec. Arjasari
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 10 September 2012
Tanggal pemeriksaan : 11 September 2012
IDENTITAS ORANGTUA
AYAH
Nama : Tn. A
Usia : 28 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
IBU
Nama : Ny. I
Usia : 23 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
1
ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Anamnesis tambahan :
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit , pasien mengalami sesak nafas yang semakin lama
telihat semakin bertambah berat. Keluhan sesak nafas tidak disertai dengan adanya suara nafas berbunyi
mengi. Riwayat tersedak sebelum timbul nafas, tidak ada. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengalami panas badan, panas badan timbul pada siang dan malam hari. Keluhan panas badan ini
sebelumnya di dahului dengan batuk dan pilek. Panas badan tidak disertai dengan kejang maupun
penurunan kesadaran. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada kelainan.
Karena keluhan panas badan yang di sertai dengan batuk dan pilek, ibu pasien membawa ke
puskesmas. Karena tidak mengalamai perbaikan, di tambah dengan adanya sesak nafas, pasien di rujuk ke
rumah sakit daerah soreang.
Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk lama / berdarah disangkal. Pasien baru
pertama kalinya sakit seperti ini. Riwayat penyakit yang sma di lingkungan pasien disangkal.
Riwayat imunisasi
Imunisasi Jumlah
Campak -
2
Riwayat Makanan
Penderita masih mendapat ASI sampai sekarang. Susu formula dan bubur susu mulai diberikan
pada usia 6 bulan. Sebelum sakit penderita rutin menetek. Semenjak sakit penderita tetap mau menetek.
Anamnesis Pertumbuhan
Saat ini penderita memiliki berat badan 8 kilogram dengan panjang badan 71 cm. Menurut
persentil WHO Z Score, dengan perhitungan BB/TB, BB/U, maupun TB/U, penderita terhitung memiliki
status gizi baik. Pertumbuhan penderita baik.
Anamnesis perkembangan
6-8 bulan Berbalik dan Memgang benda Sudah bisa Tepuk tangan
terlungkup ke kecil mengucapkan “mama”,
terlentang, “baba” dengan jelas
merangkak
3
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
a. Kesan sakit : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Komposmentis
c. Status gizi : Baik
d. Berat badan : 8 kg
e. Tinggi badan : 71 cm
f. Lingkar kepala : 47 cm
g. Lingkar lengan atas : 15 cm
h. BB/U : 0 SD-(-1) SD = Sesuai
i. TB/U : 1 SD-0 SD = Sesuai
j. BB/TB : 0 SD-(-1) SD = Sesuai
k. Simpulan status gizi : Status gizi baik
Tanda vital
a. Tekanan darah : Tidak dilakukan
b. Nadi : 160 kali/menit
c. Respirasi : 56 kali/menit
d. Suhu : 37,3°C
Kepala
4
Leher
KGB tidak teraba, Retraksi suprasternal (-)
Thoraks
a. Bentuk dan pergerakan dada simetris statis dan dinamis, retraksi intercostae (+)
b. Paru
Inspeksi : Tipe pernafasan abdominal/diafragmatikal,
Palpasi : Thoraks simetris, nyeri tekan (-), pembesaran KGB supraklavikularis dan
aksilaris (-), fremitus simetris, krepitasi subkutis (-)
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), wheezing (-/-), Slem (-/-)
c. Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Iktus kordis pada intercosta 5
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Bunyi jantung I & II regular, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
Inspeksi : datar, retraksi epigastrium (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Lembut, turgor kulit baik, hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
Ekstremitas
Akral hangat, Capillary refill time kurang dari 2 detik, edema (-)
5
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
DIAGNOSA BANDING
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
DIAGNOSA KERJA
Bronkopneumonia
USULAN PEMERIKSAAN
PENATALAKSANAAN
Tirah baring
O2 lembab 3-5 liter/menit
Terapi khusus :
- Diberikan infus cairan D5% 40 gtt/menit/mikro
- Ampicilin 4 x 200mg IV
- Paracetamol 3 x 1 cth
PROGNOSIS
1
FOLLOW UP DI RUANGAN
11 September 2012
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 71 cm
Kesadaran : kompos mentis
Frekuensi nadi : 132x/menit
Frekuensi nafas : 48x/menit
Suhu : 36,6°C
Status Gizi
o Berat badan/Umur : Sesuai
o Berat badan/Tinggi badan : Sesuai
S : Sesak sudah berkurang, demam sudah tidak dirasakan, batuk (+), mual (-), muntah (-), BAK dan BAB
tidak ada keluhan,
O : Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, POC (-), PCH (-), Mata cekung (-), Mukosa
mulut basah
Abdomen : datar, lembut, bising usus (+), retraksi epigastrium (+), turgor baik
A : Bronkopneumonia
Pulmo : hilli kabur, bercak di kiri atas sampai tengah dan parakradial kanan
Th/
2
12 September 2012
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 71 cm
Kesadaran : kompos mentis
Frekuensi nadi : 120x/menit
Frekuensi nafas : 52x/menit
Suhu : 36,3°C
Status Gizi
o Berat badan/Umur : Sesuai
o Berat badan/Tinggi badan : Sesuai
S : Sesak sudah berkurang, demam sudah tidak dirasakan, batuk (+), mual (-), muntah (-), BAK dan BAB
tidak ada keluhan,
O : Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, POC (-), PCH (-), Mata cekung (-), Mukosa
mulut basah
Abdomen : datar, lembut, bising usus (+), retraksi epigastrium (+), turgor baik
A : Bronkopneumonia
Th/
- Tirah baring
- IVFD D5% 40 gtt mikro/menit
- Ampisilin 3 x 200 mg IV
- O2 lembab 3-5 liter/menit
3
13 September 2012
Berat badan : 8 kg
Panjang badan : 71 cm
Kesadaran : kompos mentis
Frekuensi nadi : 120x/menit
Frekuensi nafas : 40x/menit
Suhu : 36,3°C
Status Gizi
o Berat badan/Umur : Sesuai
o Berat badan/Tinggi badan : Sesuai
S : Sesak sudah berkurang, demam sudah tidak dirasakan, batuk (+), mual (-), muntah (-), BAK dan BAB
