Dislipidemia 2 5 4 9
Obesitas 2 5 5 9
'mMmym»
V / / / / / / / / / / ' • • /////, /y///•••
9:.'9^<^<4o<^y/;'y/y/Z'/yw:
II
Dibandingkan dengan komponen-komponen pada tahun kemudian, pada tahun 2005, International Diabetes
sindrom metabolik, obesitas sentral paling dekat untuk Federation (IDF) kembali memodifikasi kriteria ATP III. IDF
memprediksi ada tidaknya sindrom metabolik. Beberapa menganggap obesitas sentral sangat berkorelasi dengan
studi di wilayah Indonesia termasuk Jakarta menunjukkan resistensi insulin, sehingga memakai obesitas sentral
obesitas sentral merupakan komponen yang paling banyak sebagai kriteria utama. Nilai cut-off yang digunakan juga
ditemukan pada individu dengan sindrom metabolik. dipengaruhi oleh etnik. Untuk Asia dipakai cuf-o/f lingkar
Meski mendapat sebutan sindrom, namun secara perut >. 90 cm untuk pria dan >: 80 cm untuk wanita.
umum penatalaksanaan sindrom metabolik sejauh ini Beberapa kriteria sindrom metabolik dapat dilihat pada
masih m e r u p a k a n p e n a t a l a k s a n a a n masing-masing tabel 2.
komponennya. Masih menjadi perdebatan apakah sebutan Kriteria yang diajukan oleh NCEP-ATP III lebih banyak
sindrom ini masih memiliki arti klinis mengingat tidak ada digunakan, karena lebih memudahkan seorang klinisi untuk
perbedaan penatalaksanaan pada tiap komponennya. mengidentifikasi seseorang dengan sindrom metabolik.
Pada akhirnya tampilan klinis sindrom metabolik Sindrom metabolik ditegakkan apabila seseorang memiliki
ini sangat dipengaruhi oleh faktor etnik dan herediter, sedikitnya 3 (tiga) kriteria.
sehingga pola klinis di setiap populasi berbeda.
PATOFISIOLOGI
KRITERIA
Pengetahuan mengenai patofisiologi masing-masing
Sejak munculnya sindrom resistensi insulin, beberapa komponen sindrom metabolik sebaiknya diketahui untuk
organisasi berusaha membuat kriteria sindrom metabolik dapat memprediksi pengaruh perubahan gaya hidup
supaya dapat diterapkan secara praktis klinis sehari-hari. dan medikamentosa dalam penatalaksanaan sindrom
Secara umum, semua kriteria yang diajukan memerlukan metabolik.
minimal 3 kriteria untuk mendiagnosis sondrom metabolik
atau sindrom resistensi insulin. World Health Organization Obesitas Sentral
(WHO) merupakan organisasi pertama yang mengusulkan Obesitas yang digambarkan dengan indeks massa tubuh
kriteria sindrom metabolik pada tahun 1998. Menurut tidak begitu sensitif d a l a m m e n g g a m b a r k a n risiko
WHO pula, istilah sindrom metabolik dapat dipakai pada kardiovaskular dan gangguan metabolik yang terjadi. Studi
penyandangi DM mengingat penyandang DM juga dapat menunjukkan bahwa obesitas sentral yang digambarkan
memenuhi kriteria tersebut dan menunjukkan besarnya o l e h l i n g k a r p e r u t ( d e n g a n cut-off yang berbeda
risiko terhadap kejadian kardiovaskular Setahun kemudian antara jenis kelamin) lebih sensitif dalam memprediksi
pada tahun 1999, the European Group for Study of Insulin gangguan metabolik dan risiko kardiovaskular. Lingkar
Resistance (EGIR) melakukan modifikasi pada kriteria WHO. perut menggambarkan baik jaringan adiposa subkutan
EGIR cenderung menggunakan istilah sindrom resistensi dan v i s c e r a l . Meski d i k a t a k a n bahwa lemak viseral
insulin. Berbeda dengan WHO, EGIR lebih memlih obesitas lebih berhubungan dengan komplikasi metabolik dan
sentral dibandingkan IMT dan istilah sindrom resistensi kardiovaskular, hal ini masih kontroversial. Peningkatan
insulin tidak dapat dipakai pada penyandang DM karena obesitas berisiko pada peningkatan kejadian kardiovaskular
resistensi insulin merupakan faktor risiko timbulnya DM. Variasi faktor genetik m e m b u a t perbedaan dampak
Pada tahun 2001, National Cholesterol Education Program metabolik maupun kardiovaskular dari suatu obesitas.
(NCEP) Adult Treatment Panel III (ATP III) mengajukan S e o r a n g d e n g a n o b e s i t a s dapat tidak berkembang
kriteria baru yang tidak mengharuskan adanya komponen menjadi resistensi insulin, dan sebaliknya resistensi insulin
resistensi insulin. Meski tidak pula mewajibkan adanya dapat ditemukan pada individu tanpa obes {lean subjects).
komponen obesitas sentral, kriteria ini m e n g a n g g a p Interaksi faktor genetik dan lingkungan akan memodifikasi
bahwa obesitas sentral merupakan faktor utama yang tampilan metabolik dari suatu resistensi insulin maupun
mendasari sindrom metabolik. Nilai cut-o/f lingkar perut obesitas.
diambil dari National Institute of Health Obesity Clinical Jaringan adiposa merupaka sebuah organ endokrin
Guidelines; >: 102 cm untuk pria dan >: 88 cm untuk wanita. yang aktif mensekresi berbagai faktor pro dan anti inflamasi
Untuk etnik tertentu seperti Asia, dengan cuf-o/f lingkar seperti leptin, adiponektin. Tumor nekrosis factor a {JNf-a),
perut lebih rendah dari ATP III, sudah berisiko terkena lnterleukin-6 (IL-6) dan resistin. Konsentrasi adiponektin
sindrom metabolik. Pada tahun 2003, American Association plasma menurun pada kondisi DM tipe 2 dan obesitas.
of Clinical Endocrinologists (AACE) memodifikasi definisi Senyawa ini diprcaya memiliki efek antiaterogenik pada
dari ATP III. Sama seperti EGIR, bila sudah ada DM, maka hewan coba dan manusia. Sebaliknya, konsentrasi leptin
istilah sindrom resistensi insulin tidak digunakan lagi. Dua meningkat pada kondisi resistensi insulin dan obesitas dan
SINDROM METABOLIK 2537
Pasien berisiko tinggi-sedang*: <160 mg/ Beri saran untuk menambah fibrat atau asam nikotinat pada pasien berisiko
dL (4,1 mmol/L) tinggi
Pilihan terapi: <130 mg/dL (3,4 mmol/L) Beri saran untuk menghindari penambahan fibrat atau asam nikotinat pada
pasien berisiko tinggi sedang atau pasien berisiko sedang
Pasien berisiko sedang§: < 160 mg/dL (4,1 Semua pasien: Bila TG >: 500 mg/dL, mulai dengan fibrat atau asam nikotinat
mmol/L) {sebelum terapi penurun LDL; terapi non-HDL-C untuk mencapai tujuan setelah
memberikan terapi menurunkan TG}
Pasien berisiko rendah||: :190 mg/dL (4,9
mmol/L)
2540 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS
peranan otak sebagai regulator berat badan, sibutramin memperbaiki konsentrasi trigliserida dan kolesterol HDL.
dapat menjadi pertimbangan walaupun tanpa Terapi pembedahan dapat dipertimbangkan pada pasien-
mengesampingkan kemungkinan efek samping yang pasien yang berisiko serius akibat obesitasnya.
mungkin timbul. Cara kerjanya di sentral memberikan efek
mengurangi asupan energi melalui efek mempercepat Hipertensi
rasa kenyang dan m e m p e r t a h a n k a n pengeluaran Hipertensi merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular.
energi setelah berat badan turun dapat memberikan Hipertensi juga mengakibatkan mikroalbuminuria
efek tidak hanya untuk penurunan berat badan namun yang dipakai sebagai indikator independen morbiditas
j u g a mempertahankan berat badan yang sudah turun. kardiovaskular pada pasien tanpa diabetes atau hipertensi.
Demikian pula dengan efek metabolik, sebagai efek dari Target tekanan darah berbeda antara subyek dengan DM
penurunan berat badan pemberian sibutramin setelah dan tanpa DM. Pada subyek dengan DM dan penyakit
24 minggu yang disertai dengan diet dan aktifitas fisik, ginjal, target tekanan darah adalah < 130/80 mmHg,
SINDROM METABOLIK 2541
sedangkan pada bukan, targetnya < 140/90 nnnnHg. dalam meregresi hipertrofi ventrikel kiri dibandingkan
Untuk mencapai target tekanan darah, penatalaksanaan d e n g a n p e n g h a m b a t beta a d r e n e r g i k , diuretik dan
tetap diawali dengan pengaturan diet dan aktifitas fisik. antagonis kalsium. Valsartan, suatu penghambat reseptor
Peningkatan tekanan darah ringan dapat diatasi dulu angiotensin, dapat mengurangi mikroalbuminuria yang
dengan upaya penurunan berat badan, berolah raga, diketahui sebagai faktor risiko independen kardiovaskular.
menghentikan rokok dan konsumsi alkohol serta banyak Beberapa studi menyarankan pemakaian ACE inhibitor
mengkonsumsi serat. Namun apabila modifikasi gaya sebagai lini pertama pada penyandang hipertensi dengan
hidup sendiri tidak mampu mengendalikan tekanan darah sindrom metabolik terutama bila ada DMAngiotensin
maka dibutuhken pendekatan medikamentosa untuk receptor blocker (ARB) dapat digunakan apabila tidak
mencegah komplikasi seperti infark miokard, gagal ginjal toleran terhadap/ACf inhibitor. Meski pemakaian diuretik
kronik dan stroke. tidak dianjurkan pada subyek dengan gangguan toleransi
Dalam suatu penelitian meta-analisis didapatkan glukosa, namun pemakaian diuretik dosis rendah yang
bahwa enzim pengkonversi angiotensin dan penghambat dikombinasi dengan regimen lain dapat lebih bermanfaat
reseptor angiotensin mempunyai manfaat yang bermakna dibandingkan efek sampingnya.
