Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

Luka Bakar Air Panas Derajat IIA-IIB 37,5%

Penyaji:

Oleh:

Siti Hanifahfuri Silverrikova, S.Ked

04054821820096

Pembimbing:
dr. Ayatullah, Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RSUD KAYU AGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
Halaman Pengesahan

Luka Bakar Air Panas Derajat IIA-IIB 37,5%

Disusun oleh :
Siti Hanifahfuri Silverrikova 04054821820096

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya di Rumah
Sakit Umum daerah Kayu Agung dari tanggal 4 Juni 2018 s.d 28 Juni 2018.

Kayu Agung, Juni 2018


Pembimbing

dr. Ayatullah, Sp.B

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
presentasi kasus dengan topik “Luka Bakar Air Panas Derajat IIA-IIB 37,5%”
sebagai salah satu syarat Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Anak RSMH
Palembang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ayatullah, Sp.B selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan penyusunan
laporan kasus ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
kasus ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga presentasi kasus ini dapat memberi
manfaat bagi yang membacanya.

Kayu Agung, Juni 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II. LAPORAN KASUS ..................................................................................... 2
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 10
BAB IV. ANALISIS KASUS ................................................................................. 31
LAMPIRAN ............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 34

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Luka bakar adalah cedera pada kulit dan jaringan sekitarnya akibat suhu,
bahan kimia, listrik atau radiasi. Luka bakar adalah bentuk umum dari trauma
Sebagian luka bakar terjadi akibat kecelakaan murni, tetapi sebagian besar
disebabkan oleh kelalaian atau kurangnya perhatian.1,2
Sekitar 1% dari penduduk Australia dan Selandia Baru (220.000)
menderita luka bakar dan membutuhkan perawatan medis setiap tahunnya. Dari
mereka, 10% memerlukan rawat inap, dan 10% dari tergolong luka bakar berat
yang mengancam jiwa, 50% pasien mengalami keterbatasan dalam kegiatan
kehidupan sehari–hari. (Sumber 2001 Survei Kesehatan Nasional). Di Indonesia,
belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan industri, angka luka bakar juga semakin meningkat. Luka bakar
masih menjadi masalah besar yang mengancam seluruh kalangan usia. Lebih dari
60% pasien luka bakar terjadi dalam kisaran usia produktif dimana pria lebih
banyak daripada perempuan. Hingga 55% disebabkan oleh api, 40% karena air
mendidih dan selebihnya dikarenakan listrik dan radiasi.1,2,3
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbulkan
efek sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan
derajat yang ditentukan kedalaman luka bakar. Beratnya luka tergantung pada
dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
prognosis.3,4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI
Nama : An.DA
Umur / Tanggal Lahir : 21 bulan/8 September 2016
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. E
Nama Ibu : Ny. A
Alamat : Tulung Selapan
Suku Bangsa : Indonesia
MRS : 4 Juni 2018

B. ANAMNESA
(Alloanamnesis dengan ibu kandung penderita, 4 Juni 2018 pukul 10.00 WIB)
Keluhan Utama : Luka bakar air panas
Keluhan Tambahan :-

Riwayat Perjalanan Penyakit


• Kurang lebih 1 hari SMRS, pasien tersiram air panas di muka, badan,
tangan kanan dan kiri, serta kaki kanan dan kiri. Kulit pada tubuh pasien
yang terkena siraman air panas bewarna kemerahan sampai berbentuk
gelembung berisi cairan dan ada yang pecah dengan dasar kulit kemerahan
dan putih. Pasien dibawa kebidan dan diberikan salep. Pasien tampak
rewel dan masih mau minum. Buang air kecil dan buang air besar biasa.
Pasien di bawa ke puskesmas tanjung raja dan dirujuk ke RSUD Kayu
Agung.

Riwayat Penyakit Dahulu


• Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

2
• Riwayat dirawat sebelumnya : disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga dan lingkungan


 Tidak ada penyakit seperti darah tinggi dan kencing manis dalam keluarga.

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Masa kehamilan : 38 minggu , tidak ada penyakit penyerta selama
kehamilan. Ibu penderita mengaku ANC dilakukan secara rutin ke bidan
selama masa kehamilan.
Partus : Normal
Tempat : Klinik
Ditolong oleh : Bidan
Tanggal : 8 September 2016
Berat badan lahir : 3600 gram
Panjang badan lahir : 48 cm
Lingkar Kepala : Tidak diketahui
Keadaan saat lahir : Langsung menangis

Riwayat Makan
ASI Eksklusif : 0 –usia 6 bulan
Susu Formula : sejak 1 tahun
Bubur Nasi : sejak 1 tahun
Nasi Biasa : sejak 1 tahun
Daging : 2 kali seminggu
Tempe : 3 kali seminggu
Tahu : 3 kali seminggu
Sayuran :setiap hari
Buah : setiap hari
Kesan : Kualitas cukup dan kuantitas baik

3
Riwayat Imunisasi
IMUNISASI DASAR ULANGAN

HB0 1 hari
BCG 2 bln
DPT 1 2 bln DPT 2 3 bln DPT 3 4 bln

HEPATITIS 2 HEPATITIS 3 bulan HEPATITIS 4


B1 bulan B2 B3 bulan
Hib 1 2 Hib 2 3 bulan Hib 3 4
bulan bulan
POLIO 0 Lahir POLIO 1 2 POLIO 3 3
bulan bulan
CAMPAK 9 POLIO 4 4 +
bulan bulan

Kesan :Imunisasi dasar lengkap.

