Anda di halaman 1dari 38

BAB 2 9

SINDROM METABOLIK, DISLIPIDEMIA,


OBESITAS

Sindrom Metabolik 2535


Pre D i a b e t e s 2 5 4 4 /.

Dislipidemia 2 5 4 9
Obesitas 2 5 5 9

'mMmym»
V / / / / / / / / / / ' • • /////, /y///•••
9:.'9^<^<4o<^y/;'y/y/Z'/yw:

II

ILMU PENYAKIT DALAM Edisi VI 2014


330
SINDROM METABOLIK
Sidartawan Soegondo, Dyah Purnamasari

PENDAHULUAN Di US, peningkatan kejadian obesitas mengiringi


peningkatan prevalensi sindrom metabolik. Prevalensi
Pada tahun 1988, Reaven menunjukkan konstelasi faktor sindrom metabolik pada populasi usia > 20 tahun sebesar
risiko pada pasien-pasien dengan resistensi insulin yang 2 5 % dan pada usia > 50 tahun sebesar 4 5 % . Pandemi
dihubungkan dengan peningkatan penyakit kardiovaskular sindrom metabolik j u g a berkembang seiring dengan
yang disebutnya sebagai sindrom X. Selanjutnya, sindrom peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi pada populasi
X ini dikenal sebagai sindrom resistensi insulin dan Asia, termasuk Indonesia. Studi yang dilakukan di Depok
akhirnya sindrom metabolik. (2001) m e n u n j u k k a n prevalensi s i n d r o m m e t a b o l i k
Resistensi insulin adalah suatu kondisi di mana terjadi menggunakan kriteria National Cholesterol Education
penurunan sensitivitas jaringan terhadap kerja insulin Program Adult Treatment Panel III (NCEP-ATP III) dengan
sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin sebagai modifikasi Asia Pasifik, terdapat pada 25.7% pria dan 2 5 %
bentuk kompensasi sel beta pankreas. Resistensi insulin wanita. Penelitian Soegondo (2004) melaporkan prevalensi
terjadi beberapa dekade sebelum timbulnya penyakit sindrom metabolik sebesar 13,13% dan menunjukkan bahwa
diabetes mellitus dan kardiovaskular lainnya. Sedangkan kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT) obesitas >25 kg/m2 lebih
sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolik adalah cocok untuk diterapkan pada orang Indonesia. Penelitian
k u m p u l a n gejala yang m e n u n j u k k a n risiko kejadian di DKI Jakarta pada tahun 2006 melaporkan prevalensi
k a r d i o v a s k u l a r lebih tinggi pada individu t e r s e b u t . sindrom metabolik yang tidak jauh berbeda dengan Depok
Resistensi insulin juga berhubungan dengan beberapa yaitu 26,3% dengan obesitas sentral merupakan komponen
keadaan seperti hiperurisemia, sindrom ovarium polikistik terbanyak (59,4%). Laporan prevalensi sindrom metabolik di
dan perlemakan hati non alkoholik. beberapa daerah di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Prevalensi Sindrom Metabolik di Beberapa Daerah di Indonesia


Prevalensi (%) Komponen sindrom
Peneliti Tahun Daerah N (usia)
(ATP III Asia) metabolik Terbanyak (%)
Budhiarta 2004 Bali 888 20,3 i Kolesterol HDL (39,1)
Denpasar 354 24,8
D. Sangsit 443 19,2
D. Sembiran 90 (30-60) 7,8
Anfin 2003 Bandung 497 22,94
Medical check up (-) (bukan modifikasi)
Suhartono 2005 Semarang (poll RS) 1190 (> 50) 16,6 Hipertensi (89,7)
Pekajangan 1230 (> 30) 20,3
Pranoto 2005 Surabaya 100 34 Obesitas sentral
(general check up) (-) Hipertrigliseridemia (85,29)
Adam 2002 - 2004 Makasar 1219 33,4 Obesitas sentral (58,2)
(general check up) (21-82)
Dikutip dari Purnamasari. Gambaran Resistensi Insulin Subyek dengan Saudara Kandung DM tipe 2. Tesis. 2006.
2536 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Dibandingkan dengan komponen-komponen pada tahun kemudian, pada tahun 2005, International Diabetes
sindrom metabolik, obesitas sentral paling dekat untuk Federation (IDF) kembali memodifikasi kriteria ATP III. IDF
memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa menganggap obesitas sentral sangat berkorelasi dengan
studi di wilayah Indonesia termasuk Jakarta menunjukkan resistensi insulin, sehingga memakai obesitas sentral
obesitas sentral merupakan komponen yang paling banyak sebagai kriteria utama. Nilai cut-off yang digunakan juga
ditemukan pada individu dengan sindrom metabolik. dipengaruhi oleh etnik. Untuk Asia dipakai cuf-o/f lingkar
Meski mendapat sebutan sindrom, namun secara perut >. 90 cm untuk pria dan >: 80 cm untuk wanita.
umum penatalaksanaan sindrom metabolik sejauh ini Beberapa kriteria sindrom metabolik dapat dilihat pada
masih m e r u p a k a n p e n a t a l a k s a n a a n masing-masing tabel 2.
komponennya. Masih menjadi perdebatan apakah sebutan Kriteria yang diajukan oleh NCEP-ATP III lebih banyak
sindrom ini masih memiliki arti klinis mengingat tidak ada digunakan, karena lebih memudahkan seorang klinisi untuk
perbedaan penatalaksanaan pada tiap komponennya. mengidentifikasi seseorang dengan sindrom metabolik.
Pada akhirnya tampilan klinis sindrom metabolik Sindrom metabolik ditegakkan apabila seseorang memiliki
ini sangat dipengaruhi oleh faktor etnik dan herediter, sedikitnya 3 (tiga) kriteria.
sehingga pola klinis di setiap populasi berbeda.

PATOFISIOLOGI
KRITERIA
Pengetahuan mengenai patofisiologi masing-masing
Sejak munculnya sindrom resistensi insulin, beberapa komponen sindrom metabolik sebaiknya diketahui untuk
organisasi berusaha membuat kriteria sindrom metabolik dapat memprediksi pengaruh perubahan gaya hidup
supaya dapat diterapkan secara praktis klinis sehari-hari. dan medikamentosa dalam penatalaksanaan sindrom
Secara umum, semua kriteria yang diajukan memerlukan metabolik.
minimal 3 kriteria untuk mendiagnosis sondrom metabolik
atau sindrom resistensi insulin. World Health Organization Obesitas Sentral
(WHO) merupakan organisasi pertama yang mengusulkan Obesitas yang digambarkan dengan indeks massa tubuh
kriteria sindrom metabolik pada tahun 1998. Menurut tidak begitu sensitif d a l a m m e n g g a m b a r k a n risiko
WHO pula, istilah sindrom metabolik dapat dipakai pada kardiovaskular dan gangguan metabolik yang terjadi. Studi
penyandangi DM mengingat penyandang DM juga dapat menunjukkan bahwa obesitas sentral yang digambarkan
memenuhi kriteria tersebut dan menunjukkan besarnya o l e h l i n g k a r p e r u t ( d e n g a n cut-off yang berbeda
risiko terhadap kejadian kardiovaskular Setahun kemudian antara jenis kelamin) lebih sensitif dalam memprediksi
pada tahun 1999, the European Group for Study of Insulin gangguan metabolik dan risiko kardiovaskular. Lingkar
Resistance (EGIR) melakukan modifikasi pada kriteria WHO. perut menggambarkan baik jaringan adiposa subkutan
EGIR cenderung menggunakan istilah sindrom resistensi dan v i s c e r a l . Meski d i k a t a k a n bahwa lemak viseral
insulin. Berbeda dengan WHO, EGIR lebih memlih obesitas lebih berhubungan dengan komplikasi metabolik dan
sentral dibandingkan IMT dan istilah sindrom resistensi kardiovaskular, hal ini masih kontroversial. Peningkatan
insulin tidak dapat dipakai pada penyandang DM karena obesitas berisiko pada peningkatan kejadian kardiovaskular
resistensi insulin merupakan faktor risiko timbulnya DM. Variasi faktor genetik m e m b u a t perbedaan dampak
Pada tahun 2001, National Cholesterol Education Program metabolik maupun kardiovaskular dari suatu obesitas.
(NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) mengajukan S e o r a n g d e n g a n o b e s i t a s dapat tidak berkembang
kriteria baru yang tidak mengharuskan adanya komponen menjadi resistensi insulin, dan sebaliknya resistensi insulin
resistensi insulin. Meski tidak pula mewajibkan adanya dapat ditemukan pada individu tanpa obes {lean subjects).
komponen obesitas sentral, kriteria ini m e n g a n g g a p Interaksi faktor genetik dan lingkungan akan memodifikasi
bahwa obesitas sentral merupakan faktor utama yang tampilan metabolik dari suatu resistensi insulin maupun
mendasari sindrom metabolik. Nilai cut-o/f lingkar perut obesitas.
diambil dari National Institute of Health Obesity Clinical Jaringan adiposa merupaka sebuah organ endokrin
Guidelines; >: 102 cm untuk pria dan >: 88 cm untuk wanita. yang aktif mensekresi berbagai faktor pro dan anti inflamasi
Untuk etnik tertentu seperti Asia, dengan cuf-o/f lingkar seperti leptin, adiponektin. Tumor nekrosis factor a {JNf-a),
perut lebih rendah dari ATP III, sudah berisiko terkena lnterleukin-6 (IL-6) dan resistin. Konsentrasi adiponektin
sindrom metabolik. Pada tahun 2003, American Association plasma menurun pada kondisi DM tipe 2 dan obesitas.
of Clinical Endocrinologists (AACE) memodifikasi definisi Senyawa ini diprcaya memiliki efek antiaterogenik pada
dari ATP III. Sama seperti EGIR, bila sudah ada DM, maka hewan coba dan manusia. Sebaliknya, konsentrasi leptin
istilah sindrom resistensi insulin tidak digunakan lagi. Dua meningkat pada kondisi resistensi insulin dan obesitas dan
SINDROM METABOLIK 2537

Tabel 2. Beberapa Kriteria Sindrom Metabolik


K r it e r a WHO (1998) EGIR ATP III (2001) AACE (2003) IDF (2005)
Klinis
Resistensi TGT, GDPT, DMT2, Insulin plasma > Tidak ada, tetapi TGT atau GDPT Tidak ada
insulin atau sensitivitas persentil ke-75 mempunyai 3 dari D i t a m b a h
insulin menurun* Ditambah dua dari 5 kriteria berikut salah satu dari
Ditambah 2 dari kriteria berikut kriteria berikut
kriteria berikut berdasarkan
penilaian klinis
Berat badan Pria: rasio pinggang LP >. 94 cm pada pria LP 2l 102 cm pada IMT > 25 kg/m^ LP yang meningkat
panggul > 0,90 atau >. 80 cm pada pria atau >. 88 cm (spesifik tergantung
Wanita: rasio wanita pada wanitat populasi) ditambah
pmggang panggul dua dari kriteria
> 0,85 berikut
dan/atau IMT > 30
kg/m^
Lipid T G ^ I S O mg/dLdan/ TG ^ 150 m g / d L TG > 150 mg/dL TG > 150 mg/dL TG >_ 1 5 0 m g /
atauHDL-C < 35 mg/ dan/atau HDL-C < dan HDL-C < 40 dL a t a u d a l a m
dL pada pria atau 39 mg/dL pada pria mg/dL pada pria pengobatan TG
< 39 mg/dL pada atau wanita HDL-C < 40 mg/ atau < 50 mg/dL HDL-C < 40 mg/
wanita dL pada pria atau pada wanita d L pada pria
< 50 mg/dL pada atau < 50 mg/dL
wanita pada wanita atau
dalam pengobatan
HDL-C
Tekanan >. 140/90 mm Hg > 140/90 mmHg atau > 130/85 mmHg >: 130/85 mmHg >i130mmHgsistolik
darah dalam pengobatan a t a u >_ 8 5 mm
hipertensi Hg diastolik atau
dalam pengobatan
hipertensi
Glukosa TGT, G D P T atau TGT a t a u G D P T > 110 mg/ TGT a t a u G D P T >_ 1 0 0 mg/
DMT2 (tetapi bukan dL ( t e r m a s u k (tetapi bukan dL (termasuk
diabetes) P e n d e r i t a diabetes) diabetes)
diabetes)*
Lainnya Mikroalbuminuria Kriteria resistensi
insulin lainnya§
DMT2 menunjukkan diabetes melitus tipe 2; LP, lingkar pinggang; IMT, indeks massa tubuh; dan TG, trigliserida, semua singkatan
lainnya terdapat dalam teks.
* Sensitivitas insulin diukur pada kondisi euglikemia hiperinsulinemia, ambilan glukosa di bawah kuartil terendah sebagai later belakang
populasi yang diteliti
+Beberapa pasien pria dapat akan mempunyai faktor-faktor risiko metabolik saat lingkar pinggang meningkat meskipun hanya sampai
nilai ambang (yakni 94 hingga 102 cm [37 sampai 39 inci]). Pasien seperti itu mungkin mempunyai kontribusi genetik yang cukup
kuat terhadap resistensi insulin. Mereka akan mendapatkan manfaat dari perubahan kebiasaan dan gaya hidup, seperti halnya pria
dengan peningkatan lingkar pinggang kategorik.
* Definisi tahun 2001 menilai kadar glukosa puasa > 110 mg/dL (6,1 mmol/L) sebagai kadar yang meningkat. Nilai ini dimodifikasi
pada tahun 2004 menjadi > 100 mg/dL (5,6 mmol/L), sesuai dengan definisi terkini dari American Diabetes Association mengenai
definisi GDPT.^«^' "
§ Meliputi riwayat penyakit keluarga berupa diabetes melitus tipe 2, sindrom ovarium polikistik, gaya hidup yang kurang banyak gerak,
usia lanjut dan etnis tertentu yang rentan terhadap diabetes melitus tipe 2.
Dikutip dari Grundy et al. Diagnosis and monagement of metabolic syndrome. Circulation 2005

berhubungan dengan risiko kejadian kardiovaskular tidak Resistensi Insulin


tergantung dari faktor risiko tradisional kardiovaskular, Resistensi insulin mendasari kelompok kelainan pada
IMT dan konsentrasi C R P Sejauh ini belum diketahui sindrom metabolik. Sejauh ini belum disepakati pengukuran
apakah pengukuran pengukuran marker hormonal dari yang ideal dan praktis untuk resistensi insulin. Teknik clamp
jaringan adiposa lebih baik daripada pengukuran secara merupakan teknik yang ideal namun tidak praktis untuk
anatomi dala memprediksi risiko kejadian kardiovaskular klinis sehari-hari. Pemeriksaan glukosa plaama puasa
dan kelainan metabolik yang terkait. juga tidak ideal mengingat gangguan toleransi glukosa
2538 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

puasa hanya dijumpai pada 10% sindrom metabolik. Hipertensi


Pengukuran Homeostasis Model Asessment (HOMA) dan Resistensi insulin j u g a berperan pada pathogenesis
Quantitative Insulin Sensitivity Check Index (QUICKI) hipertensi. Insulin merangsang sistem saraf simpatis
dibuktikan berkorelasi erat dengan pemeriksaan standar, meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal, mempengaruhi
sehingga dapat disarankan untuk mengukur resistensi transport kation dan mengakibatkan hipertrofi sel otot
insulin. Bila melihat dari patofisiologi resistensi insulin polos pembuluh darah. Pemberian infus insulin akut dapat
yang melibatkan jaringan adiposa dan sistem kekebalan menyebabkan hipotensi akibat vasodilatasi. Sehingga
tubuh, maka pengukuran resistensi insulin hanya dari disimpulkan bahwa hipertensi akibat resistensi insulin
pengukuran glukosa dan insulin (seperti rumus HOMA dan terjadi akibat ketidakseimbangan antara efek pressor dan
QUICKI) perlu ditinjau ulang. Oleh karenanya, penggunaan depressor. The Insulin Resistance Atherosclerosis Study
rumus ini secara rutin di klinis belum disarankan maupun melaporkan hubungan antara resistensi insulin dengan
disepakati. hipertensi pada subyek normal namun tidak pada subyek
dengan DM tipe 2
Dislipidemia
Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolik ditandai
dengan peningkatan trigliserida dan penurunan kolesterol TERAPI
HDL. Kolesterol LDL biasanya normal, namun mengalami
perubahan struktur berupa peningkatan small dense LDL. Untuk mencegah komplikasi kardiovaskular pada individu
Peningkatan konsentrasi trigliserida plasma dipikirkan y a n g telah memiliki sindrom m e t a b o l i k , d i p e r l u k a n
akibat peningkatan masukan asam lemak bebas ke hati pemantauan yang terus menerus dengan modifikasi
sehingga terjadi peningkatan produksi trigliserida. Namun komponen sindrom metabolik yang ada. Penatalaksanaan
studi pada manusia dan hewan menunjukkan bahwa sindrom metabolik masih merupakan penatalaksanaan
peningkatan trigliserida tersebut bersifat multifaktorial dari masing-masing komponennya (Tabel 3)
dan tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan masukan Penatalaksanaan sindrom metabolik terutama
asam lemak bebas ke hati. bertujuan untuk menurunkan risiko penyakit kardiovaskular
Penurunan kolesterol HDL disebabkan peningkatan aterosklerosis dan risiko diabetes melitus tipe 2 pada
t r i g l i s e r i d a s e h i n g g a terjadi t r a n s f e r t r i g l i s e r i d a ke pasien yang belum diabetes. Penatalaksanaan sindrom
HDL. N a m u n , pada subyek dengan resistensi insulin metabolik terdiri atas 2 pilar, yaitu tatalaksana penyebab
dan konsentrasi trigliserida normal dapat ditemukan (berat badan lebih/obesitas dan inaktifitas fisik) serta
penurunan kolesterol HDL. Sehingga dipikirkan terdapat tatalaksana faktor risiko lipid dan non lipid.
mekanisme lain yang menyebabkan penurunan kolesterol
HDL disamping peningkatan trigliserida. Mekanisme yang Obesitas dan Obesitas Sentral
dipikirkan berkaitan dengan gangguan masukan lipid post Pemahaman tentang hubungan antara obesitas
prandial pada kondisi resistensi insulin sehingga terjadi dan s i n d r o m m e t a b o l i k s e r t a p e r a n a n otak d a l a m
gangguan produksi Apolipoprotein A-l (Apo A-1) oleh hati pengaturan energi, merupakan titik tolak yang penting
yang selanjutnya mengakibatkan penurunan kolesterol dalam penatalaksanaan klinik. Pengaturan berat badan
HDL. Peran sistem imunitas pada resistensi insulin juga merupakan dasar tidak hanya bagi obesitas tapi j u g a
berpengaruh pada perubahan profil leipid pada subyek sindrom metabolik. Mempertahankan berat badan yang
dengan resistensi insulin. Studi pada hewan menunjukkan lebih rendah dikombinasi dengan pengurangan asupan
bahwa aktivasi sistem imun akan menyebabkan gangguan kalori dan peningkatan aktifitas fisik merupakan prioritas
pada lipoprotein, protein transport, reseptor dan enzim utama pada penyandang sindrom metabolik. Target
yang berkaitan sehingga terjadi perubahan profil lipid. penurunan berat badan 5-10% dalam tempo 6-12 bulan,
dapat dicapai dengan mengurangi asupan kalori sebesar
Peran Sistem Imunitas pada Resistensi Insulin 500-1000 kalori per hari ditunjang dengan aktifitas fisik
Inflamasi subklinis kronik juga merupakan bagian dari yang sesuai. Aktifitas fisik yang disarankan adalah selama
sindrom metabolik. Marker inflamasi berperan pada 30 menit atau lebih setiap hari. Untuk subyek dengan
progresifitas DM dan komplikasi kardiovaskular. Creactive komorbid penyakit j a n t u n g koroner, perlu dilakukan
protein (CRP) dilaporkan menjadi data prognosis tambahan evaluasi kebugaran sebelum diberikan anjuran jenis-jenis
tentang keparahan inflamasi pada subyek wanita sehat olah raga yang sesuai.
dengan sindrom metabolik. Namun, belum didapatkan Pemakaian obat-obatan dapat berguna sehingga
kesepakatan alur diagnosis yang mampu menggabungkan dipertimbangkan pada beberapa pasien. Dua obat yang
peningkatan CRR koagulasi, dan gangguan fibrinolisis dapat digunakan dalam menurunkan berat badan adalah
dalam memprediksi risiko kardiovaskular. sibutramin dan orlistat. Dengan m e m p e r t i m b a n g k a n
SINDROM METABOLIK 2539