Tabel 4. Kolesterol LDL sebagai Target Terapi Utama pada subyek dengan Atherosclerotic Coronary Vascular Disease
(ASCVD)
Tujuan Terapi Rekomendasi Terapi
Pasien berisiko tinggi*: < 100 mg/dL (2,6 mmol/L) Pasien berisiko tinggi: terapi gaya hidup+ ditambah obat penurun LDL-C
(untuk pasien berisiko sangat tinggi* dalam kategori untuk mencapai target yang direkomendasikan.
ini, target lainnya < 70 mg/dL) Bila kadar LDL-C dasar >. 100 mg/dL, mulailah terapi obat penurun
LDL.
Bila dalam pengobatan kadar LDL-C >. 100 mg/dL, tingkatkan terapi obat
penurun LDL (mungkin memerlukan kombinasi obat penurun LDL)
Bila kadar LDL-C dasar < 100 mg/dL, mulai terapi penurun kadar LDL
berdasarkan penilaian klinis (yakni penilaian yang menunjukkan bahwa
pasien termasuk yang berisiko sangat tinggi)
Pasien berisiko tinggi-sedang§: < 130 mg/dL (3,4 Pasien berisiko tinggi-sedang: terapi gaya hidup + terapi obat penurun
mmol/L) (untuk pasien berisiko lebih tinggi)|| dalam LDL bila dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan bila
kategori ini, target lainnya adalah < 100 mg/dL (2,6 kadar LDL-C >. 130 mg/dL (3,4 mmol/L) setelah terapi gaya hidup
mmol/L) Bila kadar LDL-C adalah 100 hingga 129 mg/dL, terapi penurun LDL dapat
dimulai saat risiko pasien dinilai berada di kisaran atas dari kategori
risiko tersebut
Pasien berisiko sedangll: 130 mg/dL (3,4 Pasien berisiko sedang: terapi gaya hidup + obat penurun LDL-C bila
mmol/L) dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan ketika kadar
LDL-C >L 160 mg/dL (4,1 mmol/L) setelah terapi gaya hidup diberikan
Pasien berisiko r e n d a h * : 160 mg/dL (4,9 Pasien berisiko rendah: terapi gaya hidup + obat penurun LDL-C bila
mmol/L) dibutuhkan untuk mencapai target yang direkomendasikan ketika kadar
LDL-C >L 190 mg/dL setelah terapi gaya hidup (untuk kadar LDL-C 160
hingga 189 mg/dL, obat penurun LDL bersifat opsional)
*Pasien berisiko tinggi adalah pasien dengan diagnosis ASCVD, diabetes atau risiko 10 tahun penyakit jantung koroner > 20%. Untuk
penyakit serebrovaskular, kondisi risiko tinggi meliputi transient ischemic attack atau stroke yang berasal dari karotid atau stenosis
karotid 50%
+Terapi gaya hidup meliputi penurunan berat badan, peningkatan aktivitas fisik, dan diet antiaterogenik (lihat Tabel 3 untuk
rinciannya).
* Pasien berisiko sangat tinggi adalah pasien yang cenderung menderita kejadian KVR mayor dalam beberapa tahun mendatang,
dan diagnosis tergantung pada penilaian klinis. Faktor-faktor yang dapat turut berkontribusi pada risiko sangat tinggi ini termasuk
sindrom koroner akut yang baru saja terjadi, dan diagnosis penyakit Jantung koroner + salah satu dari hal berikut ini: faktor-faktor
risiko mayor multipel (terutama diabetes), faktor-faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama kebiasaan merokok sigaret yang
terus berlanjut) dan faktor risiko multipel dari sindroma metabolik.
§Pasien berisiko tinggi-sedang adalah pasien dengan risiko 10 tahun penyakit jantung koroner sebesar 10% hingga 20%
11 Faktor-faktor yang dapat meningkatkan individu hingga masuk ke kisaran risiko tinggi sedang meliputi: faktor-faktor risiko mayor
multipel, faktor-faktor risiko berat dan terkontrol buruk (terutama kebiasaan merokok sigaret yang terus berlanjut), sindroma
metabolik dan penyakit aterosklerotik subklinis yang nyata (yaitu ketebalan kalsium koroner atau lapisan media tunika intima
karotid > persentil ke-75 yang sesuai dengan usia dan Jenis kelamin)
UPasien berisiko sedang adalah pasien dengan 2 atau lebih faktor risiko mayor dan risiko 10 tahun < 10%
#Pasien berisiko rendah adalah pasien dengan faktor risiko mayor 0 atau 1 dan risiko 10 tahun < 10%
2542 SINDROM METABOLIK, DISLiPEMIA, OBESITAS
G a n g g u a n Toleransi Glukosa LDL, untuk kolesterol HDL tidak ada target terapi tertentu,
Intoleransi glukosa merupakan salah satu manifestasi hanya dinaikkan saja. Panduan terapi untuk dislipidemia
s i n d r o m metabolik y a n g dapat menjadi awal suatu dapat dilihat pada tabel 3.
diabetes melitus. Penelitian-penelitian yang ada
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara toleransi
glukosa terganggu (TGT) dan risiko kardiovaskular pada KESIMPULAN
sindrom metabolik dan diabetes. Perubahan gaya hidup
dan aktifitas fisik yang teratur terbukti efektif dapat Sindrom metabolik merupakan kumpulan gejala yang
menurunkan berat badan dan TGT. Modifikasi diet secara keberadaannya menunjukkan peningkatan risiko kejadian
bermakna memperbaiki glukosa 2 j a m pasca prandial dan penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Obesitas
konsentrasi insulin. sentral memiliki korelasi paling erat dengan sindrom
Tiazolidindion memiliki pengaruh yang ringan tetapi metabolik dibandingkan dengan komponen yang lain.
persisten dalam m e n u r u n k a n tekanan darah sistolik Penatalaksanaan sindrom metabolik masih mengacu pada
dan diastolik. Tiazolidindion dan metformin juga dapat tiap komponen, sejauh ini belum ada penatalaksanaan
menurunkan konsentrasi asam lemak bebas. Pada Diabetes yang berbeda bila dibandingkan dengan k o m p o n e n
Prevention Program, p e n g g u n a a n m e t f o r m i n dapat secara individual.
mengurangi progresi diabetes sebesar 3 1 % dan efektif
pada pasien muda dengan obesitas.
REFERENSI
Dislipidemia
Dekker JM, Girman C, Rhodes T, Nijpels G , Stehouwer C D , Bouter
Pilihan terapi untuk dislipidemia adalah perubahan gaya
L M , et aL MetaboHk sindrom and 10-year cardiovascular
hidup y a n g diikuti d e n g a n m e d i k a m e n t o s a . N a m u n disease risk in the H o o m Study. Circulation 2005;112(5):666-
demikian, perubahan diet dan latihan jasmani saja tidak 73.
cukup berhasil mencapai target. Oleh karena itu disarankan Eckel R, Krauss R. American Heart Association call to action:
obesity as a major risk factor for coronary heart disease. A H A
untuk memberikan obat berbarengan dengan perubahan nutrition committee. Circulation 1998;97(21):2099-100.
gaya hidup. Menurut ATP III, setelah kolesterol LDL sudah Einhorn D, Reaven G , Cobin R, Ford E, Ganda O, Handelsman Y,
mencapai target, sasaran berikutnya adalah dislipidemia et al. American college of endocrinology position statement
on the insulin resistance sindrom. Endocr Prac 2003;9(3):237-
aterogenik. Pada konsentrasi trigliserida ± 200 mg/dl,
52.
maka target terapi adalah non kolesterol HDL setelah Ford E , Giles W, Dietz W. Presence of the metabolik sindrom
kolesterol LDL terkoreksi. Terapi dengan gemfibrozil among US adults: findings from the Third National Health
tidak hanya memperbaiki profil lipid tetapi juga secara and Nuh-ition Examination Survey. J A M A 2002;287:356-9.
Grundy S, Cleeman J, Daniels S, Donato K, Eckel R, Franklin B.
b e r m a k n a dapat m e n u r u n k a n risiko kardiovaskular.
Diagnosis and management of the metabolik sindrom. an
Fenofibrat secara khusus digunakan untuk menurunkan American Heart Association/ National Heart, Lung, and
trigliserida dan m e n i n g k a t k a n kolesterol HDL, telah Blood Institute scientific statement. Circulation 2005;112.
menunjukkan perbaikan profil lipid yang sangat efektif dan Grundy S M , Hansen B, Smith S C , Jr., Cleeman JI, Kahn R A .
Clinical management of metabolik sindrom: report of the
mengurangi risiko kardiovaskular. Fenofibrat juga dapat American Heart Association/National Heart, Lung, and
menurunkan konsentrasi fibrinogen. Kombinasi fenofibrat Blood Institute/ American Diabetes Association conference on
dan statin memperbaiki konsentrasi trigliserida, kolesterol scientific issues related to management. Arterioscler Thromb
Vase Biol 2004;24(2):el9-24.
HDL dan LDL.