Riwayat Perkembangan
Gigi pertama : 6 bulan Berdiri : 1 tahun
Berbalik : 4 bulan Berjalan : 1 tahun 2 bulan
Tengkurap : 4 bulan Berbicara : 1 tahun
Merangkak : 5 bulan Kesan : Perkembangan DBN
Duduk : 9 bulan

C. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal pemeriksaan: 4 April 2018 Pukul 10.00 WIB
Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 98 x/menit, reguler, isi dan tegangan: cukup
Pernapasan : 36.5 x/menit
Suhu : 36,5°c

4
SpO2 : 99%
Berat Badan : 10 kg
Tinggi Badan : 80 cm
Status Gizi : BB/U : -2<z<0 SD (normal)
PB/U : -2<z<0 SD (normal)
BB/PB : 0 SD (normal)
Kesan : Gizi Baik

Keadaan Spesifik
 Kepala
Bentuk : Normosefali, ubun-ubun cekung (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat, isokor, reflek cahaya +/+,konjungtiva anemis
(-), mata cekung (-), sklera hiperemis dextra (+)
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Sekret (-)
Mulut :Mukosa pucat (-) Sianosis (-), edema (-),(-), glossitis (-),
Macroglossia (-),Atrofi papil lidah (-), Angular stomatitis
(-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorak
Paru-paru
 Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi (-/-)
 Palpasi : Tidak bisa dinilai
 Perkusi : Tidak bisa dinilai
 Auskultasi : Tidak bisa dinilai

Jantung
 Inspeksi : Iktus kordist idak terlihat

5
 Palpasi : Tidak bisa dinilai
 Perkusi : Tidak bisa dinilai
 Auskultasi : Tidak bisa dinilai

Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : Tidak bisa dinilai
 Palpasi : Tidak bisa dinilai
 Perkusi : Tidak bisa dinilai

Lipat paha : Pembesaran KGB (-)


Genitalia : Labiya mayora (+), labiya minora (+), vagina (+)
Ekstremitas :Akral hangat (-), pucat (-),ptekie (-) Hematom (-), edema
(-), CRT <2 detik.

Luas Luka Bakar:


Regio Facialis: 4,5%
Regio thoracoabdominalis: 16%
Regio Extremitas superior dextra: 9%
Regio Extremitas superior sinistra: 4%
Regio femoralis + pedis dextra : 3%
Regio Femoralis sinistra: 1%
Total: 37,5%

D.Pemeriksaan Penunjang (tanggal 04 Juni 2018)


Laboratorium
 Hb : 14,8 g/dl
 Hematokrit : 44 vol%
 Leukosit : 6.300/mm3
 Trombosit : 509.000/mm3

6
 Ureum : 18 mg/dl
 Kreatinin : 0,6 mg/dl
 CRP :+
 Natrium : Kalium: 135 mg/dl; Kalium: 4,3 mg/dl; Klorida: 107 mg/dl

Hitung Jenis : Neutrofil : 58,3 %


Limfosit : 30,8%
M.E.B : 10,9%
E.DAFTAR MASALAH
Luka Bakar air panas

F. DIAGNOSIS KERJA
Luka Bakar air panas derajat IIA-IIB 37,5%

G. Tatalaksana
 IVFD RL sesuai derajat luka bakar 37,5%
2 cc x BB x luas luka bakar: 2 x 10 kg x 37.5% + cairan maintenance =
1500 cc
Untuk 8 jam pertama berikan 750 cc = 31 tts/mnt
Untuk 16 jam berikutnya berikan 750 cc = 15 tts/mnt
 Sulfadiazin Silver
 Ij. Ampicilin 3x330 mg (IV)
 Ij. Paracetamol 3x120 mg (IV)
 Burnazin Salep 1x1 untuk luka bakar di badan
 Gentamisin 1x1 untuk luka bakar diwajah

H.PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia at bonam
Quo ad functionam : dubia at bonam
Quo ad sanationam : dubia at bonam

7
I. FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
05-06-2018 S : Demam
O : Sens: CM
N: 110x/menit, RR: 38x/menit, T: 38,1oC, SpO2: 99%
Kepala: Konjungtiva anemis (-), mata cekung (-),sklera hiperemis dextra
(+),Nafas cuping hidung (-)
Thorax:
Paru: Simetris, retraksi (-), palpasi, perkusi, auskultasi tidak bisa dinilai
Cor: Ictus Cordis tidak terlihat, palpasi, perkusi, auskultasi tidak bisa
dinilai.
Abdomen: datar, palpasi, perkusi, auskultasi tidak bisa dinilai.
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”
Luas Luka Bakar:
Regio Facialis: 4,5%
Regio thoracoabdominalis: 16%
Regio Extremitas superior dextra: 9%
Regio Extremitas superior sinistra: 4%
Regio femoralis + pedis dextra : 3%
Regio Femoralis sinistra: 1%
Total : 37,5%