label 3. Penatalaksanaan Sindrom Metabolik


Target dan tujuan terapi Rekomendasi terapi
Faktor risiko gaya hidup Pencegahan jangka panjang penyakit KVR dan pencegahan (terapi) diabetes
melitus tipe 2
Obesitas abdomen
Mengurangi berat badan sebanyak 7% Secara konsisten memberikan semangat agar berat badan terjaga / berkurang
hingga 10% selama satu tahun pertama melalui program keseimbangan aktivitas fisik, asupan kalori dan modifikasi
terapi. Sesudah itu, teruskan penurunan perilaku formal yang sesuai, bila diperlukan, untuk menjaga/mencapai
berat badan sebisa mungkin dengan tujuan lingkar pinggang < 40 inci pada pria dan < 35 inci pada wanita. Mula-mula,
akhir mencapai berat badan yang diinginkan targetkan pengurangan secara perlahan sebanyak XV hingga /.!• berat badan
(IMT<25 kg/m^) awal. Penurunan berat badan yang kecil sekalipun berkaitan dengan manfaat
kesehatan yang signifikan.
Inaktivitas fisik
Aktivitas fisik intensitas sedang secara Pada pasien yang sudah menderita penyakit KVR, nilailah risiko dengan riwayat
teratur; setidaknya 30 menit secara kontinu aktivitas fisik yang rinci dan/atau uji latihan fisik, sebagai petunjuk dalam
maupun intermiten (dan lebih baik bila > 60 meresepkan. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas fisik aerobik intensitas
menit), 5 hari/minggu, tetapi lebih baik lagi sedang selama 30 sampai 60 menit: berjalan cepat, sebaiknya setiap hari,
bila setiap hari. ditambah dengan peningkatan aktivitas dalam gaya hidup sehari-hari (yakni
menaiki tangga pedometer, berjalan saat istirahat kerja, berkebun, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga). Waktu latihan yang panjang dapat dicapai dengan
akumulasi latihan fisik yang dilakukan sepanjang hari. Dorong latihan tahanan
{resistance training) 2 hari/minggu. Sarankan program yang diawasi secara
medis untuk pasien berisiko tinggi (misalnya pasien dengan sindrom koroner
akut atau revaskularisasi, GJK)
Diet aterogenik
Mengurangi asupan lemak jenuh, lemak Rekomendasi: lemak jenuh < 7% kalori total; kurangi lemak trans; kolesterol
trans dan kolesterol dalam diet < 200 mg/dL; lemak total 25% hingga 35% kalori total. Sebagian
besar diet lemak sebaiknya berupa lemak tidak jenuh; gula sederhana harus
dibatasi.
Faktor risiko metabolik Pencegahan jangka pendek terhadap penyakit KVR atau terapi diabetes melitus
tipe 2
Dislipidemia aterogenik
Target primer:
LDL-C meningkat (lihat tabel 4 untuk LDL-C meningkat (lihat Tabel 4 untuk rinciannya)
rinciannya)
Target sekunder: non-HDL-C meningkat
non-HDL-C meningkat
Pasien risiko tinggi": Mengikuti strategi di Tabel 4 untuk mencapai target LDL-C
< 130 mg/dL (3,4 mmol/L) {pilihan: < 100 Pilihan pertama untuk mencapai target non-HDL-C: Perkuat terapi penurunan
mg/dL) [2,6 mmol/L] untuk pasien yang LDL
berisiko sangat tinggi+} Pilihan kedua untuk mencapai target non-HDL-C: Tambahkan fibrat [lebih
disukai fenofibrat] atau asam nikotinat bila kadar non-HDL-C tetap relatif tinggi
setelah terapi dengan obat penurun LDL diberikan

Pasien berisiko tinggi-sedang*: <160 mg/ Beri saran untuk menambah fibrat atau asam nikotinat pada pasien berisiko
dL (4,1 mmol/L) tinggi

Pilihan terapi: <130 mg/dL (3,4 mmol/L) Beri saran untuk menghindari penambahan fibrat atau asam nikotinat pada
pasien berisiko tinggi sedang atau pasien berisiko sedang

Pasien berisiko sedang§: < 160 mg/dL (4,1 Semua pasien: Bila TG >: 500 mg/dL, mulai dengan fibrat atau asam nikotinat
mmol/L) {sebelum terapi penurun LDL; terapi non-HDL-C untuk mencapai tujuan setelah
memberikan terapi menurunkan TG}
Pasien berisiko rendah||: :190 mg/dL (4,9
mmol/L)
2540 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Target tersier: HDL-C berkurang


HDL-C berkurang Maksimalkan terapi gaya hidup: penurunan berat badan dan peningkatan
Tidak ada target spesifik: tingkatkan HDL-C aktivitas fisik
sebisa mungkin disertai terapi standar Pertimbangkan menambahkan fibrat atau asam nikotinat setelah terapi
dislipidemia aterogenik obat penurun LDL-C sebagaimana telah disebutkan untuk non-HDL-C yang
meningkat
TD meningkat
Turunkan TD serendah mungkin hingga Untuk TD > 120/80 mmHg: awali atau jaga modifikasi gaya hidup pada semua
setidaknya mencapai TD <140/90 mmHg pasien dengan sindrom metabolik: pengendalian berat badan, meningkatkan
(atau < 130/80 mmHg bila terdapat diabetes). aktivitas fisik, meredam kebiasaan alkohol, pengurangan kadar garam dan
Kurangi T D lebih lanjut sebisa mungkin menekankan banyak makan buah dan sayuran segar, dan produk-produk
melalui perubahan gaya hidup susu rendah lemak
Untuk TD > 140/90 mmHg (atau > 130/80 mmHg untuk individu dengan penyakit
ginjal kronik atau diabetes); Bila dapat ditoleransi, tambahkan pengobatan
tekanan darah sebagaimana dipedukan untuk mencapai TD target
Kadar glukosa meningkat Untuk GDPT, dorong semangat untuk menurunkan berat badan dan
Untuk GDPT, tunda perkembangan ke arah meningkatkan aktivitas fisik
diabetes melitus tipe 2. Untuk diabetes, Untuk diabetes melitus tipe 2, bila perlu, terapi gaya hidup dan farmakoterapi
hemoglobin A. < 7,0% perlu dipakai agar HbAIC mendekati normal (< 7%).
Modifikasi faktor-faktor risiko lainnya dan modifikasi perilaku (yakni obesitas
abdominal, inaktivitas fisik, TD meningkat, abnormalitas lipid)
Kondisi Protrombotik Pasien-pasien berisiko tinggi: mulai dan teruskan terapi aspirin dosis rendah;
Kurangi faktor-faktor risiko trombotik dan pada pasien dengan KVRAS, pertimbangkan klopidogrel bila aspirin merupakan
fibrinolitik kontraindikasi.
Pasien berisiko tinggi sedang: pertimbangkan profilaksis aspirin dosis rendah
Kondisi proinflamasi Rekomendasi: tidak ada terapi spesifik yang melebihi terapi gaya hidup
TG menunjukkan trigliserida; TD, tekanan darah, KVR, penyakit kardiovaskular; GJK, gagal Jantung kongestif; IMT, indeks massa tubuh,
GDPT, glukosa darah puasa terganggu dan KVRAS, penyakit kardiovaskular aterosklerotik
* Pasien berisiko tinggi adalah pasien dengan diagnosis KVRAS, diabetes, atau risiko 10 tahun terhadap penyakit jantung koroner >
20%. Untuk penyakit serebrovaskular, kondisi berisiko tinggi meliputi TIA atau stroke yang berasal dari karotid atau stenosis karotid
> 50%
tPasien berisiko sangat tinggi adalah pasien yang cenderung menderita kejadian KVR dalam beberapa tahun mendatang, dan diagnosis
bergantung pada penilaian klinis. Faktor-faktor yang dapat turut berkontribusi pada risiko sangat tinggi ini meliputi sindrom
koroner akut yang baru saja terjadi, dan diagnosis penyakit jantung koroner + salah satu dari hal berikut ini: faktor-faktor risiko
mayor multipel (terutama diabetes), faktor-faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama kebiasaan merokok sigaret yang terus
berlanjut) dan sindroma metabolik.
^:Pasien berisiko tinggi-sedang adalah pasien dengan risiko 10 tahun terhadap penyakit jantung koroner sebesar 10% hingga 20%.
Faktor-faktor yang mendukung pilihan terapi non-HDL-C < 100 mg/dL adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan individu hingga
masuk ke kisaran atas risiko tinggi sedang meliputi: faktor-faktor risiko mayor multipel, faktor-faktor risiko berat dan terkontrol
buruk (terutama kebiasaan merokok sigaret yang terus berlanjut), sindroma metabolik dan penyakit aterosklerotik subklinis yang
nyata (yaitu ketebalan kalsium koroner atau lapisan media tunika intima karotid > persentil ke-75 yang sesuai dengan usia dan
jenis kelamin).
§ Pasien berisiko sedang adalah pasien dengan 2 atau lebih faktor risiko mayor dan risiko 10 tahun < 10%
II Pasien berisiko rendah adalah pasien dengan faktor risiko mayor 0 atau 1 dan risiko 10 tahun < 10%
Dikutip dari Grundy et al. Diagnosis and management of metabolic syndrome. Circulation 2005

peranan otak sebagai regulator berat badan, sibutramin memperbaiki konsentrasi trigliserida dan kolesterol HDL.
dapat menjadi pertimbangan walaupun tanpa Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan pada pasien-
mengesampingkan kemungkinan efek samping yang pasien yang berisiko serius akibat obesitasnya.
mungkin timbul. Cara kerjanya di sentral memberikan efek
mengurangi asupan energi melalui efek mempercepat Hipertensi
rasa kenyang dan m e m p e r t a h a n k a n pengeluaran Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
energi setelah berat badan turun dapat memberikan Hipertensi juga mengakibatkan mikroalbuminuria
efek tidak hanya untuk penurunan berat badan namun yang dipakai sebagai indikator independen morbiditas
j u g a mempertahankan berat badan yang sudah turun. kardiovaskular pada pasien tanpa diabetes atau hipertensi.
Demikian pula dengan efek metabolik, sebagai efek dari Target tekanan darah berbeda antara subyek dengan DM
penurunan berat badan pemberian sibutramin setelah dan tanpa DM. Pada subyek dengan DM dan penyakit
24 minggu yang disertai dengan diet dan aktifitas fisik, ginjal, target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg,
SINDROM METABOLIK 2541

sedangkan pada bukan, targetnya < 140/90 nnnnHg. dalam meregresi hipertrofi ventrikel kiri dibandingkan
Untuk mencapai target tekanan darah, penatalaksanaan d e n g a n p e n g h a m b a t beta a d r e n e r g i k , diuretik dan
tetap diawali dengan pengaturan diet dan aktifitas fisik. antagonis kalsium. Valsartan, suatu penghambat reseptor
Peningkatan tekanan darah ringan dapat diatasi dulu angiotensin, dapat mengurangi mikroalbuminuria yang
dengan upaya penurunan berat badan, berolah raga, diketahui sebagai faktor risiko independen kardiovaskular.
menghentikan rokok dan konsumsi alkohol serta banyak Beberapa studi menyarankan pemakaian ACE inhibitor
mengkonsumsi serat. Namun apabila modifikasi gaya sebagai lini pertama pada penyandang hipertensi dengan
hidup sendiri tidak mampu mengendalikan tekanan darah sindrom metabolik terutama bila ada DMAngiotensin
maka dibutuhken pendekatan medikamentosa untuk receptor blocker (ARB) dapat digunakan apabila tidak
mencegah komplikasi seperti infark miokard, gagal ginjal toleran terhadap/ACf inhibitor. Meski pemakaian diuretik
kronik dan stroke. tidak dianjurkan pada subyek dengan gangguan toleransi
Dalam suatu penelitian meta-analisis didapatkan glukosa, namun pemakaian diuretik dosis rendah yang
bahwa enzim pengkonversi angiotensin dan penghambat dikombinasi dengan regimen lain dapat lebih bermanfaat
reseptor angiotensin mempunyai manfaat yang bermakna dibandingkan efek sampingnya.

Tabel 4. Kolesterol LDL sebagai Target Terapi Utama pada subyek dengan Atherosclerotic Coronary Vascular Disease
(ASCVD)
Tujuan Terapi Rekomendasi Terapi
Pasien berisiko tinggi*: < 100 mg/dL (2,6 mmol/L) Pasien berisiko tinggi: terapi gaya hidup+ ditambah obat penurun LDL-C
(untuk pasien berisiko sangat tinggi* dalam kategori untuk mencapai target yang direkomendasikan.
ini, target lainnya < 70 mg/dL) Bila kadar LDL-C dasar >. 100 mg/dL, mulailah terapi obat penurun
LDL.
Bila dalam pengobatan kadar LDL-C >. 100 mg/dL, tingkatkan terapi obat
penurun LDL (mungkin memerlukan kombinasi obat penurun LDL)
Bila kadar LDL-C dasar < 100 mg/dL, mulai terapi penurun kadar LDL
berdasarkan penilaian klinis (yakni penilaian yang menunjukkan bahwa
pasien termasuk yang berisiko sangat tinggi)
Pasien berisiko tinggi-sedang§: < 130 mg/dL (3,4 Pasien berisiko tinggi-sedang: terapi gaya hidup + terapi obat penurun
mmol/L) (untuk pasien berisiko lebih tinggi)|| dalam LDL bila dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan bila
kategori ini, target lainnya adalah < 100 mg/dL (2,6 kadar LDL-C >. 130 mg/dL (3,4 mmol/L) setelah terapi gaya hidup
mmol/L) Bila kadar LDL-C adalah 100 hingga 129 mg/dL, terapi penurun LDL dapat
dimulai saat risiko pasien dinilai berada di kisaran atas dari kategori
risiko tersebut
Pasien berisiko sedangll: 130 mg/dL (3,4 Pasien berisiko sedang: terapi gaya hidup + obat penurun LDL-C bila
mmol/L) dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan ketika kadar
LDL-C >L 160 mg/dL (4,1 mmol/L) setelah terapi gaya hidup diberikan
Pasien berisiko r e n d a h * : 160 mg/dL (4,9 Pasien berisiko rendah: terapi gaya hidup + obat penurun LDL-C bila
mmol/L) dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan ketika kadar
LDL-C >L 190 mg/dL setelah terapi gaya hidup (untuk kadar LDL-C 160
hingga 189 mg/dL, obat penurun LDL bersifat opsional)
*Pasien berisiko tinggi adalah pasien dengan diagnosis ASCVD, diabetes atau risiko 10 tahun penyakit jantung koroner > 20%. Untuk
penyakit serebrovaskular, kondisi risiko tinggi meliputi transient ischemic attack atau stroke yang berasal dari karotid atau stenosis
karotid 50%
+Terapi gaya hidup meliputi penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan diet antiaterogenik (lihat Tabel 3 untuk
rinciannya).
* Pasien berisiko sangat tinggi adalah pasien yang cenderung menderita kejadian KVR mayor dalam beberapa tahun mendatang,
dan diagnosis tergantung pada penilaian klinis. Faktor-faktor yang dapat turut berkontribusi pada risiko sangat tinggi ini termasuk
sindrom koroner akut yang baru saja terjadi, dan diagnosis penyakit Jantung koroner + salah satu dari hal berikut ini: faktor-faktor
risiko mayor multipel (terutama diabetes), faktor-faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama kebiasaan merokok sigaret yang
terus berlanjut) dan faktor risiko multipel dari sindroma metabolik.
§Pasien berisiko tinggi-sedang adalah pasien dengan risiko 10 tahun penyakit jantung koroner sebesar 10% hingga 20%
11 Faktor-faktor yang dapat meningkatkan individu hingga masuk ke kisaran risiko tinggi sedang meliputi: faktor-faktor risiko mayor
multipel, faktor-faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama kebiasaan merokok sigaret yang terus berlanjut), sindroma
metabolik dan penyakit aterosklerotik subklinis yang nyata (yaitu ketebalan kalsium koroner atau lapisan media tunika intima
karotid > persentil ke-75 yang sesuai dengan usia dan Jenis kelamin)
UPasien berisiko sedang adalah pasien dengan 2 atau lebih faktor risiko mayor dan risiko 10 tahun < 10%
#Pasien berisiko rendah adalah pasien dengan faktor risiko mayor 0 atau 1 dan risiko 10 tahun < 10%
2542 SINDROM METABOLIK, DISLiPEMIA, OBESITAS

G a n g g u a n Toleransi Glukosa LDL, untuk kolesterol HDL tidak ada target terapi tertentu,
Intoleransi glukosa merupakan salah satu manifestasi hanya dinaikkan saja. Panduan terapi untuk dislipidemia
s i n d r o m metabolik y a n g dapat menjadi awal suatu dapat dilihat pada tabel 3.
diabetes melitus. Penelitian-penelitian yang ada
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara toleransi
glukosa terganggu (TGT) dan risiko kardiovaskular pada KESIMPULAN
sindrom metabolik dan diabetes. Perubahan gaya hidup
dan aktifitas fisik yang teratur terbukti efektif dapat Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala yang
menurunkan berat badan dan TGT. Modifikasi diet secara keberadaannya menunjukkan peningkatan risiko kejadian
bermakna memperbaiki glukosa 2 j a m pasca prandial dan penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Obesitas
konsentrasi insulin. sentral memiliki korelasi paling erat dengan sindrom
Tiazolidindion memiliki pengaruh yang ringan tetapi metabolik dibandingkan dengan komponen yang lain.
persisten dalam m e n u r u n k a n tekanan darah sistolik Penatalaksanaan sindrom metabolik masih mengacu pada
dan diastolik. Tiazolidindion dan metformin juga dapat tiap komponen, sejauh ini belum ada penatalaksanaan
menurunkan konsentrasi asam lemak bebas. Pada Diabetes yang berbeda bila dibandingkan dengan k o m p o n e n
Prevention Program, p e n g g u n a a n m e t f o r m i n dapat secara individual.
mengurangi progresi diabetes sebesar 3 1 % dan efektif
pada pasien muda dengan obesitas.
REFERENSI
Dislipidemia
Dekker JM, Girman C, Rhodes T, Nijpels G , Stehouwer C D , Bouter
Pilihan terapi untuk dislipidemia adalah perubahan gaya
L M , et aL MetaboHk sindrom and 10-year cardiovascular
hidup y a n g diikuti d e n g a n m e d i k a m e n t o s a . N a m u n disease risk in the H o o m Study. Circulation 2005;112(5):666-
demikian, perubahan diet dan latihan jasmani saja tidak 73.
cukup berhasil mencapai target. Oleh karena itu disarankan Eckel R, Krauss R. American Heart Association call to action:
obesity as a major risk factor for coronary heart disease. A H A
untuk memberikan obat berbarengan dengan perubahan nutrition committee. Circulation 1998;97(21):2099-100.
gaya hidup. Menurut ATP III, setelah kolesterol LDL sudah Einhorn D, Reaven G , Cobin R, Ford E, Ganda O, Handelsman Y,
mencapai target, sasaran berikutnya adalah dislipidemia et al. American college of endocrinology position statement
on the insulin resistance sindrom. Endocr Prac 2003;9(3):237-
aterogenik. Pada konsentrasi trigliserida ± 200 mg/dl,
52.
maka target terapi adalah non kolesterol HDL setelah Ford E , Giles W, Dietz W. Presence of the metabolik sindrom
kolesterol LDL terkoreksi. Terapi dengan gemfibrozil among US adults: findings from the Third National Health
tidak hanya memperbaiki profil lipid tetapi juga secara and Nuh-ition Examination Survey. J A M A 2002;287:356-9.
Grundy S, Cleeman J, Daniels S, Donato K, Eckel R, Franklin B.
b e r m a k n a dapat m e n u r u n k a n risiko kardiovaskular.
Diagnosis and management of the metabolik sindrom. an
Fenofibrat secara khusus digunakan untuk menurunkan American Heart Association/ National Heart, Lung, and
trigliserida dan m e n i n g k a t k a n kolesterol HDL, telah Blood Institute scientific statement. Circulation 2005;112.
menunjukkan perbaikan profil lipid yang sangat efektif dan Grundy S M , Hansen B, Smith S C , Jr., Cleeman JI, Kahn R A .
Clinical management of metabolik sindrom: report of the
mengurangi risiko kardiovaskular. Fenofibrat juga dapat American Heart Association/National Heart, Lung, and
menurunkan konsentrasi fibrinogen. Kombinasi fenofibrat Blood Institute/ American Diabetes Association conference on
dan statin memperbaiki konsentrasi trigliserida, kolesterol scientific issues related to management. Arterioscler Thromb
Vase Biol 2004;24(2):el9-24.
HDL dan LDL.
Hughes K, A w T, Kuperan P, Choo M. Central obesity, insulin
Target terapi berikutnya adalah peningkatan apoB. resistance, sindrom X, ipoprotein (a), and cardiovascular risk
Beberapa studi menunjukkan apoB lebih baik dalam in Indians, Malays, and Chinese in Singapore. J Epidemol
Community Health 1997;5L394-9.
menggambarkan dislipidemia aterogenik yang terjadi Indriyanti R, Harijanto T. Optimal cut-off value for obesity: using
dibandingkan dengan konlesterol non HDL sehingga anthropometric indices to predict atherogenic dyslipidemia
m e n y a r a n k a n apoB sebagai target terapi. Meskipun in Indonesian population. In: Tjokroprawiro A, Soegih R,
Soegondo S, Wijaya A, Sutardjo B, Tridjkaja B, et al., editors.
demikian, ATP III tetap menyarankan pemakaian kolesterol
3rd National Obesity Symposium (NOS III) 2004. Jakarta:
non HDL sebagai target terapi mengingat di beberapa H i m p u n a n Studi Obesitas Indonesia (HISOBI); 2004. p.
tempat, sarana pemeriksaan apoB belum tersedia. 1-13.
Apabila konsentrasi trigliserida ± 500 mg/dL, maka Kahn R, Buse J, Ferrannini E , Stem M. The metabolik sindrom:
time for a critical appraisal Joint statement from the American
target terapi pertama adalah penurunan trigliserida
Diabetes Association and the European Association for the
untuk m e n c e g a h t i m b u l n y a pancreatitis akut. Pada Study of Diabetes. Diabetologia 2005.
konsentrasi trigliserida < 500 mg/dL, terapi kombinasi National Cholesterol Education Program-ATP I I I . Executive
summary of the third report of the National Cholesterol
untuk menurunkan trigliserida dan kolesterol LDL dapat
Education Program ( N C E P ) Expert Panel on detection,
digunakan. Berbeda dengan trigliserida dan kolesterol evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults
SINDROM METABOLIK 2543

(adult treatment panel III). J A M A 2002;285:2846-97.