Hughes K, A w T, Kuperan P, Choo M. Central obesity, insulin
Target terapi berikutnya adalah peningkatan apoB. resistance, sindrom X, ipoprotein (a), and cardiovascular risk
Beberapa studi menunjukkan apoB lebih baik dalam in Indians, Malays, and Chinese in Singapore. J Epidemol
Community Health 1997;5L394-9.
menggambarkan dislipidemia aterogenik yang terjadi Indriyanti R, Harijanto T. Optimal cut-off value for obesity: using
dibandingkan dengan konlesterol non HDL sehingga anthropometric indices to predict atherogenic dyslipidemia
m e n y a r a n k a n apoB sebagai target terapi. Meskipun in Indonesian population. In: Tjokroprawiro A, Soegih R,
Soegondo S, Wijaya A, Sutardjo B, Tridjkaja B, et al., editors.
demikian, ATP III tetap menyarankan pemakaian kolesterol
3rd National Obesity Symposium (NOS III) 2004. Jakarta:
non HDL sebagai target terapi mengingat di beberapa H i m p u n a n Studi Obesitas Indonesia (HISOBI); 2004. p.
tempat, sarana pemeriksaan apoB belum tersedia. 1-13.
Apabila konsentrasi trigliserida ± 500 mg/dL, maka Kahn R, Buse J, Ferrannini E , Stem M. The metabolik sindrom:
time for a critical appraisal Joint statement from the American
target terapi pertama adalah penurunan trigliserida
Diabetes Association and the European Association for the
untuk m e n c e g a h t i m b u l n y a pancreatitis akut. Pada Study of Diabetes. Diabetologia 2005.
konsentrasi trigliserida < 500 mg/dL, terapi kombinasi National Cholesterol Education Program-ATP I I I . Executive
summary of the third report of the National Cholesterol
untuk menurunkan trigliserida dan kolesterol LDL dapat
Education Program ( N C E P ) Expert Panel on detection,
digunakan. Berbeda dengan trigliserida dan kolesterol evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults
SINDROM METABOLIK 2543
Anak/dewasa
1. Usia 10-17 tahun Dewasa 18-45 tahun Dewasa > 45 tahun Dewasa > 45 tahun
DAN
kemudian dikenal sebagai Sindrom Metabolik. Beberapa NECP ATP III {THE US NATIONAL EDUCATION
kriteria sindrom metabolik disampaikan oleh: PROGRAM ADULT TREATMENT PANEL III). 2001
American Diabetes Association (ADA) dan The European Apabila resistensi menjadi dasar untuk patofisiologinya,
Association for the Study of Diabetes (EASD), menyampaikan ada b e b e r a p a penelitian y a n g m e n g u k u r resistensi
pernyataan bersama atas keberatan terhadap kriteria insulin secara langsung, dan ternyata tidak berhubungan
diagnosis sindrom metabolik untuk memprediksi diabetes. dengan kriteria klinis yang disampaikan pada sindrom
Pertama, bahwa berbagai studi dengan sampel yang besar metabolik.
menunjukkan bahwa faktor prediksi diabetes dengan Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Framingham
menggunakan kriteria sindrom metabolik sebagian besar Score, mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk
hanya ditentukan oleh intoleransi glukosa saja. Kedua, memprediksi diabetes dan PJK. Hal ini sesuai dengan hasil
pada pemakaian praktis diagnosis sindrom metabolic evaluasi Famingham Score jangka pendek oleh Grundy
tidak mempunyai kekuatan untuk memprediksi diabetes, dan j a n g k a panjang oleh Wannamethee. Akan tetapi
tetapi lebih banyak dikaitkan dengan hubungan multivariat selama ini, Framingham Score tidak banyak digunakan
berbagai faktor risiko penjakit jantung dan pembuluh secara luas karena tidak terlalu praktis untuk praktik klinik
darah. Hingga saat ini belum ada satu tulisan pun yang sehari-hari. Framingham score lebih banyak digunakan
dapat menjelaskan patofisiologi hubungan masing-masing pada penelitian.
komponen sindrom metabolik. Studi terakhir dari W i l s o n m e n u n j u k k a n bahwa
Lebih jauh lagi, ada beberapa pertanyaan kunci yang resiko relatif PJK sama pada 5 kriteria, 3 kriteria dan 1
harus dijawab berkaitan dengan sindrom metabolik, kriteria. Kurang lebih hingga kini ada 7 studi besar yang
antara lain: memperlihatkan bahwa risiko PJK antara simdrom secara
1. Seberapa besar definisi sindrom metabolik dapat keseluruhan dan masing-masing komponen saja, sama.
digunakan untuk kepentingan diagnosis? (20,23-29 Emperor).
Apakah sindrom metabolik dapat digunakan Berbagai pusat studi dan asosiasi profesional (American
untuk memprediksi risiko penyakit jantung dan Diabetes Association (ADA) dan European Association for
p e m b u l u h d a r a h ? , adakah p e r b e d a a n risiko Study of Diabetes (EASD)) mengetengahkan pendekatan
seseorang dengan satu saja kriteria d e n g a n baru untuk menjawab polemik yang timbul pada istilah
kriteria yang lengkap? sindrom metabolik, yang sesungguhnya adalah identifikasi
Apakah gejala yang timbul selalu terkait dengan dari kelompok yang mengalami resistensi insulin, yang
patofisiologi penyakit j a n t u n g dan pembuluh dulu dikenal sebagai pre diabetes. Pendekatan baru ini
darah? disebut Cardiometabolic Risk Assessment (CRA). CRA
2. Apakah pengobatan pada seseorang dengan kriteria berusaha untuk memprediksi kelompok risiko diabetes
lengkap sindrom metabolik berbeda dengan sesorang dan PJK pada kelompok pre diabetes tersebut. CRA
yang tidak lengkap sindrom metaboliknya? menempatkan faktor resiko klasik DM dan PJK sebagai
komponen terpisah (profil lipid, perokok, G a n g g u a n
Kalau dilihat dua kriteria sindrom metabolik di atas,
Toleransi Glukosa, peningkatan tekanan darah) ditambah
terdapat berbagai perbedaan, misalnya kriteria batasan
berbagai parameter yang terkait dengan obesitas sentral
tekanan darah. Mana yang lebih baik?.
seperti resistensi insulin, gula darah yang meningkat,
Antara dua patokan di atas (WHO dan NCEP ATP
faktor inflamasi (CRR TPAI-1, TNF-a) serta perubahan
III), terdapat perbedaan kriteria yang diperlukan untuk
fungsi pembekuan (peningkatan fibrinogen).
mengatakan sindrom metabolik, misalnya, mikroalbumin
masuk dalam kriteria WHO, tetapi tidak pada kriteria ATP Titik tolak baru yang significant pada pendekatan ini
III. W H O menempatkan gangguan toleransi glukosa adalah orientasi yang lebih serius pada obesitas sentral.
menjadi sesuatu yang harus terpenuhi, tetapi tidak pada Jaringan lemak sentral melepaskan berbagai mediator
ATP III. Setiap kali revisi pada berbagai kriteria yang bioaktif tidak hanya mempengaruhi homeostasis berat
disampaikan tidak pernah didasarkan atas patofisiologi badan, tetapi j u g a resistensi insulin, yang kemudian
yang mendasarinya, tetapi lebih berdasarkan angka-angka berpengaruh pada berbagai faktor risiko diabetes dan
(AACE) dan sebagainya, secara konsisten memberikan 1. Menurunkan resistensi insulin di perifer.
rekomendasi kunci untuk menurunkan komplikasi diabetes 2. Meningkatkan sekresi insulin di pankreas
j a n g k a panjang d e n g a n target kadar A 1 C senormal 3. Melakukan preservasi fungsi sel beta pankreas
m u n g k i n . The Diabetes Complications Control and 4. Melindungi berbagai komplikasi jangka panjang dan
Complication Trial (DCCT) menggunakan acuan normal jangka pendek yang berkaitan dengan risiko kelainan
A1C kurang dari 6 . 1 % . Ironisnya, dengan berbagai jenis vaskular
terapi yang telah digunakan, lebih dari 15 tahun, kita hanya 5. Mengurangi berat badan dan obesitas sentral secara
dapat mendapatkan kurang lebih 5 6 % pasien DM tipe 2 efektif
yang dapat mencapai A1C < 7 (2)
Kita t i d a k d a p a t m e n y a l a h k a n p a s i e n karena
ketidakmampuan mereka mencapai kontrol gula darah REFERENSI
y a n g baik. Diabetes a d a l a h kelainan progesif y a n g
m e r u p a k a n perpaduan antara resistensi insulin dan 1. Engelgau M M , Geiss LS, Saaddine JB, Boyle JP, Benjamin SM,
A H Ford E S et al. The evolving diabetes burden in United
penurunan fungsi sel beta. Dengan tidak ada jaminan
State. Ann Intern Med. 2004,140:945-950
bahwa semua pasien akan patuh untuk menjaga diit dan 2. Haffner SM, Lehto S, Ronnemma T, Pyorala K, Laakso M.
aktivitas fisik, diperlukan berbagai 'penyesuaian' agar Mortality from coronary heart disease in subjects v^ith type
2 diabetes and in nondiabetic subjects with and without prior
target kontrol gula darah dapat tercapai. Tentu saja semua
myocardial infarction. N Eng J Med. 1998;339:229-234
itu bisa terlaksana kalu kita melakukan pendekatan terapi 3. Reaven G M . Role of Insulin resistance in human disease.
berdasarkan patofisiologi diabetes. Diabetes 1988;37:1595-1607
Berbagai studi menunjukkan bahwa fungsi beta sel 4. World Health Organization: Definition, Diagnosis, and
Classification of Diabetes Mellitus and its complication:
pankreas sudah mulai menurun pada pasien dengan Report of W H O consultation. Geneva, World Health Org
pre diabetes. Pasien prediabetes dengan TTGO 180-199 1999
mg/dL, telah mempunyai penurunan fungsi sel beta 5. Chel K L , Abbasi F, Lamendola C, McLaughlin T, Raeven G M ,
Ford ES. Relationship to Insulin resistance of the Adult Panel
sebanyak 75-80% dan masa sel beta pankreas hanya 50%
III diagnostic criteria for identification of metabolic syndrome.