A : Luka Bakar air panas derajat IIA-IIB 37,5% post debridement hari ke 1
P:
 IVFD RL gtt x/mnt
 Ij. Ampicilin 3x330 mg (IV)
 Ij. Paracetamol 3x120 mg (IV)
 Burnazin Salep 1x1 untuk luka bakar di badan
 Gentamisin 1x1 untuk luka bakar diwajah

8
06-06-2018 S : Demam
O : Sens: CM
N: 110x/menit, RR: 38x/menit, T: 38,1oC, SpO2: 99%
Kepala: Konjungtiva anemis (-), mata cekung (-),sklera hiperemis dextra
(+),Nafas cuping hidung (-)
Thorax:
Paru: Simetris, retraksi (-), palpasi, perkusi, auskultasi tidak bisa dinilai
Cor: Ictus Cordis tidak terlihat, palpasi, perkusi, auskultasi tidak bisa
dinilai.
Abdomen: datar, palpasi, perkusi, auskultasi tidak bisa dinilai.
Ekstremitas: akral hangat, CRT<2”
Luas Luka Bakar:
Regio Facialis: 4,5%
Regio thoracoabdominalis: 16%
Regio Extremitas superior dextra: 9%
Regio Extremitas superior sinistra: 4%
Regio femoralis + pedis dextra : 3%
Regio Femoralis sinistra: 1%
Total : 37,5%

A : Luka Bakar air panas derajat IIA-IIB 37,5% post debridement hari ke 2
P:
 IVFD RL gtt x/mnt
 Ij. Ampicilin 3x330 mg (IV)
 Ij. Paracetamol 3x120 mg (IV)
 Burnazin Salep 1x1 untuk luka bakar di badan
 Gentamisin 1x1 untuk luka bakar diwajah

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.5
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri, virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas
diatur melalui vasodilatasi pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat.
Setelah kehilangan seluruh kulit,maka ciran tubuh yang penting akan menguap
dan elektrolit-elektrolit yang penting akan menghilang dari tubuh, akan menguap
dan lektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan
ini adalah penderita luka bakar. Bau yang sedap atau tidak sedap dari kulit
berfungsi sebagai pertanda penerimaan atau penolakan sosial dan seksual. Kulit
juga merupakan tempat sensasi raba, tekan, suhu, nyeri dan nikmat berkat jalinan
ujung-ujung saraf yang bertautan.6
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.5
Secara anatomis kulit tersusun atas 3 lapisan pokok terdiri dari : a.lapisan
epidermis, b.lapisan dermis, c.subkutis, sedangkan alat-alat tambahan juga
terdapat pada kulit antara lain kuku, rambut, kelenjar sebacea, kelenjar apokrin,

10
kelenjar ekrin. Keseluruhan tambahan yang terdapat pada kulit dinamakan
appendices atau adnexa kulit.7

Gambar 1. Anatomi Sistem Integumen (Martini Fundamentals of Anatomy


and Fisiology Edition 9th)

Gambar 2. Anatomi Sistem Itegumen (Martini Fundamentals of Anatomy


ang Fisiology Edition 9th)

11
A. EPIDERMIS

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk (keratinosit), mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di
tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya
sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.5
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :

1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum. Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum. Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit.

12
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).5

B. DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Lapisan dermis ini paling tebal dapat dijumpai di punggung
dan paling tipis pada palpebrae. Hubungan antara dermis dan epidermis ini
tidaklah sebagai bidang yang rata, tetapi berbentuk gelombang. Bagian dermis
yang menonjol ke dalam epidermis dinamakan papilla, sedangkan bagian
epidermis yang menonjol ke dermis disebut rete ridge. Papila ini pada telapak
tangan dan jari-jari terutama tersusun linier yang member gambaran kulit yang
berbeda-beda sebagai dermatoglyphic (sidik jari). Bagian dermis papiler ini
tebalnya sekitar seperlima dari tebal dermis total. Bagian bawah dari dermis
papiler ini dinamakan dermis retikuler yang mengandung vasa darah dan lymphe,
serabut syaraf, adnexa dan lainnya.6. Zone membrane basalis ini merupakan filter
semipermeable yang memungkinkan pertukaran sel dan cairan antara dermis dan
epidermis2. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai
nutrisi, menahan shearing forces dan respon inflamasi.5

C. SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat
ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan
mechanical shock absorber.5

13
2.2 Luka Bakar

A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas
dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase
syok) sampai fase lanjut.8

B. Epidemiologi
Di Amerika serikat kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar
setiap tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan
tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di
Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan industri, angka luka bakar juga semakin
meningkat.2,3

C. Etiologi 2
Penyebab Luka Bakar Anak (%) Penyebab Luka Bakar pada Dewasa (%)
Air panas 55% Api 44%
Kontak 21% Air panas 28%
Api 13% Kontak 13%
Gesekan 8% Kimia 5%
Listrik 1% Gesekan 5%
Kimia 1% Listrik 2%
Lainnya 1% Lainnya 3%
(ANZBA Laporan Tahunan Bi–NBR 2011)
Penyebab luka bakar pada dewasa dan anak–anak berbeda. Penyebab
umum pada dewasa adalah api sedangkan pada anak–anak umumnya air panas.
Penyebab pada anak–anak yang berusia lebih besar, umumnya sama dengan pola
dewasa. Semakin tua, pola cedera mereka juga berubah. Orang tua berisiko

14
mengalami luka bakar karena air panas di rumah atau di rumah jompo (panti
wreda).