National Institute of Health. Clinical guidelines on the identification,
evaluation, and treatment of overweighty and obesity in
adults: the evidence report. Obes Res 1998;6(suppl 2):51S-
209S.
Nestel P. Nutritional aspect in the causation and management
of the metabolik sindrom. Endocrinol Metab Clin N A m
2004;33:483-92.
Pan W. Metabolik sindrom-an important but complex disease
entity for Asians. Acta Cardiol 2002;18:24-6.
Reaven G M . The metabolik sindrom: requiescat in pace. Clin Chem
2005;51(6):931-8.
Sy R, Punzalan F. The prevalence of dyslipidemia, diabetes,
hypertension, stroke and angina pectoris in the Philipines.
Phil J Intern Med 2003;163:427-36.
Soegondo S. Hubungan leptin dengan dislipidemia atherogenik
pada obesitas sentral: kajian terhadap small dense low density
lipoprotein. Disertasi 2004.
Tan C , Tai E. Genes, diet and serum lipid concentrations: lessons
from ethnically diverse populations and their relevance to
their relevance to the coronary hjeart disease in Asia. Curr
Opinion Lipidol 2004;15:5-12.
World Health Organization. DefiniHon, diagnosis, and classification
of diabetes mellitus and its complications:report of a W H O
consultation. In: Part 1: diagnosis and classification of diabetes
mellitus: W H O ; 1999.
Soewondo P, Purnamasari D, Oemardi M, Waspadji S, Soegondo
S. Prevalence of Metabolik Sindrom Using N C E P / A T P III
Kriteria in Jakarta, Indonesia. The Jakarta Primary Non-
Communicable Disease Risk Factor Surveillance 2006.
Unpublished.
Purnamasari. Gambaran Resistensi Insulin Subyek dengan
Saudara Kandung D M tipe 2. Tesis. 2006.
Reilly MP, Rader DJ. The metabolic syndrome: more than the sum
of its part? Circulation 2003;108:1546-51.
Park Y W , Z h u S, Palaniappan L , Heshka S, Carnethon MR,
Heymsfield SB. The metabolic syndrome. Prevalence and
associated risk factor findings in the U S population from
the Third National Helth and Nutrition Examination Survey
1988-1994. Arch Intern Med. 2003;163:427-36.
331
PRE DIABETES
Dante Saksono Harbuwono

PENDAHULUAN Kriteria Glukosa darah


(mg/dL)
Diabetes menjadi masalah serius di seluruh belahan bumi.
Gula Darah Puasa Terganggu 100-125
Jumlah penyandang diabetes meningkat dari tahun ke tahun.
(GDPT)
Indonesia menduduki tempat ke 4 jumlah penyandang
diabetesnya sesudah China, India dan Amerika. Laporan Toleransi G l u k o s a T e r g a n g g u 140-199
prevalensi diabetes di berbagai daerah pada dekade 1980- (TGT)
an menunjukkan sebaran antara 0.8% di Tanah Toraja, 1.7
% di Jakarta. Prevalensi DM meningkat tajam, antara lain
laporan di Jakarta yang menunjukkan peningkatan 300% akan menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 5 tahun
pada tahun 1993 menjadi 5,7% (daerah urban) dan 12,8% pertama.
pada tahun 2001 di daerah suburban Jakarta. American Diabetes Association (ADA)
Penyandang diabetes mempunyai risiko penyakit merekomendasikan untuk melakukan penapisan pada
jantung dan pembuluh darah, dua sampai empat kali lebih kelompok umur lebih dari 45 t a h u n , terutama pada
tinggi dibandingkan tanpa diabetes. Penyandang diabetes mereka yang masuk ke dalam kelompok berat badan
juga mempunyai risiko hipertensi dan dislipidemia yang lebih dan obesitas, dengan menggunakan pemeriksaan
lebih tinggi dibandingkan orang normal. Dengan adanya glukosa puasa dan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
peningkatan risiko yang lebih tinggi terhadap morbiditas Sudah tentu penapisan yang dilakukan oleh ADA tersebut
dan mortalitas tersebut, maka perlu berbagai upaya yang tidak sepenuhnya sensitif untuk merekrut penderita pre
lebih agresif pada kelompok risiko diabetes dan penyakit diabetes, untuk itu perlu dilakukan modifikasi untuk
jantung dan pembuluh darah. menjaring pre diabetes pada populasi yang berbeda.
S e s u n g g u h n y a , kelainan p e m b u l u h darah y a n g Berikut ini adalah salah satu modifikasi penapisan pre
terjadi pada pasien diabetes terjadi sebelum diabetesnya diabetes yang lebih baik untuk populasi di Indonesia:
didiagnosis. Kondisi yang mengawali cascade disfungsi Seperti disebutkan di atas, penapisan Pre-diabetes
vascular adalah terjadinya resistensi insulin pada kondisi sesungguhnya penapisan merupakan faktor risiko yang
yang disebut pre diabetes. berhubungan dengan sindrom metabolik. Pada pasien
Pre-diabetes adalah kondisi abnormalitas metabolisme dengan pre diabetes, target terapinya adalah menurunkan
glukosa yang ditandai dengan peningkatan gula darah risiko menjadi diabetes dan penyakit kardiovaskular.
puasa (yang disebut Gula Darah Puasa Terganggu = GDPT) R e a v e n untuk p e r t a m a kalinya mengemukakan
dan/atau peningkatan gula darah post-pandrial (yang hipotesis resistensi insulin dikaitkan dengan penyakit
disebut Toleransi Glukosa Terganggu=TGT). GDPT dan TGT jantung dan pembuluh darah dikaitkan dengan hipertensi,
ditegakkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: dislipidemia dan diabetes pada kelompok populasi yang
G D P T d i s e b a b k a n karena p e n i n g k a t a n hepatik sebenarnya adalah kelompok pre diabetes. Setelah itu
glukoneogenesis dan penurunan fungsi pankreas. berbagai kriteria diajukan untuk mensimulasi kumpulan
Sedangkan TGT lebih banyak disebabkan karena resistensi gejala yang berkaitan dengan resistensi tersebut, antara
insulin. Kurang lebih 30-40% pasien dengan pre diabetes lain d i s a m p a i k a n d a l a m b e n t u k t e r m i n o l o g i y a n g
PREDIABETES 2545

Anak/dewasa
1. Usia 10-17 tahun Dewasa 18-45 tahun Dewasa > 45 tahun Dewasa > 45 tahun
DAN

IMT > 25 kg/m' BMI > 25 kg/m' BB Normal DAN


Skrining njtin TIDAK IMT: tidak ada faktor risiko
direkomendasikan DAN 1 faktor DAN 1 faktor
> Persentil 85 sesuai usia & risiko berikut risiko berikut (berianjut ke tahap 4)
2. Obesitas kecuali awitan terjadi jenis kelamin
pada masa pubertas. AIAU
JIKAD5MIKIAN > Persentil 85 BB sesuai TB
AIAU Faktor Risiko lain:
BB> 120% dari BB Ideal • Inaktivitas fisik (aktivitas sedang < 30 menit 5 hari/minggu atau
sesuai TB aktifitas berat < 20 menit 3 hari/minggu)
DAN Dua (2) Faktor Risiko • Riwayat keluarga DM (terutama kerabat generasi 1)
• Populasi suku/etnikrisikotinggi (lihat daftar di bawah anak)
• Melahirkan bayi dengan berat > 4000 gram atau didiagnosis
Diabetes Gestasional
• Hipertensi > 140/90 mmHg
Dua (2) dari berikut: • Riwayat penyakit vaskular
• Riwayat keluarga DM tipe 2 (generasi ke 1/ 2) • Dislipidemia - kolesterol HDL < 35 mg/dl (0,90 mmol/l)
• Suku (Amerika asli, Amerika Afrika) dan/atau kadar trigliserida > 250 mg/dl (2,82 mmol/l)
• Amerika Hispanik, Penduduk kepulauan di
3. Faktor Risiko • Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa
Asia/Pasifik Selatan
Darah Puasa Terganggu (GDPT)
• Tanda resistensi insulin (akantosis nigrikan,
• Kondisi klinis yang berhubungan dengan resistensi insulin (co:
hipertensi. dislipidemia, sindrom polikistik
akantosis nigrikan)
ovarium)
• Sindrom Polikistik Ovarium

TES SKRINING PERLU PEMERIKSAAN TAMBAHAN, JIKA

4. Tes Skrining Glukosa Darah Puasa (GDP) 100-125 mg/dl (Pra-Diabetes)


Glukosa Darah Puasa (GDP) >_ 126 mg/dl (Diabetes)
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)....2 jam, setelah 75 gr glukosa. nilai : 140-199 (pre-Diabetes), > 200 (Diabetes)

5. Frekuensi Setiap 2 tahun Setiap tahun Setiap tahun Setiap 3 tahun

Hasil abnomial Hasil Normal


1. Ulangi tes pada hari berikutnya Skrining seperti 1 sampai 3
untuk diagnosis
2. Lakukan rencana terapi termasuk
modifikasi gaya hidup
6. Hasll/tlndakan 3. Skrining dan terapi faktor risiko
Penyakit Kardiovaskular
• Hipertensi
• Dislipidemia
• Penggunaan tembakau

Gambar 1. Penapisan pre diabetes (Dante 2009), dimodifikasi dari WHO"

kemudian dikenal sebagai Sindrom Metabolik. Beberapa NECP ATP III {THE US NATIONAL EDUCATION
kriteria sindrom metabolik disampaikan oleh: PROGRAM ADULT TREATMENT PANEL III). 2001

Diagnosis ditegakkan sedikitnya 3 dari gejala berikut:


W H O {THE WORLD HEALTH ORGANIZATION) Obesitas sentral, lingkar pinggang >: 102 cm (pria);
>: 88 cm (wanita)
Sindrom metabolik ditegakkan bila terdapat gangguan Dislipidemia: Trigliseride >. 150 mg/dL
regulasi glukosa (DM, TGT atau TGPT) yang diikuti dengan Dislipidemia: HDL < 40 mg/dL (pria); < 50 mg/dL
sedikitnya 2 kriteria di bawah ini: (wanita)
Tekanan darah > 140/90 mmHg. Tekanan darah > 130/85 mmHg
Dispilidemi: Total kolesterol > dan/atau HDL < 40 mg/ Gula darah puasa >. 110 mg/dL
dl (laki-laki); < 50 mg/dL (wanita)
Pada perkembangannya, berbagai studi dilakukan
Obesitas sentral: rasio lingkar perut/lingkar pinggang
di berbagai tempat untuk menilai seberapa sensitif dan
> 0.9 (laki-laki); > 0.85 (wanita) dan/atau indeks massa
spesifisik sindrom metabolik tersebut dapat digunakan
tubuh > 30 kg/m^
untuk memprediksi diabetes dan penyakit jantung dan
Mikroalbuminuria: Albumin urin >: 20mg/menit atau
pembuluh darah pada kelompok ini.
rasio albuminikreatinin > 30
2546 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

American Diabetes Association (ADA) dan The European Apabila resistensi menjadi dasar untuk patofisiologinya,
Association for the Study of Diabetes (EASD), menyampaikan ada b e b e r a p a penelitian y a n g m e n g u k u r resistensi
pernyataan bersama atas keberatan terhadap kriteria insulin secara langsung, dan ternyata tidak berhubungan
diagnosis sindrom metabolik untuk memprediksi diabetes. dengan kriteria klinis yang disampaikan pada sindrom
Pertama, bahwa berbagai studi dengan sampel yang besar metabolik.
menunjukkan bahwa faktor prediksi diabetes dengan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Framingham
menggunakan kriteria sindrom metabolik sebagian besar Score, mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk
hanya ditentukan oleh intoleransi glukosa saja. Kedua, memprediksi diabetes dan PJK. Hal ini sesuai dengan hasil
pada pemakaian praktis diagnosis sindrom metabolic evaluasi Famingham Score jangka pendek oleh Grundy
tidak mempunyai kekuatan untuk memprediksi diabetes, dan j a n g k a panjang oleh Wannamethee. Akan tetapi
tetapi lebih banyak dikaitkan dengan hubungan multivariat selama ini, Framingham Score tidak banyak digunakan
berbagai faktor risiko penjakit jantung dan pembuluh secara luas karena tidak terlalu praktis untuk praktik klinik
darah. Hingga saat ini belum ada satu tulisan pun yang sehari-hari. Framingham score lebih banyak digunakan
dapat menjelaskan patofisiologi hubungan masing-masing pada penelitian.
komponen sindrom metabolik. Studi terakhir dari W i l s o n m e n u n j u k k a n bahwa
Lebih jauh lagi, ada beberapa pertanyaan kunci yang resiko relatif PJK sama pada 5 kriteria, 3 kriteria dan 1
harus dijawab berkaitan dengan sindrom metabolik, kriteria. Kurang lebih hingga kini ada 7 studi besar yang
antara lain: memperlihatkan bahwa risiko PJK antara simdrom secara
1. Seberapa besar definisi sindrom metabolik dapat keseluruhan dan masing-masing komponen saja, sama.
digunakan untuk kepentingan diagnosis? (20,23-29 Emperor).
Apakah sindrom metabolik dapat digunakan Berbagai pusat studi dan asosiasi profesional (American
untuk memprediksi risiko penyakit jantung dan Diabetes Association (ADA) dan European Association for
p e m b u l u h d a r a h ? , adakah p e r b e d a a n risiko Study of Diabetes (EASD)) mengetengahkan pendekatan
seseorang dengan satu saja kriteria d e n g a n baru untuk menjawab polemik yang timbul pada istilah
kriteria yang lengkap? sindrom metabolik, yang sesungguhnya adalah identifikasi
Apakah gejala yang timbul selalu terkait dengan dari kelompok yang mengalami resistensi insulin, yang
patofisiologi penyakit j a n t u n g dan pembuluh dulu dikenal sebagai pre diabetes. Pendekatan baru ini
darah? disebut Cardiometabolic Risk Assessment (CRA). CRA
2. Apakah pengobatan pada seseorang dengan kriteria berusaha untuk memprediksi kelompok risiko diabetes
lengkap sindrom metabolik berbeda dengan sesorang dan PJK pada kelompok pre diabetes tersebut. CRA
yang tidak lengkap sindrom metaboliknya? menempatkan faktor resiko klasik DM dan PJK sebagai
komponen terpisah (profil lipid, perokok, G a n g g u a n
Kalau dilihat dua kriteria sindrom metabolik di atas,
Toleransi Glukosa, peningkatan tekanan darah) ditambah
terdapat berbagai perbedaan, misalnya kriteria batasan
berbagai parameter yang terkait dengan obesitas sentral
tekanan darah. Mana yang lebih baik?.
seperti resistensi insulin, gula darah yang meningkat,
Antara dua patokan di atas (WHO dan NCEP ATP
faktor inflamasi (CRR TPAI-1, TNF-a) serta perubahan
III), terdapat perbedaan kriteria yang diperlukan untuk
fungsi pembekuan (peningkatan fibrinogen).
mengatakan sindrom metabolik, misalnya, mikroalbumin
masuk dalam kriteria WHO, tetapi tidak pada kriteria ATP Titik tolak baru yang significant pada pendekatan ini

III. W H O menempatkan gangguan toleransi glukosa adalah orientasi yang lebih serius pada obesitas sentral.

menjadi sesuatu yang harus terpenuhi, tetapi tidak pada Jaringan lemak sentral melepaskan berbagai mediator

ATP III. Setiap kali revisi pada berbagai kriteria yang bioaktif tidak hanya mempengaruhi homeostasis berat

disampaikan tidak pernah didasarkan atas patofisiologi badan, tetapi j u g a resistensi insulin, yang kemudian

yang mendasarinya, tetapi lebih berdasarkan angka-angka berpengaruh pada berbagai faktor risiko diabetes dan

dari hasil analisis studi yang desainnya berbeda-beda. PJK.