saja.. Sebagian dari mereka, ketika benar-benar menjadi Diabetes 2004;53:1195-1200
diabetes sebenarnya telah mengalami komplikasi mikro 6. Liao Y , K w o n S, Shaughnessy S, Wallace P, Hutto P, Jenkins
dan makroangiopati jauh-jauh hari sebelumya, . AJ, Klein R L , Garvey W T . Critical evaluation of Adult
Treatment Phanel III criteria in identifying insulin resistance
B e r b a g a i p e n e l i t i a n m e n y a m p a i k a n b a h w a pre with dyslipidemia. Diabetes Care 2004;27:978-983
diabetes dapat dikurangi risikonya menjadi diabetes 7. McLaughlin T , Abbasi F, Cheal K , C h u J, Lamendola C ,
dengan melakukan perubahan pola hidup yang berkaitan Raeven G . Use of metabolic markers to identify overweight
individuals w h o are insulin resistant. A n n Intern Med
dengan peningkatan resistensi insulin seperti menurunkan
2003;139:802-809
obesitas, mengatasi dislipidemia, meningkatkan aktivitas 8. Wannamethee S G , Sharper A G , Lennon L , Moris R W .
fisik y a n g berkaitan d e n g a n p e m b a k a r a n kalori d l l . Metabolic syndrome vs Framingham Risk Score for prediction
of coronary heart disease, stroke, and type 2 diabetes mellitus.
K e s u l i t a n n y a a d a l a h bahwa hanya s e b a g i a n sangat
Arch Intern Med 2005;165:2644-2650
kecil saja p e n y a n d a n g G D P T dan TGT yang m a m p u 9. Wilson PW, D'Agostino RB, Parise H , Sulivan L , Meigs JB.
mempertahankan pola hidup yang diajarkan secara baik Metabolic Syndrome as a precursor of cardiovascular disease
dalam jangka waktu yang lama. and type 2 diabetes mellitus. Circulation 2005;112:3066-
3072
Terapi medika mentosa untuk pre diabetes sampai 10. Golden S H , Folsom A R , Coresh J, Sharrett A R , Szko M,
saat ini hanya direkomendaskan apabila terdapat kondisi Brancati F. Risk factor groupings related to insulin resistance
disfungsi metabolik yang menyertainya, misalnya: and their synergistic effects on subclinical atherosclerosis: the
atherosclerosis risk Communit)' Study. Diabetes 2002;51:3069-
Mengatasi hipertensi,
76
Memperbaiki profil lipid. 11. Yarnell JW, Patterson C C , Bainton D, Sweetnam P M . Is
Menurunkan proteinuria. metabolic syndrome a discrete entity in general population?
Evidence from Caerphilly and Speedwell population studies
Menurunkan hiperurisemia.
1998;79:248-252
Mengatasi gangguan fungsi hemostasis dan agregrasi 12. McNeill A M , Rosamond WD, Girman CJ, Golden S H , Schmidt
trombosit. MI, East H E , Ballatyne C M , Heiss G. The metabolic syndrome
Beberapa studi mulai d i l a k u k a n untuk melukan and 11 year risk of incident cardiovascular disease in the
Atherosclerosis Risk in Community Study. Diabetes Care
p e n d e k a t a n p e n a t a l a k s a n a a n s e c a r a prinsipil pada
2005;28:385-390
kelompok pre diabetes. Pendekatan terapi tersebut saat 13. Sattar N , G a w A, Shcherbakova O , Ford I , O'Reilly D S ,
ini berpegang pada bagaimana mengatasi patofisiologi Haffner S M , Isles C , Macfarlane PW, Packard CJ, Cobbe
SM, Shepherd J. Metabolic syndrome with and without C -
risiko yang mungkin timbul pada pasien pre diabetes
reactive protein as a predictor of coronary heart disease and
apabila perjalanan "kelainannya" dibiarkan. Pendekatan diabetes in the West of Scotland Coronary Prevention Study.
terapi di masa datang adalah: 2003:108:414-419
2548 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu Trigliserid dan kolesterol yang disintesis di hati dan
jalur metabolisme eksogen, jalur metabolisme endogen, disekresi ke dalam sirkulasi sebagai lipoprotein VLDL.
dan jalur reverse cholesterol transport Kedua jalur pertama Apolipoprotein yang terkandung dalam VLDL adalah
berhubungan dengan metabolisme kolesterol-LDL dan apolipoprotein B100. Dalam sirkulasi, trigliserid di VLDL
trigliserid, sedang jalur reverse chlesterol transport khusus akan mengalami hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase
mengenai metabolisme kolesterol-HDL. (LPL), dan VLDL berubah menjadi IDL yang j u g a akan
mengalami hidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian
Jalur Metabolisme Eksogen dari VLDL, IDL, dan LDL akan mengangkut kolesterol
Makanan berlemak yang kita makan terdiri atas trigliserid ester kembali ke hati. LDL adalah lipoprotein yang paling
dan k o l e s t e r o l . S e l a i n kolesterol y a n g berasal dari banyak mengandung kolesterol. Sebagian dari kolesterol
makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik
yang diekskresi bersama empedu ke usus halus. Baik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang
lemak di usus halus yang berasal dari makanan maupun mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL. Sebagian
yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan
dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag
enterosit mukosa usus halus. Trigliserid akan diserap dan akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar
sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol sebagai kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan
kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag.
diubah lagi menjadi trigliserid, sedang kolesterol akan Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi t e r g a n t u n g
dari kadar kolesterol yang terkandung di L D L Beberapa hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL dan IDL untuk
keadaan mempengaruhi tingkat oksidasi seperti: membawa kolesterol kembali ke hati.
Meningkatnya jumlah LDL kecil padat [small dense Pada g a m b a r 4 d i p e r l i h a t k a n k e s e l u r u h a n j a l u r
LDL) seperti pada sindrom metabolik dan diabetes metabolisme lipoprotein baik yang berasal dari eksogen,
melitus endogen, dan jalur reverse cholesterol transport.
Kadar kolesterol-HDL, makin tinggi kadar kolesterol-
HDL akan bersifat protektif terhadap oksidasi LDL.
[=1 Reseptor LDL
Scavenger reptor-A / CD 36
Jalur Reverse Cholesterol Transport Adenosine triphosphate - binding
HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol Cassette transporte^1 (ABC-1
yang mengandung apolipoprotein (apo) A, C dan E; dan
disebut HDL nascent. HDL nascent berasal dari usus halus
dan hati, mempunyai bentuk gepeng dan mengandung
apolipoprotein A l . HDLnosce/if akan mendekati makrofag Makrofag
untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag.
Setelah mengambil kolesterol dari makrofag, HDL noscent
berubah menjadi HDL dewasa yang berbentuk bulat. Agar
dapat diambil oleh HDL nascent, kolesterol (kolesterol
bebas) di bagian dalam dari makrofag harus dibawa ke Gambar 3. Jalur metabolisme endogen. (Dikutip dari:
permukaan membran sel makrofag oleh suatu transporter Kwiterovich PO, Jr. Am J Cardiol 2000: 86; 5L - 10 L)
yang disebut adenosine triphosphate-binding cassette
transporter-! atau disingkat ABC-1.
Setelah mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag,
=1 Reseptor LDL
kolesterol bebas akan diesterifikasi menjadi kolesterol CI Scavenger reptor-A / CD 36
^^desteroT)
^^lesteroj) Eksogen
(^^lesteroT) •Q u s u T ^ ^ ^ •Tinja
Gambar 2. Jalur metabolisme eksogen. (Dikutip dari: Shepherd Gambar 5. Jalur metabolisme lipoprotein. (Dikutip dari:
J. Eur Heart J Supplements 2001;3(Suppl E):E2-E5) Shepherd J. Eur Heart J Supplements 2001;3(suppl E):E2-ES)
2552 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS
KLASIFIKASI DISLIPIDEMIA, DAN KADAR LIPID yang dimiliki seseorang (selain kadar kolesterol LDL)
NORMAL untuk menentukan sasaran kadar kolesterol LDL yang
akan dicapai. National Cholesterol Education Programme,
Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas primer Adult Panel Treatment III (NCEP-ATP III) telah menetapkan
yang tidak jelas sebabnya dan sekunder yang mempunyai faktor risiko selain kolesterol LDL yang digunakan untuk
penyakit dasar seperti pada sindroma nefrotik, diabetes menentukan sasaran kadar kolesterol LDL yang diinginkan
melitus, hipotiroidisme. Selain itu dislipidemi dapat juga pada orang dewasa > 20 tahun (tabel 4).
dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti
hiperkolesterolemi, hipertrigliseridemi, isolated low HDL-
Tabel 4. Faktor Risiko (Selain Kolesterol LDL) yang
cholestrol, dan dislipidemi campuran. Bentuk yang terakhir
Menentukan Sasaran Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
ini yang paling banyak ditemukan. Dilihat dari pemilihan
Umur pria >_ 45 tahun dan wanita >. 55 tahun
obat penurun lipid mungkin klasifikasi yang terakhir yang Riwayat keluarga PAK dini yaitu ayah usia < 55 tahun dan
lebih tepat. ibu < 65 tahun
Kapan disebut lipid normal, sebenarnya sulit dipatok Kebiasaan merokok
pada satu angka, oleh karena normal untuk seseorang Hipertensi (>. 140/90 mmHg atau sedang mendapat obat
belum tentu normal untuk orang lain yang disertai faktor antihipertensi) Kolesterol HDL rendah (< 40 mg/dL)*
risiko koroner multiple (lihat bawah). Walaupun demikian Dikutip dari: Executive summary of the third report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
National Cholesterol Education Program Adult Panel III Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High b ood
Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 2001;
(NCEP-ATP III) telah membuat satu batasan yang dapat 285: 2486-2497
dipakai secara umum tanpa melihat faktor risiko koroner * Kolesterol HDL >. 60 mg/dl, mengurangi satu faktor risiko
seseorang (tabel 3).