D. Asesemen Luka Bakar2


Terdapat dua faktor yang menentukan beratnya luka bakar, luas dan
kedalaman luka . Mortalitas dihubungkan dengan kedua faktor tersebut, yaitu:
· Usia penderita
· Luas luka bakar

Derajat Luka Bakar


Derajat luka bakar dibedakan menjadi 3 tingkatan berdasarkan kedalaman
luka merusak
lapisan kulit, yaitu :
I. Luka Bakar Derajat I (Superficial burn)
Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh
dalam 5-7 hari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat dan tidak ada bulla.8 Contoh luka bakar derajat I seperti
akibat tersengat matahari. Luka dapat sembuh tanpa bekas. Karena tidak
berbahaya, luka bakar derajat I tidak memerlukan pemberian cairan intravena.9

Gambar 3. Luka Bakar Derajat 1

II. Luka Bakar Derajat II (Partial thickness burn)


Luka bakar derajat II kedalaman luka mencapai lapisan dermis. Tetapi
masih ada elemen epitel vital yang menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.

15
Elemen epitel tersebut terdiri dari sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat dan pangkal rambut. Luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu.9
Gejala yang timbul adalah kemerahan/campuran, epidermis rusak, nyeri, sensitif
terhadap udara, bengkak, permukaan basah dan berair serta terdapat gelembung
atau bulla berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh darah karena
permeabilitas dindingnya meninggi. Luka bakar derajat II sering diakibatkan oleh
cairan panas dan ledakan. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2:
A. Derajat IIA (Superficial partial thickness burn)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari dermis.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk
sikatriks.8
B. Derajat IIB (Deep partial thickness burn)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan
epitel sehat tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut
hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu > 1 bulan. 8

Gambar 4. Luka Bakar Derajat 1

III. Luka Bakar Derajat III (Full thickness burn)


Luka bakar derajat III kerusakannya meliputi seluruh kedalaman kulit dan
mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup
yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti
dengan terbentuknya eskar. Eskar merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi
protein jaringan kulit. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan

16
permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat, tidak ada bulla
dan tidak terasa nyeri. 9

Gambar 5. Luka Bakar Derajat 1

Kedalaman Luka Bakar


Tergantung kedalamannya, dibedakan luka bakar superfisial, sedang dan
dalam. Ketiganya masing–masing disebut luka bakar epidermal, mid–dermal dan
deep dermal atau seluruh ketebalan kulit). 2

Gambar 6. Kedalaman luka bakar (Emergency Management


of Severe Burn 17th)

17
A. Luka bakar superfisial
Disebut juga luka bakar dangkal. Merupakan bentuk luka bakar yang
memiliki potensi mengalami proses epitelialisasi spontan. Termasuk ke dalam
kategori ini adalah luka bakar epidermal dan dermal bagian superfisial.

1. Luka bakar epidermal


Luka bakar ini hanya melibatkan lapis epidermis. Penyebab tersering
adalah paparan sinar matahari atau flash injury minor (percikan api). Lapis
permukaan mengalami kerusakan dan proses penyembuhan berlangsung melalui
regenerasi epidermis yang berasal dari lamina basalis. Dengan adanya produksi
mediator inflamasi, didapatkan hiperemia yang menyebabkan luka yang
kemerahan dan nyeri. Adanya eritema, kerap sulitan dinilai pada seorang yang
bewarna kulit gelap. Luka bakar jenis ini mengalami epitelialisai dalam waktu
singkat (dalam 7 hari) tanpa parut maupun perubahan warna. Kadang diperlukan
perawatan di rumah askit untuk manajemen nyeri. Eritema (luka bakar epidermal)
tidak diperhitungkan pada kalkulasi luas luka bakar. Memang untuk membedakan
eritema (luka bakar epidermal) dengan luka bakar superficial (dermal) adalah sulit
dalam beberapa jam pertama pasca luka bakar.2

Gambar 7. Kedalaman luka bakar (Emergency Management


of Severe Burn 17th)