Hal lain yang agak membingungkan adalah, bagaimana


dua faktor bisa dijelaskan saling berhubungan untuk
menggambarkan resistensi insulin?. PENATALAKSANAAN
Lebih lanjut lagi, mengapa hanya 3 kriteria yang
d i g u n a k a n ? , m e n g a p a tidak s a t u , d u a , e m p a t atau Kita semua sepakat bahwa managemen penatalaksanaan
k e s e l u r u h a n n y a ? . A p a b i l a resistensi insulin a d a l a h diabetes tipe2 harus dilakukan secara intensif Berbagai
faktor yang mendasari, mengapa tidak memasukkan konsensus yang disampaikan oleh PERKENI (Persatuan
kriteria umur? (berbagai penelitian menunjukkan umur Endokrinologi Indonesia), American Diabetes Association
merupakan prediktor yang kuat untuk resistensi insulin). (ADA), American Association of Clinical Endocrinology
PREDIABETES 2547

(AACE) dan sebagainya, secara konsisten memberikan 1. Menurunkan resistensi insulin di perifer.
rekomendasi kunci untuk menurunkan komplikasi diabetes 2. Meningkatkan sekresi insulin di pankreas
j a n g k a panjang d e n g a n target kadar A 1 C senormal 3. Melakukan preservasi fungsi sel beta pankreas
m u n g k i n . The Diabetes Complications Control and 4. Melindungi berbagai komplikasi jangka panjang dan
Complication Trial (DCCT) menggunakan acuan normal jangka pendek yang berkaitan dengan risiko kelainan
A1C kurang dari 6 . 1 % . Ironisnya, dengan berbagai jenis vaskular
terapi yang telah digunakan, lebih dari 15 tahun, kita hanya 5. Mengurangi berat badan dan obesitas sentral secara
dapat mendapatkan kurang lebih 5 6 % pasien DM tipe 2 efektif
yang dapat mencapai A1C < 7 (2)
Kita t i d a k d a p a t m e n y a l a h k a n p a s i e n karena
ketidakmampuan mereka mencapai kontrol gula darah REFERENSI
y a n g baik. Diabetes a d a l a h kelainan progesif y a n g
m e r u p a k a n perpaduan antara resistensi insulin dan 1. Engelgau M M , Geiss LS, Saaddine JB, Boyle JP, Benjamin SM,
A H Ford E S et al. The evolving diabetes burden in United
penurunan fungsi sel beta. Dengan tidak ada jaminan
State. Ann Intern Med. 2004,140:945-950
bahwa semua pasien akan patuh untuk menjaga diit dan 2. Haffner SM, Lehto S, Ronnemma T, Pyorala K, Laakso M.
aktivitas fisik, diperlukan berbagai 'penyesuaian' agar Mortality from coronary heart disease in subjects v^ith type
2 diabetes and in nondiabetic subjects with and without prior
target kontrol gula darah dapat tercapai. Tentu saja semua
myocardial infarction. N Eng J Med. 1998;339:229-234
itu bisa terlaksana kalu kita melakukan pendekatan terapi 3. Reaven G M . Role of Insulin resistance in human disease.
berdasarkan patofisiologi diabetes. Diabetes 1988;37:1595-1607
Berbagai studi menunjukkan bahwa fungsi beta sel 4. World Health Organization: Definition, Diagnosis, and
Classification of Diabetes Mellitus and its complication:
pankreas sudah mulai menurun pada pasien dengan Report of W H O consultation. Geneva, World Health Org
pre diabetes. Pasien prediabetes dengan TTGO 180-199 1999
mg/dL, telah mempunyai penurunan fungsi sel beta 5. Chel K L , Abbasi F, Lamendola C, McLaughlin T, Raeven G M ,
Ford ES. Relationship to Insulin resistance of the Adult Panel
sebanyak 75-80% dan masa sel beta pankreas hanya 50%
III diagnostic criteria for identification of metabolic syndrome.
saja.. Sebagian dari mereka, ketika benar-benar menjadi Diabetes 2004;53:1195-1200
diabetes sebenarnya telah mengalami komplikasi mikro 6. Liao Y , K w o n S, Shaughnessy S, Wallace P, Hutto P, Jenkins
dan makroangiopati jauh-jauh hari sebelumya, . AJ, Klein R L , Garvey W T . Critical evaluation of Adult
Treatment Phanel III criteria in identifying insulin resistance
B e r b a g a i p e n e l i t i a n m e n y a m p a i k a n b a h w a pre with dyslipidemia. Diabetes Care 2004;27:978-983
diabetes dapat dikurangi risikonya menjadi diabetes 7. McLaughlin T , Abbasi F, Cheal K , C h u J, Lamendola C ,
dengan melakukan perubahan pola hidup yang berkaitan Raeven G . Use of metabolic markers to identify overweight
individuals w h o are insulin resistant. A n n Intern Med
dengan peningkatan resistensi insulin seperti menurunkan
2003;139:802-809
obesitas, mengatasi dislipidemia, meningkatkan aktivitas 8. Wannamethee S G , Sharper A G , Lennon L , Moris R W .
fisik y a n g berkaitan d e n g a n p e m b a k a r a n kalori d l l . Metabolic syndrome vs Framingham Risk Score for prediction
of coronary heart disease, stroke, and type 2 diabetes mellitus.
K e s u l i t a n n y a a d a l a h bahwa hanya s e b a g i a n sangat
Arch Intern Med 2005;165:2644-2650
kecil saja p e n y a n d a n g G D P T dan TGT yang m a m p u 9. Wilson PW, D'Agostino RB, Parise H , Sulivan L , Meigs JB.
mempertahankan pola hidup yang diajarkan secara baik Metabolic Syndrome as a precursor of cardiovascular disease
dalam jangka waktu yang lama. and type 2 diabetes mellitus. Circulation 2005;112:3066-
3072
Terapi medika mentosa untuk pre diabetes sampai 10. Golden S H , Folsom A R , Coresh J, Sharrett A R , Szko M,
saat ini hanya direkomendaskan apabila terdapat kondisi Brancati F. Risk factor groupings related to insulin resistance
disfungsi metabolik yang menyertainya, misalnya: and their synergistic effects on subclinical atherosclerosis: the
atherosclerosis risk Communit)' Study. Diabetes 2002;51:3069-
Mengatasi hipertensi,
76
Memperbaiki profil lipid. 11. Yarnell JW, Patterson C C , Bainton D, Sweetnam P M . Is
Menurunkan proteinuria. metabolic syndrome a discrete entity in general population?
Evidence from Caerphilly and Speedwell population studies
Menurunkan hiperurisemia.
1998;79:248-252
Mengatasi gangguan fungsi hemostasis dan agregrasi 12. McNeill A M , Rosamond WD, Girman CJ, Golden S H , Schmidt
trombosit. MI, East H E , Ballatyne C M , Heiss G. The metabolic syndrome
Beberapa studi mulai d i l a k u k a n untuk melukan and 11 year risk of incident cardiovascular disease in the
Atherosclerosis Risk in Community Study. Diabetes Care
p e n d e k a t a n p e n a t a l a k s a n a a n s e c a r a prinsipil pada
2005;28:385-390
kelompok pre diabetes. Pendekatan terapi tersebut saat 13. Sattar N , G a w A, Shcherbakova O , Ford I , O'Reilly D S ,
ini berpegang pada bagaimana mengatasi patofisiologi Haffner S M , Isles C , Macfarlane PW, Packard CJ, Cobbe
SM, Shepherd J. Metabolic syndrome with and without C -
risiko yang mungkin timbul pada pasien pre diabetes
reactive protein as a predictor of coronary heart disease and
apabila perjalanan "kelainannya" dibiarkan. Pendekatan diabetes in the West of Scotland Coronary Prevention Study.
terapi di masa datang adalah: 2003:108:414-419
2548 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

14. Alexander C M , Landsman PB, Teutsch S M , Haffner S M .


NCEP-defined metabolic syndrome, diabetes, and prevalence
of coronary heart disease among N H A N E S II participants age
50 years and older. Diabetes 2003;52:1210-1214
15. Eberly L E , Pineas R, Cohen JD, Vazques G , Zhi X, Neaton JD,
Kuller L H . Metabolic syndrome :risk factor distribution and
18-year mortality in the multiple risk factor intervention trial.
Diabetes Care 2006;29:123130-
16. Sundstrom J, Vallhagen E, Riserus U, Bysberg L. Berne C, Lind
L, Ingelsson E. Risk associated with the metabolic syndrome
versus the sum of its individual components. Diabetes Care
2006;29:16731674-
332
DISLIPIDEMIA
John MR Adam

LIPID DAN LIPOPROTEIN dan kilomikron (Tabel 1)


S e t i a p l i p o p r o t e i n a k a n t e r d i r i atas k o l e s t e r o l
Di dalam darah kita ditemukan tiga j e n i s lipid yaitu (bebas atau ester), trigliserid, fosfolipid, dan apoprotein.
kolesterol, trigliserid, dan fosolipid. Oleh karena sifat lipid Lipoprotein berbentuk sferik dan mempunyai inti trigliserid
yang susah larut dalam lemak, maka perlu dibuat bentuk dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan
yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu sedikit kolesterol bebas. Apoprotein ditemukan pada
suatu protein yang dikenal dengan nama apolipoprotein permukaan lipoprotein (Gambar 1)
atau apoprotein. Pada saat ini dikenal sembilan jenis Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas,
apoprotein y a n g diberi nama secara alfabetis yaitu komposisi lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan
Apo A, Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan m e n g g u n a k a n u l t r a s e n t r i f u s i , pada m a n u s i a d a p a t
apoprotein ini dikenal dengan nama lipoprotein. Setiap dibedakan enam jenis lipoproteisn yaitu l-high-
jenis lipoprotein mempunyai Apo tersendiri. Sebagai density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL),
contoh untuk VLDL, IDL, dan LDL mengandung Apo B100, intermediate-density lipoprotein (IDL), very low density
sedang Apo B48 ditemukan pada kilomikron. Apo A l , Apo lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil
A2, dan Apo A3 ditemukan terutama pada lipoprotein HDL (Lp(a) (Tabel 2).

Tabel 1. Karakteristik Beberapa Apolipoprotein


Massa
Apolipoprotein Lipoprotein Fungsi Metabolik
Moleku!
Apo Al 28.016 HDL, Kilomikron Komponen struktural HDL; aktivator LCAT
Apo All 17.414 HDL, Kilomikron Belum diketahui
Apo AlV 46.465 HDL, Kilomikron Belum diketahui: mungkin sebagai fasilitator transfer Apo lain antara HDL
dan kilomikron
Apo B48 264.000 Kilomikron Dibutuhkan for assembly dan sekresi kilomikron dari usus halus
Apo B100 540.000 VLDL, IDL, LDL Dibutuhkan for assembly dan sekresi VLDL dari hati, struktur protein dari
VLDL, IDL, LDL; ligand untuk reseptor LDL
Apo CI 6630 Kilomikron, VLDL, Dapat menghambat ambilan hati terhadap LDL IDL, LDL, kilomikron dan
IDL, LDL remnant VLDL
Apo CM 8900 Kilomikron, VLDL, Aktifator enzim lipoprotein lipase
IDL, HDL
Apo cm 8800 Kilomikron, LDL, Inhibitor enzim lipoprotein lipase; dapat m e n g h a m b a t ambilan
kilomikron,VLDL, IDL, HDL, dan VLDL di hati
Apo E 34.145 Kilomikron, LDL, Ligand untuk beberapa lipoprotein dari reseptor LDL, LRR dan kemungkinan
VLDL, IDL, HDL terhadap apo E reseptor hati lain
Dikutip dari. Ginsberg HN, Goldberg IJ. Disorders of lipoprotein metabolism. Principles of internal medicine 14'^ International
edition. Harrison's 1998; 2: 2138 - 2152
2550 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

A PLASMA LIPOPROTEIN mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester dan


Kolesterol b e b a s
keduanya bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein
akan m e m b e n t u k lipoprotein y a n g dikenal d e n g a n
kilomikron.
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe dan
akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke dalam
aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase yang berasal dari
endotel menjadi asam lemak bebas [free fatty acid (FFA)
- non-esterified fatty acid (NEFA). Asam lemak bebas
dapat disimpan sebagai trigliserid kembali di jaringan
lemak (adiposa), tetapi bila terdapat dalam jumlah yang
banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi bahan
untuk pembentukkan trigliserid hati. Kilomikron yang
Apolipoprotein + Lipid = Lipoprotein sudah kehilangan sebagian besar trigliserid akan menjadi
Gambar 1. Bentuk Suatu Lipoprotein. (Feher MD, Richmond kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester
W. Lipoproteins: structure and function. In: Lipids and Lipid dan akan dibawa ke hati.
Disorders 2"" ed. Bayer 1996, 6 - 13).

METABOLISME LIPOPROTEIN JALUR METABOLISME ENDOGEN

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan
jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL.
dan jalur reverse cholesterol transport Kedua jalur pertama Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah
berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL
trigliserid, sedang jalur reverse chlesterol transport khusus akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
mengenai metabolisme kolesterol-HDL. (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang j u g a akan
mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian
Jalur Metabolisme Eksogen dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling
dan k o l e s t e r o l . S e l a i n kolesterol y a n g berasal dari banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol
makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik
yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian
yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan
dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag
enterosit mukosa usus halus. Trigliserid akan diserap dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar
sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan
kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.
diubah lagi menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi t e r g a n t u n g

Tabel 2. Karateristik Lipoprotein Plasma


Apolipoprotein menurut urutan
Densitas Lipid utama Diameter
yang terpenting
HDL 1.21-1.063 Kolesterol ester 7.5-10.5 A-1, A-ll, C, E
LDL 1.063-1.019 Kolesterol ester 21.5 B-100
IDL 1.019-1.006 Kolesterol ester. 25-3 B-100, C dan E
trigliserid
VLDL < 1.006 Trigliserid 39-100 B-100, C, E
Kilomikron < 1.006 Trigliserid 60-500 B-48, C, E, A-1, A-ll, A-IV
Lp (a) 1.04-1.08 Kolesterol ester 21-30 B-100, Lp (a)
Dikutip dari: Malloy MJ, Kane JR Disorder of lipoprotein metabolism. Greenspan FS, Gardner DG (eds). Basic and
clinical endocrinology. 7th ed., 2004; 766-793
DISLIPIDEMIA 2551

dari kadar kolesterol yang terkandung di L D L Beberapa hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk
keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti: membawa kolesterol kembali ke hati.
Meningkatnya jumlah LDL kecil padat [small dense Pada g a m b a r 4 d i p e r l i h a t k a n k e s e l u r u h a n j a l u r
LDL) seperti pada sindrom metabolik dan diabetes metabolisme lipoprotein baik yang berasal dari eksogen,
melitus endogen, dan jalur reverse cholesterol transport.
Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-
HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.
[=1 Reseptor LDL
Scavenger reptor-A / CD 36
Jalur Reverse Cholesterol Transport Adenosine triphosphate - binding
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol Cassette transporte^1 (ABC-1
yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C dan E; dan
disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus
dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein A l . HDLnosce/if akan mendekati makrofag Makrofag
untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag.
Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL noscent
berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar
dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol
bebas) di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke Gambar 3. Jalur metabolisme endogen. (Dikutip dari:
permukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter Kwiterovich PO, Jr. Am J Cardiol 2000: 86; 5L - 10 L)
yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-! atau disingkat ABC-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag,
=1 Reseptor LDL
kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol CI Scavenger reptor-A / CD 36

ester oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). ABC - 1


SRB - 1
Selanjutnya sebagian kolesterol ester yang dibawa oleh HDL
akan mengambil dua jalur. Jalur pertama iaiah ke hati dan
ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal
dengan SR-B1. Jalur kedua adalah kolesterol ester dalam
Makrofag
HDL akan dipertukarkan dengan trigliserid dari VLDL dan
IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein (CETP).
Dengan demikian fungsi HDL sebagai "penyerap" kolesterol
dari makrofag mempunyai dua jalur yaitu langsung ke
Nascent HDL

Gambar 4. Jalur reverse cholesterol transport (Dikutip dari,


Kwiterovich PO, Jr. Am J Cardiol 2000; 86: 5L - 10L)

^^desteroT)

^^lesteroj) Eksogen

(^^lesteroT) •Q u s u T ^ ^ ^ •Tinja

Makanan —•^j<desteror^—^^^Usus haJus*^^- •Tinja Makanan


RCTP=r8verse cholesterol
transport patway

Gambar 2. Jalur metabolisme eksogen. (Dikutip dari: Shepherd Gambar 5. Jalur metabolisme lipoprotein. (Dikutip dari:
J. Eur Heart J Supplements 2001;3(Suppl E):E2-E5) Shepherd J. Eur Heart J Supplements 2001;3(suppl E):E2-ES)
2552 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

KLASIFIKASI DISLIPIDEMIA, DAN KADAR LIPID yang dimiliki seseorang (selain kadar kolesterol LDL)
NORMAL untuk menentukan sasaran kadar kolesterol LDL yang
akan dicapai. National Cholesterol Education Programme,
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer Adult Panel Treatment III (NCEP-ATP III) telah menetapkan
yang tidak jelas sebabnya dan sekunder yang mempunyai faktor risiko selain kolesterol LDL yang digunakan untuk
penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes menentukan sasaran kadar kolesterol LDL yang diinginkan
melitus, hipotiroidisme. Selain itu dislipidemi dapat juga pada orang dewasa > 20 tahun (tabel 4).
dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti
hiperkolesterolemi, hipertrigliseridemi, isolated low HDL-
Tabel 4. Faktor Risiko (Selain Kolesterol LDL) yang
cholestrol, dan dislipidemi campuran. Bentuk yang terakhir
Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
ini yang paling banyak ditemukan. Dilihat dari pemilihan
Umur pria >_ 45 tahun dan wanita >. 55 tahun
obat penurun lipid mungkin klasifikasi yang terakhir yang Riwayat keluarga PAK dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan
lebih tepat. ibu < 65 tahun
Kapan disebut lipid normal, sebenarnya sulit dipatok Kebiasaan merokok
pada satu angka, oleh karena normal untuk seseorang Hipertensi (>. 140/90 mmHg atau sedang mendapat obat
belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor antihipertensi) Kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dL)*
risiko koroner multiple (lihat bawah). Walaupun demikian Dikutip dari: Executive summary of the third report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
National Cholesterol Education Program Adult Panel III Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High b ood
Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 2001;
(NCEP-ATP III) telah membuat satu batasan yang dapat 285: 2486-2497
dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner * Kolesterol HDL >. 60 mg/dl, mengurangi satu faktor risiko
seseorang (tabel 3).
Tiga Kelompok Risiko Penyakit Arteri Koroner
B e r d a s a r k a n b a n y a k n y a f a k t o r risiko di atas y a n g
Tabel 3. Kadar Lipid Serum Normal ditemukan pada seorang pasien, maka NCEP - ATP III
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol membagi tiga kelompok risiko penyakit arteri koroner
HDL, dan trigliserid menurut NCEP ATP III 2001 mg/dl yaitu mereka dengan risiko tinggi, risiko sedang, dan
Kolesterol total risiko rendah. Berbeda dengan NCEP-ATP II, mereka yang
< 200 Optimal tergolong risiko tinggi dimasukkan juga kelompok yang
200 - 239 Diinginkan disamakan dengan penyakit arteri koroner yaitu diabetes
> 240 Tinggi melitus, mereka dengan risiko multipel yang diperkirakan
Kolesterol LDL dalam 10 tahun mempunyai risiko PAK > 20% (tabel 5).
< 100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
Tabel 5. Tiga Kategori Risiko yang Menentukan Sasaran
130-159 Diinginkan
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
160-189 Tinggi
Sasaran Kolesterol
>'190 Sangat tinggi Kategori Risiko
LDL (mg/dl)
Kolesterol HDL
Risiko tinggi < 100
< 40 Rendah
a. Mempunyai riwayat PAK dan
> 60 Tinggi
b. M e r e k a y a n g d i s a m a k a n
Trigliserid
dengan PAK
< 150 Optimal - Diabetes melitus
150-199 Diinginkan - Bentuk lain penyakit
200-499 Tinggi aterosklerotik yaitu strok,
> 500 Sangat tinggi penyakit arteri perifer, aneu-
D i k u t i p dari: E x e c u t i v e s u m m a r y of t h e third r e p o r t of t h e risma aorta abdominalis
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
Panel o n D e t e c t i o n , Evaluation, a n d T r e a t m e n t of High b l o o d
- Faktor risiko multipel (> 2
C h o l e s t e r o l in A d u l t s (Adult T r e a t m e n t Panel III). J A M A 2001; risiko) yang diperkirakan
285: 2486-2497 dalam kurun waktu 10 tahun
mempunyai risiko PAK > 20 %
Risiko multipel (>i 2 faktor risiko) < 130
FAKTOR RISIKO KORONER DAN MENENTUKAN Risiko rendah (0 - 1 faktor risiko) < 160
RISIKO SESEORANG Dikutip dari: Executive summary of the third report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood
Langkah pertama untuk pencegahan penyakit arteri Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 2001;
koroner iaIah menentukan seberapa banyak faktor risiko 285: 2486-2497
PAK = Penyakit arteri koroner
DISLIPIDEMIA 2553

OBAT UNTUK DISLIPIDEMIA ciprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid
plasma, selain menurunkan sintesis trigliserid di hati. Obat
Pada saat ini dil<enal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang
memperbaiki profil lipid serum yaitu bile acid sequestran, kerjanya memecahkan trigliserid. Selain menurunkan kadar
HMG-CoA reductase inhibitor (statin), deivat asam fibrat, trigliserid, obat ini juga meningkatkan kadar kolesterol-
asam nikotinik, ezetimibe, dan asam lemak omega-3. HDL yang diduga melalui peningkatan apoprotein A-1, dan
Selain obat tersebut, pada saat ini telah dipasarkan obat A - l l . Pada saat ini yang banyak dipasarkan di Indonesia
kombinasi dua jenis penurun lipid dalam satu tablet seperti adalah gemfibrozil dan fenofibrat.
Advicor (lofastatin dan niaspan), Vytorin (simvastatin dan
ezetimibe).