Tiga Kelompok Risiko Penyakit Arteri Koroner
B e r d a s a r k a n b a n y a k n y a f a k t o r risiko di atas y a n g
Tabel 3. Kadar Lipid Serum Normal ditemukan pada seorang pasien, maka NCEP - ATP III
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol membagi tiga kelompok risiko penyakit arteri koroner
HDL, dan trigliserid menurut NCEP ATP III 2001 mg/dl yaitu mereka dengan risiko tinggi, risiko sedang, dan
Kolesterol total risiko rendah. Berbeda dengan NCEP-ATP II, mereka yang
< 200 Optimal tergolong risiko tinggi dimasukkan juga kelompok yang
200 - 239 Diinginkan disamakan dengan penyakit arteri koroner yaitu diabetes
> 240 Tinggi melitus, mereka dengan risiko multipel yang diperkirakan
Kolesterol LDL dalam 10 tahun mempunyai risiko PAK > 20% (tabel 5).
< 100 Optimal
100-129 Mendekati optimal
Tabel 5. Tiga Kategori Risiko yang Menentukan Sasaran
130-159 Diinginkan
Kolesterol LDL yang Ingin Dicapai
160-189 Tinggi
Sasaran Kolesterol
>'190 Sangat tinggi Kategori Risiko
LDL (mg/dl)
Kolesterol HDL
Risiko tinggi < 100
< 40 Rendah
a. Mempunyai riwayat PAK dan
> 60 Tinggi
b. M e r e k a y a n g d i s a m a k a n
Trigliserid
dengan PAK
< 150 Optimal - Diabetes melitus
150-199 Diinginkan - Bentuk lain penyakit
200-499 Tinggi aterosklerotik yaitu strok,
> 500 Sangat tinggi penyakit arteri perifer, aneu-
D i k u t i p dari: E x e c u t i v e s u m m a r y of t h e third r e p o r t of t h e risma aorta abdominalis
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
Panel o n D e t e c t i o n , Evaluation, a n d T r e a t m e n t of High b l o o d
- Faktor risiko multipel (> 2
C h o l e s t e r o l in A d u l t s (Adult T r e a t m e n t Panel III). J A M A 2001; risiko) yang diperkirakan
285: 2486-2497 dalam kurun waktu 10 tahun
mempunyai risiko PAK > 20 %
Risiko multipel (>i 2 faktor risiko) < 130
FAKTOR RISIKO KORONER DAN MENENTUKAN Risiko rendah (0 - 1 faktor risiko) < 160
RISIKO SESEORANG Dikutip dari: Executive summary of the third report of the
National Cholesterol Education Program (NCEP) Expert
Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High blood
Langkah pertama untuk pencegahan penyakit arteri Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). JAMA 2001;
koroner iaIah menentukan seberapa banyak faktor risiko 285: 2486-2497
PAK = Penyakit arteri koroner
DISLIPIDEMIA 2553
OBAT UNTUK DISLIPIDEMIA ciprofibrat, dan fenofibrat. Obat ini menurunkan trigliserid
plasma, selain menurunkan sintesis trigliserid di hati. Obat
Pada saat ini dil<enal sedikitnya 6 jenis obat yang dapat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang
memperbaiki profil lipid serum yaitu bile acid sequestran, kerjanya memecahkan trigliserid. Selain menurunkan kadar
HMG-CoA reductase inhibitor (statin), deivat asam fibrat, trigliserid, obat ini juga meningkatkan kadar kolesterol-
asam nikotinik, ezetimibe, dan asam lemak omega-3. HDL yang diduga melalui peningkatan apoprotein A-1, dan
Selain obat tersebut, pada saat ini telah dipasarkan obat A - l l . Pada saat ini yang banyak dipasarkan di Indonesia
kombinasi dua jenis penurun lipid dalam satu tablet seperti adalah gemfibrozil dan fenofibrat.
Advicor (lofastatin dan niaspan), Vytorin (simvastatin dan
ezetimibe).
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone didapatkan bila dikombinasikan dengan golongan HMG-
sensitive lipase di jaringan adiposa, dengan demikian CoA reductase inhibitor.
akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui
bahwa asam lemak bebas ada dalam darah sebagian Ezetimib
akan ditangkap oleh hati dan akan menjadi sumber Ezetimib tergolong obat penurun lipid yang terbaru
pembentukkan VLD. Dengan menurunnya sintesis VLDL dan bekerja sebagai penghambat selektif penyerapan
di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserid, kolesterol baik yang berasal dari makanan maupun dari
dan j u g a kolesterol-LDL di plasma. Pemberian asam asam empedu di usus halus. Pada umumnya obat ini tidak
nikotinik ternyata juga meningkatkan kadar kolesterol- digunakan secara tunggal, tetapi dikombinasikan dengan
HDL b a h k a n m e r u p a k a n o b a t y a n g t e r b a i k untuk obat penurun lipid lain misalnya HMG-CoA reductase
meningkatkan kolesterol-HDL. Oleh karena menurunkan inhibitor.
trigliserid, menurunkan kolesterol-HDL, dan meningkatkan
kolesterol-HDL maka disebutjuga sebagai broad spectrum Asam Lemak Omega -3
lipid lowering agent. Minyak ikan, kaya akan asam lemak omega -3 yaitu
Efek s a m p i n g yang paling sering terjadi adalah asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam docasahexaenoic
flushing yaitu perasaan panas pada muka bahkan di badan. (DHA). Minyak ikan menurunkan sintesis VLDL. Dengan
Untuk mencegah hal tersebut, pada penggunaan asam d e m i k i a n dapat j u g a m e n u r u n k a n kadar kolesterol.
nikotinik sebaiknya dimulai dengan dosis rendah kemudian Obat ini dipasarkan dalam bentuk kapsul dengan dosis
ditingkatkan, misalnya selama satu minggu 375 mg/hari yang t e r g a n t u n g dari j e n i s asam lemak o m e g a - 3.
kemudian ditingkatkan secara bertahap sampai mencapai Dosis obat tergantung dari jenis kombinasi asam lemak.
dosis maksimal sekitar 1500-2000 m g / h a r i . Dengan Sebagai contoh Maxepa yang terdiri atas 18% asam
asam nikotikin yang baru yaitu lepas lambat (Niaspan) e i c o s a p e n t a e n o i c dan 1 2 % a s a m d o c a s a h e x a e n o i c
efek samping sangat berkurang. Hasil yang sangat baik diberikan dengan dosis 10 kapsul sehari.
Tabel 6. Obat Penurun Lipid, Jenis, Cara Kerja, Dosis, dan Efek Samping
Jenis Cara kerja Lipoprotein Dosis Efek samping
Bile acid Menghambat sirkulasi i LDL-C 20-30% Kolestiramin 8-12 g Obstipasi, mual, perut tidak
sequestran enterohepatik asam T HDL-C, and TG Dua atau tiga kali enak.
empedu; T Sintesis Pemberian
asam empedu dan Kolestipol 10-15 g
resptor LDL Dua atau tiga kali
pemberian
H MG-CoA isintesis kolesterol i LDL-C 25-40 % Lovastatin 10-80mg/dl Gangguan fungsi hati.
reductase t Reseptor LDL i VLDL Pravastatin 10-40mg/dl miositis
inhibitors Simvastatin 5-40mg/dl
Fluvastatin 20-40mg/dl
Atorvastatin 10-80mg/dl
Rosuvastatin 10-20 mg
Derivat asam t LPL dan T hidrolisis iJG 25-40 % Gemfibrozil 600 - 1200 mg Mual, gangguan fungsi hati,
fibrat TG T or i LDL-C Fenofibrat 160 mg miositis
i Sintesis VLDL T HDL
T Katabolisme LDL
A s a m i Sintesis VLDL i Trigliserida N i a s i n 5 0 - 1 0 0 mg t i g a Flushing, takikardia, gatal,
nikotinik dan LDL 25-85 % kali pemberian,kemudian mual, diare, hiperurisemia,
i VLDL-C 25- tingkatkan 1.0-2.5 g tiga kali ulkus peptik, intoleransi
35% pemberian glukosa, gangguan fungsi
i LDL-C 25-40% hati
HDL mungkin T
Ezetimibe i Absorpsi kolesterol Sakit kepala, Nyeri perut, dan
i LDL-C 16-18% 10 mg / hari
di usus halus diare
Asam lemak i 50 -60% pada hiper
i Sintesis VLDL Mual
omega 3 TG berat
Dikutip dari Ginsberg HN, Goldberg IJ. Disorders of lipoprotein metabolism. Harrison's Pnnciples of internal medicine 14" International
edition. 1998; 2: 2138 - 2152. (dengan modifikasi)
DISLIPIDEMIA 2555
Sudah disebut di atas, langl<ah awal penatalaksanaan Penatalaksanaan non -farmokologis dikenal juga dengan
dislipidemi harus dimulai dengan penilaian jumlah faktor nama perubahan gaya hidup, meliputi terapi nutrisi medis,
risiko koroner yang ditemukan pada pasien tersebut {risk aktivitas fisik, serta beberapa upaya lain seperti hentikan
assesment) untuk menentukan sasaran kolesterol - LDL merokok, menurunkan berat badan bagi mereka yang
yang harus dicapai. Penatalaksanaan dislipidemi terdiri gemuk, dan mengurangi asupan alkohol.
atas penatalaksanaan non-farmakologis dan penggunaan
obat penurun lipid. Pada gambar 8 diperlihatkan langkah- Terapi Nutrisi Medis
langkah yang harus dilakukan dalam mengambil keputusan Selalu merupakan tahap awal penatalaksanaan seseorang
apakah seseorang harus mendapat obat atau tidak. dengan dislipidemi, oleh karena itu disarankan untuk
Dianjurkan agar pada semua pasien dislipidemi harus berkonsultasi dengan ahli gizi. Pada dasarnya adalah
dimulai dengan pengobatan non-farmakologis terlebih pembatasan j u m l a h kalori dan j u m l a h lemak. Pasien
dahulu, baru dilanjutkan dengan pemberian obat penurun dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total tinggi
lipid. Pada u m u m n y a pengobatan non-farmakologis dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak jenuh, dan
dilakukan selama tiga bulan sebelum memutuskan untuk meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal
menambahkan obat penurun lipid. Pada keadaan tertentu dan ganda (mono unsaturated fatty acid = MUFA dan poly
pengobatan non-farmakologis dapat bersamaan dengan unsaturated fatty acid = PUFA). Pada pasien dengan kadar
pemberian obat (tabel 7). trigliserid yang tinggi perlu dikurangi asupan karbohidrat,
alkohol dan lemak (tabel 8).