18
2. Luka bakar dermal–superfisial
Luka bakar dermal–superfisial mengenai epidermis dan lapis dermis
bagian superfisial, yaitu dermal papilae. Ciri khas luka bakar jenis ini yaitu lepuh
(blister, bula). Lapis kulit di atas bula (non–vital) terlepas dari lapis dermis (vital)
karena edema. Edema menyebabkan terlepasnya epidermis dari lapisan dermis
dan proses eksudasi menyebabkan akumulasi cairan dan mendorong epidermis;
lapis epidermis mengalami kematian. Cairan tersebut selnjutnya menyebabkan
kerusakan dermis berlanjut sehingga luka bertambah dalam. Terpaparnya dermal
pailae memberikan warna merah muda dan karena ujung–ujung saraf sensorik
terpapar, maka hal ini diikuti nyeri yang ekstrim. Dengan suasana kondusif, epitel
akan menyebar dari struktur adneksa kulit (folikel rambut, kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat) dan menutupi dermis (proses epitelialisasi). Proses tersebut
berlangsung dalam waktu maksimal 14 hari dengan bekas luka yang menunjukkan
perbedaan warna. Tidak ada skar yang dibentuk pada luka bakar dermal–
superfisial ini. Bila proses epitelialisasi mengalami keterlambatan, hal ini
menunjukkan bahwa kedalaman luka lebih dalam dibandingkan saat diagnosis
ditegakkan.2

B. Luka bakar mid–dermal


Luka bakar mid–dermal sebagaimana namanya, melibatkan kedalaman di
antara luka bakar superfisial dan luka bakar dalam. Lebih cepat mengalami
epitelialisasi dibandingkan luka bakar dalam. Secara klinis, terlihat adanya variasi
derajat kerusakan pleksus dermal. Trombosis kapiler dan keterlambatan pengisian
kapiler disertai edema dan pembentukan bula dapat diamati. Jaringan bewarna
merah muda lebih gelap dibandingkan luka bakar superfisial.2

C. Luka bakar dalam


Luka bakar dalam lebih berat dibandingkan dua jenis luka bakar yang
dijelaskan sebelumnya. Proses epitelialisasi spontan tidak terjadi, atau terjadi
dalam waktu relatif panjang dengan skar yang nyata. Luka bakar ini terdiri dari
dermal–dalam dan seluruh ketebalan kulit.

19
1. Luka bakar dermal–dalam
Pada luka bakar dermal–dalam mungkin dapat dijumpai bula, namun di
dasar bula ditunjukkan karakteristik luka bakar dalam, retikulum dermis
menunjukkan warna merah berbercak. Hal ini disebabkan karena ekstrapasasi
hemoglobin dari sel–sel darah merah yang rusak dan keluar dari pembuluh darah.
Pertanda khas pada luka bakar ini adalah suatu tampilan yang disebut fenomena
hilangnya capillary blush. Ini menunjukkan kerusakan pleksus dermal. Ujung–
ujung saraf di lapis dermis juga mengalami nasib yang sama, karenanya akan
diikuti hilang sensasi terutama saat dilakukan uji pinprick. 2

2. Seluruh ketebalan kulit (Full Thickness Burns)


Full thickness burns menyebabkan kerusakan lapis epidermis dan dermis
dan dapat menyebabkan kerusakan struktur jaringan yang lebih dalam. Pada
penampilan klinik dijumpai kulit bewarna putih (dense white, waxy, dan
charredappearance). Ujung saraf sensorik di dermis rusak sehingga hilang
sensasi. Kulit yang mengalami koagulasi menunjukkan konsistensi seperti kulit ini
disebut eskar. 2

Penilaian Luas Luka Bakar


Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Terdapat beberapa rumus untuk menentukan luas bakar, yaitu :
a. Rumus 9 (Rule of nine)9
Pada orang dewasa “rumus 9” seperti berikut; luas kepala dan leher 9%,
tangan kanan 9%, tangan kiri 9%, dada dan perut 18%, punggung dan bokong
18%, kaki kanan 18%, kaki kiri 18%, dan genital 1%. Rumus ini membantu untuk
memperkirakan luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

20
Gambar 8. Rule of Nine Dewasa

Pada bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala bayi
jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbedaan
tersebut “rumus 9” pada bayi seperti berikut; kepala dan leher 18%, tangan kanan
9%, tangan kiri 9%, dada dan perut 18%, punggung 13%, bokong kanan 2,5%,
bokong kiri 2,5%, kaki kanan 14%, kaki kiri 14%. Setiap penambahan umur 1
tahun, luas area kepala dikurangi 1% dan jumlah yang sama ditambah pada setiap
ekstremitas bawah (kiri 0,5% & kanan 0,5%). Setelah usia 10 tahun digunakan
persentase orang dewasa. 9

Gambar 9. Rule of Nine Anak

21
b. Lund and Browder Chart9
Lund and Browder chart merupakan metode yang diperkenalkan untuk
kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak sehingga
dipergunakan untuk estimasi besarnya luas luka bakar pada anak.

Gambar 10. Lund and Browder chart

c. Rumus Luas Permukaan Telapak Tangan


Untuk luka bakar yang distribusinya tersebar dan berukuran kecil, dapat
menggunakan telapak tangan pasien (tanpa jari-jari) untuk menentukan persentase
luas luka bakar. Setiap 1 telapak tangan sama dengan 1%.9

E. Patofisiologi
Fase luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu fase akut (fase syok), fase
subakut (fase kompensasi syok) dan fase lanjutan. Pada fase akut, masalah utama
berkisar pada gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar
yang melingkar di dada atau trauma multipel di rongga thorax, dan gangguan
sirkulasi seperti keseimbangan elektrolit dan syok hipovolemia.