Tanpa Obat Asam empedu berkurang


Bile Acid Sequestrants
'LDL ,LDL)(LDL1
Terdapat tiga jenis bile acid sequestrans yaitu cholestyramin, Plasma

colestipol, dan colesevelam. Obat ini tidak diserap diusus,


HMG-CoA HMG-CoA
dan bekerja mengikat asam empedu di usus halus dan
akan dikeluarkan dengan tinja. Dengan demikian asam
Kolesterol
\
empedu yang kembali ke hati akan menurun, hal ini akan Hati Kolesterol

memacu hati memecahkan kolesterol lebih banyak untuk


Asam empedu
menghasilkan asam empedu yang dikeluarkan ke usus.
V
Akibatnya kolesterol darah akan lebih banyak ditarik ke
X
hati sehingga kolesterol serum menurun.
)
Usus(
D a
Dosis untuk k o l e s t i r a m i n a d a l a h 8 - 1 6 g/hari,
kolestipol 10-20 gr/hari (keduanya dalam bentuk granul),
Gambar 6, Mekanisme kerja resin. (Betterridge DJ and Morrell
dan 6,5 g/hari kolesevelam. Obatgolongan resin ini dapat JM. Lipid lowering drugs. In Clinician's Guide to lipid and
menurunkan kadar kolesterol-LDL sebesar 15 - 30%^ Obat coronary Heart Disease. 2nd ed, 2003; 208 - 235)
ini digunakan untuk pasiendengan hiperkoleterolemi
saja ( i s o l a t e d high h y p e r c h o l e s t e r o l a e m i a ) . Sejak
diperkenalkannya obat HMG-CoA reductase inhibitor, obat LDL dalam plasma

bile acid sequestrants semakin jarang digunakan. ©


Ambilanf (§) Isintesis

HMG-CoA Reductase Inhibitor


Pada saat ini telah dipasarkan enam jenis yaitu lofastatin, Kolesterol v
Kolesterol
simvastatin, pravastatin, fluvastatin, atrovastatin, dan
rosuvastatin. Obat ini bekerja mencegah kerja enzim
Asam empedu - 4 — Asam empedu ^
HMG-CoA reductase yaitu suatu enzim di hati yang
berperan pada sintesis kolesterol. Dengan menurunnya
S«l hati Daur ulang asam Sel hati Daur ulang asam
sintesis kolesterol di hati akan menurunkan sintesis Apo empedu empedu
B100, disamping itu meningkatkan reseptor LDL pada
permukaan hati. Dengan demikian kadar kolesterol-LDL Q Usus
a
darah akan ditarik ke hati, hal mana akan menurunkan Gambar 7. Mekanisme kerja HMG-CoA reductase inhibitor
kadar kolesterol-LDL, dan juga VLDL. {Betterridge DJ and Morrell JM. Lipid lowering drugs. In Clinician's
Efek samping yang sering terjadi iaIah adanya miositis Guide to lipid and coronary Heart Disease. 2"'^ ed, 2003; 208 -
235)
yang ditandai dengan nyeri otot dan meningkatnya kadar
creatin phophokinase. Efek samping yang paling ditakutkan
adalah terjadinya rhabdomyolisis yang dapat mematikan.
Efek samping lainnya iaIah terjadinya gangguan fungis Asam Nikotinik
hati. Oleh karena itu penting sekali untuk memantau fungsi A s a m nikotinik merupakan obat penurun lipid y a n g
hati. Tampaknya ada korelasi antara efek samping dengan pertama kali dipekenalkan. Oleh karena bentuk yang lama
dosis obat, makin tinggi dosis makin besar kemungkinan yaitu asam nikotinik serap cepat mempunyai efek samping
terjadinya efek samping obat. cukup banyak, maka obat ini tidak banyak dipakai. Dengan
diperkenalkannya asam nikotinik yang lepas lambat
Derivat Asam Fibrat (Niaspan) sehingga absorpsi di usus berjalan lambat, maka
Terdapat e m p a t j e n i s y a i t u g e m f i b r o z i l , bezafibrat. efek samping menjadi lebih kurang.
2554 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone didapatkan bila dikombinasikan dengan golongan HMG-
sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian CoA reductase inhibitor.
akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui
bahwa asam lemak bebas ada dalam darah sebagian Ezetimib
akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru
pembentukkan VLD. Dengan menurunnya sintesis VLDL dan bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan
di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserid, kolesterol baik yang berasal dari makanan maupun dari
dan j u g a kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam asam empedu di usus halus. Pada umumnya obat ini tidak
nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar kolesterol- digunakan secara tunggal, tetapi dikombinasikan dengan
HDL b a h k a n m e r u p a k a n o b a t y a n g t e r b a i k untuk obat penurun lipid lain misalnya HMG-CoA reductase
meningkatkan kolesterol-HDL. Oleh karena menurunkan inhibitor.
trigliserid, menurunkan kolesterol-HDL, dan meningkatkan
kolesterol-HDL maka disebutjuga sebagai broad spectrum Asam Lemak Omega -3
lipid lowering agent. Minyak ikan, kaya akan asam lemak omega -3 yaitu
Efek s a m p i n g yang paling sering terjadi adalah asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docasahexaenoic
flushing yaitu perasaan panas pada muka bahkan di badan. (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL. Dengan
Untuk mencegah hal tersebut, pada penggunaan asam d e m i k i a n dapat j u g a m e n u r u n k a n kadar kolesterol.
nikotinik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah kemudian Obat ini dipasarkan dalam bentuk kapsul dengan dosis
ditingkatkan, misalnya selama satu minggu 375 mg/hari yang t e r g a n t u n g dari j e n i s asam lemak o m e g a - 3.
kemudian ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam lemak.
dosis maksimal sekitar 1500-2000 m g / h a r i . Dengan Sebagai contoh Maxepa yang terdiri atas 18% asam
asam nikotikin yang baru yaitu lepas lambat (Niaspan) e i c o s a p e n t a e n o i c dan 1 2 % a s a m d o c a s a h e x a e n o i c
efek samping sangat berkurang. Hasil yang sangat baik diberikan dengan dosis 10 kapsul sehari.

Tabel 6. Obat Penurun Lipid, Jenis, Cara Kerja, Dosis, dan Efek Samping
Jenis Cara kerja Lipoprotein Dosis Efek samping
Bile acid Menghambat sirkulasi i LDL-C 20-30% Kolestiramin 8-12 g Obstipasi, mual, perut tidak
sequestran enterohepatik asam T HDL-C, and TG Dua atau tiga kali enak.
empedu; T Sintesis Pemberian
asam empedu dan Kolestipol 10-15 g
resptor LDL Dua atau tiga kali
pemberian
H MG-CoA isintesis kolesterol i LDL-C 25-40 % Lovastatin 10-80mg/dl Gangguan fungsi hati.
reductase t Reseptor LDL i VLDL Pravastatin 10-40mg/dl miositis
inhibitors Simvastatin 5-40mg/dl
Fluvastatin 20-40mg/dl
Atorvastatin 10-80mg/dl
Rosuvastatin 10-20 mg
Derivat asam t LPL dan T hidrolisis iJG 25-40 % Gemfibrozil 600 - 1200 mg Mual, gangguan fungsi hati,
fibrat TG T or i LDL-C Fenofibrat 160 mg miositis
i Sintesis VLDL T HDL
T Katabolisme LDL
A s a m i Sintesis VLDL i Trigliserida N i a s i n 5 0 - 1 0 0 mg t i g a Flushing, takikardia, gatal,
nikotinik dan LDL 25-85 % kali pemberian,kemudian mual, diare, hiperurisemia,
i VLDL-C 25- tingkatkan 1.0-2.5 g tiga kali ulkus peptik, intoleransi
35% pemberian glukosa, gangguan fungsi
i LDL-C 25-40% hati
HDL mungkin T
Ezetimibe i Absorpsi kolesterol Sakit kepala, Nyeri perut, dan
i LDL-C 16-18% 10 mg / hari
di usus halus diare
Asam lemak i 50 -60% pada hiper
i Sintesis VLDL Mual
omega 3 TG berat
Dikutip dari Ginsberg HN, Goldberg IJ. Disorders of lipoprotein metabolism. Harrison's Pnnciples of internal medicine 14" International
edition. 1998; 2: 2138 - 2152. (dengan modifikasi)
DISLIPIDEMIA 2555

PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN NON - FARMOKOLOGI

Sudah disebut di atas, langl<ah awal penatalaksanaan Penatalaksanaan non -farmokologis dikenal juga dengan
dislipidemi harus dimulai dengan penilaian jumlah faktor nama perubahan gaya hidup, meliputi terapi nutrisi medis,
risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut {risk aktivitas fisik, serta beberapa upaya lain seperti hentikan
assesment) untuk menentukan sasaran kolesterol - LDL merokok, menurunkan berat badan bagi mereka yang
yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemi terdiri gemuk, dan mengurangi asupan alkohol.
atas penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan
obat penurun lipid. Pada gambar 8 diperlihatkan langkah- Terapi Nutrisi Medis
langkah yang harus dilakukan dalam mengambil keputusan Selalu merupakan tahap awal penatalaksanaan seseorang
apakah seseorang harus mendapat obat atau tidak. dengan dislipidemi, oleh karena itu disarankan untuk
Dianjurkan agar pada semua pasien dislipidemi harus berkonsultasi dengan ahli gizi. Pada dasarnya adalah
dimulai dengan pengobatan non-farmakologis terlebih pembatasan j u m l a h kalori dan j u m l a h lemak. Pasien
dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi
lipid. Pada u m u m n y a pengobatan non-farmakologis dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh, dan
dilakukan selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal
menambahkan obat penurun lipid. Pada keadaan tertentu dan ganda (mono unsaturated fatty acid = MUFA dan poly
pengobatan non-farmakologis dapat bersamaan dengan unsaturated fatty acid = PUFA). Pada pasien dengan kadar
pemberian obat (tabel 7). trigliserid yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat,
alkohol dan lemak (tabel 8).

Tabel 7. Sasaran Kadar Kolesterol LDL Serta Batasan untuk Mulal Perubahan Gaya Hidup dan Pemberian Obat Penurun
Lipid
S a s a r a n Kadar k o l e s t e r o l LDL Kadar kolesterol LDL d i m a n a perlu
Kelompok risiko kolesterol dimana harus mulai dipertimbangkan pemberian obat
LDL (mg/dl) perubahan gaya hidup
Kadar k o l e s t e r o l LDL di mana perlu
PAK atau yang disamakan PAK < 100 > 100
dipertimbangkan pemberian obat
10 tahun risiko 10 - 20 % : ^ 130
> 2 faktor nsiko < 130 > 130
10 tahun risiko < 10 % : > 160
0 - 1 faktor risiko < 160 > 160 >. 190 (160-189 pemberian obat opsional)
Dikutip dari: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. 2005; 5 - 14

Tabel 8. Komposisi Makanan untuk


Penilaian risiko Hiperkolesterolemia
Langkah pertama
penatalaksanaan dislipidemia Makanan Asupan yang dianjurkan
Total lemak 20 - 25 % dari kalori total
lemak jenuh < 7 % dari kalori total
lemak PUFA sampai 10 % dari kalori total
Faktor risiko utama yang menentukan s a s a r a n lemak MUFA sampai 10 % dari kalori total
L D L (terkecuali kolesterol-LDL)
Karbohidrat 60 % dari kalori total (terutama karbohidrat
kompleks)
Tiga kategori risiko yang menentukan
s a s a r a n kolesterol -LDL
Serat 30 gr per hari
Protein sekitar 15 % dari kalori total
Kolesterol < 200 mg / hari
0 -1 >2 Risiko PAK dan
Faktor risiko Faktor risiko yang disamakan Dikutip dari: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk
praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan
Gambar 8. Urutan penatalaksanaan dislipidemia. (PAK Endokrinologi Indonesia. 2005; 5 - 14
Penyakit arteri koroner)
2556 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

A k t i v i t a s Fisik sensitive lipase di jaringan adipose akan menjadi aktif


Pada prinsipnya pasien dianjurkan untuk meningkatkan sehingga lipolisis trigliserid di jaringan adiposa semakin
aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuannya. meningkat. Keadaan ini akan menghasilkan asam lemak
Semua jenis aktivitas fisik bermanfaat, seperti jalan kaki, bebas (=FFA=NEFA) yang berlebihan. Asam lemak bebas
naik sepeda, berenang, dll. Renting sekali agar jenis olah akan memasuki aliran darah, sebagian akan digunakan
raga disesuaikan dengan kemampuan dan kesenangan sebagai sumber energi dan sebagian akan dibawa ke hati
pasien, selain itu agar berlangsung terus menerus. sebagai bahan baku pembentukan trigliserid. Di hati asam
lemak bebas akan menjadi trigliserid kembali dan menjadi
bagian dari V L D L Oleh karena itu VLDL yang dihasilkan
PENATALAKSANAAN FARIMAKOLOGI pada keadaan resistensi insulin akan sangat kaya akan
trigliserid, disebut VLDL kaya trigliserid atau VLDL besar
Apabila gagal dengan pengobatan non-farmakologis (enriched triglyceride VLDL = large VLDL).
maka harus dimulai dengan pemberian obat penurun Dalam sirkulasi trigliserid yang banyak di VLDL akan
lipid. NCEP-ATP III menganjurkan sebagai obat pilihan bertukar dengan kolesterol ester dari kolesterol-LDL. Hal
pertama adalah golongan HMG-CoA reductase inhibitor, mana akan menghasilkan LDL yang kaya akan trigliserid
oleh karena sesuai dengan kesepakatan kadar kolesterol- tetapi kurang kolesterol ester {cholesterol ester depleted
LDL merupakan sasaran utama pencegahan penyakit LDL). Trigliserid yang dikandung oleh LDL akan dihidrolisis
arteri koroner. Pada keadaan dimana kadar trigliserid oleh enzim hepatic lipase (yang biasanya meningkat pada
tinggi misalnya > 400 mg/dl maka perlu dimulai dengan resistensi insulin) sehingga menghasilkan LDL yang kecil
golongan derivat asam fibrat untuk menurunkan kadar tetapi padat, yang dikenal dengan LDL kecil padat {small
trigliserid, oleh karena kadar trigliserid yang tinggi dapat dense LDL). Partikel LDL kecil padat ini sifatnya mudah
mengakibatkan pankreatitis akut. Apabila kadar trigliserid teroksidasi, oleh karena itu sangat aterogenik. Trigliserid
sudah turun dan kadar kolesterol-LDL belum mencapai VLDL besar juga dipertukarkan dengan kolesterol ester
sasaran maka dapat diberikan pengobatan kombinasi dari HDL dan menghasilkan HDL miskin kolesterol ester
d e n g a n HMG CoA reductase inhibitor. Kombinasi tapi kaya trigliserid. Kolesterol HDL bentuk demikian lebih
tersebut sebaiknya dipilih asam fibrat fenofibrat jangan mudah dikatabolisme oleh ginjal sehingga jumlah HDL
.gemfibrozil serum menurun. Oleh karena itu pada resistensi insulin
Dengan dikembangkannya obat kombinasi dalam terjadi kelainan profil lipid serum yang khas yaitu kadar
satu tablet {fixed dose combination), maka pilihan obat trigliserid tinggi, kolesterol-HDL rendah dan meningkatnya
mungkin akan mengalami perubahan. Sebagai contoh subfraksi LDL kecil padat, dikenal dengan nama fenotipe
kombinasi lovastatin dan asam nikotinik lepas lambat lipoprotein aterogenik atau lipid triad (gambar 10).
(Niaspan) dikenal dengan nama Advicor telah dibuktikan
jauh lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin sendiri
atau asam nikotinik sendiri dalam dosis yang tinggi. PENATALAKSANAAN
Kombinasi simvastatin dengan ezetimibe yaitu Vytorin,
ternyata mempunyai efek lebih baik dibandingkan dengan Penatalaksanaan tidak banyak berbeda dengan dislipidemi
simvastatin dosis tinggi tunggal. Obat kombinasi dalam yaitu terdiri atas pentalaksanaan non-farmakologis dan
satu tablet mungkin akan lebih banyak digunakan bagi penggunaan obat penurun lipid. Perbedaan utama adalah
mereka dimana kadar kolesterol-LDL harus sangat rendah pada semua pasien diabetes melitus kadar kolesterol-LDL
atau kadar kolesterol-HDL perlu ditingkatkan. harus < 100 mg/dl. Penelititian Heart Protection Study, dan
Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) telah
membuktikan bahwa dengan menurunkan kadar kolesterol
DISLIPIDEIVliA PADA D I A B E T E S M E L I T U S T I P E 2 - LDL sampai mencapai 70 mg/dl akan lebih bermanfaat.
DAN SINDROMA METABOLIK Oleh karena itu untuk pencegahan penyakit kardiovaskular
pada pasien diabetes melitus ada kecenderungan untuk
Metabolisme Lipoprotein pada Resistensi mencapai sasaran kadar kolesterol-LDL sampai 70 mg/
Insulin dl.
Diabetes melitus dan sindroma metabolik mempunyai Mengingat pada pasien diabetes melitus dislipidemi
kelainan dasar yang sama yaitu adanya resistensi insulin. disifati oleh adanya peningkatan trigliserid, menurunnya
Pada mereka ini, metabolisme lipoprotein sedikit berbeda kolesterol-HDL, dan bertambahnya subfraksi kolesterol
dengan mereka yang bukan resistensi insulin. Dalam - LDL kecil padat m a k a b e b e r a p a p e n e l i t i a n t e l a h
keadaan normal tubuh menggunakan glukosa sebagai membuktikan keberhasilan asam nikotinik. Walaupun
sumber energi. Pada keadaan resistensi insulin, hormone demikian perlu diingat bahwa sampai saat ini sasaran yang
DISLIPIDEMIA 2557

Jumlah faktor risiko 0-1

Kol - LDL<160 mg/dl


1
Kol-LDL>160 mg/dl

T
Gaya hidup sehat
periksa ulang setiap 1-2 tahun atau
Can dan obatii peiiy
penyebab sekunder

3-5 tahun bila kol-LDL<130 mg/dl I Kol-LDL>160mg/dr~[

Terapi diet
periksa ulang 3 bulan

r
1
Kol-LDL= 160-189 mg/dl Kol-LDL> 190 mg/dl |

T
- Teruskan diet, olah raga
- Pertimbangkan statin
- Mulai statin
- Periksa u ang 3 bulan
- Periksa ulang 3 bulan

Sasaran kol-LDL<160 mg/dl

B
Jumlah faktor risiko > 2

X
K o l - L D L < 1 3 0 mg/dl
1
Kol-LDL >130 mg/dl

I 1^
Cari dan obati penyebab sekunder
- Gaya hidup sehat
- periksa ulang setiap 1-2 tahun
I Kol-LDL > 130 mg/dl |

t
Terapi diet
periksa ulang 3 bulan

£ 1
Kol-LDL = 130-159 mg/dl Kol-LDL > 160 mg/dl

- Teruskan diet, olah raga


- Pertimbangkan statin
T
- Mulai statin
- Periksa u ang 3 bulan
- Periksa ulang 3 bulan

Sasaran kol-LDL< 130 mg/dl

Risiko tinggi

Kol - LDL<100 mg/dl I


1
Kol-LDL >100 mg/dl |

- G a y a hidup sehat
\ - diet dan olahraga
- dipertimbangkan pemberian statin
- periksa ulang setiap 6-12 tahun
bila LDL > 130 mg/dl

Periksa ulang 3 bulan

Kol-LDL > mg/dl

I
- Mulai statin
- Periksa ulang 3 bulan *

[Sasaran kol-LDL<100 mg/dl|

Gambar 9. Bagan penatalaksanaan dislipidemia: A. Faktor risiko 0 - 1, B. Fasktor risiko multiple > 2, dan C. Faktor risiko tinggi.
(Dikutip dan: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. 2005; 5 - 14).
2558 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Sel lemak

KE

© 1
Resistensi (CETP)
i I Insulin
TG
ApoAl
KE (CETP) TG
Insulin

(Lipoprotein atau Ginjal


lipase hati)

Gambar 10. Metabolisme lipoprotein pada resistensi insulin.