Tabel 7. Sasaran Kadar Kolesterol LDL Serta Batasan untuk Mulal Perubahan Gaya Hidup dan Pemberian Obat Penurun
Lipid
S a s a r a n Kadar k o l e s t e r o l LDL Kadar kolesterol LDL d i m a n a perlu
Kelompok risiko kolesterol dimana harus mulai dipertimbangkan pemberian obat
LDL (mg/dl) perubahan gaya hidup
Kadar k o l e s t e r o l LDL di mana perlu
PAK atau yang disamakan PAK < 100 > 100
dipertimbangkan pemberian obat
10 tahun risiko 10 - 20 % : ^ 130
> 2 faktor nsiko < 130 > 130
10 tahun risiko < 10 % : > 160
0 - 1 faktor risiko < 160 > 160 >. 190 (160-189 pemberian obat opsional)
Dikutip dari: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. 2005; 5 - 14
T
Gaya hidup sehat
periksa ulang setiap 1-2 tahun atau
Can dan obatii peiiy
penyebab sekunder
Terapi diet
periksa ulang 3 bulan
r
1
Kol-LDL= 160-189 mg/dl Kol-LDL> 190 mg/dl |
T
- Teruskan diet, olah raga
- Pertimbangkan statin
- Mulai statin
- Periksa u ang 3 bulan
- Periksa ulang 3 bulan
B
Jumlah faktor risiko > 2
X
K o l - L D L < 1 3 0 mg/dl
1
Kol-LDL >130 mg/dl
I 1^
Cari dan obati penyebab sekunder
- Gaya hidup sehat
- periksa ulang setiap 1-2 tahun
I Kol-LDL > 130 mg/dl |
t
Terapi diet
periksa ulang 3 bulan
£ 1
Kol-LDL = 130-159 mg/dl Kol-LDL > 160 mg/dl
Risiko tinggi
- G a y a hidup sehat
\ - diet dan olahraga
- dipertimbangkan pemberian statin
- periksa ulang setiap 6-12 tahun
bila LDL > 130 mg/dl
I
- Mulai statin
- Periksa ulang 3 bulan *
Gambar 9. Bagan penatalaksanaan dislipidemia: A. Faktor risiko 0 - 1, B. Fasktor risiko multiple > 2, dan C. Faktor risiko tinggi.
(Dikutip dan: Penatalaksanaan dislipidemia. Buku petunjuk praktis penatalaksanaan dislipidemia. Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia. 2005; 5 - 14).
2558 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS
Sel lemak
KE
© 1
Resistensi (CETP)
i I Insulin
TG
ApoAl
KE (CETP) TG
Insulin
REFERENSI
Gliserol-P FFA-CoA
FFA FFA
Glukosa
FFA
Ruang
Ekstra VLDL FFA- Albumin
selular Kilomikron
Gliserol
mungkin mempengaruhi sinyal insulin di tingkat Akumulasi tersebut terjadi karena terdapat peningkatan
post-reseptor. sintesis trigliserida dan penurunan lipolisis j a r i n g a n
GH dapat m e n u r u n k a n lipogenesis dengan cara adiposa pada saat yang bersamaan.
memfosforilasi faktor transkripsi StatSa dan 5b. Hilangnya
Lipolisis. Lipolisis merupakan suatu proses di mana terjadi
Stat5a dan 5b pada model knock-out memperllhatkan
dekomposisi kimiawi dan penglepasan lemak dari jaringan
penurunan akumulasi lemak di j a r i n g a n adiposa.
lemak. Bilamana diperlukan energi t a m b a h a n maka
Mekanisme bagaimana protein StatS meningkatkan
lipolisis merupakan proses yang predominan terhadap
penyimpanan lemak, masih belum diketahui.
proses lipogenesis. Enzim Hormone Sensitive Lipase
Leptin adalah hormon yang berhubungan dengan (HSL) akan menyebabkan terjadinya hidrolisis trigliserida
lipogenesis. Leptin membatasi penyimpanan lemak tidak .menjadi asam lemak bebas dan gliserol
hanya dengan mengurangi masukan makanan, tetapi Asam lemak yang dihasilkan akan masuk ke dalam pool
juga dengan mempengaruhi jalur metabolik yang spesifik asam lemak, di mana akan terjadi proses re-esterifikasi,
di adiposa dan j a r i n g a n lainnya. Leptin merangsang beta oksidasi atau asam lemak tersebut akan dilepas
pengeluaran gliserol dari adiposit, dengan menstimulasi masuk ke dalam sirkulasi darah untuk menjadi substrat
oksidasi asam lemak dan m e n g h a m b a t lipogenesis. bagi otot skelet, otot jantung, dan hati. Asam lemak akan
Efek yang terakhir tercapai dengan down-regulation dibentuk menjadi ATP melalui proses beta oksidasi dan
ekspresi gen yang berhubungan dengan asam lemak asam lemak akan dibawa ke luar jaringan lemak melalui
dan sintesis trigliserida, sebagaimana digambarkan pada sirkulasi darah untuk kemudian menjadi sumber energi
oligonucleotide micro-array analysis. Target negatif leptin bagi jaringan yang membutuhkan.
yang lain mungkin SREBP-1, karena faktor transkripsi ini Hormon insulin akan mengurangi mobilisasi asam
mungkin ikut berperan dalam mediasi efek inhibisi leptin lemak dari jaringan lemak dengan cara menghambat
dalam ekspresi gen lipogenik. enzim trigliserid lipase. Mekanisme penghambatan ini
Faktor endokrin atau autokrin yang berhubungan terjadi melalui proses pengurangan siklik AMP yang pada
d e n g a n sintesis trigliserida setelah insulin, GH dan waktunya akan menghambat siklik AMP dependent protein
leptin adalah Acylation Stimulating Protein (ASP). ASP kinase. Supresi lipolisis ini akan mengurangi jumlah asam
adalah peptida kecil yang sama dengan C 3 a d e s A r g , lemak ke hati dan jaringan perifer Dengan berkurangnya
suatu produk dari faktor komplemen C3 ASP diproduksi asam lemak ke hati maka p e m b e n t u k a n asam keto
oleh jaringan adiposa dan kemungkinan bekerja secara berkurang. Insulin juga akan merangsang penggunaan
autokrin. Beberapa studi in vitro menunjukkan bahwa asam keto ini oleh jaringan perifer sehingga tidak akan
ASP menstimulasi akumulasi trigliserida di sel adiposa. terjadi akumulasi asam ini di darah.
OBESITAS 2563
Jaringan Lemak sebagai Kelenjar Endokrin gemuk, akan lebih berat dari orang yang lebih kecil.
Adiposit yang sebelumnya dikenal hanya sebagai tempat Karena IMT menggunakan ukuran tinggi badan, maka
p e n y i m p a n a n trigliserida, sekarang diketahui dapat pengukurannya harus dilakukan dengan teliti. IMT dapat
mensekresi beberapa peptida dengan berbagai efek memperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai
kerja yang sebagian mempunyai sifat sebagai kelenjar dengan menimbang di bawah air (r^ = 79%) dengan
endokrin. Sel endokrin akan mensekresi hormon untuk kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis
suatu efek yang terletak jauh (efek endokrin) dan juga kelamin. Bila melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan
mempunyai efek lokal (parakrin). Selain itu, dapat juga akan adanya perbedaan individu dan etnik.
mempunyai efek terhadap dirinya sendiri (autokrin). Hubungan antara lemak tubuh dan IMT ditentukan
Penelitian eksperimental pada hewan menunjukkan bahwa oleh bentuk tubuh dan proporsi tubuh, sehingga dengan
hormon dan sitokin yang dihasilkan adiposit mempunyai demikian IMT belum tentu memberikan kegemukan yang
efek terhadap susunan syaraf pusat, hati, otot, dan tulang sama bagi semua populasi. IMT dapat memberikan kesan
serta beberapa organ-jaringan lain. yang umum mengenai derajat kegemukan (kelebihan
Penemuan baru yang menggunakan pendekatan jumlah lemak) pada populasi, terutama pada kelompok
genomik dan proteomik telah mengidentifikasi berbagai usia lanjut dan pada atlit dengan banyak otot. IMT dapat
faktor sekresi adiposit baru yang fungsinya belum jelas. m e m b e r i k a n g a m b a r a n yang tidak sesuai mengenai
Jaringan adiposa yang terlalu sedikit maupun terlalu keadaan obesitas karena variasi lean body mass.
banyak m e n y e b a b k a n g a n g g u a n m e t a b o l i k seperti Tabel 1, merupakan klasifikasi yang ditetapkan World
resistensi insulin. Obesitas sentral sangat berkorelasi Health Organization (WHO), nilai IMT^ 30 kg/m^ dikatakan
dengan timbulnya diabetes, hipertensi, dan penyakit sebagai obesitas dan nilai IMT 25-29,9 kg/m^ sebagai
kardiovaskular. "Pra Obese".