tidak ada keluhan,
O : Kepala : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, POC (-), PCH (-), Mata cekung (-), Mukosa
mulut basah
Abdomen : datar, lembut, bising usus (+), retraksi epigastrium (-), turgor baik
A : Bronkopneumonia
Th/
- Tirah baring
- IVFD D5% 30 gtt mikro/menit
- Ampisilin 3 x 200 mg IV
- O2 lembab 3-5 liter/menit
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
2. Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di Negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia dibawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima
kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang dua juta anak balita, meninggal setiap
tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut
survey kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% angka kematian bayi dan 22,8%
kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit system respiratori, terutama
pneumonia 2.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun Insiden pneumonia pada anak ≤ 5 tahun di negara maju adalah 2-4
kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun.
Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun pada anak balita dinegara
berkembang 5.
3. Etiologi
5
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus(RSV) yang
mencakup 15-40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human
metapneumovirus dan adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan estimasi insidens global
pneumonia RSV anak-balita adalah 33.8 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3.4
juta episode pneumonia berat yang perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi
kematian 66.000 -199.000 anak balita karena pneumonia RSV, 99% di antaranya terjadi
di negara berkembang. Data di atas mempertegas kembali peran RSV sebagai etiologi
potensial dan signifikan pada pneumonia anak-balita baik sebagai penyebab tunggal
maupun bersama dengan infeksi lain.
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari
data di Negara maju dapat dilihat di tabel.
Tabel 1.Etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia dinegara maju
Sumber : opstapchuk M, Roberts DM, haddy R. community-acquired pneumonia in infants and children.
Am fam physician 2004;20:899-908
Faktor non-infeksi 9
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama menelan muntah atau sonde lambung. zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah, dan bensin.
Bronkopneumoni lipoid :
Terjadi akibat pemasuksn obat yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk
jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.
Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak
binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.
7
4. Klasifikasi
1. Asal infeksi
a. Community-acquired pneumonia (CAP)
infeksi parenkim paru yang didapatkan individu yang tidak sedang dalam
perawatan di rumah sakit paling sedikit 14 hari sebelum timbulnya gejala.
c. Bronkopneumonia
d. Pneumonia lobaris
e. Pneumonia interstitialis
3. Etiologi
- Infeksi
Berdasarkan mikroorganisme penyebab :
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia jamur
d. Pneumonia mikoplasma
- Non infeksi
Aspirasi makanan/asam lambung/benda asing/hidrokarbon/substansi lipoid,
reaksi hipersensitivitas, drug- dan radiation-induced pneumonitis.
4. Karakteristik penyakit
- Pneumonia Tipikal
- Pneumonia Atipikal (mis. Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae,
Mycobacterium tuberculosis)
8
Berdasarkan kedua tanda ini, maka klasifikasi beratnya pneumonia pada anak bawah
lima tahun (balita) ditentukan berdasarkan usia, sebagai berikut :
Pneumonia Takipnue
Tarikan dinding
dada dalam (-)
5. Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara,
antara lain :
1. Inhalasi langsung dari udara
2. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring.
3. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain.
4. Penyebaran secara hematogen.
9
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius sangat efisien untuk mencegah infeksi yang
terdiri dari :
1. Susunan anatomis rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di nasofaring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
8. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai antimikroba yang non spesifik.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan
sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
10
minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat
singkat, yaitu selama 48 jam.
d. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
Gambar 1 Patofisiologi
11
Patofisiologi :
12
6. Gejala klinis
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan dirumah sakit. Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis
pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme
penyebab yang luas, gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi,
terbatasnya penggunaan prosedur diagnostic invasive, etiologi noninfeksi yang relative
lebih sering, dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak
merupakan faktor penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda,
sehingga perlu dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia.
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umum, yaitu : demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti : mual, muntah atau diare ; kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu : batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
7. Pemeriksaan fisik
- Pada nafas terdapat retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan pernapasan
cuping hidung.
- Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran fremitus
selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi paru (kolaps
paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
- Pada perkusi tidak terdapat kelainan
- Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan berulang
dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi ataupun rendah
(tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi), keras atau lemah
(tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak (tergantung jumlah crackles
individual) halus atau kasar (tergantung dari mekanisme terjadinya). Crackles
dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret jalan napas/jalan
napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
Berdasarkan lokasi lesi di paru :
13
bronkopneumonia Interstitial Pneumonia lobaris
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Kelainan foto rontgen toraks
pada pneumonia tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Umumnya
pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang diagnosis pneumonia hanyalah
pemeriksaan posisi AP. Lynch dkk mendapatkan bahwa tambahan posisi lateral pada
foto rontgen toraks tidak meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas penegakkan
diagnosis.
14
Gambar 2 Ro. infiltrat alveoler di lobus kanan bawah ec. S pneumoniae
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor
infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan infeksi bakteri
superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. CRP kadang digunakan untuk evaluasi
respons terhadap terapi antibiotik 2.
15
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan
kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan mikrobiologik,
spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah,
pungsi pleura, atau aspirasi paru2,5.
9. Diagnosis
Dari anamnesa didapatkan gejala non respiratorik dan gejala respiratorik. Dasar
diagnosis tergantung umur, beratnya penyakit dan jenis organisme penyebab. Pada
bayi/anak kecil (balita) pemeriksaan auskultasi sering tidak jelas, maka nafas cepat dan
retraksi/tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dipakai sebagai parameter. Kriteria
nafas cepat, yaitu :
16
Kadar leukosit berdasarkan umur:
Diagnosis banding anak yang datang dengan keluhan batuk dan atau kesulitan bernafas
17
panggul, lutut, falang.
11. Penatalaksanaan
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error)
maka harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam
sekali sampai hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan
perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih
tepat sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan
18
dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, abses paru yang menyebabkan
seolah-olah antibiotik tidak efektif)
- Antibiotik selanjutnya ditentukan atas dasar pemantauan ketat terhadap respons klinis
dalam 24-72 jam pengobatan antibiotik awal Kalau penyakit menunjukkan perbaikan →
antibiotik diteruskan sampai dengan 3 hari klinis baik (Pneumokokus biasanya cukup 5-7
hari, bayi < 2 bl biasanya 10-14 hari) Kalau penyakit bertambah berat atau tidak
menunjukkan perbaikan yang nyata dalam 72 jam → antibiotik awal dihentikan dan
diganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat (sebelumnya perlu diyakinkan dulu tidak
adanya penyulit seperti empiema, abses, dll, yang menyebabkan seolah-olah antibiotik
tidak efektif).
- Simtomatik (untuk panas badan dan batuk) Sebaiknya tidak diberikan terutama pada 72
jam pertama, karena dapat mengacaukan interpretasi reaksi terhadap antibiotik awal
- Suportif O2 lembab 40% melalui kateter hidung diberikan sampai sesak nafas hilang
(analisis gas sampai dengan PaO2 ≥ 60 Torr)
- Cairan, nutrisi dan kalori yang memadai : Melalui oral, intragastrik, atau infus. Jenis
cairan infus disesuaikan dengan keseimbangan elektrolit. Bila elektrolit normal berikan
larutan 1:4 (1 bagian NaCl fisiologis + 3 bagian dekstrosa 5%), Asidosis (pH < 7,30)
diatasi dengan bikarbonat i.v. Dosis awal : 0,5 x 0,3 x defisit basa x BB (kg) → mEq,
Dosis selanjutnya tergantung hasil pemeriksaan pH dan kelebihan basa (base excess ) 4-6
jam setelah dosis awal. Apabila pH dan kelebihan basa tidak dapat diperiksa, berikan
bikarbonat i.v. = 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg) sebagai dosis awal, dosis selanjutnya
tergantung gambaran klinis 6 jam setelah dosis awal
19
- Fisioterapi
20
paru karena bakteri anaerob
Indikasi rawat
Pada bayi
saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
frekuensi napas > 60 x/menit
distress pernapasan, apneu intermitten, atau grunting
tidak mau minum / menetek
keluarga tidak bisa merawat dirumah
Pada anak
saturasi oksigen ≤ 92 %, sianosis
frekuensi napas ≥ 50 x/menit
distress pernapasan
grunting
terdapat tanda dehidrasi
keluarga tidak bisa merawat dirumah
Kriteria pulang:
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan peroral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah
12. Komplikasi
21
Infeksi sitemik
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
13. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat
gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi
bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri 6.
14. Pencegahan
Garna, herry, dkk. 2005. Pedoman diagnosis dan terapi. Bandung : UNPAD
Hegar, badriul. 2010. Pedoman pelayanan medis. Jakarta : IDAI.
Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit standar WHO. Jakarta :
Depkes
Price, Sylvia Anderson.1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.
Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume I.Jakarta : EGC
Sastroasmoro, sudigdo, dkk. 2007. Panduan pelayanan medis dept. IKA. Jakarta : RSCM
Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI
Nelson .2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,Volume 2.Jakarta :EGC.
23