(Kwiterovich PO, Jr The metabolic pathways of high-density
lipoprotein, low-density lipoprotein, and triglycerides: A current
review. Am J Cardiol 2000; 86: 5L- WL)

ingin dicapai untuk pencegahan penyakit kardiovaskular


adalah kadar kolesterol-LDL. Mungkin kombinasi golongan
a s a m nikotinik d e n g a n HMG-CoA reductase inhibitor
merupakan pilihan yang perlu dipertimbangkan.

REFERENSI

Colhoun H M , Betteridge DJ, Durrington F N , Hitman G A , Neil


H A W , Livingtone SJ, Thomasan MJ, Mackness M, Menys
V C , Fuller JH, on behalf of the C A R D S investigators. Frimary
prevention of cardiovascular disease with atorvastatin in type
2 diabetes in the Collaborative Atorvastatin Diabetes Study
(CARDS): multicenter randomized placebo - controlled trial.
Lancet 2004; 364: 685 - 96.
D.J. Betterridge and Morrell J M . L i p i d lowering drugs. I n :
Clinician's Guide to lipid and coronary Heart Disease. 2"*^
ed,2003; 208 - 35.
Executive summary of the third report of the National Cholesterol
Education Program ( N C E P ) Expert Panel on Detection,
Evaluation, and Treatment of High blood Cholesterol in
Adults (Adult Treatment Panel III). J A M A 2001; 285: 2486-
97.
Feher MD, Richmond W. Lipoproteins: structure and function. In:
Lipids and Lipid Disorders 2"** ed. Bayer. 1996, 6 - 13.
Ginsberg H N , Goldberg IJ. Disorders of lipoprotein metabolism.
In: Fauci A S , Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin
JB, Kasper D L , Hauser S L , Longo D L , editors. Harrison's
Principles of internal medicine 14"^. International edition
McGraw-Hil, Health Professions division, 1998, 2: 2138 -
52.
Kwiterovich P O , Jr. The metabolic pathways of high-density
lipoprotein, low-density lipoprotein, and triglycerides: A
current review. A m J Cardiol 2000; 86: 5L-10L.
Malloy MJ, Kane JP. Disorders of lipoprotein metabolism.
In: Greenspan FS, Gardner D G (eds), Basic and clinical
endocrinology 7"' ed. 2004, p. 76693-.
M R C / B H F Heart Protection Study of cholesterol-lowering with
simvastatin in 5963 people with diabetes: a randomized
placebo-controlled trial. Lancet 2003; 361: 2005-16.
Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis
penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. 2005; 5 - 14.
S h e p h e r d J. T h e r o l e of the e x o g e n o u s p a t h w a y i n
hypercholesterolaemia. Europ Heart J Supplements 2001; 3
(Suppl E): E 2 - E5.
333
OBESITAS
Sidartawan Sugondo

PENDAHULUAN berkisar antara 280 hingga 485 kg.


Sauvages dan Cullen pertama kali mencoba melakukan
Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang klasifikasi obesitas. Istilah yang dipakai pada saat itu
terjadi akibat akumulasi j a r i n g a n lemak b e r l e b i h a n , adalah polysarcie. Pada abad ke 19 kata "obesitas" mulai
sehingga dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi menggantikan nama-nama sebelumnya seperti, po/ysora'e,
bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh embonpoint dan corpulence.
seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya Penelitian untuk mempelajari berbagai hormon dan
maka ukuran sel lemak akan b e r t a m b a h besar dan sistem neuroendokrin, yang mengatur keseimbangan
kemudian jumlahnya bertambah banyak. energi dan lemak tubuh merupakan tantangan lama dalam
Di daerah antara Perancis dan Rusia (sekitar laut bidang biologi, dengan obesitas sebagai fokus kesehatan
Hitam) diketemukan artefak mengenai obesitas dari masyarakat yang penting.
zaman batu (era paleolitik, 23.000-25.000 tahun yang lalu), Saat ini kita hidup pada masa dimana berat badan lebih
yang umumnya terbuat dari gading, granit, atau terakota. (indeks massa tubuh (IMT) 23-24.9 kg/m2) dan obesitas (IMT
Venus dari Willendorf adalah artefak yang paling terkenal. 25-30 kg/m2) sudah menjadi suatu epidemi, dengan dugaan
Artefak tersebut berupa sebuah patung kecil setinggi bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50%
12 cm dengan gambaran obesitas abdominal dan buah pada tahun 2025 bagi negara-negara maju.
dada yang besar. Desain serupa juga terdapat di seluruh Dokter dan tenaga kesehatan yang berhubungan
daratan eropa yang diperkirakan berasal dari periode dari semua subspesialisasi, saat ini menghadapi dampak
glasiasi. Berbagai artefak tersebut m e n g g a m b a r k a n dari peningkatan epidemi obesitas baik di klinik maupun
bahwa pada zaman itu obesitas sudah merupakan suatu rumah sakit. Obesitas merupakan salah satu masalah
fakta, setidaknya dialami oleh wanita Paleolitik. Selain kesehatan yang sukar diatasi. Kegagalan para dokter dan
itu, juga ditemukan artefak terbuat dari terakota, granit spesialis untuk secara sistematis dan efektif mengatasi
atau alabaster, dengan gambaran dada yang besar dan peningkatan problem abad ke-21 ini, telah membuat
daerah abdominogluteal yang besar yang berasal dari era m a s y a r a k a t b e r p a l i n g pada b a n y a k p r o g r a m y a n g
Neolitik (8000-5500 SM), dimana manusia mulai menetap diiklankan, yang menjanjikan keadaan yang kurang pada
dan bercocok tanam. tempatnya, karena mengklaim mempunyai efek yang
Ketika kedokteran tradisional berkembang pada cepat dan menyembuhkan bagi masalah "kosmetik" yang
semua kultur di dunia, ditemukan pula bukti mengenai menakutkan ini. Belum lagi, mass media didominasi oleh
obesitas. Kedokteran Mesopotamia, Mesir, India, Cina- ikian pengobatan overweight atau obesitas yang tidak jelas
Tibet, Meso-amerika, Greco-Roman dan Arab semua dan kurang memiliki bukti-bukti ilmiah. Saat ini sebenarnya
mempunyai cara-cara mengobati obesitas. tenaga kesehatan harus bersama-sama lebih tampil dan
Pada masa kedokteran ilmiah (1500 hingga sekarang) lebih tahu mengenai regulasi berat badan, mekanisme
obesitas dipelajari dengan menggunakan ilmu anatomi, perkembangn berat badan dan obesitas, dan banyaknya
histologi, fisiologi, kimia dan biokimia, genetika dan biologi komorbiditas yang berhubungan dengan hampir semua
molekular, farmakologi, ilmu syaraf, dan kedokteran klinik. subspesialisasi. Karena hanya dengan mendalami ini kita
Sebelum era ilmiah (awal 1500 M) dilaporkan adanya dapat melakukan pendekatan komprehensif pengobatan
orang-orang dengan obesitas masif dengan berat badan yang efektif bagi obesitas.
2560 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

SEL LEMAK DAN JARINGAN LEMAK k o m p o n e n : sel, c a i r a n e k s t r a s e l d a n b a g i a n p a d a t e k s t r a s e l .


M a s s a sel d i b a g i lagi a t a s l e m a k ( k o m p o n e n m o l e k u l a r )
Jaringan lemak merupakan depot penyimpanan energi d a n b a g i a n y a n g aktif s e c a r a m e t a b o l i k y a i t u m a s s a sel
y a n g paling besar bagi mamalia. Tugas u t a m a n y a adalah t u b u h . S e h i n g g a p a d a a k h i r n y a a k a n t e r d i r i d a r i body cell
untuk m e n y i m p a n energi dalam bentuktrigliserida melalui mass, c a i r a n e k s t r a s e l d a n solid ekstrasel.
p r o s e s l i p o g e n e s i s y a n g terjadi s e b a g a i r e s p o n s t e r h a d a p
K o m p o s i s i j a r i n g a n d a n o r g a n . Sel a k a n membentuk
kelebihan energi dan memobilisasi energi melalui proses
jaringan dan organ tubuh, seperti jaringan adiposa, otot
lipolisis sebagai respons t e r h a d a p k e k u r a n g a n energi.
s k e l e t , t u l a n g , kulit, j a n t u n g , d a n o r g a n v i s e r a l l a i n n y a .
P a d a k e a d a a n n o r m a l , k e d u a p r o s e s ini d i r e g u l a s i d e n g a n
Jaringan dan organ tubuh akan membentuk tubuh
ketat.
manusia yang merupakan perpaduan 5 komponen tubuh,
Jaringan lemak merupakan jaringan ikat yang
y a i t u a t o m i k , m o l e k u l a r , selular, j a r i n g a n , d a n o r g a n s e r t a
mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan lemak
tubuh secara keseluruhan.
dalam bentuk trigliserida. Pada mamalia, jaringan
lemak terdapat dalam 2 bentuk: jaringan lemak putih
Morfologi dan Perkembangan Jaringan Lemak
dan jaringan lemak coklat. Keberadaannya, j u m l a h dan
Droplet lemak dalam jaringan lemak dapat berbentuk
distribusi tergantung pada spesies. Jaringan lemak
unilokular atau m u l t i l o k u l a r Sel unilokular merupakan
putih m e m p u n y a i 3 f u n g s i , yaitu isolasi panas, bantalan
s u a t u d r o p l e t lipid y a n g besar, y a n g a k a n m e n d o r o n g inti
mekanik, dan yang paling penting sebagai sumber energi.
sel ke a r a h m e m b r a n p l a s m a s e h i n g g a sel a k a n m e n y e r u p a i
J a r i n g a n l e m a k s u b k u t a n y a n g t e r l e t a k l a n g s u n g di b a w a h
s e b u a h cincin. Sel unilokular m e r u p a k a n karakteristik
kulit, m e r u p a k a n p e n a h a n p a n a s b a g i t u b u h , k a r e n a ia
jaringan lemak putih dan m e m p u n y a i berbagai ukuran
m e m p u n y a i d a y a k o n d u k s i s e b e s a r 1/3 dibandingkan
yang berkisar antara 2 0 - 2 0 0 mikron. Mitokondrianya
dengan jaringan lain. K e m a m p u a n menahan panas
terutama ditemukan pada daerah pinggir sel yang
tergantung pada tebal lapisan lemak. Jaringan lemak j u g a
l e b i h t e b a l s i t o p l a s m a n y a di d e k a t inti s e l . S e l d r o p l e t
melapisi organ tubuh bagian dalam dan bertindak sebagai
l e m a k b e s a r t i d a k m e m p u n y a i o r g a n e l kecil i n t r a s e l . Sel
pelindung organ tersebut.
m u l t i l o k u l a r y a n g u m u m n y a d i d a p a t di s e l l e m a k c o k l a t
J a r i n g a n l e m a k coklat b e r f u n g s i untuk m e m p e r t a h a n k a n m e n g a n d u n g b a n y a k droplet y a n g lebih kecil.
panas tubuh (termogenesis). Fungsi utama jaringan lemak
adalah untuk tempat penyimpanan energi dalam bentuk
Distribusi Jaringan Lemak
trigliserida dan melepaskannya sebagai a s a m lemak bebas
Akumulasi lemak ditentukan oleh keseimbangan antara
d a n gliserol y a n g m e r u p a k a n s u m b e r energi y a n g berasal
sintesis l e m a k ( l i p o g e n e s i s ) d a n p e m e c a h a n l e m a k (lipolisis
dari lemak.
- o k s i d a s i a s a m l e m a k ) . Di s a m p i n g k e d u a f a k t o r t e r s e b u t ,
Tubuh manusia dibagi menjadi 2 bagian yang saling
f a k t o r lain y a n g j u g a b e r p e n g a r u h a d a l a h g e n d e r
b e r h u b u n g a n , yaitu bahan yang diperlukan untuk energi
F a k t o r y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n p e n i n g k a t a n risiko
(lemak dan glikogen) dan air Sebenarnya komposisi tubuh
penyakit adalah kelebihan lemak viseral dan bukan lemak
m a n u s i a j a u h lebih k o m p l e k s d a n terdiri dari 4 macam
subkutan pada tubuh.
komposisi :

K o m p o s i s i a t o m i k . Dari s u d u t p a n d a n g k o m p o s i s i a t o m i k , Metabolisme Lemak


berat badan m e r u p a k a n akumulasi sepanjang hidup dari 6 P e m a h a m a n m e n g e n a i nutrisi, h o r mo n al, dan t e r u t a m a
elemen utama, yaitu: oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, regulasi transkripsional lipogenesis telah berkembang
kalsium, d a n fosfor. K u r a n g dari 2 % berat b a d a n terdiri pesat. Lipogenesis dirangsang oleh diet tinggi
d a r i sulfur, k a l i u m , n a t r i u m , k l o r i d a , m a g n e s i u m d a n 4 0 karbohidrat, n a m u n j u g a dapat dihambat oleh adanya
e l e m e n lain y a n g s e c a r a n o r m a l t e r d a p a t d a l a m j u m l a h a s a m lemak tak j e n u h g a n d a d a n d e n g a n b e r p u a s a . Efek
k u r a n g d a r i 10 g r a m . tersebut sebagian diperantarai oleh hormon yang dapat
menghambat (seperti hormon pertumbuhan, leptin)
Komposisi molekular. Elemen terbagi dalam komponen
atau m e r a n g s a n g (seperti insulin) lipogenesis. Sterol
molekular yang dapat dikelompokkan dalam 5 kategori
regulatory element binding protein-1 adalah mediator
b e s a r , y a i t u : l e m a k , p r o t e i n , g l i k o g e n , air, d a n m i n e r a l .
p e n t i n g p a d a kerja p r o - l i p o g e n i k a t a u a n t i - l i p o g e n i k
T i n g k a t m o l e k u l a r ini s e c a r a p r a k t i s s e r i n g k a l i d i b a g i a t a s :
b e b e r a p a h o r m o n d a n n u t r i s i . F a k t o r t r a n s k r i p s i lain y a n g
l e m a k d a n m a s s a b e b a s l e m a k . M o d e l y a n g lain a d a l a h
berhubungan dengan lipogenesis adalah peroxisome
p e m b a g i a n m e n u r u t l e m a k , lean soft tissue, dan mineral
proliferator activated receptor-y. Kedua faktor transkripsi
t u l a n g . K o m p o s i s i m o l e k u l a r m e n y u s u n dasar u n t u k sel
tersebut merupakan target menarik untuk intervensi
yang fungsional.
farmakologi pada kelainan seperti hipertrigliseridemia
Komposisi selular. Komposisi selular terdiri dari 3 dan obesitas.
OBESITAS 2561

L i p o g e n e s i s . L i p o g e n e s i s harus d i b e d a k a n d e n g a n Insulin mungkin merupakan faktor hormonal terpenting


adipogenesis yang merupakan proses diferensiasi pra- yang mempengaruhi lipogenesis. Insulin menstimulasi
adiposit menjadi sel lemak dewasa. Lipogenesis adalah lipogenesis dengan cara meningkatkan pengambilan
proses deposisi lemak dan meliputi proses sintesis asam glukosa di jaringan adiposa melalui transporter glukosa
lemak dan kemudian sintesis trigliserida yang terjadi menuju m e m b r a n p l a s m a . Insulin j u g a mengaktivasi
di hati pada daerah sitoplasma dan mitokondria dan enzim lipogenik dan glikolitik melalui modifikasi kovalen
jaringan adiposa. Energi yang berasal dari lemak dan (Gambar 2). Efek tersebut dicapai dengan mengikat
melebihi kebutuhan tubuh akan disimpan dalam jaringan insulin pada reseptor insulin di permukaan sel sehingga
lemak. Demikian pula dengan energi yang berasal dari mengaktivasi kerja tirosin kinasenya dan meningkatkan
karbohidrat dan protein yang berasal dari makanan dapat efek downstream melalui fosforilasi tirosin. Insulin juga
disimpan dalam jaringan lemak (Gambar 1). mempunyai efek j a n g k a panjang pada gen lipogenik,
Asam lemak, dalam bentuk trigliserida dan asam lemak mungkin melalui faktor transkripsi Sterol Regulatory
yang terikat pada albumin didapat dari asupan makanan Element Binding Protein-1 (SREBP-1) (Gambar 2). Selain
atau hasil sintesis lemak di hati. Trigliserida yang dibentuk itu, insulin menyebabkan SREBP-1 meningkatkan ekspresi
dari kilomikron atau lipoprotein akan dihidrolisis menjadi dan kerja enzim glukokinase, dan sebagai akibatnya,
gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim lipoprotein meningkatkan konsentrasi metabolit glukosa yang
lipase (LPL) yang dibentuk oleh adiposit dan disekresi dianggap menjadi perantara dari efek glukosa pada
ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya ekspresi gen lipogenik.
(adjacent). Aktivasi LPL dilakukan oleh apoprotein C-ll H o r m o n p e r t u m b u h a n (growth hormone/GH)
yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (VLDL). m e n u r u n k a n lipogenesis di j a r i n g a n adiposa secara
Kemudian asam lemak bebas akan diambil oleh sel adiposit d r a m a t i s , s e h i n g g a terjadi p e n u r u n a n lemak y a n g
sesuai dengan derajat konsentrasinya oleh suatu protein bermakna, dan berhubungan dengan penambahan massa
transpor transmembran. Bila asam lemak bebas sudah otot. Efek tersebut diperantarai melalui dua jalur:
masuk ke dalam adiposit maka akan membentuk pool Hormon pertumbuhan menurunkan sensitivitas
asam lemak. Pool ini akan mengandung asam lemak yang insulin sehingga terjadi down-regulation ekspresi
berasal baik dari yang masuk maupun yang akan keluar enzim sintetase asam lemak di j a r i n g a n adiposa.
(Gambar 1). Mekanisme tersebut masih belum jelas, namun GH