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda,
d e n g a n konsentrasi lemak t u b u h , usia, dan gender
OBESITAS yang sama, menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam
memiliki IMT lebih tinggi 1,3 kg/m^ dan etnik Polinesia
Definisi d a n Klasifikasi O b e s i t a s memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m^dibandingkan dengan
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan etnik Kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT pada bangsa Cina,
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan Ethiopia, Indonesia, dan Thailand adalah 1,9, 4,6, 3,2 dan
oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor genetik 2,9 kg/m^ lebih rendah daripada etnik Kaukasia. Hal itu
diketahui s a n g a t b e r p e n g a r u h bagi p e r k e m b a n g a n memperllhatkan adanya nilai cutoff IMT untuk obesitas
penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan yang spesifik untuk populasi tertentu.
sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang
tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan. Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas pada
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, Orang Dewasa Berdasarkan IMT Menurut WHO
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena Klasifikasi IMT (kg/m')
keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom Berat Badan Kurang < 18,5
resistensi insulin yang terdiri dari resistensi insulin/ Kisaran Normal 18,5 - 24,9
hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/diabetes melitus,
Berat Badan Lebih > 25
dislipidemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiper-
Pra-Obes 25,0 -
fibrinogenemia dan hipertensi.
Obes Tingkat I 30,0 - 34,9
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit
Obes Tingkat II 35,0-39,9
dan sebagai pengukur pengganti dipakai body mass index
Obes Tingkat III > 40
(BMI) atau indeks massa tubuh (IMT) untuk menentukan
Sumber: WHO technical series, 2000
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa.
IMT m e r u p a k a n i n d i k a t o r y a n g p a l i n g sering
digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi Wilayah Asia Pasifik pada saat ini telah mengusulkan
berat badan lebih dan obes pada orang dewasa. Untuk kriteria dan klasifikasi obesitas sendiri (Tabel 2).
penelitian epidemiologi digunakan IMT atau indeks Penelitian lainnya melaporkan bahwa orang Indonesia
Quetelet, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan berat badan, tinggi badan, umur, dan jenis kelamin
tinggi dalam meter kuadrat (m^). Saat ini IMT merupakan yang sama umumnya memiliki 4,8 ± 0,5 (SEM) % lemak
indikator yang paling bermanfaat untuk menentukan berat tubuh lebih tinggi daripada orang Belanda. Dengan
badan lebih atau obes. Orang yang lebih besar-tinggi dan persentase lemak tubuh, umur, dan jenis kelamin yang
2564 SINDROM METABOLIK, DISLIPEMIA, OBESITAS
Tabel 2. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut
Menurut Kriteria Asia Pasifik
Risiko Ko-Morbiditas
Lingkar Perut
Klasifikasi IMT (kg/m2)
< 90 cm (Laki-Laki) > 90 cm (Laki-Laki)
< 80 cm (Perempuan) > 80cm (Perempuan)
Berat Badan <18,5 rendah (risiko meningkat Sedang
Kurang pada masalah klinis lain)
Kisaran Normal 18,5-22,9 sedang meningkat
Berat Badan Lebih >23,0
• Berisiko 23,0 - 24,9 meningkat moderat
Obes I 2 5 , 0 - 2 9 , 9 moderat berat
Obes II >30,0 berat sangat berat
Sumber: WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment
(2000)
sama, IMT antara orang Indonesia dan Belanda (etnik Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi
Kaukasia) berbeda sekitar 3 unit (2,9 ± 0,3 (SEM) kg/m^. dan mudahnya mendapatkan makanan serta banyaknya
Mengacu pada angka-angka ini, maka titik cutoff IMT jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan
orang Indonesia seharusnya 27 dan bukan 30 kg/m^. status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang
S e b e n a r n y a sangat sulit untuk mendapatkan berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi
angka obesitas secara global dengan tepat karena sulit obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk di
didapatkannya angka-angka yang akurat dan yang dapat Indonesia. Walaupun belum ada penelitian epidemiologi
saling dibandingkan. Pada obesitas, jumlah lemak tubuh yang baku mengenai obesitas, data yang ada saat ini
lebih banyak. Pada dewasa muda laki-laki lemak tubuh > sudah menunjukkan terjadinya p e r t a m b a h a n j u m l a h
2 5 % dan perempuan > 35%. Keadaan ini sesuai dengan penduduk dengan obesitas, khususnya di kota-kota besar
indeks masa tubuh (IMT) = 30 kg/m^ pada orang Kaukasia Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub
muda. urban di daerah Koja, Jakarta Utara, pada tahun 1982,
Jumlah lemak tubuh dapat ditentukan in vivo dengan mendapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%; di daerah
cara menimbang di bawah permukaan air. Dual Energy Kayu Putih, Jakarta Pusat, sepuluh tahun kemudian, yaitu
X-Ray Absorptiometry (DEXA) atau dengan mengukur pada tahun 1992, prevalensi obesitas sudah mencapai
tebal lipatan kulit. 17,1%, di mana ditemukan prevalensi obesitas pada laki-
Obesitas dapat disebabkan oleh banyak hal. Kembar laki dan perempuan masing-masing, 10,9% dan 2 4 , 1 % .
identik yang hidup terpisah akan mempunyai berat badan Pada populasi obesitas ini, dislipidemia terdapat pada 19%
yang tidak jauh berbeda. Berat badan seseorang 4 0 - 7 0 % laki-laki dan 10,8% perempuan, dan hipertrigliseridemia
ditentukan secara genetik. Berat badan dipengaruhi pada 16,6% laki-laki. Pada penelitian epidemiologi di
lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan
48,6%, pada tahun 2002 didapat 4 5 % dan 2003 didapat
dan kemiskinan/ kemakmuran. Obesitas pada perempuan
44% orang dengan berat badan lebih dan obes; sedang
berakar pada obesitas pada masa kecil, obesitas pada laki-
IMT pada tahun 2001 adalah 25,1 kg/m^, tahun 2002; 24,8
laki terjadi setelah umur 30 tahun.
kg/m^ dan tahun 2003; 24,3 kg/m^
Lingkar perut menggannbarkan lemak tubuh dan di HDL. Resistensi insulin dapat disebabkan oleh faktor
antaranya tidak termasuk sebagian besar berat tulang genetik dan lingkungan. Jenis kelamin mempengaruhi
(kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar sensitivitas insulin dan otot rangka laki-laki lebih resisten
yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil dibandingkan perempuan.
pengukuran. Ukuran lingkar perut ini berkorelasi baik
dengan rasio lingkar perut dan pinggul (WHR) baik pada
laki-laki maupun perempuan serta dapat memperkirakan MANAJEMEN BERAT BADAN PADA PASIEN
luasnya obesitas a b d o m i n a l yang t a m p a k n y a sudah OVERWEIGHT DAN OBESITAS
mendekati deposisi lemak abdominal bagian viseral.
Lingkar perut juga berkorelasi baik dengan IMT (laki-laki Penurunan berat badan mempunyai efek yang
dan perempuan: r = 0,89, P<0,001). menguntungkan terhadap komorbid obesitas. Bahkan,
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan penurunan berat badan sebesar 5 sampai 10 persen dari
bahwa lingkar perut > 102 cm pada laki-laki dan > 88 berat awal dapat mengakibatkan perbaikan kesehatan
cm pada perempuan, berhubungan dengan peningkatan secara signifikan.
substansial risiko obesitas dan komplikasi metabolik. Walaupun belum ada penelitian retrospektif yang
Sedangkan Asia Pasifik memakai ukuran lingkar pinggang menunjukkan perubahan pada angka kematian dengan
laki-laki: 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai batasan. penurunan berat badan pada pasien obese, dengan
Walaupun IMT < 25 kg/m^ obesitas sentral dapat penurunan berat badan, pengurangan pada faktor risiko
saja terjadi, sehingga penyesuaian IMT pada keadaan ini dianggap akan menurunkan perkembangan diabetes
obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila IMT di tipe 2 serta kardiovaskular
antara 22-29 kg/m^ Lingkar perut dikatakan mempunyai Terdapat bukti kuat bahwa penurunan berat badan
korelasi yang tinggi dengan jumlah lemak intra abdominal pada individu obesitas dan overweight mengurangi
d a n lemak t o t a l d a n t e l a h d i g u n a k a n baik s e c a r a faktor risiko diabetes dan penyakit kardiovaskular. Bukti
mandiri atau bersama-sama tebal kulit subkutan untuk kuat lainnya juga menunjukkan bahwa penurunan berat
mengembangkan suatu korelasi regresi untuk mengoreksi badan dapat menurunkan tekanan darah pada individu
massa lemak intra abdominal. Ekuasi ini telah divalidasi overweight norvr\oter\s'\ dan hipertensi; mengurangi serum
dalam sebuah penelitian yang besar jumlahnya di negeri trigliserida dan meningkatkan kolesterol-HDL; dan secara
Belanda. Ekuasi dengan menggunakan lingkar perut saja umum mengakibatkan beberapa p e n g u r a n g a n pada
disesuaikan untuk umur, menunjukkan prediksi lemak kolesterol serum total dan kolesterol-LDL. Penurunan berat
tubuh yang baik pada spesimen subyek orang Belanda badan juga dapat mengurangi konsentrasi glukosa darah
(r^=78%) dengan kesalahan yang sama dalam prediksi pada individu overweight dan obesitas tanpa diabetes; dan
seperti penelitian lainnya. juga mengurangi konsentrasi glukosa darah serta HbA^^
pada beberapa pasien dengan diabetes tipe 2.