22
Fase subakut adalah fase setelah syok berakhir. Masalah utama pada fase
ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system
Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak
atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang
bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka).
Fase lanjut berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan
atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama,
luka bakar mengakibatkan syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh darah
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi sehingga
menyebabkan udem dan bulla dengan membawa serta elektrolit, oleh karena itu
terjadi penurunan volume cairan intravaskuler, sel darah yang di dalam pembuluh
darah tersebut juga mengalami kerusakan sehingga dapat terjadi anemia.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan
karena penguapan yang berlebihan, cairan masuk ke bulla yang terbentuk pada
luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Pada fase akut peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok.9
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya tetapi bila di atas 20% akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah 8 jam 9. Setelah 12 -
24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan
meningkatnya diuresis. Pada fase ini peristalsis dapat menurun karena kekurangan
ion kalium. 9
Menurut Jackson pada tahun 1947, luka bakar dibagi menjadi 3 zona, yaitu :
1. Zona koagulasi merupakan zona yang mengalami kerusakan paling berat. Pada
zona ini mengalami kehilangan jaringan yang tidak dapat dikembalikan
dikarenakan oleh koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi.

23
2. Zona stasis merupakan zona disekeliling zona koagulasi, ditandai dengan
penurunan perfusi pada jaringan. Jaringan pada zona stasis masih dapat
diselamatkan dengan cara melakukan resusitasi pada luka bakar sehingga
perfusi pada jaringan ini dapat meningkat dan mencegah terjadinya kerusakan
jaringan yang permanen. Apabila terjadi hipotensi berkepanjangan, infeksi
ataupun udem dapat menyebabkan zona ini menjadi kehilangan jaringan.
Hilangnya jaringan di zona stasis akan menyebabkan luka mendalam dan
melebar.
3. Zona hiperemi merupakan zona terluar dan memiliki perfusi yang lebih baik.
Jaringan pada zona ini akan selalu sembuh, kecuali ada sepsis berat dan
hipoperfusi berkepanjangan.

Gambar 10. Jackson’s burn model

F. Penatalaksanaan
Pertolongan Pertama2
Pertolongan pertama terdiri dari:
- Hentikan proses pembakaran
- Turunkan suhu luka

24
Gambar 11. Struktur of EMSB

Survei Primer
Segera identifikasi kondisi–kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen
emergensi.
A. Penatalaksanan jalan napas dan manajemen tulang servikal
B. Pernapasan dan ventilasi
C. Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
D. Disabilitas – Status neurologik
E. Paparan + pengendalian lingkungan

A. Penatalaksanaan jalan napas dan manajemen tulang servikal


- Nilai patensi jalan napas, cara termudah adalah berbicara dengan pasien. Jika
tidak paten bersihkan jalan napas dari benda asing dan membuka jalan napas
dengan manuver chin lift/jaw thrust. Jaga gerakan tulang servikal seminim
mungkin dan jangan melakukan fleksi dan ekstensi kepala dan leher.
- Manajemen tulang belakang servikal (terbaik dengan rigid collar). Adanya
cedera di atas klavikula seperti trauma muka atau tidak sadarkan diri kerap
disertai patah tulang belakang servikal.

25
B. Pernapasan dan Ventilasi
- Paparkan dada dan pastikan bahwa ekspansi rongga toraks adekuat dan
simetri.
- Berikan oksigen 100% (15 L/menit) menggunakan non–rebreather mask
- Bila diperlukan, ventilasi menggunakan bag dan sungkup atau, intubasi bila
perlu. Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan pasien bewarna
merah–buah cherry, dan pasien tidak bernapas.
- Hati–hati bila frekuensi pernapasan <10 atau> 30 kali per menit.
-Waspada pada luka bakar melingkar dada dan apakah memerlukan eskarotomi

C. Sirkulasi dan Kontrol Perdarahan


- Lakukan penekanan pada pusat perdarahan
- Pucat menunjukkan kehilangan 30% volume darah.
- Perubahan mental terjadi pada kehilangan 50% volume darah.
- Periksa pulsasi sentral – apakah kuat atau lemah?
- Periksa tekanan darah
- Periksa capillary refill (sentral dan perifer) – normal bila ≤2 detik. Bila >2
detik menunjukkan hipovolemia atau kebutuhan untuk eskarotomi pada
tungkai bersangkutan, periksa tungkai lainnya.
- Masukkan 2 buah kateter IV berdiameter besar, sebaiknya daerah yang tidak
terbakar (normal).
- Ambil darah untuk pemeriksaan darah lengkap / ureum kreatinin / fungsi hari
/ koagulasi / β–hCG / Cross Match / carboxyhaemoglobin.
- Bila pasien syok lakukan resusitasi cairan bolus dengan metode Hartmann
untuk memperbaiki pulsasi radialis. Pertanda klinis–awal syok biasanya
ditimbulkan penyebab lain. Carilah dan atasi.