LipolisJs/Oksidasi Droplet Lemak Lipolisis/Oksidasi


A s a m Lemak A Besar A s a m Lemak

Gliserol-P FFA-CoA

FFA FFA
Glukosa
FFA
Ruang
Ekstra VLDL FFA- Albumin
selular Kilomikron
Gliserol

Sirkulasi Pool Substrat

Gambar 1. Mekanisme keseimbangan lipolisis dan lipogenesis


2562 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Asam Lemak Tidak


jenuh rantai Ganda

Gambar 2. Regulasi lipogenesis pada hepatosit dan adiposit

mungkin mempengaruhi sinyal insulin di tingkat Akumulasi tersebut terjadi karena terdapat peningkatan
post-reseptor. sintesis trigliserida dan penurunan lipolisis j a r i n g a n
GH dapat m e n u r u n k a n lipogenesis dengan cara adiposa pada saat yang bersamaan.
memfosforilasi faktor transkripsi StatSa dan 5b. Hilangnya
Lipolisis. Lipolisis merupakan suatu proses di mana terjadi
Stat5a dan 5b pada model knock-out memperllhatkan
dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak dari jaringan
penurunan akumulasi lemak di j a r i n g a n adiposa.
lemak. Bilamana diperlukan energi t a m b a h a n maka
Mekanisme bagaimana protein StatS meningkatkan
lipolisis merupakan proses yang predominan terhadap
penyimpanan lemak, masih belum diketahui.
proses lipogenesis. Enzim Hormone Sensitive Lipase
Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan (HSL) akan menyebabkan terjadinya hidrolisis trigliserida
lipogenesis. Leptin membatasi penyimpanan lemak tidak .menjadi asam lemak bebas dan gliserol
hanya dengan mengurangi masukan makanan, tetapi Asam lemak yang dihasilkan akan masuk ke dalam pool
juga dengan mempengaruhi jalur metabolik yang spesifik asam lemak, di mana akan terjadi proses re-esterifikasi,
di adiposa dan j a r i n g a n lainnya. Leptin merangsang beta oksidasi atau asam lemak tersebut akan dilepas
pengeluaran gliserol dari adiposit, dengan menstimulasi masuk ke dalam sirkulasi darah untuk menjadi substrat
oksidasi asam lemak dan m e n g h a m b a t lipogenesis. bagi otot skelet, otot jantung, dan hati. Asam lemak akan
Efek yang terakhir tercapai dengan down-regulation dibentuk menjadi ATP melalui proses beta oksidasi dan
ekspresi gen yang berhubungan dengan asam lemak asam lemak akan dibawa ke luar jaringan lemak melalui
dan sintesis trigliserida, sebagaimana digambarkan pada sirkulasi darah untuk kemudian menjadi sumber energi
oligonucleotide micro-array analysis. Target negatif leptin bagi jaringan yang membutuhkan.
yang lain mungkin SREBP-1, karena faktor transkripsi ini Hormon insulin akan mengurangi mobilisasi asam
mungkin ikut berperan dalam mediasi efek inhibisi leptin lemak dari jaringan lemak dengan cara menghambat
dalam ekspresi gen lipogenik. enzim trigliserid lipase. Mekanisme penghambatan ini
Faktor endokrin atau autokrin yang berhubungan terjadi melalui proses pengurangan siklik AMP yang pada
d e n g a n sintesis trigliserida setelah insulin, GH dan waktunya akan menghambat siklik AMP dependent protein
leptin adalah Acylation Stimulating Protein (ASP). ASP kinase. Supresi lipolisis ini akan mengurangi jumlah asam
adalah peptida kecil yang sama dengan C 3 a d e s A r g , lemak ke hati dan jaringan perifer Dengan berkurangnya
suatu produk dari faktor komplemen C3 ASP diproduksi asam lemak ke hati maka p e m b e n t u k a n asam keto
oleh jaringan adiposa dan kemungkinan bekerja secara berkurang. Insulin juga akan merangsang penggunaan
autokrin. Beberapa studi in vitro menunjukkan bahwa asam keto ini oleh jaringan perifer sehingga tidak akan
ASP menstimulasi akumulasi trigliserida di sel adiposa. terjadi akumulasi asam ini di darah.
OBESITAS 2563

Jaringan Lemak sebagai Kelenjar Endokrin gemuk, akan lebih berat dari orang yang lebih kecil.
Adiposit yang sebelumnya dikenal hanya sebagai tempat Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka
p e n y i m p a n a n trigliserida, sekarang diketahui dapat pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat
mensekresi beberapa peptida dengan berbagai efek memperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai
kerja yang sebagian mempunyai sifat sebagai kelenjar dengan menimbang di bawah air (r^ = 79%) dengan
endokrin. Sel endokrin akan mensekresi hormon untuk kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis
suatu efek yang terletak jauh (efek endokrin) dan juga kelamin. Bila melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan
mempunyai efek lokal (parakrin). Selain itu, dapat juga akan adanya perbedaan individu dan etnik.
mempunyai efek terhadap dirinya sendiri (autokrin). Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan
Penelitian eksperimental pada hewan menunjukkan bahwa oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan
hormon dan sitokin yang dihasilkan adiposit mempunyai demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang
efek terhadap susunan syaraf pusat, hati, otot, dan tulang sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan
serta beberapa organ-jaringan lain. yang umum mengenai derajat kegemukan (kelebihan
Penemuan baru yang menggunakan pendekatan jumlah lemak) pada populasi, terutama pada kelompok
genomik dan proteomik telah mengidentifikasi berbagai usia lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat
faktor sekresi adiposit baru yang fungsinya belum jelas. m e m b e r i k a n g a m b a r a n yang tidak sesuai mengenai
Jaringan adiposa yang terlalu sedikit maupun terlalu keadaan obesitas karena variasi lean body mass.
banyak m e n y e b a b k a n g a n g g u a n m e t a b o l i k seperti Tabel 1, merupakan klasifikasi yang ditetapkan World
resistensi insulin. Obesitas sentral sangat berkorelasi Health Organization (WHO), nilai IMT^ 30 kg/m^ dikatakan
dengan timbulnya diabetes, hipertensi, dan penyakit sebagai obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m^ sebagai
kardiovaskular. "Pra Obese".
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda,
d e n g a n konsentrasi lemak t u b u h , usia, dan gender
OBESITAS yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam
memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m^ dan etnik Polinesia
Definisi d a n Klasifikasi O b e s i t a s memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m^dibandingkan dengan
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada bangsa Cina,
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9, 4,6, 3,2 dan
oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik 2,9 kg/m^ lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu
diketahui s a n g a t b e r p e n g a r u h bagi p e r k e m b a n g a n memperllhatkan adanya nilai cutoff IMT untuk obesitas
penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan yang spesifik untuk populasi tertentu.
sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang
tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan. Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena Klasifikasi IMT (kg/m')
keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom Berat Badan Kurang < 18,5
resistensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin/ Kisaran Normal 18,5 - 24,9
hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus,
Berat Badan Lebih > 25
dislipidemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiper-
Pra-Obes 25,0 -
fibrinogenemia dan hipertensi.
Obes Tingkat I 30,0 - 34,9
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit
Obes Tingkat II 35,0-39,9
dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index
Obes Tingkat III > 40
(BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan
Sumber: WHO technical series, 2000
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa.
IMT m e r u p a k a n i n d i k a t o r y a n g p a l i n g sering
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan
berat badan lebih dan obes pada orang dewasa. Untuk kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri (Tabel 2).
penelitian epidemiologi digunakan IMT atau indeks Penelitian lainnya melaporkan bahwa orang Indonesia
Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan berat badan, tinggi badan, umur, dan jenis kelamin
tinggi dalam meter kuadrat (m^). Saat ini IMT merupakan yang sama umumnya memiliki 4,8 ± 0,5 (SEM) % lemak
indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat tubuh lebih tinggi daripada orang Belanda. Dengan
badan lebih atau obes. Orang yang lebih besar-tinggi dan persentase lemak tubuh, umur, dan jenis kelamin yang
2564 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut
Menurut Kriteria Asia Pasifik
Risiko Ko-Morbiditas
Lingkar Perut
Klasifikasi IMT (kg/m2)
< 90 cm (Laki-Laki) > 90 cm (Laki-Laki)
< 80 cm (Perempuan) > 80cm (Perempuan)
Berat Badan <18,5 rendah (risiko meningkat Sedang
Kurang pada masalah klinis lain)
Kisaran Normal 18,5-22,9 sedang meningkat
Berat Badan Lebih >23,0
• Berisiko 23,0 - 24,9 meningkat moderat
Obes I 2 5 , 0 - 2 9 , 9 moderat berat
Obes II >30,0 berat sangat berat
Sumber: WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment
(2000)

sama, IMT antara orang Indonesia dan Belanda (etnik Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi
Kaukasia) berbeda sekitar 3 unit (2,9 ± 0,3 (SEM) kg/m^. dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya
Mengacu pada angka-angka ini, maka titik cutoff IMT jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan
orang Indonesia seharusnya 27 dan bukan 30 kg/m^. status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang
S e b e n a r n y a sangat sulit untuk mendapatkan berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi
angka obesitas secara global dengan tepat karena sulit obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di
didapatkannya angka-angka yang akurat dan yang dapat Indonesia. Walaupun belum ada penelitian epidemiologi
saling dibandingkan. Pada obesitas, jumlah lemak tubuh yang baku mengenai obesitas, data yang ada saat ini
lebih banyak. Pada dewasa muda laki-laki lemak tubuh > sudah menunjukkan terjadinya p e r t a m b a h a n j u m l a h
2 5 % dan perempuan > 35%. Keadaan ini sesuai dengan penduduk dengan obesitas, khususnya di kota-kota besar
indeks masa tubuh (IMT) = 30 kg/m^ pada orang Kaukasia Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub
muda. urban di daerah Koja, Jakarta Utara, pada tahun 1982,
Jumlah lemak tubuh dapat ditentukan in vivo dengan mendapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%; di daerah
cara menimbang di bawah permukaan air. Dual Energy Kayu Putih, Jakarta Pusat, sepuluh tahun kemudian, yaitu
X-Ray Absorptiometry (DEXA) atau dengan mengukur pada tahun 1992, prevalensi obesitas sudah mencapai
tebal lipatan kulit. 17,1%, di mana ditemukan prevalensi obesitas pada laki-
Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal. Kembar laki dan perempuan masing-masing, 10,9% dan 2 4 , 1 % .
identik yang hidup terpisah akan mempunyai berat badan Pada populasi obesitas ini, dislipidemia terdapat pada 19%
yang tidak jauh berbeda. Berat badan seseorang 4 0 - 7 0 % laki-laki dan 10,8% perempuan, dan hipertrigliseridemia

ditentukan secara genetik. Berat badan dipengaruhi pada 16,6% laki-laki. Pada penelitian epidemiologi di

lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan
48,6%, pada tahun 2002 didapat 4 5 % dan 2003 didapat
dan kemiskinan/ kemakmuran. Obesitas pada perempuan
44% orang dengan berat badan lebih dan obes; sedang
berakar pada obesitas pada masa kecil, obesitas pada laki-
IMT pada tahun 2001 adalah 25,1 kg/m^, tahun 2002; 24,8
laki terjadi setelah umur 30 tahun.
kg/m^ dan tahun 2003; 24,3 kg/m^

Epidemiologi Obesitas Pada tahun 1997 dan 1998 dilakukan penelitian


Saat ini diperkirakan j u m l a h orang di seluruh dunia komposisi tubuh di beberapa daerah di Indonesia dan
dengan IMT ^ 30 kg/m^ melebihi 250 juta orang, yaitu didapatkan bahwa pada umur, gender dan IMT yang sama
sekitar 7% dari populasi orang dewasa di dunia. Bila dibandingkan dengan Kaukasia (Belanda), lemak tubuh
kita m e m p e r t i m b a n g k a n masing-masing negara, orang Indonesia 5% lebih tinggi, sehingga seharusnya IMT
kisaran prevalensi o b e s i t a s meliputi hampir s e m u a juga 3 kg/m^ lebih rendah. Dalam penelitian pada 6.318
spektrum, dari < 5% di China, Jepang, dan negara-negara orang pada tahun 2003-2004 HISOBI (Himpunan Studi
Afrika tertentu sampai lebih dari 7 5 % di daerah urban Obesitas Indonesia) mendapatkan nilai IMT dan lingkar
Samoa. Angka obesitas tertinggi di dunia berada di perut yang tidak berbeda jauh dari yang diusulkan oleh
Kepulauan Pasifik pada populasi Melanesia, Polinesia and WHO/IOTF/IDF Western Pacific [Asia Pacific Criteria), yaitu
Mikronesia. Misalnya pada tahun 1991, di daerah urban nilai batas {cutoff) IMT: 24,9 kg/m^ untuk perempuan dan
Samoa diperkirakan 7 5 % perempuan dan 60% laki-laki laki-laki dengan lingkar perut 82,5 cm untuk perempuan
diklasifikasikan sebagai obes. dan 88,7 cm untuk l a k i - l a k i . " P e n e l i t i a n - p e n e l i t i a n
OBESITAS 2565

mengenai o b e s i t a s di I n d o n e s i a t i d a k melaporkan hidup berhubungan dengan epidemi tersebut sehingga


konsentrasi leptin, kecuali penelitian pada populasi obes memerlukan pemahaman mendalam tentang mekanisme
di M i n a h a s a di m a n a d i l a p o r k a n b a h w a h i p e r l e p t i n e m i a molekular yang mengatur berat badan untuk kemudian
d i d a p a t k a n pada 6 3 , 4 % dari populasi obes. dapat mengidentifikasi cara-cara pengobatan baru untuk
Pada subyek obes, konsentrasi asam lemak bebas, mengatasinya.
trigliserida, kolesterol LDL dan apoB lebih tinggi
dibandingkan orang non-obes dan terdapat morbiditas Obesitas Sentral
d a n m o r t a l i t a s y a n g l e b i h t i n g g i a k i b a t PJK d a n s t r o k e Pada obesitas y a n g moderat, distribusi lemak regional
d i b a n d i n g k a n d e n g a n o r a n g n o n - o b e s . P a d a laki-laki y a n g tampaknya dapat merupakan indikator yang cukup
b e r u m u r 30-59 t a h u n didapatkan perbedaan y a n g kuat penting terhadap terjadinya perubahan metabolik dan
antara j e n i s pekerjaan d a n insidensi Infark M i o k a r d A k u t kelainan kardiovaskular, walaupun hubungan antara
(IMA), kejadian koroner dan angka kematian. IMT dan komplikasi-komplikasi tersebut belum terlalu
Di I n d o n e s i a s a a t ini p e n y a k i t k a r d i o v a s k u l a r m a s i h meyakinkan.
merupakan penyebab kematian utama. Menurut survei L e m a k d a e r a h a b d o m e n terdiri dari lemak s u b k u t a n
kesehatan rumah tangga, prevalensi penyakitjantung dan d a n l e m a k i n t r a - a b d o m i n a l y a n g d a p a t dinilai d e n g a n c a r a
p e m b u l u h darah menduduki urutan ke-3 pada tahun 1980 CT d a n M R I . J a r i n g a n l e m a k intra a b d o m i n a l terdiri dari
d e n g a n prevalensi sebesar 9,9%, meningkat menjadi 9,7% lemak viseral atau intraperitoneal y a n g t e r u t a m a terdiri
di u r u t a n k e - 2 p a d a t a h u n 1 9 8 6 , d a n m e n d u d u k i p e r i n g k a t dari l e m a k o m e n t a l d a n mesenterial serta m a s s a lemak
1 pada tahun 1990 dengan prevalensi sebesar 16,5%. retroperitoneal (sepanjang perbatasan dorsal usus dan
Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama bagian p e r m u k a a n ventral ginjal).
obesitas sentral, sangat erat h u b u n g a n n y a dengan P a d a laki-laki, m a s s a r e t r o p e r i t o n e a l h a n y a m e r u p a k a n
sindrom metabolik. Sindrom metabolik m e r u p a k a n satu s e b a g i a n kecil dari l e m a k intra a b d o m i n a l . Kira-kira
kelompok kelainan metabolik yang, selain obesitas,
s e p e r e m p a t n y a terdiri dari lemak viseral. L e m a k s u b k u t a n
meliputi, resistensi insulin, g a n g g u a n toleransi glukosa,
daerah abdomen sebagai komponen obesitas sentral
abnormalitas trigliserida d a n hemostasis, disfungsi endotel
m e m p u n y a i korelasi y a n g kuat d e n g a n resistensi insulin
dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri
s e p e r t i l e m a k v i s e r a l . K e a d a a n ini t e t a p b e r b e d a b e r m a k n a
atau b e r s a m a - s a m a m e r u p a k a n faktor risiko u t a m a u n t u k
setelah disesuaikan lemak viseralnya.
terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit
Vena porta merupakan saluran pembuluh darah
jantung koroner dan/atau strok. Mekanisme dasar
tunggal bagi j a r i n g a n adiposa dan b e r h u b u n g a n langsung
b a g a i m a n a k o m p o n e n - k o m p o n e n s i n d r o m m e t a b o l i k ini
d e n g a n hati. M o b i l i s a s i a s a m l e m a k b e b a s a k a n l e b i h c e p a t
d a p a t terjadi p a d a s e o r a n g d e n g a n obesitas sentral d a n
dari d a e r a h viseral d i b a n d i n g k a n lemak d a e r a h s u b k u t a n .
b a g a i m a n a k o m p o n e n - k o m p o n e n ini d a p a t m e n y e b a b k a n
A k t i v i t a s lipolitik y a n g l e b i h b e s a r d a r i l e m a k v i s e r a l , b a i k
t e r j a d i n y a g a n g g u a n v a s k u l a r , h i n g g a s a a t ini m a s i h d a l a m
pada obes maupun non-obes merupakan kontributor
penelitian.
terbesar a s a m lemak bebas dalam sirkulasi.
M e s k i p u n struktur, f u n g s i d a n m e t a b o l i s m e l i p o p r o t e i n
telah diteliti s e l a m a lebih dari tiga d a s a w a r s a , namun
Lingkar Perut pada Obesitas Sentral
h u b u n g a n f u n g s i h e t e r o g e n i t a s l i p o p r o t e i n ini d e n g a n
O b e s i t a s s e n t r a l d a p a t dinilai m e m a k a i b e b e r a p a c a r a . C a r a
peningkatan maupun penghambatan terhadap proses
y a n g p a l i n g baik a d a l a h m e m a k a i computed tomography
aterogenesis masih belum diketahui dengan jelas. Sebagai
( C T ) a t a u magnetic resonance imaging (MRI), tetapi kedua
contoh, partikel LDL. Ukuran partikel LDL berkorelasi
c a r a ini m a h a l h a r g a n y a d a n j a r a n g d i g u n a k a n untuk
positif d e n g a n konsentrasi trigliserida d a n a p o B , tetapi
menilai k e a d a a n ini. Lingkar perut atau rasio antara
b e r k o r e l a s i n e g a t i f d e n g a n k o n s e n t r a s i H D L . Di s a m p i n g
l i n g k a r p e r u t d a n l i n g k a r p i n g g u l ( W H R , Waist-Hip ratio)
itu t i d a k k a l a h p e n t i n g n y a a d a l a h i n t e r a k s i f a k t o r - f a k t o r
m e r u p a k a n alternatif klinis y a n g lebih praktis. Lingkar
yang berperan dalam metabolisme lipoprotein. Misalnya,
perut dan rasio lingkar perut d e n g a n lingkar pinggul
e k s p r e s i L D L s u b k l a s f e n o t i p e B {small dense LDL) tidak
b e r h u b u n g a n d e n g a n b e s a r n y a risiko untuk terjadinya
hanya ditentukan oleh faktor genetik, tetapi j u g a oleh
gangguan kesehatan.
f a k t o r - f a k t o r lain, s e p e r t i o b e s i t a s , h i p e r i n s u l i n e m i a d a n
W H O menganjurkan agar lingkar perut sebaiknya
hiperlipidemia.
d i u k u r p a d a p e r t e n g a h a n antara batas b a w a h iga d a n
I n s i d e n s i o b e s i t a s di n e g a r a - n e g a r a berkembang
krista iliaka, d e n g a n m e n g g u n a k a n ukuran pita secara
m a k i n m e n i n g k a t , s e h i n g g a s a a t ini b a n y a k n y a orang
horisontal pada saat akhir ekspirasi d e n g a n kedua tungkai
d e n g a n o b e s i t a s di d u n i a hampir sama jumlahnya
dilebarkan 20-30 c m . Subyek diminta untuk tidak m e n a h a n
dengan mereka yang menderita karena kelaparan. Beban
perutnya dan diukur m e m a k a i pita d e n g a n tegangan
finansial, risiko k e s e h a t a n d a n d a m p a k pada kualitas
pegas yang konstan.
2566 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Lingkar perut menggannbarkan lemak tubuh dan di HDL. Resistensi insulin dapat disebabkan oleh faktor
antaranya tidak termasuk sebagian besar berat tulang genetik dan lingkungan. Jenis kelamin mempengaruhi
(kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar sensitivitas insulin dan otot rangka laki-laki lebih resisten
yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil dibandingkan perempuan.
pengukuran. Ukuran lingkar perut ini berkorelasi baik
dengan rasio lingkar perut dan pinggul (WHR) baik pada
laki-laki maupun perempuan serta dapat memperkirakan MANAJEMEN BERAT BADAN PADA PASIEN
luasnya obesitas a b d o m i n a l yang t a m p a k n y a sudah OVERWEIGHT DAN OBESITAS
mendekati deposisi lemak abdominal bagian viseral.
Lingkar perut juga berkorelasi baik dengan IMT (laki-laki Penurunan berat badan mempunyai efek yang
dan perempuan: r = 0,89, P<0,001). menguntungkan terhadap komorbid obesitas. Bahkan,
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan penurunan berat badan sebesar 5 sampai 10 persen dari
bahwa lingkar perut > 102 cm pada laki-laki dan > 88 berat awal dapat mengakibatkan perbaikan kesehatan
cm pada perempuan, berhubungan dengan peningkatan secara signifikan.
substansial risiko obesitas dan komplikasi metabolik. Walaupun belum ada penelitian retrospektif yang
Sedangkan Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang menunjukkan perubahan pada angka kematian dengan
laki-laki: 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan. penurunan berat badan pada pasien obese, dengan
Walaupun IMT < 25 kg/m^ obesitas sentral dapat penurunan berat badan, pengurangan pada faktor risiko
saja terjadi, sehingga penyesuaian IMT pada keadaan ini dianggap akan menurunkan perkembangan diabetes
obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila IMT di tipe 2 serta kardiovaskular
antara 22-29 kg/m^ Lingkar perut dikatakan mempunyai Terdapat bukti kuat bahwa penurunan berat badan
korelasi yang tinggi dengan jumlah lemak intra abdominal pada individu obesitas dan overweight mengurangi
d a n lemak t o t a l d a n t e l a h d i g u n a k a n baik s e c a r a faktor risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. Bukti
mandiri atau bersama-sama tebal kulit subkutan untuk kuat lainnya juga menunjukkan bahwa penurunan berat
mengembangkan suatu korelasi regresi untuk mengoreksi badan dapat menurunkan tekanan darah pada individu
massa lemak intra abdominal. Ekuasi ini telah divalidasi overweight norvr\oter\s'\ dan hipertensi; mengurangi serum
dalam sebuah penelitian yang besar jumlahnya di negeri trigliserida dan meningkatkan kolesterol-HDL; dan secara
Belanda. Ekuasi dengan menggunakan lingkar perut saja umum mengakibatkan beberapa p e n g u r a n g a n pada
disesuaikan untuk umur, menunjukkan prediksi lemak kolesterol serum total dan kolesterol-LDL. Penurunan berat
tubuh yang baik pada spesimen subyek orang Belanda badan juga dapat mengurangi konsentrasi glukosa darah
(r^=78%) dengan kesalahan yang sama dalam prediksi pada individu overweight dan obesitas tanpa diabetes; dan
seperti penelitian lainnya. juga mengurangi konsentrasi glukosa darah serta HbA^^
pada beberapa pasien dengan diabetes tipe 2.
Hubungan Obesitas Sentral dengan Resistensi Tidak ada terapi tunggal yang efektif untuk orang
Insulin d a n D i s l i p i d e m i a dengan kelebihan berat badan dan obesitas, dan masalah
Resistensi insulin pada obesitas sentral diduga merupakan c e n d e r u n g muncul setelah p e n u r u n a n berat badan
penyebab sindrom metabolik. Insulin mempunyai peran Harapan penurunan berat badan dari seseorang seringkali
penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan melebihi kemampuan dari program yang ada sehingga
lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adiposa. untuk mencapai keberhasilan semakin sulit.
Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi
proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak. empat pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik,
Hubungan sebab-akibat (kausatif) antara resistensi perubahan perilaku dan obat-obatan/bedah.
insulin dan penyakit jantung koroner dan stroke dapat
diterangkan dengan adanya efek anabolik insulin. Insulin Tujuan Penurunan Berat Badan
m e r a n g s a n g lipogenesis pada j a r i n g a n arterial d a n Penurunan berat badan harus SMART: Spesific, Measurable,
jaringan adiposa melalui peningkatan produksi acetyl-CoA, Achievable, Realistic and Time limited. Tujuan awal dari
meningkatkan asupan trigliserida dan glukosa. Dislipidemia terapi penurunan berat badan adalah untuk mengurangi
yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi trigliserida berat badan sebesar sekitar 10 persen dari berat awal.
dan penurunan kolesterol HDL merupakan akibat dari Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan berat
pengaruh insulin terhadap Cholesterol Ester Transfer Protein badan sebesar 10 persen adalah 6 bulan terapi. Untuk
(CETP) yang memperlancar transfer Cholesteryl Ester pasien overweight dengan rentang BMI sebesar 27 sampai
(CE) dari HDL ke VLDL (trigliserida) dan mengakibatkan 35, penurunan kalori sebesar 300 hingga 500 kcal/hari
terjadinya katabolisme dari apoA, komponen protein akan menyebabkan penurunan berat badan sebesar Vz
OBESITAS 2567