Hubungan Obesitas Sentral dengan Resistensi Tidak ada terapi tunggal yang efektif untuk orang
Insulin d a n D i s l i p i d e m i a dengan kelebihan berat badan dan obesitas, dan masalah
Resistensi insulin pada obesitas sentral diduga merupakan c e n d e r u n g muncul setelah p e n u r u n a n berat badan
penyebab sindrom metabolik. Insulin mempunyai peran Harapan penurunan berat badan dari seseorang seringkali
penting karena berpengaruh baik pada penyimpanan melebihi kemampuan dari program yang ada sehingga
lemak maupun sintesis lemak dalam jaringan adiposa. untuk mencapai keberhasilan semakin sulit.
Resistensi insulin dapat menyebabkan terganggunya Terapi penurunan berat badan yang sukses meliputi
proses penyimpanan lemak maupun sintesis lemak. empat pilar, yaitu diet rendah kalori, aktivitas fisik,
Hubungan sebab-akibat (kausatif) antara resistensi perubahan perilaku dan obat-obatan/bedah.
insulin dan penyakit jantung koroner dan stroke dapat
diterangkan dengan adanya efek anabolik insulin. Insulin Tujuan Penurunan Berat Badan
m e r a n g s a n g lipogenesis pada j a r i n g a n arterial d a n Penurunan berat badan harus SMART: Spesific, Measurable,
jaringan adiposa melalui peningkatan produksi acetyl-CoA, Achievable, Realistic and Time limited. Tujuan awal dari
meningkatkan asupan trigliserida dan glukosa. Dislipidemia terapi penurunan berat badan adalah untuk mengurangi
yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi trigliserida berat badan sebesar sekitar 10 persen dari berat awal.
dan penurunan kolesterol HDL merupakan akibat dari Batas waktu yang masuk akal untuk penurunan berat
pengaruh insulin terhadap Cholesterol Ester Transfer Protein badan sebesar 10 persen adalah 6 bulan terapi. Untuk
(CETP) yang memperlancar transfer Cholesteryl Ester pasien overweight dengan rentang BMI sebesar 27 sampai
(CE) dari HDL ke VLDL (trigliserida) dan mengakibatkan 35, penurunan kalori sebesar 300 hingga 500 kcal/hari
terjadinya katabolisme dari apoA, komponen protein akan menyebabkan penurunan berat badan sebesar Vz
OBESITAS 2567
Orlistat m e n g h a m b a t absorpsi lemak sebanyak Executive summary of the third report of the national cholesterol
education program ( N C E P ) expert panel on detection,
30 p e r s e n . D e n g a n p e m b e r i a n o r l i t a s , dibutuhkan
evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults
penggantian vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi
(adult treatment panel III). Jama 2001;285:2486.
parsial. Semua pasien harus dipantau untuk efek samping
Faraj M, Havel P, Phelis S, et al: Plasma acylation-stimulating
yang timbul. Pengawasan secara berkelanjutan oleh protein, adiponectin, leptin, and ghrelin before and after
dokter dibutuhkan untuk mengawasi tingkat efikasi dan weight loss induced by gastric bypass surgery in morbidly
obese subjects. J Clin Endocrinol Metab 2003;88:1594.
keamanan.
Foretz M, Guichard C , Ferre P, et al: Sterol regulatory element
Terapi bedah. Terapi bedah merupakan salah satu pilihan binding protein-lc is a major mediator of insulin action on
untuk menurunkan berat badan. Terapi ini hanya diberikan the hepatic expression of glucokinase and lipogenesis-related
genes. Proc Natl Acad Sci U S A 1999;96:12737.
kepada pasien obesitas berat secara klinis dengan BMI
Fruhbeck G, Aguado M, Martinez J: In vitro lipolytic effect of leptin
>. 40 atau >: 35 dengan kondisi komorbid. Terapi Bedah
on mouse adipocytes: evidence for a possible autocrine/
ini harus d i l a k u k a n sebagai alternatif terakhir untuk paracrine role of leptin. Biochem Biophys Res C o m m u n
pasien yang gagal dengan farmakoterapi dan menderita 1997;240:590.
Goodpaster B, Thaete F, Simoneau J, et al: Subcutaneous abdominal
komplikasi obesitas yang ekstrem.
fat and thigh muscle composition predict insulin sensitivity
Bedah Gastrointestinal (restriksi gastrik [banding independently of visceral fat. Diabetes 1997;46:1579.
vertical gastric] atau bypass gastric {Roux-en Y) adalah Gurrici S, Hartriyanti Y, Hautvast J, et al: Relationship between body
suatu intervensi penurunan berat badan pada subyek yang fat and body mass index: differences between Indonesians and
Dutch Caucasians. Eur J Clin Nutr 1998;52:779.
bermotivasi dengan risiko operasi yang rendah.
H a n T , Richmond P, Avenell A , et al: Waist circumference
Suatu program yang terintegrasi harus dilakukan baik reduction and cardiovascular benefits during weight loss in
sebelum maupun sesudah untuk memberikan panduan women. Int J Obes Relat Metab Disord 1997;21:127.
Han T, Seidell J, Currall J, et al: The influences of height and age
diet, aktivitas fisik, dan perubahan perilaku serta dukungan
on waist circumference as an index of adiposity in adults. Int
sosial. J Obes Relat Metab Disord 1997;21:83.
Heo Y, Claycombe K, Jones B, et al: Effects of fatty (fa) allele and
high-fat diet on adipose tissue leptin and lipid metabolism.
Horm Metab Res 2002;34:686.
REFERENSI
Heymsfield S, Hoffman D, Testolin C , et al: Evaluation of human
adiposity. In Bjorntorp P (ed): International textbook of
Assimacopoulos-Jeannet F, Brichard S, Rencurel F, et al: In vivo obesity. New York: John Wiley & Sons, Ltd; 2001. p. 85
effects of hyperinsulinemia on lipogenic enzymes and glucose Indriyanti R, Harijanto T: Optimal cut-off value for obesity: using
transporter expression in rat liver and adipose tissues. anthropometric indices to predict atherogenic dyslipidemia
Metabolism 44:228,1995 in Indonesian population. : Tjokroprawiro A , Soegih R,
Bai Y, Zhang S, Kim K, et al: Obese gene expression alters the ability Soegondo S, et al (eds): 3rd National Obesity Symposium
of 30A5 preadipocvtes to respond to lipogenic hormones. J (NOS III) 2004. Jakarta: Himpunan Studi Obesitas Indonesia
Biol Chem 1996; 271:13939, (HISOBI), 2004, Vol 3, p. 1
Boden G , Chen X, Capulong E, et al: Effects of free fatty acids on Inoue S, Zimmet P: The Asia-Pacifik perspective, redefining obesity
gluconeogenesis and autoregulation of glucose production and its treatment. Australia: Health communications Australia
in type 2 diabetes. Diabetes 2001;50:810, Pty limited on behalf of the steering commitee, 2000
Bray G : Contemporary diagnosis and management of obesity. Kakuma T, Lee Y, Higa M, et al: Leptin, troglitazone, and the
Health Care C O 1998; 1:6, expression of sterol regulatory element binding proteins
Bray G : Historical framework for the development of Ideas about
in liver and pancreatic islets. Proc Natl Acad Sci U S A
obesity. In Bray G A , Bouchard C (eds): Handbook of Obesity, 2000;97:8536.
Etiology and Pathophysiology. New York: Marcel Dekker Kopelman P: Obesity as a medical problem. Nature 404:635,
Inc; 2004, p. 1
2000
Carey D: Abdominal obesitv. Curr Opin Lipidol 1998;9:35.
Lane M, FIores-Riveros J, Hresko R, et al: Insulin-receptor tyrosine
Carpentier A, Mittelman S, Bergman R, et al: Prolonged elevation
kinase and glucose transport. Diabetes Care 1990;13:565.
of plasma free fatty acids impairs pancreatic beta-cell function
Lang T, Ducimetiere P, Arveiler D, et al: Incidence, case fatality,
in obese nondiabetic humans but not in individuals with type
risk factors of acute coronary heart disease and occupational
2 diabetes. Diabetes 200G;49:399.
categories in men aged 30-59 in France. Int J Epidemiol
Corry D, Tuck M : Selective aspects of the insulin resistance 1997;26:47.
syndrome. Curr Opin Nephrol Hypertens 2001;10:507. L a w s A: Free fatty acids, insulin resistance, and lipoprotein
Despres J, Prud'homme D, Pouliot M, et al: Estimation of deep metabolism. Curr Opin Lipidol 1996;7:172.
abdominal adipose-tissue accumulation from s i m p l e Lean M, Han T, Morrison C : Waist circumference as a measure for
anthropometric measurements in men. A m J C l i n Nutr indicating need for weight management. Bmj 1995;311:158.
1991;54:471. Leyva F, Godsland I , Ghatei M , et al: Hyperleptinemia as a
Deurenberg P, Yap M , van Staveren W : Body mass index and component of a metabolic syndrome of cardiovascular risk.
percent body fat: a meta analysis among different ethnic Arterioscler Thromb Vase Biol 1998;18:928,
groups. Int J Obes Relat Metab Disord 1998;22:1164. Lonnqvist F, Thome A, Large V, et al: Sex differences in visceral fat
Etherton T: The biology of somatotropin in adipose tissue growth lipolysis and metabolic complications of obesity. Arterioscler
and nutrient partitioning. J Nutr 2000;130:2623. Thromb Vase Biol 1997;17:1472.
Lukito B, Sumual A , Pandelaki K: Konsentrasi leptin serum
pada suku Minahasa yang obes dan hubungarmya dengan
OBESITAS 2569