D. Disabilitas: Status Neurologis


- Tetapkan derajat kesadaran:
A– dari Alert (Sadar, waspada)
V– dari Vocal (Respon terhadap rangsang suara)

26
P– dari Pain (Respon terhadap rangsang nyeri)
U– dari Unresponsive (Tidak memberi respon)
- Lakukan pemriksaan respon pupil terhadap cahaya. Harus cepat dan sama.
- Tanggap terhadap hipoksemia dan syok yang menyebabkan kegelisahan dan
penurunan derajat kesadaran.

E. Paparan dan Pengendalian Lingkungan


- Lepaskan semua pakaian dan perhiasan termasuk anting dan jam tangan.
- Miringkan pasien untuk visualisasi sisi posterior Jaga agar pasien tetap hangat
- Area luka bakar dihitung menggunakan metode Rule of Nines atau Palmaris
(Rule of One).

F. Fluid; melakukan resusitasi cairan sesuai dengan luas luka bakar.


 Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
 Cara Baxter
4 mL x BB x Luas luka bakar (%) (Dewasa)
2 mL x BB x Luas luka bakar (%) + cairan maintenance (anak)
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
 Cara Evans:
1. Luas luka (%) x berat badan (kg) = ml NaCl per 24 jam
2. Luas luka (%) x berat badan (kg) = ml plasma per 24 jam
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema.
Plasma diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh
dan meninggikan tekanan osmosis, hingga mengurangi perembesan
keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan
2000cc glukosa 5% per 24 jam.

27
Survei Sekunder
Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan
dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini tidak ada atau telah
diatasi .
Riwayat Penyakit:
A – Alergy
M – Medicine (obat–obatan yang baru dikonsumsi)
P – Past illness (penyakit sebelum terjadi trauma)
L – Last meal (makan terakhir)
E – Event (peristiwa yang terjadi saat trauma)

Tata Laksana lanjutan1


1. Bersihkan luka
Bersihkan luka dengan sabun dan air atau cairan antibakteri seperti cairan
klorheksidin. Bila terdapat bula yang besar, sebaiknya dipecahkan dari bagian
dasar, kulit mati sebaiknya dibuang dengan gunting atau jarum steril.

a. Luka Bakar derajat I – Cuci dengan air dan sabun, berikan pelembab atau
antibiotic topical. Dalam beberapa hari akan sembuh.
b. Luka bakar derajat II
 Bila terdapat bula intak, biarkan karena akan membantu penyembuhan luka
 Bila bula sudah terbuka, buang semua kulit mati
 Berikan antibiotik topikal, biasanya krim basitrasin (Nebacetin) atau MEBO
2 kali sehari dan tutup dengan penutup kering.
 Derajat II superficial biasanya sembuh 10-14 hari sedangkan deep sembuh
dalam 3-4 minggu.
c. Luka Bakar derajat III
 Berikan antibiotik topikal
 Biasanya butuh waktu minimal 4 minggu untuk sembuh dan sembuh dengan
jaringan parut hipertropi.

28
 Biasanya membutuhkan eksisi tangensial dan skin graft.

2. Gunakan Penutup
Idealnya dalam 24 jam perlu dilakukan pemeriksaan dressing ulang.
Pertama kali dressing diganti setelah 48 jam kemudian setiap 3-5 hari. Bila luka
yang diberi dressing terasa nyeri, berbau, terkontaminasi, keluar cairan berlebih,
atau adanya tanda-tanda infeksi seperti demam, segera ganti dressing. Bila luka
tidak sembuh dalam 3 minggu, segera rujuk ke bedah plastic yang menangani luka
bakar.

Tindakan bedah9
 Eskarektomi dilakukan pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dari pembengkakan yang
terus berlangsung dapat mengakibatkan penekanan yang membahayakan
sirkulasi sehingga bagian distal dapat mengalami nekrosis.
 Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan kulit mati
dengan cara eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah
keadaan pasien stabil karena eksisi tangensial juga menimbulkan perdarahan.
Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ketiga sampai ketujuh, dan pasti boleh
dilakukan pada hari kesepuluh. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan
lebih dari 10% luas permukaan tubuh karena dapat terjadi perdarahan yang
cukup banyak.
 Pasien luka bakar derajat II dalam dan derajat III dilakukan skin grafting
untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin
grafting dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh yaitu sebelum timbulnya
jaringan granulasi.

NUTRISI9
Kebutuhan nutrisi pada pasien luka bakar antara lain:
a. Minuman diberikan pada pasien luka bakar:
 Segera setelah peristalsis menjadi normal.

29
 Sebanyak 25 ml/kgBB/hari
 Sampai diuresis minimal mencapai 30 ml/jam atau 1 ml/kgBB/jam
b. Makanan diberikan oral pada pasien luka bakar:
 Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan.
 Sedapat mungkin 2500-3000 kalori/hari
 Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr.protein/ hari
c. Tambahan, dapat diberikan:
 Vitamin A, B, dan D
 Vitamin C 500 mg
 Fe sulfat 500 mg
 Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress (tukak Curling).