sampai 1 kg/minggu dan penurunan sebesar 10 persen K e u n t u n g a n t a m b a h a n aktivitas fisik a d a l a h terjadi


dalam 6 bulan. pengurangan risiko kardiovaskular dan diabetes lebih
Setelah 6 bulan, kecepatan penurunan berat badan banyak dibandingkan dengan pengurangan berat badan
lazimnya akan melambat dan berat badan menetap tanpa aktivitas fisik saja.
karena seiring dengan berat badan yang berkurang terjadi Aktivitas fisik yang berdasarkan gaya hidup cenderung
penurunan energi ekspenditure. lebih berhasil menurunkan berat badan dalam jangka
Oleh karena itu, setelah terapi penurunan berat badan panjang dibandingkan dengan program latihan yang
selama 6 bulan, program penurunan berat badan harus terstruktur
terus dilakukan. Jika dibutuhkan penurunan berat badan Untuk pasien obese, terapi harus dimulai secara
lebih banyak, dapat dilakukan penyesuaian lebih lanjut perlahan, dan intensitas sebaiknya ditingkatkan secara
terhadap anjuran diet dan aktivitas fisik. bertahap. Latihan dapat dilakukan seluruhnya pada satu
Untuk pasien yang tidak mampu untuk mencapai saat atau secara bertahap sepanjang hari.
penurunan berat badan yang signifikan, pencegahan Pasien dapat memulai aktivitas fisik dengan berjalan
kenaikan berat badan lebih lanjut merupakan tujuan yang selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali seminggu
paling penting. Pasien seperti ini tetap diikutsertakan dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit
dalam program manajemen berat badan. dengan jangka waktu 5 kali seminggu. Dengan regimen
ini, pengeluaran energi tambahan sebanyak 100 sampai
Strategi Penurunan d a n Pemeliharaan Berat B a d a n 200 kalori per hari dapat dicapai.
Regimen ini dapat diadaptasi ke dalam berbagai
Terapi Diet. Pada program manajemen berat badan, terapi
bentuk aktivitas fisik lain, tetapi jalan kaki lebih menarik
diet direncanakan berdasarkan individu. Terapi diet ini
karena keamanannya dan kemudahannya. Pasien harus
harus dimasukkan ke dalam status pasien overweight. Hal
dimotivasi untuk meningkatkan aktivitas sehari-hari
ini bertujuan untuk membuat defisit 500 hingga 1000 kcal/
seperti naik tangga dari pada naik lift. Seiring waktu,
hari menjadi bagian yang tak terpisahkan dari program
pasien dapat melakukan aktivitas yang lebih berat.
penurunan berat badan apapun.
Strategi lain untuk m e n i n g k a t k a n aktivitas fisik
Sebelum menganjurkan defisit kalori sebesar 500
adalah mengurangi waktu santai (sedentary) dengan cara
hingga 100 kcal/hari sebaiknya diukur kebutuhan energi
melakukan aktivitas fisik rutin lain dengan risiko cedera
basal pasien terlebih dahulu. Pengukuran kebutuhan
rendah.
energi basal dapat menggunakan rumus dari Harris-
Benedict : Terapi p e r i l a k u . Untuk mencapai p e n u r u n a n berat
Laki-laki: badan dan m e m p e r t a h a n k a n n y a , d i p e r l u k a n s u a t u
strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada
B.E.E = 66.5 + (13.75 x kg) + (5.003 x cm) - (6.775 x age) saat terapi diet dan aktivitas fisik. Strategi yang spesifik
Wanita : meliputi pengawasan mandiri terhadap kebiasaan makan
B.E.E = 655.1 + (9.563 x kg) + (1.850 x cm) - (4.676 x age) dan aktivitas fisik, manajemen stres, stimulus control,
pemecahan masalah, contigency management, cognitive
Kebutuhan kalori total sama dengan BEE dikali dengan
restructuring dan dukungan sosial.
jumlah faktor stress dan aktivitas. Faktor stress ditambah
aktivitas berkisar dari 1,2 sampai lebih dari 2. Farmakoterapi. Farmakoterapi merupakan salah satu
Disamping pengurangan lemak jenuh, total lemak komponen penting dalam program manajemen berat
seharusnya kurang dan sama dengan 30 persen dari badan.
total kalori. Pengurangan persentase lemak dalam menu
S i b u t r a m i n e dan o r l i s t a t m e r u p a k a n o b a t - o b a t a n
sehari-hari saja tidak dapat menyebabkan penurunan
penurun berat badan yang telah disetujui oleh FDA di
berat badan, kecuali total kalori juga berkurang. Ketikan
Amerika Serikat, untuk penggunaan jangka panjang. Pada
asupan lemak dikurangi, prioritas harus diberikan untuk
pasien dengan indikasi obesitas, sibutramine dan orlistat
mengurangi lemak jenuh. Hal tersebut bermaksud untuk
sangat berguna.
menurunkan konsentrasi kolesterol-LDL.
Sibutramine ditambah diet rendah kalori dan aktivitas
Aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik merupakan fisik t e r b u k t i efektif m e n u r u n k a n berat badan dan
komponen penting dari program penurunan berat badan; mempertahankannya. Dengan pemberian sibutramine
walaupun aktivitas fisik tidak menyebabkan penurunan dapat muncul peningkatan tekanan darah dan denyut
berat badan lebih banyak dalam j a n g k a waktu enam j a n t u n g . Sibutramine sebaiknya tidak diberikan pada
bulan. Kebanyakan penurunan berat badan terjadi karena pasien dengan riwayat hipertensi, penyakit j a n t u n g
penurunan asupan kalori. Aktivitas fisik yang lama sangat koroner, gagal jantung kongestif, aritmia atau riwayat
membantu pada pencegahan peningkatan berat badan. stroke.
2568 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS

Orlistat m e n g h a m b a t absorpsi lemak sebanyak Executive summary of the third report of the national cholesterol
education program ( N C E P ) expert panel on detection,
30 p e r s e n . D e n g a n p e m b e r i a n o r l i t a s , dibutuhkan
evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults
penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi
(adult treatment panel III). Jama 2001;285:2486.
parsial. Semua pasien harus dipantau untuk efek samping
Faraj M, Havel P, Phelis S, et al: Plasma acylation-stimulating
yang timbul. Pengawasan secara berkelanjutan oleh protein, adiponectin, leptin, and ghrelin before and after
dokter dibutuhkan untuk mengawasi tingkat efikasi dan weight loss induced by gastric bypass surgery in morbidly
obese subjects. J Clin Endocrinol Metab 2003;88:1594.
keamanan.
Foretz M, Guichard C , Ferre P, et al: Sterol regulatory element
Terapi bedah. Terapi bedah merupakan salah satu pilihan binding protein-lc is a major mediator of insulin action on
untuk menurunkan berat badan. Terapi ini hanya diberikan the hepatic expression of glucokinase and lipogenesis-related
genes. Proc Natl Acad Sci U S A 1999;96:12737.
kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI
Fruhbeck G, Aguado M, Martinez J: In vitro lipolytic effect of leptin
>. 40 atau >: 35 dengan kondisi komorbid. Terapi Bedah
on mouse adipocytes: evidence for a possible autocrine/
ini harus d i l a k u k a n sebagai alternatif terakhir untuk paracrine role of leptin. Biochem Biophys Res C o m m u n
pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita 1997;240:590.
Goodpaster B, Thaete F, Simoneau J, et al: Subcutaneous abdominal
komplikasi obesitas yang ekstrem.
fat and thigh muscle composition predict insulin sensitivity
Bedah Gastrointestinal (restriksi gastrik [banding independently of visceral fat. Diabetes 1997;46:1579.
vertical gastric] atau bypass gastric {Roux-en Y) adalah Gurrici S, Hartriyanti Y, Hautvast J, et al: Relationship between body
suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang fat and body mass index: differences between Indonesians and
Dutch Caucasians. Eur J Clin Nutr 1998;52:779.
bermotivasi dengan risiko operasi yang rendah.
H a n T , Richmond P, Avenell A , et al: Waist circumference
Suatu program yang terintegrasi harus dilakukan baik reduction and cardiovascular benefits during weight loss in
sebelum maupun sesudah untuk memberikan panduan women. Int J Obes Relat Metab Disord 1997;21:127.
Han T, Seidell J, Currall J, et al: The influences of height and age
diet, aktivitas fisik, dan perubahan perilaku serta dukungan
on waist circumference as an index of adiposity in adults. Int
sosial. J Obes Relat Metab Disord 1997;21:83.
Heo Y, Claycombe K, Jones B, et al: Effects of fatty (fa) allele and
high-fat diet on adipose tissue leptin and lipid metabolism.
Horm Metab Res 2002;34:686.
REFERENSI
Heymsfield S, Hoffman D, Testolin C , et al: Evaluation of human
adiposity. In Bjorntorp P (ed): International textbook of
Assimacopoulos-Jeannet F, Brichard S, Rencurel F, et al: In vivo obesity. New York: John Wiley & Sons, Ltd; 2001. p. 85
effects of hyperinsulinemia on lipogenic enzymes and glucose Indriyanti R, Harijanto T: Optimal cut-off value for obesity: using
transporter expression in rat liver and adipose tissues. anthropometric indices to predict atherogenic dyslipidemia
Metabolism 44:228,1995 in Indonesian population. : Tjokroprawiro A , Soegih R,
Bai Y, Zhang S, Kim K, et al: Obese gene expression alters the ability Soegondo S, et al (eds): 3rd National Obesity Symposium
of 30A5 preadipocvtes to respond to lipogenic hormones. J (NOS III) 2004. Jakarta: Himpunan Studi Obesitas Indonesia
Biol Chem 1996; 271:13939, (HISOBI), 2004, Vol 3, p. 1
Boden G , Chen X, Capulong E, et al: Effects of free fatty acids on Inoue S, Zimmet P: The Asia-Pacifik perspective, redefining obesity
gluconeogenesis and autoregulation of glucose production and its treatment. Australia: Health communications Australia
in type 2 diabetes. Diabetes 2001;50:810, Pty limited on behalf of the steering commitee, 2000
Bray G : Contemporary diagnosis and management of obesity. Kakuma T, Lee Y, Higa M, et al: Leptin, troglitazone, and the
Health Care C O 1998; 1:6, expression of sterol regulatory element binding proteins
Bray G : Historical framework for the development of Ideas about
in liver and pancreatic islets. Proc Natl Acad Sci U S A
obesity. In Bray G A , Bouchard C (eds): Handbook of Obesity, 2000;97:8536.
Etiology and Pathophysiology. New York: Marcel Dekker Kopelman P: Obesity as a medical problem. Nature 404:635,
Inc; 2004, p. 1
2000
Carey D: Abdominal obesitv. Curr Opin Lipidol 1998;9:35.
Lane M, FIores-Riveros J, Hresko R, et al: Insulin-receptor tyrosine
Carpentier A, Mittelman S, Bergman R, et al: Prolonged elevation
kinase and glucose transport. Diabetes Care 1990;13:565.
of plasma free fatty acids impairs pancreatic beta-cell function
Lang T, Ducimetiere P, Arveiler D, et al: Incidence, case fatality,
in obese nondiabetic humans but not in individuals with type
risk factors of acute coronary heart disease and occupational
2 diabetes. Diabetes 200G;49:399.
categories in men aged 30-59 in France. Int J Epidemiol
Corry D, Tuck M : Selective aspects of the insulin resistance 1997;26:47.
syndrome. Curr Opin Nephrol Hypertens 2001;10:507. L a w s A: Free fatty acids, insulin resistance, and lipoprotein
Despres J, Prud'homme D, Pouliot M, et al: Estimation of deep metabolism. Curr Opin Lipidol 1996;7:172.
abdominal adipose-tissue accumulation from s i m p l e Lean M, Han T, Morrison C : Waist circumference as a measure for
anthropometric measurements in men. A m J C l i n Nutr indicating need for weight management. Bmj 1995;311:158.
1991;54:471. Leyva F, Godsland I , Ghatei M , et al: Hyperleptinemia as a
Deurenberg P, Yap M , van Staveren W : Body mass index and component of a metabolic syndrome of cardiovascular risk.
percent body fat: a meta analysis among different ethnic Arterioscler Thromb Vase Biol 1998;18:928,
groups. Int J Obes Relat Metab Disord 1998;22:1164. Lonnqvist F, Thome A, Large V, et al: Sex differences in visceral fat
Etherton T: The biology of somatotropin in adipose tissue growth lipolysis and metabolic complications of obesity. Arterioscler
and nutrient partitioning. J Nutr 2000;130:2623. Thromb Vase Biol 1997;17:1472.
Lukito B, Sumual A , Pandelaki K: Konsentrasi leptin serum
pada suku Minahasa yang obes dan hubungarmya dengan
OBESITAS 2569

resistensi insulin. In: Buku abstrak K O N A S V I Perkeni.


Medan: P E R K E N I M E D A N , 2003
Marin P, Andersson B, Ottosson M , et al: The morphology
and metabolism of intraabdominal adipose tissue in men.
Metabolism 1992;41:1242.
McGarvey S, Forrest W, Weeks D, et al: Human leptin locus (LEP)
alleles and BMI in Samoans. Int J Obes Relat Metab Disord
2002;26:783.
Obesity: preventing and managing the global epidemic. Report
of a W H O consultation. World health organ tech rep ser
2000;894:i.
Rosen E, Spiegelman B: Molecular regulation of adipogenesis.
Annu Rev Cell Dev Biol 2000;16:145.
Seidell J, Oosterlee A, Deurenberg P, et al: Abdominal fat depots
measured with computed tomography: effects of degree of
obesity, sex, and age. Eur J Clin Nutr 1988;42:805.
Siegrist-Kaiser C , Pauli V , Juge-Aubry C , et al: Direct effects
of leptin on brown and white adipose tissue. J Clin Invest
1997;100:2858.
Sniderman A, Cianflone K, Amer P, et al: The adipocyte, fatty
acid trapping, and atherogenesis. Arterioscler Thromb Vase
Biol 1998,18:147.
Sniderman A, Maslowska M, Ciariflone K: Of mice and men (and
women) and the acylation-stimulating protein pathway. Curr
Opin Lipidol 2000,11:291.
Soukas A, Cohen P, Socci N , et al: Leptin-specific patterns of gene
expression in white adipose tissue. Genes Dev 2000,14:963.
Subekti I , Yunir E, Soebardi S, et al: Studi prevalensi D M dan
faktor risiko yang berhubungan di desa Abadi Jaya Depok.
In Buku abstrak K O N A S V I Perkeni. Medan: P E R K E N I
M E D A N , 2003
Teglund S, McKay C , Schuetz E, et al: StatSa and StatSb proteins
have essential and nonessential, or redundant, roles in
cytokine responses. Cell 1998;93:841.
van Baak M: The peripheral sympathetic nervous system in human
obesity. Obes Rev 2001;2:3.
Wang M, Lee Y, Unger R: Novel form of lipolysis induced by leptin.
J Biol Chem 1999;274:17541.
Waspadji S: Kegemukan: risiko untuk berbagai penyakit dan
pengelolaannya, in Pusat Diabetes dan L i p i d , Sub-bag
Metab-Endo, Bag IPD F K U l / R S U P N Cipto Mangunkusumo.
Jakarta. 1982, p. 1
Waspadji S, Soewondo P, Suyono S, et al: Obesitas berdasarkan
tebal lemak bawah kulit pada pasienhiperlipidemia. In:
Waspadji S, Suyono S, Sukardji K (eds): Pengkajian status gizi.
Studi epidemiologi. Jakarta: Balai penerbit F K U I ; 1993
Waspadji S, Suyono S, Soewondo P, et al: Pengkajian diet pada
pasienpenyakit jantung koroner. In: Waspadji S, Suyono S,
Sukardji K (eds): Pengkajian status gizi. studi epidemiologi.
Jakarta: Balai penerbit F K U I ; 2003
Wijaya A: Leptin, T N F - a dan reseptor adrenergik-b3, peranannya
pada obesitas dan resistensi insulin. Forum Diagnosticum
1997; Suppl 2:1,

Anda mungkin juga menyukai