H. KOMPLIKASI10
Komplikasi luka bakar dapat bermacam-macam sesuai dengan fase yang
sedang berlangsung. Pada fase akut, komplikasi yang sering terjadi adalah syok
dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada fase subakut dapat terjadi
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ
Dysfunction Syndrome (MODS) dan Sepsis. Pada fase lanjutan, komplikasi yang
dapat terjadi adalah parut hipertrofik dan kontraktur.

G. Prognosis10
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan
luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.
Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita
juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.

30
BAB IV
ANALISIS KASUS

Kurang lebih 1 hari SMRS, pasien tersiram air panas di muka, badan,
tangan kanan dan kiri, serta kaki kanan dan kiri. Kulit pada tubuh pasien yang
terkena siraman air panas bewarna kemerahan sampai berbentuk gelembung berisi
cairan dan ada yang pecah dengan dasar kulit kemerahan dan putih. Pasien dibawa
kebidan dan diberikan salep. Pasien tampak rewel dan masih mau minum. Buang
air kecil dan buang air besar biasa. Pasien di bawa ke puskesmas tanjung raja dan
dirujuk ke RSUD Kayu Agung.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi, rusak dan permeabilitasnya
meningkat. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula
yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk
pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar
derajat tiga. Pada kasus didapatkan derajat luka bakar yaitu derajat IIA-IIB, sebab
kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis yang terlihat dari reaksi
inflamasi akut dan proses eksudasi, ditemukan bula, dasar luka bewarna merah
atau pucat dan nyeri akibat iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar pada pasien
tidak digolongkan derajat I karena pada luka bakar derajat I, kelainan hanya
ditemukan berupa eritema yang biasanya disebabkan oleh sengatan sinar matahari.
Luka bakar juga tidak digolongkan dengan derajat III karena, pada luka bakar
derajat III dijumpai kulit terbakar bewarna abu-abu, pucat, letaknya lebih rendah
(cekung) dibandingkan kulit sekitar dan tidak dijumpai rasa nyeri akibat
kerusakan total ujung serabut saraf sensoris.
Luas luka bakar yang dipakai pada kasus ini adalah menggunakan Rule of
Nine Pediatrics dimana dari hasil perhitungan didapatkan luas luka bakar 37,5%
yaitu Regio Facialis: 4,5%, Regio thoracoabdominalis: 16%, Regio Extremitas

31
superior dextra: 9%, Regio Extremitas superior sinistra: 4%, Regio femoralis +
pedis dextra : 3%, Regio Femoralis sinistra: 1%.
Tatalaksana untuk luka bakar adalah pertolongan pertama terdiri dari:
hentikan proses pembakaran dan turunkan suhu luka. Dilakukan Survey Primer
yaitu :A. Penatalaksanan jalan napas dan manajemen tulang servikal; B.
Pernapasan dan ventilasi; C. Sirkulasi dengan kontrol perdarahan; D. Disabilitas –
Status neurologic; E. Paparan + pengendalian lingkungan dan terapi cairan, terapi
cairan (ringer laktat) yang diberikan pada kasus menggunakan formula Baxter
adalah 2 mL x BB x Luas luka bakar (%) + cairan maintenance (anak). Separuh
dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16
jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Pada kasus:
Terapi cairan: 2 cc x BB x luas luka bakar: 2 x 10 kg x 37.5% + cairan
maintenance (750 cc) = 1500 cc
Untuk 8 jam pertama berikan 750 cc = 31 tts/mnt
Untuk 16 jam berikutnya berikan 750 cc = 15 tts/mnt
Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar dibersihkan dengan
air yang mengalir. Kemudian diberikan krim Sulfadiazin silver untuk penanganan
infeksi. Untuk menutup luka, digunakan kasa steril yang lembab menggunakan
cairan Nacl untuk mencegah penguapan. Balutan dinilai 24-48 jam.
Diberikan antibiotic karena luka bakar yang tidak steril yang diakibatkan
kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk
pertumbuhan kuman, akan mempoermudah infeksi. Kuman penyebab infeksi pada
luka bakar, selain berasal dari penderita itu sendiri, juga disebabkan kontaminasi
saluran napas dan lingkungan rumah sakit sendiri.

32
Lampiran

33
Daftar Pustaka

1. Tanto, chris et al. 2014. Kapita Selekta. Edisi 4.Jakarta: Media Aesculapsius.
2. The Australian and New Zealand Burn Association Limited. 2013. Emergency
Managemen of Severe Burns. Edisi 17.
3. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,
editor.2005. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.h. 73-5.
4. Moenadjat Y. Luka bakar. 2003.Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. Perdanakusuma, David, 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan
Luka. Journal Universitas Airlangga.
6. Price, Wilson, 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta:EGC.
7. Djuanda, A, HamzahM. Aisah S., 2015. Tumor Kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi Ketujuh. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI. Hal 262.
8. Surgery Medical Mini Notes: 2015. p 124-132.
9. Wim DJ. Luka, Trauma, Syok, Bencana dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC.
Jakarta. hal 81-91.
10. Astrid MP. Presentasi Luka Bakar. Departemen Bedah FKUI. Jakarta: 2009.

34

Anda mungkin juga menyukai